Anda di halaman 1dari 33

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

PADA ASKEP DENGAN REMATHOID ARTRITIS

(Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Keluarga)

Disusun oleh :

Nama : Satya Devana

NIM : 920173086

3B – S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas keperawatan keluarga ini.

Tugas ini telah saya susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terimakasih kepada berbagai sumber yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima sagala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki tugas ini.

Akhir kata penulis berharap tugas ini bermanfaat bagi kita semua.
A. KONSEP KELUARGA

1. Definisi keluarga

Menurut WHO (1969) dalam Harmoko (2012), keluarga adalah anggota rumah
tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988 dalam Padila, 2012).

Johnson’s (1992) mendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan


hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Padila, 2012).

Jadi, dari beberapa definisi diatas maka keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan dan tinggal dibawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan serta mempunyai peran atau kewajiban yang
harus dilaksanakan.

2. Bentuk keluarga
Beberapa bentuk keluarga menurut (Sussman et al, 2010) antara lainadalah
sebagai berikut:
1) Keluarga inti, yaitu keluarga yang terdiri dari suami (pencari nafkah),
seorang istri (Ibu rumah tangga), dan anak-anak.
2) Keluarga besar tradisional, yaitu bentuk keluarga yang pasangan suami
istri sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah tangga
dengan orang tua, sanak saudara, dan kerabat lain dalam keluarga
tersebut.
3) Keluarga dengan orang tua tunggal, yaitu keluarga ini hanya memiliki
satu kepala rumah tangga, ayah atau ibu (duda/janda/belum menikah).
4) Individu dewasa yang hidup sendiri, yaitu bentuk ini banyak terdapat
di masyarakat. Mereka hidup berkelompok seperti dip anti wreda,
tetapi ada juga yang menyendiri. Mereka ini membutuhkan layanan
kesehatan dan psikososial karena tidak mempunyai sistem pendukung.
5) Keluarga dengan orang tua tiri, orang tua menghadapi 3 masalah yang
paling menonjol, yaitu pendisiplinan anak, penyesuaian diri dengan
kepribadian anak, penyesuaian diri dengan kepribadian anak, dan
kebiasaan serta penerimaan terhadap pemikiran hati.
6) Keluarga binuklear, yaitu keluarga merujuk pada bentuk keluarga
setelah cerai sehingga anak menjadi anggota dari suatu sistem keluarga
yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
7) Bentuk variasi keluarga nontradisional, yaitu bentuk variasi
nontradisional meliputi bentuk keluarga yang sangat berbeda satu sama
lain, baik dalam struktur maupun dinamikamya

3. Fungsi keluarga

_ Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan.
Fungsi keluarga tersebut menurut Mubarak (2012) adalah sebagai berikut:

1) Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan


membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
2) Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan
kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada
keluarga.
3) Fungsi sosialisasi, membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing
dan meneruskan nilai-nilai budaya.
4) Fungsi ekonomi, mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan
keluarga di masa yang akan datang.
5) Fungsi pendidikan, yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya, dan mendidik anak sesuai dengan
tingkat perkembangannya.

Menurut Friedman dalam Padila (2012) ada lima fungsi dasar keluarga
diantaranya adalah:

1. Fungsi afektif (the affective function)

Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan


basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui
keluarga yang bahagia. Dalam fungsi ini anggota keluarga
mengembangkan gambaran diri yang positif, perasaan memiliki dan
dimiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih sayang.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan
keluarga.

2. Fungsi sosialisasi (the socialization function)

Sosialisasi merujuk pada proses perkembangan dan perubahan yang


dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat
individu melakukan sosialisasi. Dalam fungsi ini anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya serta perilaku melalui hubungan dan interaksi
dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan dalam masyarakat.

3. Fungsi reproduksi (the reproductive function)

Dalam fungsi ini keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan


keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia.

4. Fungsi ekonomi (the economic function)

Fungsi ini menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti


makanan, pakaian, dan perumahan, maka keluarga memerlukan sumber
keuangan.

5. Fungsi perawatan keluarga/pemeliharaan kesehatan (the health care


function)

Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain keluarga


menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi
melakukan asuhan kesehatan kepada anggotanya baik untuk mencegah
terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga
menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga profesional.
Kemampuan ini sangat mempengaruhi status kesehatan individu dan
keluarga.

4. Struktur keluarga

Ciri – ciri struktur keluarga menurut Widyanto (2014) :

1. Terorganisasi
Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap anggota keluarga
memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan
keluarga. Dalam menjalankan peran dan funsinya, anggota keluarga
saling berhubungan dan saling bergantung.

2. Keterbatasan

Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, namun juga memiliki


keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya.

3. Perbedaan dan Kekhususan

Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing- masing.


Peran dan fungsi tersebut cenerung berbeda dan khas, yang
menunjukkan adanya ciri perbedaan dan kekhususan.

Macam – macam struktur keluarga :

1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak


saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ayah.

2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak


saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga


sedarah istri.

4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga


sedarah suami.

5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar


bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak (Padila, 2012).

5. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan


Menurut Harmoko (2012) di dalam sebuah keluarga ada beberapa
tugas dasar yang didalamnya terdapat 8 tugas pokok, yaitu:

1. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya.

2. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam


keluarga.

3. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan


kedudukannya.
4. Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul
keakraban dan kehangatan para anggota keluarga.

5. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan.

6. Memelihara ketertiban anggota keluarga.

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih


luas.

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

Selain keluarga harus mampu melaksanakan fungsi dengan baik, keluarga juga
harus mampu melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Tugas kesehatan keluarga
Menurut Friedman adalah sebagai berikut:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan yang


dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga
atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahannya.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan
keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat
dikurangi atau diatasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam
mengambil keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang
lain di lingkungan tempat tinggalnya.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlumemperoleh


tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah
apabila keluarga telah memiliki kemampuan tindakan untuk pertolongan
pertama.

4. Mempertahankan suasanan rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi


anggota keluarga. Oleh karena itu kondisi rumah haruslah dapat menjadikan
lambang ketenangan, keindahan dan dapat menunjang derajat kesehatan bagi
keluarga.

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan


kesehatan keluarga atau anggota, keluarga harus dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi
atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah yang
dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari segala
macam penyakit.

6. Tahap perkembangan keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2010) adalah :
1. Tahap 1 : Keluarga pemula Perkawinan dari sepasang insan menandai
bermulanya sebuah keluarga baru, keluarga yang menikah atau prokreasi
dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru
yang intim.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua).
2. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak Tahap kedua dimulai
dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berumur 30 bulan. Biasanya
orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anakpertama mereka, tapi
agak takut juga. Kekhawatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah
beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai mengenal. Ibu dan ayah
tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikkan yang telah
dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit karena
perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).
b. Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orangtua dan kakek-nenek.
3. Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah Tahap ketiga siklus
kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri
tiga hingga lima orang, dengan posisi suami - ayah, istri – ibu, anak laki-
laki – saudara, anak perempuan – saudari. Keluarga menjadi lebih
majemuk dan berbeda.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi, keamanan.
b. Mensosialisasikan anak.
c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga
(keluarga besar dan komunitas).
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah Tahap ini dimulai ketika
anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan
berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya
mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir
tahap ini.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat
d. Meningkatkan komunikasi terbuka
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja Ketika anak pertama melewati
umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga dimulai.
Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat
lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama
jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
6. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda Permulaan
dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan
rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang,
tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa
banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat e. Penataan kembali
peran dan kegiatan rumah tangga
7. Tahap VII : Orang tua pertengahan Tahap ketujuh dari siklus kehidupan
keluarga, tahap usia pertengahan dari bagi orangtua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan
pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia Tahap terakhir
siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan
memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll
c. Mempertahankan keakraban suami-isteri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan “ Life Review”

7. Peran perawat keluarga


Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam satu sistem (Mubarak dkk 2012). Peran
didasarkan pada preskipsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-
individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan
mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran tersebut (Harmoko,
2012).

1. Peran formal keluarga

Setiap posisi formal dalam keluarga adalah peran-peran yang bersifat terkait,
yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga
membagi peran secara merata kepada anggotanya. Dalam peran formal
keluarga ada peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu
dan ada juga peran yang tidak terlalu kompleks, sehingga dapat didelegasikan
kepada anggota keluarga lain yang kurang terampil. Contoh peran formal
yang terdapat dalam keluarga adalah pencari nafkah, ibu rumah tangga, sopir,
pengasuh anak, tukang masak, dan lain-lain. Jika seorang anggota
keluarga meninggalkan rumah, dan karenanya ia tidak memenuhi suatu
peran maka anggota keluarga lain akan mengambil alih kekosongan ini
dengan memerankan perannya agar terap berfungsi (Mubarak, 2012).

2. Peran informal keluarga

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, dimainkan


hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/atau
untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran informal keluarga lebih
didasarkan pada atribut- atribut personalitas atau kepribadian anggota
keluarga individu. Beberapa contoh peran informal keluarga adalah
pendorong, pengharmoni, inisiator, pendamai, koordinator, pionir keluarga,
dan lain-lain (Harmoko, 2012).

8. Klasifikasi umur
Kategori umur Menurut Depkes ( 2019 ). Menurut Depkes, umur
seseorang dikategorikan ke beberapa tingkatan yang tentunya hal tersebut sudah
diperhitungkan sebelumnya. Batasan-batasan umur anak juga sudah ditentukan dalam
undang-undang. Sehingga tecatatnnya batasan-batasan anak ini memang bertujuan agar
dalam memberikan pendidikan, perhatian, maupun yang lain akan lebih tepat
penanganannya.
1) Masa Balita : 0-5 Tahun
Untuk usia anak yang masih dini, akan diperhatikan secara khusus dan
diharukan untuk mengikuti kegiatan posyandu secara rutin. Hal ini
bertujuan agar gizi anak tercukupi melalui vitamin atau imunisasi yang
wajib diberikan.
2) Masa Kanak- Kanak : 5-11 Tahun
Tahapan anak dalam mengenyam pendidikan dasar yaitu wajib belajar 12
tahun yang sudah ditetapkan oleh menteri pendidikan
3) Masa Remaja Awal : 12-16 Tahun
Hampir sama dengan umur anak dibawahnya, umur  dengan rata – rata 12-
16 masih dalam pendidikan yang akan mengubah pola pikirnya untuk ke
jenjang berikutnya
4) Masa Remaja Akhir : 17-25 Tahun
Masa peralihan dari remaja menjadi dewasa di ikuti oleh perkembangan
hormon pada seseorang yang mengubahnya menjadi berbeda secara fisik
yang lebih matang, pemikiran yang terbuka dan terorganisir
5) Masa Dewasa Awal : 26-35 Tahun
Di umur tersebut, anak sudah harus berkembang secara mandiri untuk
mencari jati diri yang akan menentukan masa depannya. Umur di posisi ini
diharapkan sudah dewasa dalam menghadapi satu permasalan
6) Masa Dewasa Akhur : 36-45 Tahun
Masa seseorang sedang dalam baik dan buruk menjalani kehidupan.
Munculnya banyak masalah dan bagaimana seseorang itu menyelesaikan.
7) Masa Lansia Awal : 46-55 Tahun
Masa peralihan menjadi tua, menurunan jumlah hormon pada tubuh. Dan
fungsi organ juga menurun.
8) Masa Lansia Akhir : 56-65 Tahun
Masa menuju tua yang harus memperhatikan psikis, biasanya mulai
menurunnya indera penghilatan dan pendengaran.
9) Masa Manula :  > 65 Tahun
Untuk umur–umur selanjutnya masa tua dimana mereka harus
memperhatikan kesehatan. Dengan adanya fasilitas posyandu lansia,
diharapan bisa dimanfaatkan dengan baik.

