Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEOLAH

(DISUSUN UNTUK MEMEMUHI TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA)

DISUSUN OLEH:

1. Yoga Dzakiy M (920173091)


2. Wahyu Khoddriyatul K (920173093)
3. Afiyanti Riyana Dewi (920173142)
4. Ditawati Putriani Dewi (920173143)
5. Ruly Rohadi (920173147)
6. Ilham Arifianto (920173149)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2019/2020
KONSEP TEORI

A. Definisi

Keluarga berasal dari bahasa sansekerta kulu dan warga atau kuluwarga yang berarti
anggota kelompok kerabat (Padila, 2012). Friedman (2010) menyatakan keluarga adalah
dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta
yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga.
Harmoko (2012) menyebutkan bahwa keluarga memiliki delapan tahap
perkembangan. Tahap pertama yaitu keluarga pasangan baru (beginning family), tahap
kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family), tahap ketiga
keluarga dengan anak usia prasekolah (families with preschool ), tahap keempat keluarga
dengan anak usia sekolah (families with children), tahap kelima keluarga dengan anak
remaja (families with teenagers), tahap keenam keluarga dengan anak dewasa (launching
center families), tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families) dan tahap
kedelapan keluarga usia lanjut.
Tahap perkembangan keluarga mempunyai tugas perkembangannya masing - masing.
Tahap keempat dari perkembangan keluarga adalah keluarga dengan anak usia sekolah.
Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-
masing akan memiliki aktifitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang
mempunyai aktifitas berbeda dengan anak (Harmoko, 2012).
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih
dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga
lainnya.
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan.
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat
suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga.
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang
dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa
dan mempelajari perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu
ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai
sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa.
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui
oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku.
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi
konformis (pencipta karya baru) atau tidak.
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar
karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain.

B. Perkembangan Akhir Masa Kanak – Kanak

Tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Havigrust :


 Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permaina
umum.
 Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang
sedang tumbuh.
 Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya
 Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepa
 Mengembangkan ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
 Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari
 Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai
 Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-
lembaga.

C. Perkembangan Usia Sekolah ( Tugas Mandiri) Masalah Anak Usia Sekolah


1. Bahaya Fisik
a. Penyakit
• Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
• Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan
diri.
b. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
• Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan
kesempatan untuk keberhasilan social.
• Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi
rendah diri
c. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi
psikologisnya sehingga anak merasa takut dan hal ini dapat berkembang
menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan social.
d. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila
muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.
e. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya
sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai
penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak.

2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya Dalam Berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak- anak
usia sekolah yaitu :
- kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan
menghambat komunikasi dengan orang lain.
-kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat
anak jadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja.
-anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan
sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa
bahwa ia berbeda.
- pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang
lain, membual akan ditentang oleh temannya.

b. Bahaya Emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang
kurang menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat
kuat sehingga kurang disenangi orang lain

c. Bahaya Bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi
anggota kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan kegiatan
kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.

d. Bahaya Dalam Konsep Diri


Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep
sosialnya didasarkan pada pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka
dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena
konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan
memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak.

e. Bahaya Moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku
anak-anak. :
1.perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media massa tentang benar dan salah yang
tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
2. tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku.
3. disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan.
4. hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
5.menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga menjadi perilaku kebiasaan.
6. tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah.
f. Bahaya Yang Menyangkut Minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
1.tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman
sebaya.
2.mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai
bagi dirinya, misal kesehatan dan sekolah.

g. Bahaya Hubungan Keluarga


Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
1. Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran
orang tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak
cenderung mempunyai hubungan yang buruk dengan anak-anaknya
2. Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam
melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang
tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum anak
3. Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan
disiplin lunak pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan
pertentangan dirumah dan meyebabkan kebencian pada anak. Disiplin
yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
4. Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih
buruk dari temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang
tua cenderung membenci hal itu
5. Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi
persaan anak dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai
oleh pandangan teman-temannya mengenai wanita karier dan oleh
banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
6. Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan
harapan idealnya anak, anak cenderung bersikap kritis dan
membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-temannya.
7. Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih
kasih terhadap saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua
dan saudara yang dianggap kesayangan orang tua.
8. Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap
sanak keluarga yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan
memarahi anak serta sanak keluarga membenci sikap sianak.
9. Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua
kandung yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas
dan perilaku yang sulit.

D. Pengkajian
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep
keluarga).
Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Sumber informasi dari tahap pengkajian dapat menggunakan metode :
a. wawancara keluarga.
b. observasi fasilitas rumah
c. pemeriksaan fisik dari anggota keluarga
d. data sekunder, misal hasil pemeriksaan laboratorium, X-ray, papsmear, dsb.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
2. Data Umum, meliputi :
a. Nama kepala keluarga (KK)
b. Alamat dan nomor telepon
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
e. Komposisi keluarga dan genogram (nama anggota keluarga, sex, hubungan
dengan KK, usia, pendidikan, status iminisasi; BCG, Polio I – IV, DPT I – III,
Hepatitis I – III dan campak).
f. Tipe keluarga menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
g. Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
h. Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
i. Status sosial ekonomi keluarg Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki
oleh keluarga (siapa yang mengatur keuangan ?).
j. Aktifitas rekreasi keluargaRekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja
keluarga pergi Rekreasi kelurga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan
menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktifitas rekreasi.

3. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah


a. Identitas anak.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan.
c. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
d. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
e. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan
yang telah dicapai).
Pemeriksaan fisik.

4. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga


ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti Contoh : Keluarga Tn. S
mempunyai 4 orang anak, anak pertama berusia 17 tahun dan anak bungsu
berusia 7 tahun maka keluarga Tn. S berada pada tahapan perkembangan
keluarga dengan usia remaja.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas tersebut belum terpenuhi
d. Contoh : Bayi berumur 6 bulan kepala belum bisa tegak, ibu tidak berani
mengangkat. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangannya, adaptif atau
tidak ?
e. XI.Harapan Keluarga Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap
perawat (petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan yang terjadi.
3. Lengkapi dengan pengkajian focus.
a. Bagaimana karakteristik teman bermain.
b. Bagaimana lingkungan bermain.
c. Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah.
d. Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang
dimilikinya.
e. Bagaimana temperamen anak saat ini.
f. Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang.
g. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
h. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.
i. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.
j. Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah.
k. Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat bermain.
l. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini.
m. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya.
n. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya.
o. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga.

E. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :


1. berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai usia anak.
2. berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas
keluarga yang bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi
perkembangan anak.
Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan yaitu:
1. Masalah aktual/risiko.
● Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh.
● Menarik diri dari lingkungan social.
● Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah.
● Mudah dan Sering marah.
● Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang
dibebankan.
● Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga.
● Keengganan melakukan kewajiban agama.
● Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal.
● Gangguan komunikasi verbal.
● Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang digunakan
untuk bermain).
● Nyeri (akut/kronis).
● Trauma atai cedera pada sistem integumen dan gerak.
2. Potensial atau sejahtera
● Meningkatnya kemandirian anak.
● Peningkatan daya tahan tubuh.
● Hubungan dalam keluarga yang harmonis.
● Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya.
● Pemeliharaan kesehatan yang optimal.

F. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anak yang sakit

Tujuan : Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan yang


adekuat.

Intervensi :
• Diskusikan tentang tugas keluarga.
• Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota keluarga
sakit.
• Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga.
• Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya pertolongan yang
telah dilakukan.
• Ajarkan cara merawat anak dirumah.
• Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga.

2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anaknya.

Tujuan : ketidakharmonisan keluarga menurun.

Intervensi :
• Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga.
• Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga.
• Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani.
• Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak.
• Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah.
• Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah.
• Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membaut
alternative.

3. Potensial atau sejahtera Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota


keluarga.

Tujuan : dipertahankanya hubungan yang harmonis.

Intervensi :
• Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada keluarga.
• Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas kemampuannya.
• Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia sekolah).
• Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa menimbulkan
masalah.
G. Evaluasi
Evaluasi didasarakan pada tujuan yang hendalk dicapai mengacu pada kriteria hasil yang
telah ditetapkan.Perawat selalu memberi kesempatan pada keluarga untuk menilai
keberhasilannya kemudian arahkan sesuai dengan tugas perkembangan keluarga dibidang
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. (2010). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC


Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Chayatin, N. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas konsep dan aplikasi. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai