Doa pembuka:
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus,
Ya Allah Tritunggal Maha Kudus, kami memuji nama-Mu dan keajaiban kasih-Mu yang
Engkau nyatakan di dalam Kristus Putera-Mu yang telah wafat dan bangkit bagi kami. Di
dalam Kristuslah, kami mengenal kedalaman misteri kehidupan-Mu, yang adalah KASIH
ilahi. Berikanlah kepada kami, ya Tuhan, rahmat pengertian akan misteri kasih-Mu itu, agar
kami dapat memuliakan Engkau dan menyembah kesatuan Kasih Ilahi-Mu. Semoga oleh
kuasa-Mu, hati kami dapat terbuka untuk melihat betapa besar dan dalamnya misteri Kasih
itu. Demi Kristus Tuhan Pengantara kami. Amin.
A. Pengantar:
Salah satu ajaran iman kristiani yang dirasa sulit dipahami adalah tentang Tritunggal
Mahakudus. Kesulitan tersebut sering menjadi penyebab terjadinya kesalahan penafsiran. Tentu
saja hal ini tidak benar, sebab iman Kristiani mengajarkan Allah yang Esa. Namun bagaimana
mungkin Allah yang Esa ini mempunyai tiga Pribadi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut
dibutuhkan iman dan keterbukaan hati serta pola pikiran yang lebih dalam dan luas dalam
memahami Allah. Pola pikir yang dibutuhkan adalah bahwa tidak semua hal tentang Allah dapat
dijelaskan dengan logika manusia semata-mata. Kita harus sampai pada kesadaran bahwa dibalik
kesulitan menjelaskan Allah, kenyataannya kehadiran Allah dapat dirasakan secara konkret
dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun ajaran tentang Trinitas ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan akal, bukan berarti
bahwa Allah Tritunggal ini adalah konsep yang sama sekali tidak masuk akal. St. Agustinus
bahkan mengatakan, “Kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Allah”. Sebab Allah
jauh melebihi manusia dalam segala hal, dan meskipun Ia telah mewahyukan Diri, Ia tetap
rahasia/ misteri. Di sinilah peran iman, karena dengan iman inilah kita menerima misteri Allah
yang diwahyukan dalam Kitab Suci, sehingga kita dapat menjadikannya sebagai dasar
pengharapan, dan bukti dari apa yang tidak kita lihat (lihat Ibrani 11:1-2).
Agar dapat sedikit menangkap maknanya, kita perlu mempunyai keterbukaan
hati. Hanya dengan hati terbuka, kita dapat menerima rahmat Tuhan, untuk
menerima rahasia Allah yang terbesar ini; dan hati kita akan dipenuhi oleh ucapan
syukur tanpa henti. Jadi jika ada orang yang bertanya, apa dasarnya kita percaya pada
Allah Tritunggal, sebaiknya kita katakan, “karena Allah melalui Yesus menyatakan
Diri-Nya sendiri demikian”, dan hal ini kita ketahui dari Kitab Suci.
B. Pertanyaan
Jawablah pertanyaan ini untuk dapat membantu pemahaman tentang Allah Tritunggal !
a. Allah Tritunggal merupakan misteri iman. Jelaskan !
b. Dimana letak perbedaan tentang Allah Tritunggal ! Jelaskan !
c. Bagaimana menjelaskan akan adanya hubungan kasih Allah Bapa, Allah Puteradan Allah
Roh Kudus !
d. Bagaimana ungkapan iman Allah Tritunggal dalam gereja sebagi praktek iman kehidupan
sehari-hari !
NB:
a. Jawaban soal bagian a,b,c,d dikumpulkan dengan format pdf ke mentor masing-masing !
b. Teknis pengerjaan soal bagian e dengan cara membuat video testimoni jawaban dan
dikumpulkan ke Pak Yo, paling lambat hari Jumat, 3 April 2020 via whatsApp !
C. Pendalaman
1. Tritunggal adalah Allah yang satu. ((Lihat KGK 253)) Pribadi ini tidak membagi-
bagi ke-Allahan seolah masing-masing menjadi sepertiga, namun mereka adalah
‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama
seperti Bapa; dan Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah
dengan kodrat yang sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam
Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada di dalam Bapa, dan
seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan
seluruhnya di dalam Putera.
2. Ketiga Pribadi ini berbeda secara real satu sama lain, yaitu di dalam hal hubungan
asalnya: yaitu Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus
yang dihembuskan. ((Lihat KGK 254))
Bacalah dengan seksama butir-butir ajaran iman Katolik dari Katekismus Gereja Katolik (KGK)
di bawah ini !
233. Orang Kristen dibaptis atas "nama" (tunggal) dan bukan atas "nama-nama"
(jamak) Bapa, Putera, dan Roh Kudus, karena ada hanya satu Allah, Bapa
yang maha kuasa dan Putera-Nya yang tunggal dan Roh Kudus: Tritunggal
Maha Kudus.
234. Misteri Tritunggal Maha Kudus adalah rahasia sentral iman dan kehidupan
Kristen. Itulah misteri kehidupan batin ilahi, dasar pokok segala misteri iman
yang lain dan cahaya yang meneranginya. Itulah yang paling mendasar dan
hakiki dalam "hierarki kebenaran iman". (DCG 43). "Seluruh sejarah
keselamatan tidak lain dari sejarah jalan dan upaya, yang dengan
perantaraannya Allah yang satu dan benar - Bapa, Putera, dan Roh Kudus -
mewahyukan Diri, memperdamaikan diri-Nya dengan manusia yang berbalik
dari dosa, dan mempersatukan mereka dengan diri-Nya" (DCG 47).
237. Tritunggal adalah misteri iman dalam arti sesungguhnya, satu dari "rahasia-
rahasia yang tersembunyi dalam Allah... yang kalau tidak diwahyukan oleh
Allah, tidak dapat diketahui" (Konsili Vatikan I: DS 3015). Dalam karya
penciptaan-Nya dan dalam wahyu-Nya selama Perjanjian Lama, Allah
memang meninggalkan jejak-jejak kodrat trinitaris-Nya itu. Tetapi kodrat-
Nya yang terdalam sebagai Tritunggal Kudus merupakan satu rahasia, yang
tidak dapat diterobos budi kita dan yang sebelum inkarnasi Putera Allah dan
perutusan Roh Kudus, juga tidak dapat diterobos iman Israel.
Iman Katolik adalah Iman yang Trinitas. Kita mengimani Allah yang melaksanakan
karya penyelamatannya bagi manusia sepanjang zaman, melalui peran ketiga pribadi:
Bapa, Putera dan Roh Kudus. Ketiganya merupakan kesatuan utuh yang tak dapat
dipisahkan, walaupun ketiganya berbeda. Peran Bapa, hanya mempunyai arti
penyelamatan secara utuh dan universal bila kita kaitkan dengan karya Putera dan Roh
Kudus. Karya Putera, hanya mempunyai arti penyelamatan secara utuh bila
ditempatkan dalam keseluruhan karya dan rencana Bapa, dan yang masih terus
berlangsung berkat Roh Kudus. Demikian pula, kehadiran Roh Kudus dan karya-Nya,
hanya dapat dipahami sebagai bagian utuh karya keselamatan bila ditempatkan sebagai
roh penghibur dan roh kebenaran yang dimintakan Yesus kepada Bapa untuk menyertai
manusia.
a. Ajaran Kitab Suci
1). Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama sering dikatakan bahwa Allah berbicara kepada para nabi dan bapa
bangsa. Tentu saja berbicara secara rohani. Kalau Allah sering berbicara dan berkomunikasi
dengan manusia. Konteks monoteisme sederhana Perjanjian Lama, dipersonifikasikan
Perhatikan: bukan dikatakan atas nama-nama, melainkan atas nama (tunggal). Ayat
ini merangkum struktur dasar trinitaris seluruh Perjanjian Baru, bukan sebagai uraian teoritis,
melainkan pesan praktis untuk membaptis orang beriman. Pembaptisan merupakan kejadian
yang mendasari kehidupan seluruh Umat Allah dan setiap orang beriman dengan mengakui
kepercayaan akan satu Allah: Bapa-Putera-Roh. Rumus singkat seluruh iman Kristiani ini
harus diwartakan “sampai ke ujung bumi!”
Dalam doa itu Yesus mengungkapkan bahwa Bapa adalah Hidup Abadi,
yang telah memberikan kepada Putera kuasa atas segala yang hidup dan
Putera telah meneruskan hidup kepada semua manusia yang mengenal dan
mengakui bahwa Yesus adalah Hidup itu. Sebab Dialah (Yesus) Hidup dari
Hidup, Terang dari Terang, Allah dari Allah, sejak kekal sebelum apa pun
diciptakan. Roh Kudus, yang berasal dari Bapa dan Putera,
menganugerahkan Hidup ini kepada semua orang beriman, supaya mereka
bersatu dengan Allah, seperti Bapa dan Putera adalah satu. Ini adalah karya
Roh, Pemersatu Ilahi. Dengan demikian Bapa dan Putera saling memuliakan
di bumi ini dengan kemuliaan yang dimiliki sejak kekal.
Yohanes 17:5 Yesus juga menyatakan keberadaan Diri-Nya yang telah ada bersama-sama
dengan Allah Bapa sebelum penciptaan dunia
Kristus adalah sang Sabda/Firman, yang ada bersama sama dengan Allah
Yohanes 1:1-3 dan Firman itu adalah Allah, dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan.
Tidak mungkin Yesus menjadikan segala sesuatu, jika Ia bukan Allah
sendiri.
Selain menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, Yesus juga
menyatakan kesatuan-Nya dengan Roh Kudus, yaitu Roh yang dijanjikan-
Yohanes 15:26
Nya kepada para murid-Nya dan disebut-Nya sebagai Roh Kebenaran yang
keluar dari Bapa
Yohanes 14:6 Roh ini juga adalah Roh Yesus sendiri, sebab Ia adalah Kebenaran
Rasul Yohanes yang mengajarkan bahwa Bapa, Firman (yang adalah
1 Yohanes 5:7 Yesus Kristus), dan Roh Kudus adalah satu; demikian juga pengajaran
Petrus (lih. 1 Petrus :1-2; 2 Petrus 1:2); dan Paulus (lih. 1Korintus 1:2-
10; 1Korintus 8:6; Efesus 1:3-14).
Walaupun sama dalam kodrat ilahinya, namun ketiga Pribadi ini berbeda secara nyata satu
sama lain, yaitu berbeda di dalam hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang
‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan.
Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal
tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal
balik antarpribadi Allah tersebut. “Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dengan
Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakikat mereka adalah satu, yaitu
Allah.”
Dalam Trinitas, substansi/hakikat yang ada adalah satu, yaitu Allah, sedangkan di dalam
kesatuan tersebut terdapat tiga Pribadi: ada tiga Aku’, yaitu Bapa. Putera dan Roh
Hal yang membedakan Pribadi yang satu dengan yang lainnya hanyalah terletak dalam
hubungan timbal balik antara ketiganya.
Prinsip Trinitas : kenapa hal ini sudah sepantasnya terjadi (argument of fttingness).
Istilah ini diajarkan oleh St. Gregorius dari Nasiansa.
Seorang Filsuf bernama Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
mempunyai akal budi. Akal budi yang berada dalam jiwa manusia inilah yang menjadikan
manusia sebagai ciptaan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan ciptaan yang lain.
Akal budi, yang terdiri dari intelek (intellect) dan keinginan (will) adalah anugerah Tuhan
kepada umat manusia, yang menjadikannya sebagai ‘gambaran’ Allah sendiri. Intelek dan
keinginan memampukan manusia melakukan dua perbuatan, yaitu: mengetahui dan
mengasihi. Orang tidak akan dapat mengasihi tanpa mengetahui terlebih dahulu.
Bagaimana kita dapat mengasihi atau menginginkan sesuatu yang tidak kita ketahui?
Berdasarkan prinsip “seseorang tidak dapat memberi jika tidak lebih dahulu mempunyai”
maka Tuhan yang memberikan kemampuan pada manusia untuk mengetahui dan mengasihi,
pastilah Tuhan sudah memiliki kemampuan tersebut secara sempurna. Jika kita
mengetahui sesuatu, kita mempunyai konsep tentang sesuatu tersebut di dalam pikiran
kita, yang kemudian dapat kita nyatakan dalam kata-kata.
Kegiatan intelek ini adalah Allah Putera, Sang Sabda. Rasul Yohanes mengatakan
pada permulaan Injilnya, “Pada Mulanya Adalah Firman; Firman Itu Bersama-sama
dengan Allah dan Firman Itu Adalah Allah” (Yohanes 1:1).
Defnisi Kasih.
Kesempurnaan kasih Allah ini ditunjukkan dengan kerelaan Yesus untuk menyerahkan
nyawa-Nya demi kasih-Nya kepada Allah Bapa dan kepada kita. Yesus memberikan Diri-
Nya sendiri demi keselamatan kita, agar kita dapat mengambil bagian dalam kehidupan-Nya
oleh kuasa Roh-Nya yaitu Roh Kudus.
Mereka merumuskan bahwa Hidup Ilahi yang satu dan sama itu dijalankan oleh Bapa
sebagai Pemberi, Putera sebagai Penerima dan Roh Kudus sebagai Yang berasal dari
Bapa dan Putera.
Perbedaan ‘antara’ ketiga Pribadi Ilahi semata-mata merupakan cara menghayati Hidup (atau
Zat) Ilahi yang satu dan sama itu dalam kaitan dengan Pribadi-pribadi yang lain.
Saling memberikan Diri secara total tidak lain artinya dapat saling mencinta. Cintakasih ialah
daya pemersatu yang paling kuat, apalagi cintakasih mutlak. Allah tidak hanya mencintai,
Dialah Cinta Kekal. Selain mempersatukan secara personal, cinta mengkhususkan
kepribadian dia yang mencinta dan yang dicinta. Jadi, semakin bersatu semakin menjadi diri
pula.
Bahasa rumusan itu tepat pada waktu itu, namun tidak mutlak untuk segala zaman, sehingga
dapat dan perlu disesuaikan dengan terminologi yang lebih modern (tanpa meninggalkan
sedikit pun isi dogma fundamental ini).
Allah Bapa, Sumber tidak bersumber tetapi ‘sejak kekal’ menerimakan seluruh Diri-Nya
kepada Allah-Putera. Penerima seluruh Diri Bapa ialah Putera. Bapa dan Putera sama
dalam segala hal, kecuali dalam cara ‘memiliki’ ke-Allah-an yakni menerimakan atau
menerima-Nya. Penerimaan seluruh ke-Allah-an dari Bapa dan dari Putera ialah Roh
Kudus. Sebenarnya Allah tidak ‘memiliki’ apa-apa, tetapi ‘adalah’ segala (secara
sempurna). Ia hanya ‘dapat’ memberi Diri seluruhnya secara tidak terbagi. Allah secara
murni adalah Pemberi-Diri, yakni selalu dan seluruh Hakikat-Nya. Kemahaesaan adalah
hakiki pada-Nya, sehingga mustahil terbagi-bagi, berunsurunsur. Tidak ada yang bisa
dijumlahkan.
Kodrat dihayati Bapa sebagai tidak diberikan kepada-Nya dan sekaligus sebagai
memberikan-Nya kepada Putera dan Roh Kudus secara ‘berbeda’. Kepada Putera dengan
men-sabda-kan atau me-lahir-kan-Nya. Kepada Roh Kudus dengan menghembus-kan-Nya
(bersama dengan Putera). Putera dan Roh Kudus menghayati Kodrat Ilahi yang satu dan sama
itu sebagai menerima seluruh Ada Bapa-Nya (walaupun masing-masing menerima-Nya
secara berbeda, bukan yang berbeda).
Jadi, seluruh ‘perbedaan’ antara tiga Pribadi Ilahi tidak lain daripada ber-Allah
secara relatif berbeda (atau ‘memiliki’ Kodrat Ilahi Yang satu dan sama itu secara
khas). Dalam Allah Tritunggal terdapat hanya satu kekuasaan, satu kehendak, satu
kesadaran-diri, satu kegiatan keluar. Oleh karena itu, istilah ‘Pribadi’ Ilahi tidak berarti
lain daripada ‘cara berada secara khas’ yakni ‘cara khusus menghayati Zat Ilahi dalam
hubungan timbal-balik tak terpisahkan dengan kedua cara yang lain’.
Setiap Pribadi Ilahi sejak kekal berada ‘dalam’ yang lain berkat saling penyerahan diri
secara total (!) dalam gerak cintakasih tak terbatas. Jadi, apa yang disebut ‘berada secara tiga
pribadi’ itulah justru sebab dan dasar Kemahaesaan Ilahi sebagai Ilahi.
Setiap ‘cara berada’ tidak terlepaskan dari kedua ‘cara berada’ yang lain. Keberadaan
relasional ketiga Pribadi atau Cara berada Ilahi itu merupakan Kebahagiaan Mutlak dan
melebihi kesatuan dalam bentuk apa pun yang terjangkau oleh pengalaman dan otak manusia.
Keesaan dalam Allah Tritunggal kiranya boleh dipikirkan menurut model “pengabdian
timbal-balik” antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Masing-masing pribadi Ilahi
melepaskan kekhususanNya (Bapa sebagai Bapa, Putra sebagai Putra, dan Roh Kudus
sebagai Roh Kudus) demi “kepentingan umum”, artinya demi kesatuan, kemahaesaan
Ilahi yang universal. Ketiga Pribadi Ilahi meleburkan diri ke dalam satu Allah yang tunggal.
Kepribadian masing-masing Diri Ilahi diperluas menjadi universalitas Allah yang Mahaesa.
Maka dari itu, kesatuan Allah justru disebabkan oleh proses saling mengabdi antara ketiga
diri Ilahi.
Allah adalah Esa secara istimewa karena Ia Tritunggal. Kesatuan-Nya bercorak bukan
hanya tak-terbatas, melainkan juga lain dari kesatuan apa pun di dunia ini, yakni secara
sungguh-sungguh ilahi. Ajaran tentang Tritunggal merumuskan, dengan kata lain, puncak
Kemahaesaan Trinitaris
Makna ajaran tentang Tritunggal berusaha merumuskan Kemahaesaan Allah pada tingkat
ilahi (tauhid Kristiani), jadi bukan usaha menyelamatkan ke-esaan terhadap ‘ketigaan’.
Keesaan ilahi, yakni adanya hanya satu Allah saja Yang tak terbagi-bagi (tidak terdiri dari
bagian-bagian atau nafi tarkib Arab), mustahil sama atau pun mirip kesatuan barang atau
makhluk ciptaan mana pun. Ini pasti! Jadi, pemikiran tentang keesaan ilahi dan keesaan
duniawi (fisik) lebih menunjukkan perbedaan dari pada persamaannya. Menyamakan
10 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
keduanya adalah dosa besar. Apa pun Yang-Ilahi tidak boleh disamakan dengan yang
duniawi (sirik). Inilah keyakinan semua agama monoteis.
Dalam hal memikirkan dan berbicara tentang Kemahaesaan Ilahi hukum analogi harus
benar-benar diperhatikan. Suatu pengertian disebut ‘analog’, jika pengetian itu mengandung
kesamaan dan dalam kesamaan itulah sekaligus terdapat perbedaan yang lebih besar.
Kemahaesaan Ilahi menyerupai kesatuan duniawi, tetapi dengan cara lebih berbeda
dengannya daripada sama dengannya.
Kemahaesaan Allah memahkotai semua tingkat kesatuan. Kesatuan paling rendah
ialah yang kuantitatif atau bilangan: mulai dari kesatuan materiil, yang berstruktur paling
rapuh (mis. kesatuan batu, air), kesatuan lebih tinggi adalah kesatuan makhluk-makhluk
organis dan kemudian yang paling sempurna di dunia ini kesatuan personal-rohani.
Kesatuan seorang pribadi misalnya menyatukan seluruh keanekaragaman jasmaninya dan
rupa-rupa dimensi psikisnya dalam kesatuan kesadaran-diri sebagai ‘Aku’. Namun, sang
pribadi dapat sedalam-dalamnya membuka-diri kepada pribadi (- pribadi) lain. Ia bahkan
perlu berbuat demikian untuk berkembang semakin menjadi dirinya, yakni semakin menjadi
pribadi. Gagasan pribadi mau-tak-mau berkonotasi antarpribadi. Saling keperluan
antarpribadi bukan kekurangan, melainkan akibat dimensi baru pada tingkatan kesempurnaan
lebih tinggi dibanding dengan tingkat organis atau bendawi semata. Saling- keperluan
menjadi saling-mengisi atau saling mencintai. Cinta tanpa pamrih merupakan puncak
kesatuan yang dapat tercapai dan dihayati di dunia ini, karena sejajar dengan kadar
bersatunya cinta yang menyempurnakan kepribadian. Tiada yang lebih mempersatukan dan
lebih mendewasakan daripada cintakasih sejati. Namun, cintakasih antarmanusia mautak-mau
selalu terbatas dan terancam. Karena persatuan cinta kasih itu bersifat manusiawi juga. Hal
ini tidak terjadi pada Allah, karena kesatuannya bersifat ilahi. Tingkatan-tingkatan kesatuan
adalah tingkat kesempurnaan sejajar dengan tingkatan-tingkatan berada secara anorganis,
organis, lalu rohani. Mutlak tidak mungkin kesatuan Allah menyerupai apa yang kita ketahui
dari barang bilangan, seperti ‘satu’ batu, ‘satu’ pohon, ‘satu’ pasang manusia. Kata ‘satu’
dalam bahasa Indonesia menunjuk pada tahap paling rendah itu, kita bisa katakan satu batu,
bukan sebatu, seperti seorang.
Misteri Tritunggal menghantar ke ambang pengertian, bahwa Allah adalah lain sama
sekali, jauh lebih rohani, esa dan pribadi daripada dapat dipikirkan maupun dibayangkan.
Kemahaesaan Ilahi secara kualitatif (atau transenden) melampaui kesatuan duniawi mana
pun, sehingga mendasari ketunggalan yang benar-benar ilahi. Kemahaesaan Ilahi
berdiferensiasi dengan melampau kemajemukan unsurunsur dan susunan seperti terdapat
dalam alam ciptaan-Nya. Tidak mungkin adanya Allah lebih dari satu (hal yang justru
mungkin kalau kesatuan bilangan diterapkan kepada Allah). Berkata ada dua Allah sama
artinya dengan mengatakan tiada satu Allah pun. Adanya sebagai Tritunggal mendasari
keunikan Allah yang benar-benar transenden sifatnya. Ke-Mahaesa-an, Keunikan,
Ketunggalan dan sifat tak terbagi dalam Dirinya saling menyandarkan dan mendukung. Bagi
para penganut ‘monoteisme sederhana’ menerangkan sifat dasar tersebut sebagai benarbenar
ilahi agak mustahil.
Allah ialah sumber asal dari segala kesatuan dan sekaligus sumber asal dari segala
keragaman yang diciptakan-Nya. Sebab, Ia sendiri esa secara mutlak dan sekaligus
ber-’pribadi’, sehingga melampaui secara kualitatif ‘satu’ dalam arti bilangan.
11 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
Andaikata Kemahaesaan Allah itu hanya berarti ‘tiada lain seperti Dia’, Kemahaesaan
sama dengan kesatuan manusiawi. Setiap pribadi manusia pun dalam arti pribadi terdapat
satu kali saja atau adalah esa.
Allah Tritunggal merupakan Allah yang satu-satunya (unik), yang tak mungkin dapat
didampingi oleh ilah-ilah lain, karena Ia dalam segala hal melampaui mereka secara benar-
benar mutlak.
4. St. Athenagoras (133-190):
“Sebab, … kita mengakui satu Tuhan, dan PuteraNya yang adalah Sabda-Nya,
dan Roh Kudus yang bersatu dalam satu kesatuan, –Allah Bapa, Putera dan
Roh Kudus.” ((St. Athenagoras, A Plea for Christians, Chap. 24, ibid., 148))
12 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
Dalam The Apology “Orang- orang Kristen, adalah mereka yang, di atas segala bangsa
di dunia, telah menemukan kebenaran, sebab mereka mengenali Allah, Sang
Pencipta segala sesuatu, di dalam Putera-Nya yang Tunggal dan di dalam Roh
Kudus. ((Aristides, Apology 16 [A.D. 140]))
6. St. Irenaeus (115-202):
“Sebab bersama Dia (Allah Bapa) selalu hadir Sabda dan kebijaksanaan-Nya,
yaitu Putera-Nya dan Roh Kudus-Nya, yang dengan-Nya dan di dalam-Nya, …Ia
menciptakan segala sesuatu, yang kepadaNya Ia bersabda, “Marilah menciptakan
manusia sesuai dengan gambaran Kita.” (( St. Irenaeus, Against Heresy, Bk. 4,
Chap.20, Ibid., 148))
“Sebab Gereja, meskipun tersebar di seluruh dunia bahkan sampai ke ujung bumi,
telah menerima dari para rasul dan dari murid- murid mereka iman di dalam satu
Tuhan, Allah Bapa yang Mahabesar, Pencipta langit dan bumi dan semua yang ada
di dalamnya; dan di dalam satu Yesus Kristus, Sang Putera Allah, yang menjadi
daging bagi keselamatan kita, dan di dalam Roh Kudus, yang [telah] mewartakan
melalui para nabi, ketentuan ilahi dan kedatangan, dan kelahiran dari seorang
perempuan, dan penderitaan dan kebangkitan dari mati dan kenaikan tubuh-Nya ke
surga dari Kristus Yesus Tuhan kita, dan kedatangan-Nya dari surga di dalam
kemuliaan Allah Bapa untuk mendirikan kembali segala sesuatu, dan membangkitkan
kembali tubuh semua umat manusia, supaya kepada Yesus Kristus Tuhan dan
Allah kita, Penyelamat dan Raja kita, sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang tidak
kelihatan, setiap lutut bertelut dari semua yang di surga dan di bumi dan di bawah
bumi ….” ((St. Irenaeus, Against Heresies, I:10:1 [A.D. 189])).
“Namun demikian, apa yang tidak dapat dikatakan oleh seorangpun yang hidup,
bahwa Ia [Kristus] sendiri adalah sungguh Tuhan dan Allah … dapat dilihat oleh
mereka yang telah memperoleh bahkan sedikit bagian kebenaran” ((St. Irenaeus, ibid.,
3:19:1)).
7. St. Clement dari Alexandria [150-215 AD]
Dalam Exhortation to the Heathen (Chapter 1) “Sang Sabda, Kristus, adalah
penyebab, dari asal mula kita -karena Ia ada di dalam Allah- dan penyebab dari
kesejahteraan kita. Dan sekarang, Sang Sabda yang sama ini telah menjelma menjadi
manusia. Ia sendiri adalah Tuhan dan manusia, dan sumber dari semua yang baik
yang ada pada kita” ((St. Clement, Exhortation to the Greeks 1:7:1 [A.D. 190])).
“Dihina karena rupa-Nya namun sesungguhnya Ia dikagumi, [Yesus adalah], Sang
Penebus, Penyelamat, Pemberi Damai, Sang Sabda, Ia yang jelas adalah Tuhan
yang benar, Ia yang setingkat dengan Allah seluruh alam semesta sebab Ia adalah
Putera-Nya.” ((ibid., 10:110:1)).
8. St. Hippolytus [170-236 AD]
Dalam Refutation of All Heresies (Book IX) “Hanya Sabda Allah [yang] adalah dari
diri-Nya sendiri dan karena itu adalah juga Allah, menjadi substansi Allah. ((St.
Hippolytus, Refutation of All Heresies 10:33 [A.D. 228]))
“Sebab Kristus adalah Allah di atas segala sesuatu, yang telah merencanakan
penebusan dosa dari umat manusia …. ((ibid., 10:34)).
9. Tertullian [160-240 AD]
13 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
Dalam Against Praxeas “Bahwa ada dua allah dan dua Tuhan adalah pernyataan yang
tidak akan keluar dari mulut kami; bukan seolah Bapa dan Putera bukan Tuhan,
ataupun Roh Kudus bukan Tuhan…; tetapi keduanya disebut sebagai Allah dan
Tuhan, supaya ketika Kristus datang, Ia dapat dikenali sebagai Allah dan disebut
Tuhan, sebab Ia adalah Putera dari Dia yang adalah Allah dan Tuhan.”
((Tertullian, Against Praxeas 13:6 [A.D. 216])).
14 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
satu, atau seperti satu kesatuan dengan dua nama yang berbeda… Mereka adalah dua,
(dalam arti) Bapa adalah Bapa dan bukan Putera, demikian halnya dengan Putera…
tetapi kodreat/ hakekat mereka adalah satu (sebab anak selalu mempunyai hakekat
yang sama dengan bapanya), dan apa yang menjadi milik BapaNya adalah milik
Anak-Nya.” ((St. Athanasius, Four Discourses Against the Arians, n. 3:3, in NPNF,
4:395.))
Dalam bukunya, On the Trinity (Book XV, ch. 3), St. Agustinus menjabarkan
ringkasan tentang konsep Trinitas. Secara khusus ia memberi contoh beberapa trilogi
untuk menggambarkan Trinitas, yaitu:
1. seorang pribadi yang mengasihi, pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri.
2. trilogi pikiran manusia, yang terdiri dari pikiran (mind), pengetahuan (knowledge)
yang olehnya pikiran mengetahui dirinya sendiri, dan kasih (love) yang olehnya
pikiran dapat mengasihi dirinya dan pengetahuan akan dirinya.
3. ingatan (memory), pengertian (understanding) dan keinginan (will). Seperti pada
saat kita mengamati sesuatu, maka terdapat tiga hal yang mempunyai satu esensi,
yaitu gambaran benda itu dalam ingatan/ memori kita, bentuk yang ada di pikiran
pada saat kita melihat benda itu dan keinginan kita untuk menghubungkan
keduanya.
Khusus untuk point yang ketiga ini kita dapat melihat contoh lain sebagai berikut:
jika kita mengingat sesuatu, misalnya menyanyikan lagu kesenangan, maka terdapat
3 hal yang terlibat, yaitu, kita mengingat lagu itu dan liriknya dalam memori/ ingatan
kita, kita mengetahui atau memikirkan dahulu tentang lagu itu dan kita menginginkan
untuk melakukan hal itu (mengingat, memikirkan-nya) karena kita menyukainya.
Nah, ketiga hal ini berbeda satu sama lain, namun saling tergantung satu
dengan yang lainnya, dan ada dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Kita tidak
bisa menyanyikan lagu itu, kalau kita tidak mengingatnya dalam memori; atau kalau
kita tidak mengetahui lagu itu sama sekali, atau kalau kita tidak ingin mengingatnya,
atau tidak ingin mengetahui dan menyanyikannya.
15 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
dan yang secara khusus dinyatakan dalam sengsara dan wafat serta kebangkitan Putera-Nya,
Yesus Kristus, dan yang berkat Roh Kudus masih berlangsung hingga sekarang ini.
Dengan tanda salib kita meneladan Yesus Kristus yang berkat salibNya telah menebus dosa
dan mengantar manusia kepada Allah Bapa, serta berharap dapat berpartisipasi meneruskan
dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
• Syahadat/Credo
Isi Syahadat/Credo, dengan sangat jelas mengungkapkan iman akan Allah Tritunggal
Mahakudus. Syahadat atau credo merupakan ringkasan seluruh sejarah karya penyelamatan
Allah, mulai dari penciptaan, penjelmaan, kesengsaraan, wafat, kebangkitan, kenaikan ke
Surga, kedatangan Roh Kudus, kedatangan Kristus kembali, misteri Gereja, sakramen-
sakramen sampai dengan kehidupan kekal. Oleh karena itu, setiap kali kita mengucapkan
Syahadat/Credo kita mengenangkan seluruh sejarah penyelamatan yang dilaksanakan oleh
Allah Tritunggal Mahakudus. Sejarah penyelamatan adalah sejarah keselamatan yang berasal
dari Bapa, terlaksana oleh Putera dan dilanjutkan oleh Roh Kudus di dalam Gereja sampai
pada akhir zaman.
• Doksologi
Doksologi artinya doa pujian. Doa ini diucapkan pada akhir dari Doa Syukur Agung pada
waktu Perayaan Ekaristi. Doa Doksologi berbunyi:
“Bersama dan bersatu dengan Kristus dan dengan perantaraanNya, dalam persatuan
dengan Roh Kudus, disampaikanlah kepada-Mu Allah Bapa yang Mahakuasa, segala hormat
dan pujian, kini dan sepanjang segala masa”. Umat menjawab “Amin”.
Doksologi memperlihatkan tiga macam relasi, hubungan kita dengan Kristus: oleh Kristus,
dengan Kristus dan dalam Kristus. “Oleh Kristus” menekankan perantaraan Kristus. Yesus
Kristus adalah satu-satunya pengantara antara Allah Bapa dan manusia. “Dengan Kristus”
(“bersama Kristus”) berarti bukan Kristus sendiri saja yang mempersembahkan kurban, tetapi
seluruh Gereja mempersembahkannya bersama dengan Dia. “Dalam Kristus” sangat dekat
dengan istilah “Dalam Roh Kudus”. Dan memang tekanan doksologi menuju ke sini:
Kepada-Mu Allah Bapa yang Mahakuasa, dalam persatuan dengan Roh Kudus, segala hormat
dan pujian. Roh Kudus begitu menyatukan kita dengan Kristus sehingga hubungan kita
16 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
dengan Bapa menjadi sama seperti hubungan Kristus dengan Bapa. Jawaban “Amin” yang
kita ucapkan menjadi sungguhsungguh pengakuan iman kita yang penuh dan lengkap.
• Pembaptisan
Pembaptisan yang dilaksanakan dalam Gereja Katolik menggunakan rumusan Trinitas. Pada
waktu membaptis, Imam mengucapkan, “(N) .............. (Nama orang yang dibaptis) Aku
membaptis kamu: dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.” Melalui pembaptisan ini,
orang yang dibaptis dipersatukan dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus.
PENUTUP
Allah Menyatakan Diri-Nya Sendiri Di Dalam Pengalaman Manusia
Kita mengenal Allah di dalam pengalaman manusiawi kita sebagai Tripersonalitas, yaitu
Allah Bapa adalah pribadi yang transenden yang melampaui segala sesuatu; Allah Anak
pribadi yang imanen di dalam kita semua; dan Allah Roh Kudus pribadi yang inherent atau
tinggal di dalam kita semua. Pengalaman pribadi kita menunjukkan Trinitarian.
