Anda di halaman 1dari 3

A.

Sistem Reproduksi Ungas


Secara fisiologi, unggas memiliki system reproduksi yang berbeda dibandingkan dengan
mamalia. Pembuahan sel telur pada unggas terjadi di saluran telur (infundibulum) dan sel tersebut
dibungkus dengan cangkang. Perkembangan janin (embrio) terjadi di luar induknya. Pada hewan
mamalia, pembuahan sel telur dan perkembangan janin (embrio) terjadi di saluran reproduksi
(uterus) (Fadilah & Polana, 2011).
1. Sistem reproduksi Unggas Jantan
a. Testis
Pada unggas, testis berada di dalam tubuh, sedangkan di mamalia testis berada di luar
tubuh (Kostaman & Sopiyana,2017). Testis terbungkus oleh dua lapis tipis transparan,
lapisan albugin yang lunak. Bagian dalam dari testis terdiri dari tubuli seminiferi (85%-95%
dari volume testis), yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis, dan jaringan
interstitial yang terdiri atas glanduler ( sel Leydig) tempat disekresikannya hormone steroid,
androgen, dan testosterone. Besarnya testis tergantung pada umur, strain, musim, dan
pakan (Yuwanta, 2004).
b. Epididimis
Epididimis sebagai tempat pematangan dan transport spermatozoa serta menghasilkan
cairan, Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian dorsal testis ((Afiati dkk,
2013).
c. Duktus deferens
Ductus deferens berfungsi untuk menyalurkan sperma ke alat kopulasi (Muharlein,
2017). Jumlah duktus deferens sepasang, letaknya kea rah kaudal, menyilang ureter, dan
bermuara pada kloak sebelah urodeum ((Afiati dkk, 2013).
d. Organ kopulasi
Alat kopulasi ungags terdiri dari dua, papillae dan organ kopulatoris yang rudimeter.
Organ kopulatoris rudimeter berkembang dan bersifat erektil pada itik dan angsa (Afiati dkk,
2013).

2. Sistem Reproduksi Unggas Betina


Sistem reproduksi unggas betina terdiri dari ovarium atau indung telur, dan oviduct
(Infundibulum, magnum, isthmus, uterus) kemudian dilanjut dengan vagina dan kloaka yang
merupakan tempat keluarnya telur (Muharlein dkk, 2017).
a. Ovarium
Ovarium merupakan organ reproduksi yang berfungsi sebagai penghasil folikel atau
sel kelamin betina (Salang, 2015). Ovarium selain berfungsi menghasilkan sel kelamin
betina juga menghasilkan hormon-hormon reproduksi yang mempengaruhi kinerja
reproduksi (Hamdani, 2013).
b. Infundibulum
Infundibulum berfungsi untuk menangkap ovum, ovum yang sudah masak diovulasi
akan diterima oleh infundibulum dan berada di infundibulum selama 15 menit dan di
infundibulum juga terjao fertilisasi (Muharlein dkk, 2017).
c. Magnum
Magnum adalah tempat terbentuknya putih telur yang memerlukan waktu 2 jam 45
menit, selanjutnya menuju isthmus (Muharlein dkk, 2017).
d. Isthmus
Isthmus adalah tempat terbentuknya lapisan kulit telur bagian dalam yang
memerlukan waktu 1 jam 15 menit (Muharlein dkk, 2017).
e. Uterus
Uterus adalah tempat terbentuknya kulit telur yang memerlukan waktu sekitar 20
jam 45 menit. Posisi bagian telur dalam uterus dengan bagian tumpul yang berongga
udara menghadap keluar, sehingga pada saat keluar bagian tumpul dari telur yang lebih
dahulu keluar (Muharlein dkk, 2017).
f. Vagina dan cloaca
Vagina dan cloaca adalah saluran terakhir dimana telur dikeluarkan. Telur dari uterus
selanjutnya terdorong melewati vagina dan cloaca dan telur dikeluarkan dari tubuh
ungags (Muharlein dkk, 2017).
Daftar Pustaka
Afiati, F., Herdis, & Said, S. 2013. Pembibitan Ternak Dengan Inseminasi Buatan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Fadilah, R., A. Polana. 2011. Mengatasi 71 penyakit pada ayam. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hamdani, M. D. I. 2013. Hubungan Antara Berat Badan Sapi Betina Peranakan Ongole dan Sapi
Persilangan pada Tingkatan Umur yang Berbeda terhadap Ukuran dan Karakteristik
Ovariumnya. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 1(3).
Kostaman, T., & Sopiyana, S. 2017. Evaluasi Karakteristik Ejakulasi Ayam White Leghorn.
In Prosiding Seminar Teknologi Agribisnis Peternakan (Stap) Fakultas Peternakan Universitas
Jenderal Soedirman, 5, 432-437.
Muharlein, E. Sudjarwo, A. Hamiati, & H. Setyo. 2017. Ilmu Reproduksi Ternak Unggas. UB Press.
Malang.
Salang, F. 2015. Kapasitas Ovarium Ayam Petelur Aktif. Jurnal MIPA, 4(1), 99-102.
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai