Anda di halaman 1dari 19

PERTEMUAN 4

PRAKTIKUM MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK


TRINITAS

Doa pembuka:
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus,

Ya Allah Tritunggal Maha Kudus, kami memuji nama-Mu dan keajaiban kasih-Mu yang
Engkau nyatakan di dalam Kristus Putera-Mu yang telah wafat dan bangkit bagi kami. Di
dalam Kristuslah, kami mengenal kedalaman misteri kehidupan-Mu, yang adalah KASIH
ilahi. Berikanlah kepada kami, ya Tuhan, rahmat pengertian akan misteri kasih-Mu itu, agar
kami dapat memuliakan Engkau dan menyembah kesatuan Kasih Ilahi-Mu. Semoga oleh
kuasa-Mu, hati kami dapat terbuka untuk melihat betapa besar dan dalamnya misteri Kasih
itu. Demi Kristus Tuhan Pengantara kami. Amin.

A. Pengantar:
Salah satu ajaran iman kristiani yang dirasa sulit dipahami adalah tentang Tritunggal
Mahakudus. Kesulitan tersebut sering menjadi penyebab terjadinya kesalahan penafsiran. Tentu
saja hal ini tidak benar, sebab iman Kristiani mengajarkan Allah yang Esa. Namun bagaimana
mungkin Allah yang Esa ini mempunyai tiga Pribadi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut
dibutuhkan iman dan keterbukaan hati serta pola pikiran yang lebih dalam dan luas dalam
memahami Allah. Pola pikir yang dibutuhkan adalah bahwa tidak semua hal tentang Allah dapat
dijelaskan dengan logika manusia semata-mata. Kita harus sampai pada kesadaran bahwa dibalik
kesulitan menjelaskan Allah, kenyataannya kehadiran Allah dapat dirasakan secara konkret
dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun ajaran tentang Trinitas ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan akal, bukan berarti
bahwa Allah Tritunggal ini adalah konsep yang sama sekali tidak masuk akal. St. Agustinus
bahkan mengatakan, “Kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Allah”. Sebab Allah
jauh melebihi manusia dalam segala hal, dan meskipun Ia telah mewahyukan Diri, Ia tetap
rahasia/ misteri. Di sinilah peran iman, karena dengan iman inilah kita menerima misteri Allah
yang diwahyukan dalam Kitab Suci, sehingga kita dapat menjadikannya sebagai dasar
pengharapan, dan bukti dari apa yang tidak kita lihat (lihat Ibrani 11:1-2).
Agar dapat sedikit menangkap maknanya, kita perlu mempunyai keterbukaan
hati. Hanya dengan hati terbuka, kita dapat menerima rahmat Tuhan, untuk
menerima rahasia Allah yang terbesar ini; dan hati kita akan dipenuhi oleh ucapan
syukur tanpa henti. Jadi jika ada orang yang bertanya, apa dasarnya kita percaya pada
Allah Tritunggal, sebaiknya kita katakan, “karena Allah melalui Yesus menyatakan
Diri-Nya sendiri demikian”, dan hal ini kita ketahui dari Kitab Suci.

B. Pertanyaan
Jawablah pertanyaan ini untuk dapat membantu pemahaman tentang Allah Tritunggal !
a. Allah Tritunggal merupakan misteri iman. Jelaskan !
b. Dimana letak perbedaan tentang Allah Tritunggal ! Jelaskan !
c. Bagaimana menjelaskan akan adanya hubungan kasih Allah Bapa, Allah Puteradan Allah
Roh Kudus !
d. Bagaimana ungkapan iman Allah Tritunggal dalam gereja sebagi praktek iman kehidupan
sehari-hari !

1|Praktikum Pendidikan Agama Katolik


e. Jelaskan ke-Esa-an Allah Tritunggal dalam kalimat anda sendiri, jika ada orang lain
yang bertanya !

NB:
a. Jawaban soal bagian a,b,c,d dikumpulkan dengan format pdf ke mentor masing-masing !
b. Teknis pengerjaan soal bagian e dengan cara membuat video testimoni jawaban dan
dikumpulkan ke Pak Yo, paling lambat hari Jumat, 3 April 2020 via whatsApp !

C. Pendalaman

Pengajaran Gereja: Dogma tentang Tritunggal Maha Kudus


Syahadat ‘Aku Percaya’ menyatakan bahwa rahasia sentral iman Kristen adalah Misteri Allah
Tritunggal. Maka Trinitas adalah dasar iman Kristen yang utama ((Gereja
Katolik, Katekismus Gereja Katolik, Edisi Indonesia., 234, 261.)) yang disingkapkan dalam
diri Yesus. Seperti kita ketahui di atas, iman kepada Allah Tritunggal telah ada sejak zaman
Gereja abad awal, karena didasari oleh perkataan Yesus sendiri yang disampaikan kembali
oleh para murid-Nya. Jadi, tidak benar jika doktrin ini baru ditemukan dan ditetapkan pada
Konsili Konstantinopel I pada tahun 359! Yang benar ialah: Konsili Konstantinopel I
mencantumkan pengajaran tentang Allah Tritunggal secara tertulis, sebagai kelanjutan dari
Konsili Nicea (325) ((Konsili Nicea (325): Credo Nicea: “…Kristus itu sehakekat dengan
Allah Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar …”)), dan
untuk menentang heresies (ajaran sesat) yang berkembang pada abad ke-3 dan ke-4, seperti
Arianisme (oleh Arius 250-336, yang menentang kesetaraan Yesus dengan Allah Bapa) dan
Sabellianisme (oleh Sabellius 215 yang membagi Allah dalam tiga modus, sehingga seolah
ada tiga Pribadi yang terpisah).
Dari sejarah Gereja kita melihat bahwa konsili-konsili diadakan untuk menegaskan kembali
ajaran Gereja (yang sudah berakar sebelumnya) dan menjaganya terhadap serangan ajaran-
ajaran sesat/ menyimpang. Jadi yang ditetapkan dalam konsili merupakan peneguhan ataupun
penjabaran ajaran yang sudah ada, dan bukannya menciptakan ajaran baru. Jika kita
mempelajari sejarah Gereja, kita akan semakin menyadari bahwa Tuhan Yesus sendiri
menjaga Gereja-Nya: sebab setiap kali Gereja ‘diserang’ oleh ajaran yang sesat, Allah
mengangkat Santo/Santa yang dipakai-Nya untuk meneguhkan ajaran yang benar dan Yesus
memberkati para penerus rasul dalam konsili-konsili untuk menegaskan kembali kesetiaan
ajaran Gereja terhadap pengajaran Yesus kepada para Rasul. Lebih lanjut mengenai hal ini
akan dibahas di dalam artikel terpisah, dalam topik Sejarah Gereja.
Berikut ini adalah Dogma tentang Tritunggal Maha Kudus menurut Katekismus Gereja
Katolik, yang telah berakar dari jaman jemaat awal:

1. Tritunggal adalah Allah yang satu. ((Lihat KGK 253)) Pribadi ini tidak membagi-
bagi ke-Allahan seolah masing-masing menjadi sepertiga, namun mereka adalah
‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama
seperti Bapa; dan Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah
dengan kodrat yang sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam
Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada di dalam Bapa, dan
seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan
seluruhnya di dalam Putera.
2. Ketiga Pribadi ini berbeda secara real satu sama lain, yaitu di dalam hal hubungan
asalnya: yaitu Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus
yang dihembuskan. ((Lihat KGK 254))

2|Praktikum Pendidikan Agama Katolik


3. Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal
asal tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal
balik antar Pribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dengan
Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakekat mereka adalah satu, yaitu
Allah. ((Lihat KGK 255))

Bacalah dengan seksama butir-butir ajaran iman Katolik dari Katekismus Gereja Katolik (KGK)
di bawah ini !
233. Orang Kristen dibaptis atas "nama" (tunggal) dan bukan atas "nama-nama"
(jamak) Bapa, Putera, dan Roh Kudus, karena ada hanya satu Allah, Bapa
yang maha kuasa dan Putera-Nya yang tunggal dan Roh Kudus: Tritunggal
Maha Kudus.
234. Misteri Tritunggal Maha Kudus adalah rahasia sentral iman dan kehidupan
Kristen. Itulah misteri kehidupan batin ilahi, dasar pokok segala misteri iman
yang lain dan cahaya yang meneranginya. Itulah yang paling mendasar dan
hakiki dalam "hierarki kebenaran iman". (DCG 43). "Seluruh sejarah
keselamatan tidak lain dari sejarah jalan dan upaya, yang dengan
perantaraannya Allah yang satu dan benar - Bapa, Putera, dan Roh Kudus -
mewahyukan Diri, memperdamaikan diri-Nya dengan manusia yang berbalik
dari dosa, dan mempersatukan mereka dengan diri-Nya" (DCG 47).
237. Tritunggal adalah misteri iman dalam arti sesungguhnya, satu dari "rahasia-
rahasia yang tersembunyi dalam Allah... yang kalau tidak diwahyukan oleh
Allah, tidak dapat diketahui" (Konsili Vatikan I: DS 3015). Dalam karya
penciptaan-Nya dan dalam wahyu-Nya selama Perjanjian Lama, Allah
memang meninggalkan jejak-jejak kodrat trinitaris-Nya itu. Tetapi kodrat-
Nya yang terdalam sebagai Tritunggal Kudus merupakan satu rahasia, yang
tidak dapat diterobos budi kita dan yang sebelum inkarnasi Putera Allah dan
perutusan Roh Kudus, juga tidak dapat diterobos iman Israel.

Iman Katolik adalah Iman yang Trinitas. Kita mengimani Allah yang melaksanakan
karya penyelamatannya bagi manusia sepanjang zaman, melalui peran ketiga pribadi:
Bapa, Putera dan Roh Kudus. Ketiganya merupakan kesatuan utuh yang tak dapat
dipisahkan, walaupun ketiganya berbeda. Peran Bapa, hanya mempunyai arti
penyelamatan secara utuh dan universal bila kita kaitkan dengan karya Putera dan Roh
Kudus. Karya Putera, hanya mempunyai arti penyelamatan secara utuh bila
ditempatkan dalam keseluruhan karya dan rencana Bapa, dan yang masih terus
berlangsung berkat Roh Kudus. Demikian pula, kehadiran Roh Kudus dan karya-Nya,
hanya dapat dipahami sebagai bagian utuh karya keselamatan bila ditempatkan sebagai
roh penghibur dan roh kebenaran yang dimintakan Yesus kepada Bapa untuk menyertai
manusia.
a. Ajaran Kitab Suci
1). Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama sering dikatakan bahwa Allah berbicara kepada para nabi dan bapa
bangsa. Tentu saja berbicara secara rohani. Kalau Allah sering berbicara dan berkomunikasi
dengan manusia. Konteks monoteisme sederhana Perjanjian Lama, dipersonifikasikan

3|Praktikum Pendidikan Agama Katolik


secara puitis dalam Amsal 8:22-30 tentang Hikmah atau Kebijaksanaan Abadi yang
diciptakan Allah sebelum segala ciptaan diciptakan.

2). Perjanjian Baru

(a). Injil Sinoptik


Dalam ketiga Injil Sinoptik misteri Tritunggal sudah tersirat pada bab pertama Injil tertua,
yakni Injil Markus.
 Ayat-ayat tentang pembaptisan Yesus (Mrk. 1:9-11) bagaikan intisari struktur
trinitaris seluruh Injil. Dalam perikop tersebut dikatakan ada suara Allah Bapa dari
surga yang mewahyukan Yesus sebagai Putra-Nya yang tercinta, sementara Roh
Kudus memperlihatkan diri dalam rupa merpati.
 Pada saat puncak pewartaan-Nya dengan gembira dan dipenuhi dengan Roh Kudus
Yesus memuji Bapa, Tuhan langit dan bumi yang tidak dikenal oleh siapa pun selain
Putera dan orang yang kepadanya diberitahukan oleh Putera (Luk. 10:21).
 Naskah trinitaris terpenting dalam Injil Sinoptik adalah perintah Yesus yang bangkit.
Kesatuan ini ditegaskan kembali oleh Yesus dalam pesan terakhir-Nya sebelum naik
ke Surga, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus…”(Mat.28:19).

Perhatikan: bukan dikatakan atas nama-nama, melainkan atas nama (tunggal). Ayat
ini merangkum struktur dasar trinitaris seluruh Perjanjian Baru, bukan sebagai uraian teoritis,
melainkan pesan praktis untuk membaptis orang beriman. Pembaptisan merupakan kejadian
yang mendasari kehidupan seluruh Umat Allah dan setiap orang beriman dengan mengakui
kepercayaan akan satu Allah: Bapa-Putera-Roh. Rumus singkat seluruh iman Kristiani ini
harus diwartakan “sampai ke ujung bumi!”

(b). Injil Yohanes


Yoh. 1:1-18 Hubungan kekal antara Bapa dan sang Sabda.
Yesus menunjukkan persatuan yang tak terpisahkan dengan Allah Bapa,
Yohanes 10:30
“Aku dan Bapa adalah satu”
Yohanes 14:9 “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…”
Roh Kudus diperkenalkan sebagai yang berasal dari Bapa Yoh. 15:26 dan
Yoh. 15:26 & diutus oleh Putera (Yoh.16:7), supaya melanjutkan sepanjang segala zaman
Yoh.16:7 & apa yang telah dimulai oleh Putera, Yesus berjanji kepada murid-muridNya,
Yoh. 14:26 “Sang Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa atas nama-
Ku akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu” (Yoh. 14:26).
Yoh.16:7 Roh Kudus dan diutus oleh Putera (Yoh.16:7)
Yohanes 17: Doa Yesus sebagai Imam Agung. Di dalam doa-Nya yang terakhir untuk
21 murid-muridNya sebelum sengsara-Nya, Dia berdoa kepada Bapa, agar
semua murid-Nya menjadi satu, sama seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di
dalam Bapa. Dengan demikian Yesus menyatakan Diri-Nya sama dengan

4|Praktikum Pendidikan Agama Katolik


Allah: Ia adalah Allah. Hal ini mengingatkan kita akan pernyataan Allah
Bapa sendiri, tentang ke-Allahan Yesus sebab Allah Bapa menyebut Yesus
sebagai Anak-Nya yang terkasih, yaitu pada waktu pembaptisan Yesus
(lihat Lukas 3: 22) dan pada waktu Yesus dimuliakan di atas gunung Tabor
(lihat Matius 17:5).

Dalam doa itu Yesus mengungkapkan bahwa Bapa adalah Hidup Abadi,
yang telah memberikan kepada Putera kuasa atas segala yang hidup dan
Putera telah meneruskan hidup kepada semua manusia yang mengenal dan
mengakui bahwa Yesus adalah Hidup itu. Sebab Dialah (Yesus) Hidup dari
Hidup, Terang dari Terang, Allah dari Allah, sejak kekal sebelum apa pun
diciptakan. Roh Kudus, yang berasal dari Bapa dan Putera,
menganugerahkan Hidup ini kepada semua orang beriman, supaya mereka
bersatu dengan Allah, seperti Bapa dan Putera adalah satu. Ini adalah karya
Roh, Pemersatu Ilahi. Dengan demikian Bapa dan Putera saling memuliakan
di bumi ini dengan kemuliaan yang dimiliki sejak kekal.
Yohanes 17:5 Yesus juga menyatakan keberadaan Diri-Nya yang telah ada bersama-sama
dengan Allah Bapa sebelum penciptaan dunia
Kristus adalah sang Sabda/Firman, yang ada bersama sama dengan Allah
Yohanes 1:1-3 dan Firman itu adalah Allah, dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan.
Tidak mungkin Yesus menjadikan segala sesuatu, jika Ia bukan Allah
sendiri.
Selain menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, Yesus juga
menyatakan kesatuan-Nya dengan Roh Kudus, yaitu Roh yang dijanjikan-
Yohanes 15:26
Nya kepada para murid-Nya dan disebut-Nya sebagai Roh Kebenaran yang
keluar dari Bapa
Yohanes 14:6 Roh ini juga adalah Roh Yesus sendiri, sebab Ia adalah Kebenaran
Rasul Yohanes yang mengajarkan bahwa Bapa, Firman (yang adalah
1 Yohanes 5:7 Yesus Kristus), dan Roh Kudus adalah satu; demikian juga pengajaran
Petrus (lih. 1 Petrus :1-2; 2 Petrus 1:2); dan Paulus (lih. 1Korintus 1:2-
10; 1Korintus 8:6; Efesus 1:3-14).

(c). Kisah Para Rasul


Dalam Kis. 7:55-56 diceriterakan bahwa sebelum Stefanus dibunuh, Stefanus penuh
dengan Roh Kudus, ia menatap ke langit, melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di
sebelah kanan Allah. Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak
Manusia berdiri di sebelah kanan Allah”.

(d). Surat-Surat St. Paulus


Dalam surat-surat St. Paulus terdapat banyak rumusan yang bercorak trinitaris,
misalnya: “Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus dan kasih Allah (Bapa) serta
persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian (2Kor. 13:13). Rumus serupa tercantum
dalam surat kepada umat di Efesus. Dalam Ef. 1:3-14 dijelaskan agak panjang bahwa yang

5|Praktikum Pendidikan Agama Katolik


melakukan karya keselamatan adalah Allah yang di sini disebut “Bapa Tuhan kita Yesus
Kristus”. Karya keselamatan itu secara konkret-historis terlaksana dalam Kristus.
Sebelum pengarang berbicara mengenai penebusan yang diperoleh karena salib
Kristus (Ef. 1:7), dikatakan lebih dulu bahwa “dari semula”, yaitu “sebelum dunia dijadikan”
Allah sudah menetapkan rencana keselamatan itu “dalam Kristus”. Kristus itu jalan
keselamatan Allah menurut rencana dari semula. Sebagai inti karya Allah itu disebut
pewahyuan rencana Allah dalam Kristus. Dengan karya Kristus saja, karya Allah belum
lengkap. Karya itu diteruskan oleh Roh Kudus yang merupakan “jaminan” kepenuhan
penebusan pada akhir zaman. Jelas sekali bahwa ajaran mengenai Allah Tritunggal bukanlah
suatu teori, yang diwahyukan secara lengkap oleh Yesus atau para rasul, melainkan
rangkuman karya Allah yang dilaksanakan dalam Kristus dan Roh Kudus.

Tritunggal adalah Allah yang satu.


Pribadi ini tidak membagi-bagi keAllahan seolah masing-masing menjadi sepertiga,
namun mereka adalah ‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti
Putera, Putera yang sama seperti Bapa; dan Bapa dan Putera adalah yang sama seperti
Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat ilahi yang sama. Karena kesatuan ini, maka
Bapa seluruhnya ada di dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera
seluruhnya ada di dalam Bapa, dan seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada
seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putera.

Walaupun sama dalam kodrat ilahinya, namun ketiga Pribadi ini berbeda secara nyata satu
sama lain, yaitu berbeda di dalam hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang
‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan.

Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal
tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal
balik antarpribadi Allah tersebut. “Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dengan
Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakikat mereka adalah satu, yaitu
Allah.”

Arti ‘Substansi/ Hakekat’ dan ‘Pribadi’


Mari kita lihat pada diri kita sendiri. ‘Substansi’ (kadang diterjemahkan sebagai hakekat/
kodrat) dari diri kita adalah ‘manusia’. Kodrat sebagai manusia ini adalah sama untuk semua
orang. Tetapi jika kita menyebut ‘pribadi’ maka kita tidak dapat menyamakan orang yang
satu dengan yang lain, karena setiap pribadi itu adalah unik. Dalam bahasa sehari-hari,
pribadi kita masing-masing diwakili oleh kata ‘aku’ (atau ‘I’ dalam bahasa Inggris), di mana
‘aku’ yang satu berbeda dengan ‘aku’ yang lain. Sedangkan, substansi/ hakikat kita diwakili
dengan kata ‘manusia’.

Dalam Trinitas, substansi/hakikat yang ada adalah satu, yaitu Allah, sedangkan di dalam
kesatuan tersebut terdapat tiga Pribadi: ada tiga Aku’, yaitu Bapa. Putera dan Roh

6|Praktikum Pendidikan Agama Katolik


Kudus. Ketiga Pribadi Allah tersebut mempunyai kesamaan hakikat Allah yang
sempurna, sehingga ketiganya membentuk kesatuan yang sempurna.

Hal yang membedakan Pribadi yang satu dengan yang lainnya hanyalah terletak dalam
hubungan timbal balik antara ketiganya.
Prinsip Trinitas : kenapa hal ini sudah sepantasnya terjadi (argument of fttingness).
Istilah ini diajarkan oleh St. Gregorius dari Nasiansa.
Seorang Filsuf bernama Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
mempunyai akal budi. Akal budi yang berada dalam jiwa manusia inilah yang menjadikan
manusia sebagai ciptaan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan ciptaan yang lain.
Akal budi, yang terdiri dari intelek (intellect) dan keinginan (will) adalah anugerah Tuhan
kepada umat manusia, yang menjadikannya sebagai ‘gambaran’ Allah sendiri. Intelek dan
keinginan memampukan manusia melakukan dua perbuatan, yaitu: mengetahui dan
mengasihi. Orang tidak akan dapat mengasihi tanpa mengetahui terlebih dahulu.

Bagaimana kita dapat mengasihi atau menginginkan sesuatu yang tidak kita ketahui?
Berdasarkan prinsip “seseorang tidak dapat memberi jika tidak lebih dahulu mempunyai”
maka Tuhan yang memberikan kemampuan pada manusia untuk mengetahui dan mengasihi,
pastilah Tuhan sudah memiliki kemampuan tersebut secara sempurna. Jika kita
mengetahui sesuatu, kita mempunyai konsep tentang sesuatu tersebut di dalam pikiran
kita, yang kemudian dapat kita nyatakan dalam kata-kata.

Di dalam Tuhan, ‘pengetahuan’ akan Diri-Nya sendiri dan segala sesuatu


terwujud di dalam perkataan-Nya, yang kita kenal sebagai “Sabda/ Firman”; dan Sabda
ini adalah Yesus, Sang Allah Putera . Jadi, di dalam Pribadi Tuhan terdapat kegiatan
intelek dan keinginan yang terjadi secara sekaligus dan ilahi, yang mengatasi segala
waktu, yang sudah terjadi sejak awal mula dunia.

Kegiatan intelek ini adalah Allah Putera, Sang Sabda. Rasul Yohanes mengatakan
pada permulaan Injilnya, “Pada Mulanya Adalah Firman; Firman Itu Bersama-sama
dengan Allah dan Firman Itu Adalah Allah” (Yohanes 1:1).

Selanjutnya, kesempurnaan manusia sebagai makhluk personal dinyatakan, tidak


hanya melalui kemampuannya untuk mengetahui, namun juga mengasihi, yaitu memberikan
dirinya kepada orang lain dalam persekutuannya dengan sesama. Maka tindakan ‘mengasihi’
hanya bisa terjadi bila ada pribadi lain yang menerima kasih tersebut. Demikian pula Allah
tidak mungkin Allah sendirian, pasti sejak semula hidup dalam “persekutuan dengan
yang lain” sehingga keberadaan-Nya, kasihNya, dan kemampuan-Nya untuk bersekutu
dapat terwujud, dan dapat menjadi contoh sempurna bagi kita dalam hal mengasihi.
Dalam hal ini, hubungan kasih timbal balik antara Allah Bapa dengan Putera-Nya (Sang
Sabda) ‘menghembuskan’ Roh Kudus; dan Roh Kudus kita kenal sebagai Pribadi Allah
yang ketiga.

Defnisi Kasih.

7|Praktikum Pendidikan Agama Katolik


Keselamatan adalah anugerah Allah Bapa seperti tampak dalam cinta kasih Putera, yang
menyerahkan nyawa-Nya bagi kita.
Keselamatan ini disampaikan sebagai kehidupan abadi oleh Roh Kudus.
Sepanjang sejarah Gereja kebenaran ini terus direfleksikan secara teologis, membentuk
rumus-rumus teologis, antara lain untuk menangkis ajaran-ajaran sesat (bidaah). Orang
mungkin berargumentasi bahwa Tuhan bisa saja satu dan sendirian dan Dia dapat
menyalurkan kasih-Nya dan menerima balasan kasih dari manusia. Namun, secara
logis, hal ini tidaklah mungkin, karena Tuhan Sang Kasih Ilahi tidak mungkin
tergantung pada manusia yang kasihnya tidak sempurna, dan kasih manusia tidak
berarti jika dibandingkan dengan kasih Tuhan.
Dengan demikian, sangatlah masuk di akal, jika Tuhan mempunyai “kehidupan
batin,” di mana Dia dapat memberikan kasih sempurna dan juga menerima kembali
kasih yang sempurna. Jadi, dalam kehidupan batin Allah inilah Yesus Kristus berada
sebagai Allah Putera, yang dapat memberikan derajat kasih yang sama dengan Allah
Bapa. Hubungan antara Allah Bapa dan Allah Putera adalah hubungan kasih yang
kekal, sempurna, dan tak terbatas. Kasih ini membuahkan Roh Kudus. Dengan
hubungan kasih yang sempurna tesebut kita mengenal Allah yang pada hakekatnya adalah
KASIH.

Kesempurnaan kasih Allah ini ditunjukkan dengan kerelaan Yesus untuk menyerahkan
nyawa-Nya demi kasih-Nya kepada Allah Bapa dan kepada kita. Yesus memberikan Diri-
Nya sendiri demi keselamatan kita, agar kita dapat mengambil bagian dalam kehidupan-Nya
oleh kuasa Roh-Nya yaitu Roh Kudus.

RUMUSAN: “SATU ALLAH, TIGA PRIBADI”


Bentuk bahasa rumusan ajaran tentang Tritunggal berasal dari abad ke-3 dan ke-4, yakni dari
masa antara Konsili Ekumenis Nicea I (325) dan Konstantinopel (381). S. Basilius Agung,
Gregorius dari Nazianz dan Gregorius dari Nyssa pada abad ke-4 di Kapadosia (kini Turki)
memprakarsai perumusan.

Mereka merumuskan bahwa Hidup Ilahi yang satu dan sama itu dijalankan oleh Bapa
sebagai Pemberi, Putera sebagai Penerima dan Roh Kudus sebagai Yang berasal dari
Bapa dan Putera.

Perbedaan ‘antara’ ketiga Pribadi Ilahi semata-mata merupakan cara menghayati Hidup (atau
Zat) Ilahi yang satu dan sama itu dalam kaitan dengan Pribadi-pribadi yang lain.
Saling memberikan Diri secara total tidak lain artinya dapat saling mencinta. Cintakasih ialah
daya pemersatu yang paling kuat, apalagi cintakasih mutlak. Allah tidak hanya mencintai,
Dialah Cinta Kekal. Selain mempersatukan secara personal, cinta mengkhususkan
kepribadian dia yang mencinta dan yang dicinta. Jadi, semakin bersatu semakin menjadi diri
pula.
Bahasa rumusan itu tepat pada waktu itu, namun tidak mutlak untuk segala zaman, sehingga
dapat dan perlu disesuaikan dengan terminologi yang lebih modern (tanpa meninggalkan
sedikit pun isi dogma fundamental ini).

8|Praktikum Pendidikan Agama Katolik


Ajaran tentang Allah Tritunggal yang ‘klasik’ dapat dirumuskan lebih lanjut secara
singkat sebagai berikut:

Allah Bapa, Sumber tidak bersumber tetapi ‘sejak kekal’ menerimakan seluruh Diri-Nya
kepada Allah-Putera. Penerima seluruh Diri Bapa ialah Putera. Bapa dan Putera sama
dalam segala hal, kecuali dalam cara ‘memiliki’ ke-Allah-an yakni menerimakan atau
menerima-Nya. Penerimaan seluruh ke-Allah-an dari Bapa dan dari Putera ialah Roh
Kudus. Sebenarnya Allah tidak ‘memiliki’ apa-apa, tetapi ‘adalah’ segala (secara
sempurna). Ia hanya ‘dapat’ memberi Diri seluruhnya secara tidak terbagi. Allah secara
murni adalah Pemberi-Diri, yakni selalu dan seluruh Hakikat-Nya. Kemahaesaan adalah
hakiki pada-Nya, sehingga mustahil terbagi-bagi, berunsurunsur. Tidak ada yang bisa
dijumlahkan.

Kodrat dihayati Bapa sebagai tidak diberikan kepada-Nya dan sekaligus sebagai
memberikan-Nya kepada Putera dan Roh Kudus secara ‘berbeda’. Kepada Putera dengan
men-sabda-kan atau me-lahir-kan-Nya. Kepada Roh Kudus dengan menghembus-kan-Nya
(bersama dengan Putera). Putera dan Roh Kudus menghayati Kodrat Ilahi yang satu dan sama
itu sebagai menerima seluruh Ada Bapa-Nya (walaupun masing-masing menerima-Nya
secara berbeda, bukan yang berbeda).

Jadi, seluruh ‘perbedaan’ antara tiga Pribadi Ilahi tidak lain daripada ber-Allah
secara relatif berbeda (atau ‘memiliki’ Kodrat Ilahi Yang satu dan sama itu secara
khas). Dalam Allah Tritunggal terdapat hanya satu kekuasaan, satu kehendak, satu
kesadaran-diri, satu kegiatan keluar. Oleh karena itu, istilah ‘Pribadi’ Ilahi tidak berarti
lain daripada ‘cara berada secara khas’ yakni ‘cara khusus menghayati Zat Ilahi dalam
hubungan timbal-balik tak terpisahkan dengan kedua cara yang lain’.
Setiap Pribadi Ilahi sejak kekal berada ‘dalam’ yang lain berkat saling penyerahan diri
secara total (!) dalam gerak cintakasih tak terbatas. Jadi, apa yang disebut ‘berada secara tiga
pribadi’ itulah justru sebab dan dasar Kemahaesaan Ilahi sebagai Ilahi.
Setiap ‘cara berada’ tidak terlepaskan dari kedua ‘cara berada’ yang lain. Keberadaan
relasional ketiga Pribadi atau Cara berada Ilahi itu merupakan Kebahagiaan Mutlak dan
melebihi kesatuan dalam bentuk apa pun yang terjangkau oleh pengalaman dan otak manusia.
Keesaan dalam Allah Tritunggal kiranya boleh dipikirkan menurut model “pengabdian
timbal-balik” antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Masing-masing pribadi Ilahi
melepaskan kekhususanNya (Bapa sebagai Bapa, Putra sebagai Putra, dan Roh Kudus
sebagai Roh Kudus) demi “kepentingan umum”, artinya demi kesatuan, kemahaesaan
Ilahi yang universal. Ketiga Pribadi Ilahi meleburkan diri ke dalam satu Allah yang tunggal.
Kepribadian masing-masing Diri Ilahi diperluas menjadi universalitas Allah yang Mahaesa.
Maka dari itu, kesatuan Allah justru disebabkan oleh proses saling mengabdi antara ketiga
diri Ilahi.
Allah adalah Esa secara istimewa karena Ia Tritunggal. Kesatuan-Nya bercorak bukan
hanya tak-terbatas, melainkan juga lain dari kesatuan apa pun di dunia ini, yakni secara
sungguh-sungguh ilahi. Ajaran tentang Tritunggal merumuskan, dengan kata lain, puncak

9|Praktikum Pendidikan Agama Katolik


Wahyu tentang Allah, seperti dirumuskan secara sederhana dan paling indah oleh St.
Yohanes Penginjil. Tidak kebetulan, bahwa murid yang dikasihi Yesus, secara indah
merumuskan Wahyu: “Allah adalah Cintakasih” (1 Yoh. 4:16). Cinta hanya mungkin, kalau
di satu pihak ada diferensi, yang diserahkan kepada yang lain.
Kesatuan yang berdiferensi merupakan prasyarat untuk saling mencintai. ‘Keberdua-
an’ akhirnya menjadi steril, namun berkat trinitas ke-dua-an menjadi ke-satu-an.
Allah ‘sejak’ kekal artinya tanpa awal, tanpa proses-menjadi, tanpa akhir, ‘terus’
meng-ada-kan dalam Diri-Nya keesaan dinamis yang paling utuh serta kompak. Oleh
karenanya Ia berbagi Cinta kasih sebagai Bapa-Sabda-Roh secara sempurna. Jadi, Allah tidak
hanya mencinta, Dialah Cinta kasih, lepas dari ada tidaknya makhluk mana pun yang dapat
dicintai oleh-Nya.
Angka ‘satu’ dan ‘tiga’ yang digunakan itu tidak dikenakan pada hal yang sama.
Selain itu, ‘angka-angka’ ini pun harus dimengerti secara analog. Allah Yang Esa adalah satu
dalam Kodrat-Nya, yang menurut struktur ber-pribadi tiga. Jadi, angka bilangan apa pun dan
menghitung-hitung mana pun mustahil diterapkan kepada Allah. Orang yang merasa
terganggu oleh ‘satu’ dan ‘tiga’ sebenarnya masih jauh dari menyadari misteri Tritunggal.
Angka bukan masalah. Ketunggalan dan ketigaan jauh dari segala pengetian kuantitaf.
Sifat analognya mengatakan tidak lain daripada bahwa apa yang kita sebut ‘satu; dan ‘tiga’,
harus diterapkan kepada Allah dalam arti lebih berbeda daripada sama seperti kita gunakan
angka-angka ini.
Tiga Pribadi tidak dapat dijumlahkan (karena bukan bilangan)! Usaha seperti ini tolol.
Ketiga-pribadian adalah peringatan, supaya orang beriman jangan memakai Keesaan Ilahi
terlalu duniawi dan supaya berusaha mendalami arti kemahaesaan dengan memperdalam
maknanya: Semakin esa keesaan, semakin kuat kepribadian. Hal ini sudah tampak pada
manusia: Dua orang yang berkepribadian kuat sanggup menjalin kesatuan personal yang
lebih erat daripada dua orang yang lemah pribadinya. Bersatunya keesaan tidak diukur
menurut tiadanya susunan, melainkan menurut daya pemersatu.
Pengakuan iman trinitaris menampakkan struktur dasar segala kebenaran
iman: Allah (Bapa) dengan perantaraan Sabda-Nya, yang menjadi manusia Yesus
Kristus, adalah keselamatan semua manusia. Keselamatan ini diwujudkan oleh Roh
Kudus dalam orang beriman.
Keselamatan abadi manusia, inkarnasi Putera, Zat Ilahi yang Tritunggal suatu
trilogi misteri ilahi: Cinta kasih Kekal menganugerahkan Diri ‘di dalam’ Allah sendiri
yakni kepada Putera dan Roh dan ‘kemudian’ dalam kurun waktu dengan
pengantaraan Sabda ‘keluar dari Allah’, mengarah kepada semua orang yang
dikuduskan oleh Roh.

Kemahaesaan Trinitaris
Makna ajaran tentang Tritunggal berusaha merumuskan Kemahaesaan Allah pada tingkat
ilahi (tauhid Kristiani), jadi bukan usaha menyelamatkan ke-esaan terhadap ‘ketigaan’.
Keesaan ilahi, yakni adanya hanya satu Allah saja Yang tak terbagi-bagi (tidak terdiri dari
bagian-bagian atau nafi tarkib Arab), mustahil sama atau pun mirip kesatuan barang atau
makhluk ciptaan mana pun. Ini pasti! Jadi, pemikiran tentang keesaan ilahi dan keesaan
duniawi (fisik) lebih menunjukkan perbedaan dari pada persamaannya. Menyamakan

10 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
keduanya adalah dosa besar. Apa pun Yang-Ilahi tidak boleh disamakan dengan yang
duniawi (sirik). Inilah keyakinan semua agama monoteis.
Dalam hal memikirkan dan berbicara tentang Kemahaesaan Ilahi hukum analogi harus
benar-benar diperhatikan. Suatu pengertian disebut ‘analog’, jika pengetian itu mengandung
kesamaan dan dalam kesamaan itulah sekaligus terdapat perbedaan yang lebih besar.
Kemahaesaan Ilahi menyerupai kesatuan duniawi, tetapi dengan cara lebih berbeda
dengannya daripada sama dengannya.
Kemahaesaan Allah memahkotai semua tingkat kesatuan. Kesatuan paling rendah
ialah yang kuantitatif atau bilangan: mulai dari kesatuan materiil, yang berstruktur paling
rapuh (mis. kesatuan batu, air), kesatuan lebih tinggi adalah kesatuan makhluk-makhluk
organis dan kemudian yang paling sempurna di dunia ini kesatuan personal-rohani.
Kesatuan seorang pribadi misalnya menyatukan seluruh keanekaragaman jasmaninya dan
rupa-rupa dimensi psikisnya dalam kesatuan kesadaran-diri sebagai ‘Aku’. Namun, sang
pribadi dapat sedalam-dalamnya membuka-diri kepada pribadi (- pribadi) lain. Ia bahkan
perlu berbuat demikian untuk berkembang semakin menjadi dirinya, yakni semakin menjadi
pribadi. Gagasan pribadi mau-tak-mau berkonotasi antarpribadi. Saling keperluan
antarpribadi bukan kekurangan, melainkan akibat dimensi baru pada tingkatan kesempurnaan
lebih tinggi dibanding dengan tingkat organis atau bendawi semata. Saling- keperluan
menjadi saling-mengisi atau saling mencintai. Cinta tanpa pamrih merupakan puncak
kesatuan yang dapat tercapai dan dihayati di dunia ini, karena sejajar dengan kadar
bersatunya cinta yang menyempurnakan kepribadian. Tiada yang lebih mempersatukan dan
lebih mendewasakan daripada cintakasih sejati. Namun, cintakasih antarmanusia mautak-mau
selalu terbatas dan terancam. Karena persatuan cinta kasih itu bersifat manusiawi juga. Hal
ini tidak terjadi pada Allah, karena kesatuannya bersifat ilahi. Tingkatan-tingkatan kesatuan
adalah tingkat kesempurnaan sejajar dengan tingkatan-tingkatan berada secara anorganis,
organis, lalu rohani. Mutlak tidak mungkin kesatuan Allah menyerupai apa yang kita ketahui
dari barang bilangan, seperti ‘satu’ batu, ‘satu’ pohon, ‘satu’ pasang manusia. Kata ‘satu’
dalam bahasa Indonesia menunjuk pada tahap paling rendah itu, kita bisa katakan satu batu,
bukan sebatu, seperti seorang.
Misteri Tritunggal menghantar ke ambang pengertian, bahwa Allah adalah lain sama
sekali, jauh lebih rohani, esa dan pribadi daripada dapat dipikirkan maupun dibayangkan.
Kemahaesaan Ilahi secara kualitatif (atau transenden) melampaui kesatuan duniawi mana
pun, sehingga mendasari ketunggalan yang benar-benar ilahi. Kemahaesaan Ilahi
berdiferensiasi dengan melampau kemajemukan unsurunsur dan susunan seperti terdapat
dalam alam ciptaan-Nya. Tidak mungkin adanya Allah lebih dari satu (hal yang justru
mungkin kalau kesatuan bilangan diterapkan kepada Allah). Berkata ada dua Allah sama
artinya dengan mengatakan tiada satu Allah pun. Adanya sebagai Tritunggal mendasari
keunikan Allah yang benar-benar transenden sifatnya. Ke-Mahaesa-an, Keunikan,
Ketunggalan dan sifat tak terbagi dalam Dirinya saling menyandarkan dan mendukung. Bagi
para penganut ‘monoteisme sederhana’ menerangkan sifat dasar tersebut sebagai benarbenar
ilahi agak mustahil.
Allah ialah sumber asal dari segala kesatuan dan sekaligus sumber asal dari segala
keragaman yang diciptakan-Nya. Sebab, Ia sendiri esa secara mutlak dan sekaligus
ber-’pribadi’, sehingga melampaui secara kualitatif ‘satu’ dalam arti bilangan.

11 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
Andaikata Kemahaesaan Allah itu hanya berarti ‘tiada lain seperti Dia’, Kemahaesaan
sama dengan kesatuan manusiawi. Setiap pribadi manusia pun dalam arti pribadi terdapat
satu kali saja atau adalah esa.
Allah Tritunggal merupakan Allah yang satu-satunya (unik), yang tak mungkin dapat
didampingi oleh ilah-ilah lain, karena Ia dalam segala hal melampaui mereka secara benar-
benar mutlak.

Dasar dari Pengajaran Bapa Gereja


Para Rasul mengajarkan apa yang mereka terima dari Yesus, bahwa Ia adalah Sang Putera
Allah, yang hidup dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Iman akan
Allah Trinitas ini sangat nyata pada Tradisi umat Kristen pada abad-abad awal.
1. St. Paus Clement dari Roma (menjadi Paus tahun 88-99):
“Bukankah kita mempunyai satu Tuhan, dan satu Kristus, dan satu Roh Kudus yang
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita?” ((St. Clement of Rome, Letter to the
Corinthians, chap. 46, seperti dikutip oleh John Willis SJ, The Teachings of the
Church Fathers, (San Francisco, Ignatius Press, 2002, reprint 1966), p. 145))

2. St. Ignatius dari Antiokhia (50-117)


Membandingkan jemaat dengan batu yang disusun untuk membangun bait Allah
Bapa; yang diangkat ke atas oleh ‘katrol’ Yesus Kristus yaitu Salib-Nya dan oleh
‘tali’ Roh Kudus. ((St. Ignatius of Antiokh, Letter to the Ephesians, Chap 9, Ibid., p.
146))
“Ignatius, juga disebut Theoforus, kepada Gereja di Efesus di Asia… yang ditentukan
sejak kekekalan untuk kemuliaan yang tak berakhir dan tak berubah, yang disatukan
dan dipilih melalui penderitaan sejati oleh Allah Bapa di dalam Yesus Kristus
Tuhan kita.” ((St. Ignatius, Letter to the Ephesians, 110))
“Sebab Tuhan kita, Yesus Kristus, telah dikandung oleh Maria seturut rencana
Tuhan: dari keturunan Daud, adalah benar, tetapi juga dari Roh Kudus.” ((ibid.,
18:2)).
“Kepada Gereja yang terkasih dan diterangi kasih Yesus Kristus, Tuhan kita,
dengan kehendak Dia yang telah menghendaki segalanya yang ada.” ((St.
Ignatius, Letter to the Romans, 110))
3. St. Polycarpus (69-155),
Dalam doanya sebelum ia dibunuh sebagai martir, “… Aku memuji Engkau (Allah
Bapa), …aku memuliakan Engkau, melalui Imam Agung yang ilahi dan
surgawi, Yesus Kristus, Putera-Mu yang terkasih, melalui Dia dan bersama Dia,
dan Roh Kudus, kemuliaan bagi-Mu sekarang dan sepanjang segala abad. Amin.”
((St. Polycarp, Ibid., 146))

4. St. Athenagoras (133-190):
“Sebab, … kita mengakui satu Tuhan, dan PuteraNya yang adalah Sabda-Nya,
dan Roh Kudus yang bersatu dalam satu kesatuan, –Allah Bapa, Putera dan
Roh Kudus.” ((St. Athenagoras, A Plea for Christians, Chap. 24, ibid., 148))

5. Aristides sang filsuf [90-150 AD]

12 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
Dalam The Apology “Orang- orang Kristen, adalah mereka yang, di atas segala bangsa
di dunia, telah menemukan kebenaran, sebab mereka mengenali Allah, Sang
Pencipta segala sesuatu, di dalam Putera-Nya yang Tunggal dan di dalam Roh
Kudus. ((Aristides, Apology 16 [A.D. 140]))

6. St. Irenaeus (115-202):
“Sebab bersama Dia (Allah Bapa) selalu hadir Sabda dan kebijaksanaan-Nya,
yaitu Putera-Nya dan Roh Kudus-Nya, yang dengan-Nya dan di dalam-Nya, …Ia
menciptakan segala sesuatu, yang kepadaNya Ia bersabda, “Marilah menciptakan
manusia sesuai dengan gambaran Kita.” (( St. Irenaeus, Against Heresy, Bk. 4,
Chap.20, Ibid., 148))
“Sebab Gereja, meskipun tersebar di seluruh dunia bahkan sampai ke ujung bumi,
telah menerima dari para rasul dan dari murid- murid mereka iman di dalam satu
Tuhan, Allah Bapa yang Mahabesar, Pencipta langit dan bumi dan semua yang ada
di dalamnya; dan di dalam satu Yesus Kristus, Sang Putera Allah, yang menjadi
daging bagi keselamatan kita, dan di dalam Roh Kudus, yang [telah] mewartakan
melalui para nabi, ketentuan ilahi dan kedatangan, dan kelahiran dari seorang
perempuan, dan penderitaan dan kebangkitan dari mati dan kenaikan tubuh-Nya ke
surga dari Kristus Yesus Tuhan kita, dan kedatangan-Nya dari surga di dalam
kemuliaan Allah Bapa untuk mendirikan kembali segala sesuatu, dan membangkitkan
kembali tubuh semua umat manusia, supaya kepada Yesus Kristus Tuhan dan
Allah kita, Penyelamat dan Raja kita, sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang tidak
kelihatan, setiap lutut bertelut dari semua yang di surga dan di bumi dan di bawah
bumi ….” ((St. Irenaeus, Against Heresies, I:10:1 [A.D. 189])).
“Namun demikian, apa yang tidak dapat dikatakan oleh seorangpun yang hidup,
bahwa Ia [Kristus] sendiri adalah sungguh Tuhan dan Allah … dapat dilihat oleh
mereka yang telah memperoleh bahkan sedikit bagian kebenaran” ((St. Irenaeus, ibid.,
3:19:1)).
7. St. Clement dari Alexandria [150-215 AD]
Dalam Exhortation to the Heathen (Chapter 1) “Sang Sabda, Kristus, adalah
penyebab, dari asal mula kita -karena Ia ada di dalam Allah- dan penyebab dari
kesejahteraan kita. Dan sekarang, Sang Sabda yang sama ini telah menjelma menjadi
manusia. Ia sendiri adalah Tuhan dan manusia, dan sumber dari semua yang baik
yang ada pada kita” ((St. Clement, Exhortation to the Greeks 1:7:1 [A.D. 190])).
“Dihina karena rupa-Nya namun sesungguhnya Ia dikagumi, [Yesus adalah], Sang
Penebus, Penyelamat, Pemberi Damai, Sang Sabda, Ia yang jelas adalah Tuhan
yang benar, Ia yang setingkat dengan Allah seluruh alam semesta sebab Ia adalah
Putera-Nya.” ((ibid., 10:110:1)).
8. St. Hippolytus  [170-236 AD]
Dalam Refutation of All Heresies (Book IX) “Hanya Sabda Allah [yang] adalah dari
diri-Nya sendiri dan karena itu adalah juga Allah, menjadi substansi Allah. ((St.
Hippolytus, Refutation of All Heresies 10:33 [A.D. 228]))
“Sebab Kristus adalah Allah di atas segala sesuatu, yang telah merencanakan
penebusan dosa dari umat manusia …. ((ibid., 10:34)).
9. Tertullian [160-240 AD]

13 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
Dalam Against Praxeas “Bahwa ada dua allah dan dua Tuhan adalah pernyataan yang
tidak akan keluar dari mulut kami; bukan seolah Bapa dan Putera bukan Tuhan,
ataupun Roh Kudus bukan Tuhan…; tetapi keduanya disebut sebagai Allah dan
Tuhan, supaya ketika Kristus datang, Ia dapat dikenali sebagai Allah dan disebut
Tuhan, sebab Ia adalah Putera dari Dia yang adalah Allah dan Tuhan.”
((Tertullian, Against Praxeas 13:6 [A.D. 216])).

10. Origen [185-254 AD]


Dalam De Principiis (Book IV) “Meskipun Ia [Kristus] adalah Allah, Ia menjelma
menjadi daging, dan dengan menjadi manusia, Ia tetap adalah Allah.” ((Origen, The
Fundamental Doctrines 1:0:4 [A.D. 225])).

11. Novatian [220-270 AD]


Dalam Treatise Concerning the Trinity “Jika Kristus hanya manusia saja, mengapa Ia
memberikan satu ketentuan kepada kita untuk mempercayai apa yang dikatakan-Nya,
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya
Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:3).
Bukankah Ia menghendaki agar diterima sebagai Allah juga? Sebab jika Ia tidak
menghendaki agar dipahami sebagai Allah, Ia sudah akan menambahkan, “Dan
manusia Yesus Kristus yang telah diutus-Nya,” tetapi kenyataannya, Ia tidak
menambahkan ini, juga Kristus tidak menyerahkan nyawa-Nya kepada kita sebagai
manusia saja, tetapi satu diri-Nya dengan Allah, sebagaimana Ia kehendaki agar
dipahami oleh persatuan ini sebagai Tuhan juga, seperti adanya Dia. Karena itu kita
harus percaya, seusai dengan ketentuan tertulis, kepada Tuhan, satu Allah yang
benar, dan juga kepada Ia yang telah diutus-Nya, Yesus Kristus, yang, …tidak
akan menghubungkan Diri-Nya sendiri kepada Bapa, jika Ia tidak menghendaki untuk
dipahami sebagai Allah juga. Sebab [jika tidak] Ia akan memisahkan diri-Nya dari
Dia [Bapa], jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah.”
((Novatian, Treatise Concerning the Trinity 16 [A.D. 235])).
12. St. Cyprian of Carthage [200-270 AD]
Dalam Treatise 3 “Seseorang yang menyangkal bahwa Kristus adalah Tuhan tidak
dapat menjadi bait Roh Kudus-Nya …” ((St. Cyprian, Letters 73:12 [A.D. 253])).

13. Lactantius [290-350 AD]


Dalam The Epitome of the Divine Institutes “Ia telah menjadi baik Putera Allah di
dalam Roh dan Putera manusia di dalam daging, yaitu baik Allah maupun manusia.
((Lactantius, Divine Institutes 4:13:5 [A.D. 307]))
“Seseorang mungkin bertanya, bagaimana mungkin, ketika kita berkata bahwa kita
menyembah hanya satu Tuhan, namun kita menyatakan bahwa ada dua, Allah Bapa
dan Allah Putera, di mana penyebutan ini telah menyebabkan banyak orang jatuh ke
dalam kesalahan yang terbesar … [yang berpikir] bahwa kita mengakui adanya Tuhan
yang lain, dan bahwa Tuhan yang lain itu adalah yang dapat mati …. [Tetapi] ketika
kita bicara tentang Allah Bapa dan Allah Putera, kita tidak bicara tentang Mereka
sebagai satu yang lain dari yang lainnya, ataupun kita memisahkan satu dari lainnya,
sebab Bapa tidak dapat eksis tanpa Putera dan Putera tidak dapat dipisahkan
dari Bapa.” ((Lactantius, (ibid., 4:28–29))
14. St. Athanasius (296-373),
“Sebab Putera ada di dalam Bapa… dan Bapa ada di dalam Putera…. Mereka itu
satu, bukan seperti sesuatu yang dibagi menjadi dua bagian namun dianggap tetap

14 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
satu, atau seperti satu kesatuan dengan dua nama yang berbeda… Mereka adalah dua,
(dalam arti) Bapa adalah Bapa dan bukan Putera, demikian halnya dengan Putera…
tetapi kodreat/ hakekat mereka adalah satu (sebab anak selalu mempunyai hakekat
yang sama dengan bapanya), dan apa yang menjadi milik BapaNya adalah milik
Anak-Nya.” ((St. Athanasius, Four Discourses Against the Arians, n. 3:3, in NPNF,
4:395.))

15. St. Agustinus (354-430),


“… Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah kesatuan ilahi yang erat, yang
adalah satu dan sama esensinya, di dalam kesamaan yang tidak dapat diceraikan,
sehingga mereka bukan tiga Tuhan, melainkan satu Tuhan: meskipun Allah Bapa
telah melahirkan (has begotten) Putera, dan Putera lahir dari Allah Bapa, Ia yang
adalah Putera, bukanlah Bapa, dan Roh Kudus bukanlah Bapa ataupun Putera, namun
Roh Bapa dan Roh Putera; dan Ia sama (co-equal) dengan Bapa dan Putera,
membentuk kesatuan Tritunggal. ” ((St. Augustine, On The Trinity, seperti dikutip
oleh John Willis SJ, Ibid., 152.))

Dalam bukunya, On the Trinity (Book XV, ch. 3), St. Agustinus menjabarkan
ringkasan tentang konsep Trinitas. Secara khusus ia memberi contoh beberapa trilogi
untuk menggambarkan Trinitas, yaitu:
1. seorang pribadi yang mengasihi, pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri.
2. trilogi pikiran manusia, yang terdiri dari pikiran (mind), pengetahuan (knowledge)
yang olehnya pikiran mengetahui dirinya sendiri, dan kasih (love) yang olehnya
pikiran dapat mengasihi dirinya dan pengetahuan akan dirinya.
3. ingatan (memory), pengertian (understanding) dan keinginan (will). Seperti pada
saat kita mengamati sesuatu, maka terdapat tiga hal yang mempunyai satu esensi,
yaitu gambaran benda itu dalam ingatan/ memori kita, bentuk yang ada di pikiran
pada saat kita melihat benda itu dan keinginan kita untuk menghubungkan
keduanya.
Khusus untuk point yang ketiga ini kita dapat melihat contoh lain sebagai berikut:
jika kita mengingat sesuatu, misalnya menyanyikan lagu kesenangan, maka terdapat
3 hal yang terlibat, yaitu, kita mengingat lagu itu dan liriknya dalam memori/ ingatan
kita, kita mengetahui atau memikirkan dahulu tentang lagu itu dan kita menginginkan
untuk melakukan hal itu (mengingat, memikirkan-nya) karena kita menyukainya.
Nah, ketiga hal ini berbeda satu sama lain, namun saling tergantung satu
dengan yang lainnya, dan ada dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Kita tidak
bisa menyanyikan lagu itu, kalau kita tidak mengingatnya dalam memori; atau kalau
kita tidak mengetahui lagu itu sama sekali, atau kalau kita tidak ingin mengingatnya,
atau tidak ingin mengetahui dan menyanyikannya.

Ungkapan Iman akan Tritunggal dalam Gereja


• Tanda Salib
Pada saat membuat tanda salib kita mengucapkan kata-kata yang mengungkapkan iman akan
Tritungggal: “Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Amin”.
Dengan membuat tanda salib kita hendak mengungkapkan iman akan karya penyelamatan
Allah yang sejak semula sudah direncanakan dan dilaksanakan Bapa dengan berbagai cara,

15 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
dan yang secara khusus dinyatakan dalam sengsara dan wafat serta kebangkitan Putera-Nya,
Yesus Kristus, dan yang berkat Roh Kudus masih berlangsung hingga sekarang ini.
Dengan tanda salib kita meneladan Yesus Kristus yang berkat salibNya telah menebus dosa
dan mengantar manusia kepada Allah Bapa, serta berharap dapat berpartisipasi meneruskan
dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

• Doa Kemuliaan (Gloria)


Madah kemuliaan yang biasanya kita nyanyikan merupakan pujian atas kebesaran karya
keselamatan Allah. “Kemuliaan kepada Allah di Surga.” Kita tahu bahwa Allah telah turun
dari Surga untuk keselamatan kita dan untuk mengangkat kita “ke atas” manusia yang kecil
yang mengagumi karya kebesaran Allah. Dalam madah ini, kita juga memuji Putera Allah
yang setara dengan Bapa, yang “menghapus dosa dunia”, yang menebus kita. Dalam penutup
madah ini, kita sekali lagi mengingat hidup Allah Tritunggal; dan Kristus Penebus kita, yang
mewahyukan Bapa bersama dengan Roh Kudus, sekali lagi menjadi pusat cinta kasih dan
pujian kita: “Karena hanya Engkaulah kudus, hanya Engkaulah Tuhan, hanya Engkaulah
Mahatinggi, Ya Yesus Kristus, bersama dengan Roh Kudus, dalam kemuliaan Allah Bapa.
Amin.

• Syahadat/Credo
Isi Syahadat/Credo, dengan sangat jelas mengungkapkan iman akan Allah Tritunggal
Mahakudus. Syahadat atau credo merupakan ringkasan seluruh sejarah karya penyelamatan
Allah, mulai dari penciptaan, penjelmaan, kesengsaraan, wafat, kebangkitan, kenaikan ke
Surga, kedatangan Roh Kudus, kedatangan Kristus kembali, misteri Gereja, sakramen-
sakramen sampai dengan kehidupan kekal. Oleh karena itu, setiap kali kita mengucapkan
Syahadat/Credo kita mengenangkan seluruh sejarah penyelamatan yang dilaksanakan oleh
Allah Tritunggal Mahakudus. Sejarah penyelamatan adalah sejarah keselamatan yang berasal
dari Bapa, terlaksana oleh Putera dan dilanjutkan oleh Roh Kudus di dalam Gereja sampai
pada akhir zaman.

• Doksologi
Doksologi artinya doa pujian. Doa ini diucapkan pada akhir dari Doa Syukur Agung pada
waktu Perayaan Ekaristi. Doa Doksologi berbunyi:
“Bersama dan bersatu dengan Kristus dan dengan perantaraanNya, dalam persatuan
dengan Roh Kudus, disampaikanlah kepada-Mu Allah Bapa yang Mahakuasa, segala hormat
dan pujian, kini dan sepanjang segala masa”. Umat menjawab “Amin”.
Doksologi memperlihatkan tiga macam relasi, hubungan kita dengan Kristus: oleh Kristus,
dengan Kristus dan dalam Kristus. “Oleh Kristus” menekankan perantaraan Kristus. Yesus
Kristus adalah satu-satunya pengantara antara Allah Bapa dan manusia. “Dengan Kristus”
(“bersama Kristus”) berarti bukan Kristus sendiri saja yang mempersembahkan kurban, tetapi
seluruh Gereja mempersembahkannya bersama dengan Dia. “Dalam Kristus” sangat dekat
dengan istilah “Dalam Roh Kudus”. Dan memang tekanan doksologi menuju ke sini:
Kepada-Mu Allah Bapa yang Mahakuasa, dalam persatuan dengan Roh Kudus, segala hormat
dan pujian. Roh Kudus begitu menyatukan kita dengan Kristus sehingga hubungan kita

16 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
dengan Bapa menjadi sama seperti hubungan Kristus dengan Bapa. Jawaban “Amin” yang
kita ucapkan menjadi sungguhsungguh pengakuan iman kita yang penuh dan lengkap.

• Pembaptisan
Pembaptisan yang dilaksanakan dalam Gereja Katolik menggunakan rumusan Trinitas. Pada
waktu membaptis, Imam mengucapkan, “(N) .............. (Nama orang yang dibaptis) Aku
membaptis kamu: dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.” Melalui pembaptisan ini,
orang yang dibaptis dipersatukan dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus.

PENUTUP
Allah Menyatakan Diri-Nya Sendiri Di Dalam Pengalaman Manusia
Kita mengenal Allah di dalam pengalaman manusiawi kita sebagai Tripersonalitas, yaitu
Allah Bapa adalah pribadi yang transenden yang melampaui segala sesuatu; Allah Anak
pribadi yang imanen di dalam kita semua; dan Allah Roh Kudus pribadi yang inherent atau
tinggal di dalam kita semua. Pengalaman pribadi kita menunjukkan Trinitarian.

Allah adalah kudus.


Bagaimana mungkin manusia yang penuh dosa dapat melihat atau mendekati kekudusan
Allah? Tidak, manusia bahkan tidak dapat melihat wajah-Nya. Kita bahkan tidak dapat
melihat matahari yang merupakan salah satu ciptaan yang kecil dari tangan-Nya, apalagi
bagaimana mungkin kita bisa melihat wajah Allah yang penuh dengan kemuliaan, yaitu Allah
yang transenden. Kita mendekati Allah kita Yang Agung di dalam kasih Tuhan kita dan kasih
yang menebus di dalam darah-Nya yang dikorbankan untuk menutupi dan menyucikan dosa-
dosa kita. Kita menghadap Allah di dalam Kristus, kita adalah ciptaan yang mana untuknya
Dia mau mati. Kita adalah orang berdosa yang telah Dia selamatkan. Kita tahu Allah hanya
membuka pintu bagi kita yang mau masuk ke hadirat-Nya melalui Yesus. Dan Roh Allah
menggerakkan hati kita dan kemudian membawa kita kepada Dia dalam kasih yang
menyelamatkan.
Ia turut memberikan kesaksian tentang Firman dengan menggerakkan dan memimpin
hati. Selanjutnya kita dibawa kepada Bapa Surgawi Yang Agung, kita diundang untuk datang
kepada-Nya. Orang-orang berdosa seperti kita tidak layak, namun Ia mau mengundang kita
untuk datang kepada-Nya, untuk menemukan anugerah yang dapat menolong dan memenuhi
kebutuhan kita akan keselamatan. Kita mengalami keselamatan dari Allah dalam bentuk
Trinitarian itu. Yesus telah mati untuk kita, Ia telah mati untuk dosa-dosa kita di dalam
pengorbanan-Nya sendiri dan kasih-Nya. Roh Kudus membawa berita tentang Yesus dan
menarik hati kita sehingga kita datang ke hadapan Allah di dalam nama-Nya, didalam
anugerah-Nya. Itu adalah cara kita diselamatkan dan itu adalah cara kita hidup sebagai orang-
orang Kristen. Itu juga cara kita berdoa. Abraham berkata “Aku adalah debu yang tidak layak
datang berbicara kepada Engkau.” Ini sama seperti kita. Kita semua tidak layak di hadapan
Tuhan. Kita tidak layak untuk datang kepada Allah. Namun kita dapat datang kepada Allah di
dalam nama Yesus. Kita mendasarkan pengharapan dan iman kita di dalam kebenaran-Nya,
di dalam kasih dan rahmat-Nya, dan kita dapat datang kepada Allah oleh karena Roh Allah
menggerakkan hati kita. Tanpa Roh Allah yang mengerakkan hati kita, kita tidak akan pernah
dapat datang atau mau datang atau mau percaya atau mau berdoa kepada Dia. Roh Allah lah

17 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
yang menggerakkan dan memimpin kita kepada Tuhan di dalam keselamatan kita. Dalam
kehidupan kita sehari-hari tiga pribadi dari Allah Tritungal ini begitu nyata di dalam
pengalaman hidup kita.
Marilah kita menyimpulkan dengan memberikan satu kebenaran lagi. Ketika
seseorang menolak pewahyuan Allah yang menyatakan bahwa Allah sebagai Tripersonalitas,
ia akan langsung jatuh ke dalam iman yang kosong tanpa pengharapan. Itu adalah kebenaran
yang berhubungan dengan Yesus Tuhan kita. Jika kita mengingkari doktrin Tritunggal maka
Yesus adalah orang lain dan Ia telah mati sebagai orang lain. Ia tidak dapat menyatakan Bapa
kepada kita secara sempurna karena Ia adalah orang lain. Kita tidak memiliki jaminan kalau
demikian. Ia tidak bisa mendengar doa-doa kita. Ia tidak dapat membuat jiwa kita damai. Ia
tidak memiliki kata-kata yang penuh anugerah dan keselamatan. Ia tidak dapat mengampuni
dosa kita. Ia tidak dapat memelihara kita. Karena kalau doktrin Tritunggal itu ditolak maka
Yesus bukan Allah. Dia adalah orang lain dan bukan pribadi Allah. Di sisi lain ketika kita
dapat menerima pewahyuan Allah, bahwa Allah adalah Tritunggal maka Yesus adalah
Juruselamat Yang Agung dan Ajaib. Pribadi kedua dari Tritunggal yang menyatakan Allah
Bapa kepada kita dan membawa kita ke dalam keselamatan di dalam hadirat-Nya yang
menyelamatkan. Yesus adalah Allah yang menjadi daging, Ia menyatakan Bapa yang tidak
kelihatan. Jika saya ingin mengetahui Allah, Dialah Allah; jika saya ingin melihat Allah, saya
dapat melihat Dia; jika saya ingin menyembah Allah, saya dapat menyembah Dia. Ketika
manusia menyembah Allah yang benar, ketika ia membungkuk di depan Tuhan Yesus
Kristus, ketika ia menerima kesaksian Roh Kudus di dalam hatinya yang bersaksi tentang
anugerah keselamatan di dalam Kristus, orang itu akan dipulihkan. Dia akan dinaikkan dan
dia akan dibangun. Ada satu Allah dan nama-Nya adalah Allah Bapa kita dan Allah
Juruselamat kita dan Allah di dalam hati kita yang memimpin kita kepada anugerah
keselamatan dan itu adalah Roh Kudus. Ada lagi kita dapat melihat penyataan pribadi ketiga
di dalam pribadi Trintas. “Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia
akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang
mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang
Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun
tidak” (Matius 12:31-32). Orang yang menghujat Roh Kudus tidak ada pengampunan dan itu
adalah dosa yang tak terampunkan. Ini sungguh mengerikan. Tetapi ketika tiga pribadi
Trinitas ini nampak secara bersama-sama, ketika mereka dinyatakan secara bersama-sama di
dalam Alkitab, itu selalu menunjukkan Allah yang penuh rahmat,kasih mesra dan pemberi
keselamatan.

Doa Penutup
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus,
Ya Allah, kami bersyukur untuk misteri kehidupan-Mu dalam Tritunggal Maha Kudus. Di
dalam kehidupan batinMu, Engkau telah menyingkapkan kepada kami kedalaman kasih-Mu
yang tiada batasnya. Ampunilah kami, jika kami sering tidak menyadari panggilan-Mu untuk
mengambil bagian di dalam misteri kasih-Mu itu. Kami mohon, ya Tuhan, bantulah kami
dengan rahmat-Mu agar kami dapat untuk turut mengambil bagian di dalam misteri Kasih itu,
dengan mengambil bagian di dalam sakramen-sakramen yang Engkau berikan, dan bantulah
aku untuk lebih setia di dalam kehidupan doaku, agar dengan kekuatan yang Engkau berikan,

18 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
Engkau memampukan kami untuk mengasihi Engkau dan sesama kami. Di dalam nama
Yesus Kristus kami naikkan doa ini. Amin.

NB:
PADA MATERI PRAKTIKUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK INI, MUNGKIN
AKAN BANYAK MUNCUL PERTANYAAN, KARENA MATERI YANG
DISAMPAIKAN CUKUP SULIT DIMENGERTI. TIDAK CUKUP MEMBACA
SEKALI UNTUK MEMAHAMINYA.
“PENGETAHUAN TIDAKLAH CUKUP MEMAHAMI TENTANG MITERI ALLAH
TRITUNGGAL, TETAPI JUGA HARUS DENGAN MELIHAT DAN MENGERTINYA
DENGAN KACA MATA IMAN DAN HATI YANG TERBUKA DENGAN TUNTUNAN
ROH KUDUS !”

JIKA ADA PERTANYAAN DAPAT DITANYAKAN KE PAK YO LANGSUNG !!

19 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k

Anda mungkin juga menyukai