17 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
yang menggerakkan dan memimpin kita kepada Tuhan di dalam keselamatan kita. Dalam
kehidupan kita sehari-hari tiga pribadi dari Allah Tritungal ini begitu nyata di dalam
pengalaman hidup kita.
Marilah kita menyimpulkan dengan memberikan satu kebenaran lagi. Ketika
seseorang menolak pewahyuan Allah yang menyatakan bahwa Allah sebagai Tripersonalitas,
ia akan langsung jatuh ke dalam iman yang kosong tanpa pengharapan. Itu adalah kebenaran
yang berhubungan dengan Yesus Tuhan kita. Jika kita mengingkari doktrin Tritunggal maka
Yesus adalah orang lain dan Ia telah mati sebagai orang lain. Ia tidak dapat menyatakan Bapa
kepada kita secara sempurna karena Ia adalah orang lain. Kita tidak memiliki jaminan kalau
demikian. Ia tidak bisa mendengar doa-doa kita. Ia tidak dapat membuat jiwa kita damai. Ia
tidak memiliki kata-kata yang penuh anugerah dan keselamatan. Ia tidak dapat mengampuni
dosa kita. Ia tidak dapat memelihara kita. Karena kalau doktrin Tritunggal itu ditolak maka
Yesus bukan Allah. Dia adalah orang lain dan bukan pribadi Allah. Di sisi lain ketika kita
dapat menerima pewahyuan Allah, bahwa Allah adalah Tritunggal maka Yesus adalah
Juruselamat Yang Agung dan Ajaib. Pribadi kedua dari Tritunggal yang menyatakan Allah
Bapa kepada kita dan membawa kita ke dalam keselamatan di dalam hadirat-Nya yang
menyelamatkan. Yesus adalah Allah yang menjadi daging, Ia menyatakan Bapa yang tidak
kelihatan. Jika saya ingin mengetahui Allah, Dialah Allah; jika saya ingin melihat Allah, saya
dapat melihat Dia; jika saya ingin menyembah Allah, saya dapat menyembah Dia. Ketika
manusia menyembah Allah yang benar, ketika ia membungkuk di depan Tuhan Yesus
Kristus, ketika ia menerima kesaksian Roh Kudus di dalam hatinya yang bersaksi tentang
anugerah keselamatan di dalam Kristus, orang itu akan dipulihkan. Dia akan dinaikkan dan
dia akan dibangun. Ada satu Allah dan nama-Nya adalah Allah Bapa kita dan Allah
Juruselamat kita dan Allah di dalam hati kita yang memimpin kita kepada anugerah
keselamatan dan itu adalah Roh Kudus. Ada lagi kita dapat melihat penyataan pribadi ketiga
di dalam pribadi Trintas. “Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia
akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang
mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang
Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun
tidak” (Matius 12:31-32). Orang yang menghujat Roh Kudus tidak ada pengampunan dan itu
adalah dosa yang tak terampunkan. Ini sungguh mengerikan. Tetapi ketika tiga pribadi
Trinitas ini nampak secara bersama-sama, ketika mereka dinyatakan secara bersama-sama di
dalam Alkitab, itu selalu menunjukkan Allah yang penuh rahmat,kasih mesra dan pemberi
keselamatan.
Doa Penutup
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus,
Ya Allah, kami bersyukur untuk misteri kehidupan-Mu dalam Tritunggal Maha Kudus. Di
dalam kehidupan batinMu, Engkau telah menyingkapkan kepada kami kedalaman kasih-Mu
yang tiada batasnya. Ampunilah kami, jika kami sering tidak menyadari panggilan-Mu untuk
mengambil bagian di dalam misteri kasih-Mu itu. Kami mohon, ya Tuhan, bantulah kami
dengan rahmat-Mu agar kami dapat untuk turut mengambil bagian di dalam misteri Kasih itu,
dengan mengambil bagian di dalam sakramen-sakramen yang Engkau berikan, dan bantulah
aku untuk lebih setia di dalam kehidupan doaku, agar dengan kekuatan yang Engkau berikan,
18 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k
Engkau memampukan kami untuk mengasihi Engkau dan sesama kami. Di dalam nama
Yesus Kristus kami naikkan doa ini. Amin.
NB:
PADA MATERI PRAKTIKUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK INI, MUNGKIN
AKAN BANYAK MUNCUL PERTANYAAN, KARENA MATERI YANG
DISAMPAIKAN CUKUP SULIT DIMENGERTI. TIDAK CUKUP MEMBACA
SEKALI UNTUK MEMAHAMINYA.
“PENGETAHUAN TIDAKLAH CUKUP MEMAHAMI TENTANG MITERI ALLAH
TRITUNGGAL, TETAPI JUGA HARUS DENGAN MELIHAT DAN MENGERTINYA
DENGAN KACA MATA IMAN DAN HATI YANG TERBUKA DENGAN TUNTUNAN
ROH KUDUS !”
19 | P r a k t i k u m P e n d i d i k a n A g a m a K a t o l i k