Anda di halaman 1dari 18

Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

PENGHITUNGAN DAN PEMOTONGAN


PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

A. PEGAWAI TETAP

1. DENGAN GAJI BULANAN


1.1. Wajib pajak dalam negeri mulai bekerja pada awal tahun pajak.

Contoh 1 :
Tn Andika adalah pegawai pada PT CIPTA, menikah dan mempunyai 1 orang anak. Setiap
bulannya ia memperoleh gaji sebesar Rp.1.000.000, tunjangan keluarga dan tunjangan makan
masing-masing Rp.200.000 dan Rp.150.000. PT. CIPTA ikut program Jamsostek, premi asuransi
kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian yang dibayar oleh pemberi kerja sebesar Rp 30.000
dan Rp. 40.000. PT. CIPTA menanggung iuran THT setiap bulan sebesar Rp. 15.000 sedangkan
Andika membayar Rp. 20.000 setiap bulannya. PT. CIPTA membayar iuran pensiun untuk
Andika ke badan dana pensiun setiap bulannya Rp 40.000 sedangkan Andika sendiri membayar
sebesar Rp. 25.000. Berapakah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Andika tiap
bulannya ?

Perhitungan PPh Pasal 21 :

Penghasilan gaji sebulan Rp. 1.000.000


Tunjangan keluarga Rp. 200.000
Tunjangan makan Rp. 150.000
Premi asuransi kecelakaan kerja Rp. 30.000
Premi asuransi kematian Rp. 40.000 +
Penghasilan Bruto Rp. 1.420.000
Pengurang :
• Biaya Jabatan
(5% x Rp. 1.420.0000) = Rp. 71.000
• Iuran Pensiun = Rp. 25.000
• Iuran THT = Rp. 20.000 +
Jumlah potongan Rp. 116.000 –
Penghasilan neto sebulan Rp.1.304.000

Penghasilan neto setahun Rp.15.648.000


P T K P (K/1) :
• Wajib Pajak = Rp.13.200.000
• Status kawin = Rp. 1.200.000
• Tanggungan (1) = Rp. 1.200.000 +
Jumlah PTKP Rp. 15.600.000 -
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 48.000

Workshop Income Taxes Application hal 6


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

PPh Pasal 21 terutang selama setahun :


5% x Rp. 48.000 = Rp. 2.400

1.2 Pegawai Subyek Pajak Dalam Negeri yang baru bekerja dalam tahun berjalan.

Untuk kasus seorang karyawan Indonesia yang memiliki kewajiban subjektifnya sejak
awal tahun, tetapi baru mulai atau berhenti bekerja pada pertengahan atau dalam tahun berjalan
maka perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilannya tidak perlu disetahunkan tetapi hanya
dikalikan dengan banyaknya bulan bekerja dari karyawan yang bersangkutan.

Contoh 2 :
Desyadi bekerja pada PT. Dream Beach sebagai pegawai tetap sejak 1 September 2006. Desyadi
sudah menikah tetapi belum mempunyai anak. Gaji sebulan yang ia peroleh sebesar Rp.4.500.000
dan tunjangan transport dan makan sebesar Rp 800.000. Setiap bulan ia harus membayar iuran
pensiun sebesar Rp 25.000. Berapa PPh Pasal 21 yang harus dibayar untuk tahun 2006 ?

Perhitungan PPh Pasal 21 :

Penghasilan gaji sebulan Rp. 4.500.000


Tunjangan transport dan makan Rp. 800.000 +
Penghasilan Bruto Rp. 5.300.000
Pengurang :
• Biaya jabatan
(5% x Rp 5.300.000) = Rp 108.000
• Iuran pensiun = Rp 25.000 +
Jumlah potongan Rp. 133.000 -
Penghasilan Neto sebulan Rp. 5.167.000
Penghasilan Neto 4 bln (Sept – Des) Rp. 20.668.000
P T K P (K/0) :
• Wajib Pajak = Rp. 13.200.000
• Status Kawin = Rp. 1.200.000 +
Jumlah PTKP Rp. 14.400.000 -
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 6.268.000

PPh Pasal 21 terutang setahun : Rp. 6.268.000 x 5% = Rp 313.400


PPh Pasal 21 terutang sebulan : Rp. 313.400 / 4 = Rp. 78.750

1.3 Pegawai Asing Tetap yang mulai bekerja pada tahun berjalan atau berakhir dalam tahun
berjalan sebagai subyek pajak dalam negeri.

Sementara untuk karyawan asing yang kewajiban subjektifnya tidak dimulai sejak awal
tahun dan mulai atau berhenti bekerja di Indonesia pada pertengahan atau dalam tahun berjalan
maka atas penghasilannya tersebut harus disetahunkan terlebih dahulu.

Workshop Income Taxes Application hal 7


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

Contoh 3:
Mr. Moreno (K/2) adalah warga negara Itali mulai bekerja di Indonesia tanggal 2 Mei 2006 pada
PT. Yamaha. Ia memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 3.500.000, tunjangan jabatan Rp 45.000 dan
tunjangan keluarga Rp 100.000. Perusahaan menanggung premi asuransi kecelakaan kerja dan
premi asuransi kematian masing-masing sebesar Rp 24.000 dan Rp 12.000. Sementara itu setiap
bulan Mr. Moreno membayar iuran THT sebesar 1% dari gaji pokok dan iuran pensiun sebesar
Rp 20.000. Berapakah PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Mr. Moreno untuk tahun
2006?

Perhitungan PPh Pasal 21:

Penghasilan gaji sebulan Rp. 3.500.000


Tunjangan jabatan Rp. 45.000
Tunjangan keluarga Rp. 100.000
Premi asuransi kecelakaan Rp. 24.000
Premi asuransi kematian Rp. 12.000 +
Penghasilan Bruto Rp. 3.681.000
Pengurang :
• Biaya jabatan (5% x PB)
(Max. diperkenankan) = Rp.108.000
• Iuran pensiun = Rp. 20.000
• Iuran THT (1% x Gapok) = Rp. 35.000 +
Jumlah Potongan Rp. 163.000 -
Penghasilan Neto sebulan Rp. 3.518.000
Penghasilan Neto disetahunkan (12 x Rp.3.518.000) Rp. 42.216.000
P T K P (K/2) :
• Wajib Pajak = Rp. 13.200.000
• Status Kawin = Rp. 1.200.000
• Tanggungan (2) = Rp. 2.400.000 +
Jumlah PTKP Rp. 16.800.000 -
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 25.416.000

PPh Pasal 21 terutang setahun :


5% x Rp 25.000.000 = Rp. 1.250.000
10% x Rp 416.000 = Rp. 41.600 +
Rp. 1.291.600
PPh Pasal 21 terutang sebulan :
Rp. 1.291.600 / 12 =Rp. 107.600

Catatan :
Cara perhitungan diatas berlaku juga bagi pegawai yang meninggal dunia dalam tahun berjalan,
yaitu untuk menghitung PPh pasal 21 yang terutang atas bagian tahun pajak.

Workshop Income Taxes Application hal 8


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

2. GAJI MINGGUAN
Pegawai / karyawan yang berstatus sebagai pegawai tetap, bila menerima gaji secara
mingguan maka gaji tersebut harus disebulankan terlebih dahulu dengan mengalikan 4 (empat)
sebelum perhitungan pajaknya. Kemudian untuk menentukan pajak mingguan maka pajak sebulan
dibagi 4 (empat).

Contoh 4 :
Darmanto , menikah dengan 1 anak bekerja sebagai pegawai tetap pada PT Farmindo dan menerima
gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp. 500.000. PT Farmindo masuk program Jamsostek, premi
asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah
masing-masing setiap bulan sebesar 1% dan 0,3% dari gaji pokok. PT Farmindo membayar iuran
JHT setiap bulan sebesar 3,7% dari gaji sedangkan Darmanto membayar iuran pensiun Rp. 2.000
dan iuran JHT 2% dari gaji.

Perhitungan PPh pasal 21 :


Gaji sebulan (4 x Rp. 500.000) Rp. 2.000.000
Premi asuransi kecelakaan kerja Rp. 20.000
Premi asuransi kematian Rp. 6.000 +
Penghasilan bruto Rp. 2.026.000
Pengurang :
• Biaya jabatan
(5% x 2.026.000) Rp. 101.300
• Iuran pensiun Rp. 2.000
• Iuran JHT Rp. 40.000 +
Rp. 143.300 -
Penghasilan neto sebulan Rp. 1.882.700
Penghasilan neto setahun (12 x 1.882.700) Rp. 22.592.400
PTKP :
• Wajib pajak Rp. 13.200.000
• Status kawin Rp. 1.200.000
• Tanggungan (1) Rp. 1.200.000 +
Jumlah PTKP Rp. 15.600.000 -
Penghasilan kena pajak Rp. 6.992.400

PPh Pasal 21 terutang setahun :


5% x Rp. 6.992.400 = Rp. 349.620

PPh Pasal 21 terutang sebulan :


Rp. 349.620 : 12 = Rp. 29.135

PPh pasal 21 mingguan :


Rp. 29.135 : 4 = Rp. 7.283

Workshop Income Taxes Application hal 9


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

Catatan :
Dalam hal wajib pajak menerima gaji harian, maka untuk menghitung PPh pasal 21nya dihitung
terlebih dahulu gaji sebulan yaitu gaji sehari dikalikan 26.

3. TERHADAP PENGHASILAN KARYAWATI KAWIN


Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri, dan
dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP
untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari Pemda setempat (serendah-
rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, diberikan
tambahan PTKP sejumlah Rp. 1.200.000 setahun dan ditambah PTKP untuk keluarga yang
menjadi tanggungannya.

Contoh 5 :
Dewi Anggraeni adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak, bekerja pada PT.
Duta dengan gaji sebulan sebesar Rp. 2.500.000. Dewi membayar iuran pensiun ke dana
pensiunyang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp. 50.000 sebulan.
Berdasarkan surat keterangan dari Pemda tempat Dewi berdomisili yang diserahkan kepada pemberi
kerja diketahui bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun karena sakit.

Perhitungan PPh pasal 21 :


Gaji sebulan Rp. 2.500.000
Pengurang :
♦ Biaya jabatan : 5% x Rp. 2.500.000
Maks diperkenankan Rp. 108.000
♦ Iuran pensiun Rp. 50.000 +
Rp. 158.000 –
Penghasilan neto sebulan Rp. 2.342.000
Penghasilan neto setahun (12 x 2.342.000) Rp. 28.104.000
PTKP :
♦ Wajib pajak Rp. 13.200.000
♦ Status kawin Rp. 1.200.000 +
Jumlah PTKp Rp. 14.400.000 –
Penghasilan kena pajak setahun Rp. 13.704.000

PPh pasal 21 setahun :


5% x Rp. 13.704.000 = Rp. 685.200

PPh pasal 21 sebulan :


Rp. 685.200 : 12 = Rp. 57.100

Workshop Income Taxes Application hal 10


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

4. TERHADAP PENGHASILAN BERUPA JASA PRODUKSI, TANTIEM, GRATIFIKASI,


TUNJANGAN HARI RAYA/TAHUNBARU, BONUS DAN PENGHASILAN LAINNYA
YANG SIFATNYA TIDAK TETAP DAN PADA UMUMNYA DIBERIKAN SEKALI
SETAHUN

Contoh 6 :
Bapak Sogi (K/1) memperoleh gaji sebulan sebesar Rp.1.500.000 dan mendapat tunjangan jabatan
serta tunjangan keluarga masing-masing Rp.250.000 dan Rp.150.000. Premi asuransi kecelakaan
kerja dan asuransi kematian yang dibayarkan perusahaan masing-masing sebesar Rp 15.000 dan
Rp 20.000. Setiap bulan Bapak Sogi membayar iuran pensiun Rp. 10.000 dan iuran THT
Rp.15.000. Pada bulan Juni ia mendapat bonus sebesar Rp10.000.000. Berapa besarnya pajak
yang terutang atas gaji dan bonus yang diterima Bapak Sogi?

a. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus

Penghasilan Gaji sebulan Rp.1.500.000


Tunjangan jabatan Rp. 250.000
Tunjangan keluarga Rp. 150.000
Premi asuransi kecelakaan Rp. 15.000
Premi asuransi kematian Rp. 20.000 +
Penghasilan Bruto gaji sebulan Rp.1.935.000
Penghasilan Bruto gaji setahun Rp.23.220.000
Bonus Rp.10.000.000 +
Penghasilan Bruto Gaji dan Bonus Rp.33.220.000
Pengurang :
• Biaya jabatan (5% x Rp.33.220.000)
Maximum diperkenankan = Rp.1.296.000
• Iuran pensiun (12 x Rp.10.000) = Rp. 120.000
• Iuran THT (12 x Rp.15.000) = Rp. 180.000 +
Jumlah potongan Rp. 1.596.000 –
Penghasilan Neto Rp.31.624.000
P T K P (K/1) :
• Wajib Pajak = Rp.13.200.000
• Status Kawin = Rp. 1.200.000
• Tanggungan (1) = Rp. 1.200.000 +
Jumlah PTKP Rp. 15.600.000-
Penghasilan Kena pajak Rp. 16.024.000

PPh Pasal 21 terutang atas Gaji dan Bonus :


5% x Rp 16.024.000 = Rp. 801.200

Workshop Income Taxes Application hal 11


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

b. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji

Penghasilan Gaji sebulan Rp.1.500.000


Tunjangan jabatan Rp. 250.000
Tunjangan keluarga Rp. 150.000
Premi asuransi kecelakaan Rp. 15.000
Premi asuransi kematian Rp. 20.000 +
Penghasilan Bruto gaji sebulan Rp.1.935.000
Penghasilan Bruto gaji setahun Rp.23.220.000
Pengurang :
• Biaya jabatan
(5% x Rp.23.220.000) = Rp.1.161.000
• Iuran pensiun = Rp. 120.000
• Iuran THT = Rp. 180.000+
Jumlah potongan Rp. 1.461.000-
Penghasilan Neto Rp.21.759.000
PTKP (K/1) Rp.15.600.000-
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 6.159.000

PPh Pasal 21 terutang atas Gaji :


5% x Rp.6.159.000 = Rp.307.950

c. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Bonus

PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus = Rp. 801.200


PPh Pasal 21 atas Gaji = Rp. 307.950 -
PPh 21 atas Bonus = Rp. 493.250

Contoh 7 :
Thomas Radzinski (K/3) mulai bekerja di Indonesia sejak Mei 2004 dan berhenti bekerja 1 Mei
2006. Selama tahun 2006 dia menerima gaji sebesar Rp. 6.000.000 perbulan dan pada bulan April
2006 menerima bonus sebesar Rp. 10.000.000

a. Perhitungan PPh pasal 21 atas gaji :


Gaji sebulan Rp. 6.000.000
Pengurang :
Biaya jabatan
Maks diperkenankan Rp. 108.000 -
Penghasilan neto gaji sebulan Rp. 5.892.000
Penghasilan neto disetahunkan 12 x 5.892.000 Rp. 70.704.000
PTKP :
• Wajib pajak Rp. 13.200.000
• Status kawin Rp. 1.200.000
• Tanggungan Rp. 3.600.000 + Rp. 18.000.000 –
Penghasilan kena pajak Rp. 52.704.000

Workshop Income Taxes Application hal 12


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

PPh pasal 21 setahun atas gaji :


5% x Rp. 25.000.000 Rp. 1.250.000
10% x Rp. 25.000.000 Rp. 2.500.000
15% x Rp. 2.704.000 Rp. 405.600 +
Rp. 4.155.600

PPh pasal 21 atas gaji sebulan :


Rp. 4.155.600 : 12 = Rp. 346.300

b. Perhitungan PPh pasal 21 atas gaji dan bonus :


Gaji disetahunkan (12 x 6.000.000) Rp. 72.000.000
Bonus Rp. 10.000.000 +
Penghs bruto gaji + bonus setahun Rp. 82.000.000
Pengurang :
Biaya jabatan maks diperkenankan Rp. 1.296.000 –
Penghs neto gaji + bonus setahun Rp. 80.704.000
PTKP :
• Wajib pajak Rp. 13.200.000
• Status kawin Rp. 1.200.000
• Tanggungan Rp. 3.600.000 + Rp. 18.000.000 –
Penghasilan kena pajak Rp. 62.704.000

PPh pasal 21 gaji setahun dan bonus :


5% x Rp. 25.000.000 Rp. 1.250.000
10% x Rp. 25.000.000 Rp. 2.500.000
15% x Rp. 12.704.000 Rp. 1.906.600 +
Rp. 5.655.600

c. Perhitungan PPh pasal 21 atas bonus :


Rp. 5.655.600 – Rp. 4.155.600 = Rp. 1.500.000

5. ATAS PENGHASILAN YANG SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA DIPEROLEH DALAM


MATA UANG ASING.
Contoh 8 :
Pegawai Van Raad status menikah dengan 1 anak, memperoleh gaji bulan Maret 2006 dalam mata
uang asung sebesar US$ 2,000 sebulan. Kurs yang berlaku untuk bulan Maret 2006 berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan adalah Rp. 10.000 per US$ 1.00.

Perhitungan PPh pasal 21 :


Gaji sebulan :
US$ 2,000 x Rp. 10.000 Rp. 20.000.000
Pengurang :
Biaya jabatan 5% x Rp. 20.000.000
Maksimum diperkenankan Rp. 108.000 –
Penghasilan neto sebulan Rp. 19.892.000
Workshop Income Taxes Application hal 13
Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

Penghasilan neto setahun Rp. 238.704.000


PTKP
• Wajib pajak Rp. 13.200.000
• Status kawin Rp. 1.200.000
• Tanggungan Rp. 1.200.000 + Rp. 15.600.000 –
Penghasilan kena pajak Rp. 223.104.000

PPh pasal 21 terutang setahun


5% x Rp. 25.000.000 Rp. 1.250.000
10% x Rp. 25.000.000 Rp. 2.500.000
15% x Rp. 50.000.000 Rp. 7.500.000
25% x Rp. 100.000.000 Rp. 25.000.000
35% x Rp. 23.104.000 Rp. 8.086.400+
Rp. 44.336.400

PPh pasal 21 sebulan :


Rp. 44.336.400 : 12 = Rp. 3.694.700

6. PPh PASAL 21 SELURUH ATAU SEBAGIAN DITANGGUNG OLEH PEMBERI KERJA

Contoh 9 :
Budiman pegawai pada PT. Sinar dengan status menikah dan mempunyai 3 anak menerima gaji
sebulan Rp. 4.000.000 dan PPh ditanggung pemberi kerja. Tiap bulan dia membayar iuran pensiun
sebesar Rp. 150.000

Perhitungan PPh pasal 21 :


Gaji sebulan Rp. 4.000.000
Pengurang :
• Biaya jabatan 5% x Rp.23.220.000
Maksimum diperkenankan Rp. 108.000
• Iuran pensiun Rp. 150.000+
Rp. 258.000 –
Penghasilan neto sebulan Rp. 3.742.000
Penghasilan neto setahun 12 x Rp. 3.742.000 Rp. 44.904.000
PTKP
• Wajib pajak Rp. 13.200.000
• Status kawin Rp. 1.200.000
• Tanggungan Rp. 3.600.000 + Rp. 18.000.000 –
Penghasilan kena pajak Rp. 26.904.000

PPh pasal 21 terutang setahun


5% x Rp. 25.000.000 Rp. 1.250.000
10% x Rp. 1.904.000 Rp. 190.400+
Rp. 1.440.400

Workshop Income Taxes Application hal 14


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

PPh pasal 21 sebulan :


Rp. 1.440.400 : 12 = Rp. 120.033

Pph pasal 21 sebesar Rp. 120.033 ini ditanggung dan dibayar oleh pemberi kerja. Jumlah sebesar
Rp. 120.033 tidak boleh mengurangi penghasilan Kena Pajak dari pemberi kerja dan tidak
dikenakan pajak kepada Budiman sebagai wajib pajak PPh pasal 21.

7. ATAS PENGHASILAN PEGAWAI YANG DIPINDAHTUGASKAN DALAM TAHUN


BERJALAN.

Contoh 10 :
Tommy yang berstatus belum menikah adalah pegawai tetap pada PT. UTAMA di Jakarta. Sejak 1
Juni 2006 dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung. Gaji Tommy sebesar Rp. 3.500.000 dan
pembayaran iuran pensiun yang dibayar sendiri sebulan sebesar Rp. 100.000

Perhitungan PPh pasal 21 :


1. Kantor Pusat Jakarta
Gaji (Jan – Mei 2006)
5 x Rp. 3.500.000 Rp. 17.500.000
Pengurang :
• Biaya jabatan 5%x17.500.000=Rp. 875.000
Maks diperkenankan 5 x 108.000 Rp. 540.000
• Iuran pensiun 5 x 100.000 Rp. 500.000+
Rp. 1.040.000-
Penghasilan neto 5 bulan Rp. 16.460.000

Penghasilan neto setahun 12/5 x 16.460.000 Rp. 39.504.000


PTKP
Wajib pajak Rp. 13.200.000-
Penghasilan kena pajak Rp. 26.304.000

PPh pasal 21 terutang setahun :


5% x Rp. 25.000.000 Rp. 1.250.000
10% x Rp. 1.304.000 Rp. 130.400+
Rp. 1.380.400

PPh pasal 21 sebulan :


Rp. 1.380.400 : 12 = Rp. 115.033

PPh pasal 21 terutang dan harus dipotong untuk masa Januari s.d Mei 2006 adalah :
5/12 x Rp. 1.380.400 Rp. 575.166
PPh pasal 21 yang sudah dipotong masa Januari s.d Mei 2006 adalah :
5 x Rp. 115.033 Rp. 575.166-
PPh pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL

Workshop Income Taxes Application hal 15


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

2. Kantor Cabang Bandung


Gaji Juni s.d Desember 2006
7 x Rp. 3.500.000 Rp. 24.500.000
Pengurang :
• Biaya jabatan 5%x 24.500.000=Rp. 1.225.000
Maks diperkenankan 7 x 108.000 Rp. 756.000
• Iuran pensiun 7 x 100.000 Rp. 700.000+
Rp. 1.456.000-
Penghasilan neto di Bandung Rp. 23.044.000
Penghasilan neto di Jakarta Rp. 16.460.000+
Jumlah penghasilan neto setahun Rp. 39.504.000
PTKP :
Wajib pajak Rp. 13.200.000-
Penghasilan kena pajak Rp. 26.304.000

PPh pasal 21 terutang setahun :


5% x Rp. 25.000.000 Rp. 1.250.000
10% x Rp. 1.304.000 Rp. 130.400+
PPh pasal 21 terutang tahun 2006 Rp. 1.380.400
PPh pasal 21 terutang di Jakarta
Sesuai form 1721 – A1 Rp. 575.166-
PPh pasal 21 terutang di Bandung Rp. 805.234

PPh pasal 21 sebulan yang harus dipotong di Bandung


Rp. 805.234 : 7 = Rp. 115.033

PENGISIAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PS 21 (FORM 1721-A1) DI KANTOR


BANDUNG
Penghasilan Juni s.d Desember Rp. 24.500.000
Pengurang :
• Biaya jabatan 5%x 24.500.000=Rp. 1.225.000
Maks diperkenankan 7 x 108.000 Rp. 756.000
• Iuran pensiun 7 x 100.000 Rp. 700.000+
Rp. 1.456.000-
Penghasilan neto di Bandung Rp. 23.044.000
Penghasilan neto di Jakarta Rp. 16.460.000+
Jumlah penghasilan neto setahun Rp. 39.504.000
PTKP :
Wajib pajak Rp. 13.200.000-
Penghasilan kena pajak Rp. 26.304.000

PPh pasal 21 terutang setahun :


5% x Rp. 25.000.000 Rp. 1.250.000
10% x Rp. 1.304.000 Rp. 130.400+

Workshop Income Taxes Application hal 16


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

PPh pasal 21 terutang tahun 2006 Rp. 1.380.400


PPh pasal 21 terutang di Jakarta
Sesuai form 1721 – A1 Rp. 575.166-
PPh pasal 21 terutang di Bandung Rp. 805.234
PPh ps 21 yang telah dipotong (7xRp. 115.033) Rp. 805.234-
PPh pasal 21 kurang dipotong NIHIL

B. ATAS UANG PENSIUN YANG DIBAYARKAN SECARA BERKALA (BULANAN)


Wajib pajak yang menerima penghasilan dari pensiun tetap dikenakan pajak penghasilan atas
uang pensiun yang diterimanya. Untuk menentukan penghasilan kena pajak maka penghasilan kotor
hanya boleh dikurangi dengan biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan (biaya
pensiun) sebesar 5% dari penghasilan bruto dan setingi-tingginya Rp.36.000 sebulan atau Rp.432.000
setahun serta dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).

Contoh 11 :
Lukman (K/2) bekerja pada salah satu perusahaan selular di Jakarta dengan gaji sebulan sebesar
Rp.3.000.000, tunjangan keluarga Rp. 30.000 dan tunjangan jabatan sebesar Rp.100.000. Perusahaan
membayarkan premi asuransi kecelakaan dan kematian masing-masing Rp.20.000 dan Rp.25.000.
Lukman sendiri setiap bulan membayar iuran pensiun Rp15.000 dan iuran THT Rp.10.000. Pada
tanggal 1 September 2006 ia pensiun dan menerima uang pensiun Rp.1.800.000 setiap bulannya.
Berdasarkan data teresebut berapakah PPh Pasal 21 terutang atas gaji dan pensiun yang diterima
Lukman ?

Perhitungan PPh Pasal 21:


a. Perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji 8 bulan (tahun 2006)

Penghasilan gaji sebulan Rp.3.000.000


Tunjangan keluarga Rp. 30.000
Tunjangan jabatan Rp. 100.000
Premi asuransi kecelakaan Rp. 20.000
Premi asuransi kematian Rp. 25.000 +
Penghasilan Bruto sebulan Rp.3.175.000
Pengurang :
• Biaya jabatan
(5% x Rp.3.175.000) = Rp. 108.000
• Iuran pensiun = Rp. 15.000
• Iuran THT = Rp. 10.000 +
Jumlah potongan Rp. 133.000 –
Penghasilan Neto sebulan Rp. 3.042.000
Penghasilan Neto 8 bulan Rp.24.336.000
P T K P (K/2) :
• Wajib Pajak = Rp.13.200.000
• Status Kawin = Rp. 1.200.000
• Tanggungan (2) = Rp. 2.400.000 +

Workshop Income Taxes Application hal 17


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

Jumlah PTKP Rp.16.800.000-


Penghasilan Kena pajak (PKP) Rp .7.536.000

PPh Pasal 21 terutang atas gaji 8 bulan :


5% x Rp. 7.536.000 = Rp.376.800

b. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji 8 bulan dan Pensiun 4 bulan

Penghasilan pensiun sebulan Rp. 1.800.000


Pengurang :
• Biaya Pensiun (5% x Rp1.800.000)
Maximum diperkenankan Rp. 36.000 –
Penghasilan neto pensiun sebulan Rp. 1.764.000
Penghasilan neto pensiun 4 bulan Rp. 7..056.000
Penghasilan neto gaji 8 bulan Rp. 24.336.000 +
Penghasilan Neto Gaji & Pensiun Rp. 31.392.000
P T K P (K/2) Rp. 16.800.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 14.592.000

PPh Pasal 21 terutang atas Gaji & Pensiun


5% x 14.592.000 = Rp. 729.600

c. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pensiun

Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji & Pensiun = Rp. 729.600


Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji = Rp. 376.800 –
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pensiun = Rp. 352.800

d. Perhitungan PPh 21 atas Pembayaran Pensiun Bulanan Mulai Januari 2007.

Pensiun sebulan Rp.1.800.000


Pengurang :
• Biaya pensiun (5% x Rp 1.800.000)
Maximum diperkenankan Rp. 36.000 –
Penghasilan neto pensiun sebulan Rp. 1.764.000
Penghasilan neto pensiun setahun Rp. 21.168.000
P T K P (K/2) Rp. 16.800.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 4.368.000

PPh Pasal 21 terutang selama setahun :


5% x Rp. 4.368.000 = Rp. 218.400
PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp. 18.200

Workshop Income Taxes Application hal 18


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

C. ATAS PENGHASILAN BERUPA UANG PESANGON, UANG TEBUSAN PENSIUN DAN


TUNJANGAN HARI TUA ATAU JAMINAN HARI TUA YANG DITERIMA
SEKALIGUS
Atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana
pensiun yang disahkan oleh Menteri Keuangan dan Tunjangan Hari Tua dipotong pajak
penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan sbb :
Penghasilan Bruto Tarif
1. Sampai dengan Rp. 25.000.000 Dikecualikan dari pemotongan
2. Diatas Rp. 25.000.000 s/d Rp. 50.000.000 5%
3. Diatas Rp. 50.000.000 s/d Rp.100.000.000 10%
4. Diatas Rp.100.000.000 s/d Rp.200.000.000 15%
5. Diatas Rp.200.000.000 25%
Contoh 12 :
Ferdinand bekerja pada PT. Kondang In selama 15 tahun. Pada bulan Maret 2006, ia berhenti bekerja
dan mendapat uang pesangon Rp. 100.000.000. Hitunglah berapa pajak yang dipotong atas pesangon
tersebut !

Perhitungan PPh Pasal 21:

Penghasilan Bruto Rp. 100.000.000


Dikecualikan dari pemotongan Rp. 25.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 75.000.000

PPh Pasal 21 terutang :


5% x Rp. 25.000.000 = Rp. 1.250.000
10% x Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000 +
Rp. 6.250.000

catatan :
Cara perhitungan PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan berupa uang tebusan pensiun dan Tunjangan
Hari Tua yang diterima sekaligus adalah sama dengan contoh diatas.

D. ATAS PENGHASILAN PEGAWAI HARIAN, TENAGA HARIAN LEPAS, PENERIMA


UPAH SATUAN DAN PENERIMA UPAH BORONGAN.

Penghasilan bruto yang diterima pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang dan calon
pegawai, dan pegawai tidak tetap lainnya berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah
boronganyang jumlahnya tidak melebihi Rp. 110.000 (seratus sepuluh ribu rupiah) sehari, tidak
dipotong PPh pasal 21 . sepanjang jumlah penghasilan bruto tersebut dalam satu bulan takwim
tidak melebihi Rp. 1.100.000 (satu juta seratus ribu rupiah) dan tidak dibayarkan secara bulanan.
Untuk penghasilan yang jumlahnya melebihi Rp. 110.000 sehari tetapi dalam satu bulan
takwim jumlahnya tidak melebihi Rp. 1.100.000, maka PPh pasal 21 yang terutang dalam sehari
adalah dengan menerapkan tarif 5% dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp. 110.000.

Workshop Income Taxes Application hal 19


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

Dalam hal penghasilan dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp. 1.100.000 maka
terlebih dahulu dikurangi dengan PTKP harian (PTKP sebenarnya dibagi dengan 360).

1. PENGHASILAN BRUTO DALAM SATU BULAN TAKWIM KURANG DARI Rp.


1.100.000

Contoh 13 :
Upah Harian
Ardi dengan status belum menikah pada bulan Januari 2006 bekerja sebagai buruh harian pada
PT. Sejahtera. Dia bekerja selama 6 hari dan menerima upah sebesar Rp. 150.000 perhari.

Perhitungan PPh pasal 21 :


Upah sehari Rp. 150.000
Upah sehari diatas Rp. 110.000
Rp. 150.000 – Rp. 110.000 Rp. 40.000

PPh pasal 21 : 5% x Rp. 40.000 = Rp. 2.000 (harian)


PPh pasal 21 selama 6 hari = Rp. 12.000

Upah Satuan
Heris, status menikah bekerja sebagai perakit televisi pada PT. Sonia. Upah dibayar berdasarkan
atas jumlah satuan yang dihasilkan yaitu Rp. 25.000 per unit tv dan dibayar tiap minggu. Dalam 1
minggu (6 hari kerja) dihasilkan sebanyak 30 unit tv dengan upah Rp. 750.000

Perhitungan PPh pasal 21 :


Upah sehari Rp. 750.000 : 6 Rp. 125.000
Upah sehari diatas Rp. 110.000
Rp. 125.000 – Rp. 110.000 Rp. 15.000
Upah seminggu terutang pajak :
Rp. 15.000 x 6 Rp. 90.000

PPh pasal 21 : 5% x Rp. 90.000 Rp. 4.500 (mingguan)

Upah Borongan
Andi mengerjakan dekorasi rumah dengan upah borongan sebesar Rp. 300.000, pekerjaan
diselesaikan dalam waktu 2 hari.

Perhitungan PPh pasal 21 :


Upah borongan sehari Rp. 300.000 : 2 Rp. 150.000
Upah sehari diatas Rp. 110.000
Rp. 150.000 – Rp. 110.000 Rp. 40.000
Upah borongan terutang pajak :
Rp. 40.000 x 2 Rp. 80.000

PPh pasal 21 : 5% x Rp. 80.000 Rp. 4.000

Workshop Income Taxes Application hal 20


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

2. PENGHASILAN BRUTO DALAM SATU BULAN TAKWIM JUMLAHNYA


MELEBIHI Rp. 1.100.000 YANG DIBAYARKAN SECARA HARIAN.

Contoh 14 :
Candra dengan status belum menikah pada bulan Januari 2006 bekerja sebagai buruh harian
pada PT. Nusantara. Dia bekerja selama 8 hari dan menerima upah sebesar Rp. 150.000 perhari.

Perhitungan PPh pasal 21 :


Upah sehari Rp. 150.000
PTKP harian :
Rp. 13.200.000 : 360 Rp. 36.667-
Upah harian terutang pajak Rp. 113.333 pembulatan Rp. 113.000

PPh pasal 21 perhari : 5% x Rp. 113.000 Rp. 5.650

E. ATAS HONORARIUM YANG DITERIMA TENAGA AHLI

Pemotongan pajak penghasilan atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan tenaga ahli
atau persekutuan tenaga ahli, yaitu antara lain :
♦ Pengacara ♦ Notaris
♦ Akuntan ♦ Penilai
♦ Arsitek ♦ Aktuaris
♦ Dokter ♦ Konsultan

Sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan di Indonesia, diterapkan tarif sebesar 15% (lima
belas persen) dari perkiraan penghasilan neto. Perkiraan penghasilan neto adalah sebesar 50% dari
penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Contoh 15 :
PT. Laksamana Idol memberikan imbalan sebesar Rp. 15.000.000 kepada seorang akuntan publik
atas jasanya dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan. Berapakah besarnya pajak
penghasilan yang harus dipotong perusahaan atas imbalan yang diberikan ?

Perhitungan PPh Pasal 21 :

Jenis Tenaga Ahli : Akuntan


Penghasilan yang diterima Rp. 15.000.000
Pajak yang dikenakan atas akuntan tersebut :
15% x 50% x Rp. 15.000.000 Rp. 1.125.000

catatan :
Tarif dan norma tersebut sama untuk semua tenaga ahli menurut peraturan UU Perpajakan No. 17
tahun 2000.

Workshop Income Taxes Application hal 21


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

F. PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 26 ATAS PENGHASILAN PEGAWAI


DENGAN STATUS WAJIB PAJAK LUAR NEGERI YANG MEMPEROLEH GAJI
SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA DALAM MATA UANG ASING.

Contoh 16 :
Michael Filareal adalh pegawai asing yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari. Dia
berstatus menikah dan mempunyai 2 orang anak. Ia memperoleh gaji pada bulan Maret 2006
sebesar US$ 2,500 sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp. 10.000 untuk US$ 1,00.

Perhitungan PPh pasal 26 :

Penghasilan bruto berupa gaji sebulan adalh :


US$ 2,500 x Rp. 10.000 Rp. 25.000.000

PPh pasal 26 terutang :


20% x Rp. 25.000.000 Rp. 5.000.000

Workshop Income Taxes Application hal 22


Laboratorium Akuntansi Lanjut B Universitas Gunadarma

Workshop Income Taxes Application hal 23

Anda mungkin juga menyukai