B. KARAKTERISTIK USIA

1. Masa yang Ditakuti


Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti. Diakui bahwa
semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin terasa lebih
menakutkan dilihat dari seluruh kehidupan manusia. Oleh karena itu orang-
orang dewasa tidak akan mau mengakui bahwa mereka telah mencapai usia
tersebut.
2. Masa Transisi
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah
suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut
masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa
dewasa (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum; 2011)
Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-
kanak ke masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia madya
merupakan masa di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan
perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang
akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
3. Masa Penyesuaian Kembali
Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam
masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Elizabeth Hurlock,
Developmental Psychology, 2011).
4. Masa Keseimbangan dan Ketidakseimbangan
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur 40 sampai 60 tahun. Ciri-
ciri yang menyangkut pribadi dan sosial antara lain: masa dewasa madya
merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri
jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam
kehidupannya dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatian
terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan
kadang-kadang minat dan perhartiannya terhadap agama ini dilandasi
kebutuhan pribadi dan social.
5. Usia Berbahaya
Ciri keempat dari usia madya adalah bahwa umumnya usia ini dianggap
atau dipandang sebagai usia ini dianggap atau dipandang sebagai usia yang
berbahaya dalam rentang kehidupan.
6. Usia Kaku dan Canggung
Sama seperti remaja, bukan anak-anak dan bukan juga dewasa, demikian
juga pria dan wanita berusia madya bukan “muda” lagi tapi bukan juga tua.
Franzblau (dalam Hurluck, 1980) mengatakan bahwa “orang yang berusia
madya seolah-olah berdiri di antara Generasi Pemberontak yang lebih muda
dan Generasi Warga Senior”.
7. Masa Berprestasi
Menurut Erikson (dalam Hurlock, 2011), usia madya merupakan masa
krisis “generativitas”(generativity) kecenderungan untuk menghasilkan
maupun stagnasi kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan.
8. Usia Madya Merupakan Masa Sepi
Ciri dari usia madya adalah bahwa masa ini dialami masa sepi (empty
nest), masa ketika anak-anak tidak lama lagi tinggal bersama orangtua.
Kecuali dalam beberapa kasus di mana pria dan wanita menikah lebih lambat
dibandingkan dengan usia rata-rata, atau menunda kelahirahan anak hingga
mereka lebih mapan dalam karir, atau mempunyai keluarga besar sepanjang
masa, usia madya merupakan masa sepi dalam kehidupan perkawinan.
9. Usia Madya Merupakan Masa Jenuh
Banyak atau hampir seluruh pria dan wanita mengalami kejenuhan pada
akhir usia tigapuluhan dan empatpuluhan. Para pria mejadi jenuh dengan
kegiatan rutin sehari-hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya
memberikan sedikit hiburan.
C. KONSEP REMATHOIT ARTRITIS

1. Pengertian

Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat progresif,
yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan lunak. Karakteristik
artritis rheumatoid adalah radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten,
biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang simetris (Junaidi,
2013).

Menurut Noer S (1997) dalam Lukman (2009), artritis reumatoid merupakan


suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah
poliatritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.

Artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi kronik dan sistemik yang


menyebabkan destruksi sendi dan deformitas serta menyebabkan disability. Penyakit ini
sering terjadi dalam 3-4 dekade ini pada lansia. Penyebab artritis rheumatoid tidak
diketahui, tetapi mungkin akibat penyakit autoimun dimulai dari interfalank proksimal,
metakarpofalankeal, pergelangan tangan dan pada tahap lanjut dapat mengenai lutut dan
paha (Fatimah, 2010).

2. Etiologi

Penyebab utama dari kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab arthtritis reumatoid, yaitu :

1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus

2. Endokrin

3. Autoimun

4. Metabolic

5. Faktor genetik serta faktor pemicu

Pada saat ini, arthtritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II ;

3. Klasifikasi Artritis Reumatoid

Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:


1. Reumatoid arthritis klasik, pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit, pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3
bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial
yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun
istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi, pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas, pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan
berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
3. Patofisiologi

Pemahaman mengenai anatonomi normal dan fisiologi persendian diartrodial atau


sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit reumatik. Fungsi
persendian sinovial memilki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak
mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan.

Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung tulang
pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk gerakkan. Membran
sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresi cairan ke dalam
ruangan antar tulang. Fungsi dari cairan sinovial ini yaitu sebagai peredam kejut (shock
absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam
arah yang tepat.

Sendi merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering terkena
inflamasi. Meskipun memilki keankearagaman mulai dari kelainan yang terbatas pada
satu sendi hingga kelainan multisistem yang sistemik, semua penyakit rematik meliputi
inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi
ini akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori,
inflamasi adalah proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder
yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi
tersebut merupakan akibat dari respon imun tersebut. Sebaliknya, pada penyakit rematik
degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder sinovitis ini biasanya lebih
ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar kemungkinannya
untuk terlihat pada penyakit lanjut. Pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari
kartilago artikuler yang mengalami degenerasi dapat berhubungan dengan sinovitis
kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Smeltzer dan Bare, 2002).

Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya
membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Lukman, 2009).
4. Manifestasi Klinis
Gejala utama rematik biasa terjadi pada otot dan tulang, termasuk di
dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung
menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat (Purwoastuti,2009).

Menurut Lukman (2009), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan
pada klien artritis reumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat
yang bersamaan. Oleh karena itu, penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat
bervariasi.

1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun,


dan demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.

2. Poliarhtritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi- sendi di


tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir
semua sendi diartrodial dapat terserang.

3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan sendi pada osteoarthritis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.

4. Arhtritis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid pada gambaran


radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan
dapat dilihat pada radiogram.

5. Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi non steroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit DMARD (disease modifying
antirheumatoid drugs) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada artritis rheumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran yang
jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mieliputi akibat ketidakstabilan vertebra
servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis (Mansjoer, 1999).

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan Arthtritis
Reumatoid yaitu :

1. Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis reumatoid


adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit kepada
klien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan klien.
Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi
penyakit, penyebab, dan prognosis penyakit, semua komponen program
penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber
bantuan untuk mengatasi penyakit, dan metode-metode yang efektif tentang
penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.

2. Sejak dini, klien diberikan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non


Steroid) untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.
OAINS yang dapat diberikan yaitu :

a. Aspirin, dengan ketentuan pasien umur <65 tahun dosisinya 3-4


x 1g/hr, kemudian dinaikkan 0.3-0,6 g per minggu sampai terjadi
perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl

b. Ibuprofen, naproksen, diklofenak, dan sebagainya

3. DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) digunakan untuk


melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthtritis
reumatoid ini. Jenis-jenis yang digunakan yaitu : klorokuin (yang paling banyak
digunakan, karena harganya yang terjangkau), sulfasalazin, garam emas (gold
standard bagi DMARD), obat imunosupresif atau imunoregulator, dan
kortikosteroid.

4. Rehabilitasi, tujuannya yaitu unttuk meningkatkan kualitas hidup klien.


Beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu :

a. Pemakaian alat bidai untuk mengistirahatkan sendi yang sakit,


kursi roda, sepatu dan alat

b. Terapi mekanik

c. Pemanasan : baik hidroterapi maupun elektroterapi


d. Terapi mekanik

5. Pembedahan, pembedahan ini dilakukan jika berbagai cara telah dilakukan


dan tidak berhasil serta ada alasan yang cukup kuat, sehingga dapat dilakukan
pembedahan (Mansjoer, 1999 dan Lukman, 2009).

Perawatan dan pengobatan tradisional atau obat luar juga bisa kita berikan pada
klien dengan Arthritis Reumatoid,yaitu sebagai berikut :
1. Hindari faktor resiko seperti aktivitas yang berlebihan pada sendi,
faktor cuaca dan pola makan yang tidak sehat

2. Olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup, seperti melakukan


senam rematik.

3. Kompres panas dapat mengatasi kekakuan dan kompres dingin dapat


membantu meredakan nyeri.

4. Pertahankan berat badan agar tetap normal

5. Bila nyeri, lakukan relaksasi untuk mengurangi sakit

6. Mengurangi dan menghindari makanan yang mengandung purin,


seperti bir dan minuman beralkohol, daging, jeroan, kembang kol,
jamur, bayam, asparagus, kacang-kacangan, sayuran seperti daun
singkong (tidak semua jenis sayuran mempunyai efek kambuh yang
sama pada setiap orang)

7. Memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat, memakan


makanan seperti tahu untuk pengganti daging

8. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang


terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun sendi

9. Lakukan latihan gerak sendi/ senam rematik (Maryam, dkk., 2010)


D. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA
Contoh kasus :
A. Pengkajian (Tanggal 7 Mei 2012)

1. Identitas Kepala Keluarga


Nama KK : Bpk. Ahmad Sarpingi
Umur : 69 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : RT 12 RW 05 Kelurahan Talang Semut Palembang
Agama : Islam

2. Komposisi Keluarga

No Nama L/P Umur Hub.Kel Pend Pekerjaan Status Kes


.
1. Ahmad Sarpingi L 69 Th KK SD Buruh Vertigo
2. Rosmala Dewi P 68 Th Istri SD Buruh Sakit Rematik
3. Rizal L 44 Th Anak SMP Swasta Sehat
4. Hamdan L 40 Th Anak SMP Swasta Sehat
5. Nurul P 35 Th Anak SMP Swasta Sehat

3. Genogram

Keterangan : : Laki-laki : Meninggal Perempuan

: Perempuan : Tinggal Serumah

: Anggota Keluarga yang sakit

: Meninggal Laki-laki
4. Tipe Keluarga

a. Tipe keluarga : Nuclear Family yang terdiri dari ayah dan ibu
b. Kewarganegaraan /suku bangsa :
Bapak A berasal dari Sunda, sedangkan Ibu bersal dari Palembang. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Penduduk di lingkungan tempat
tinggal umumnya berasal dari Palembang juga dan masih ada hubungan
keluarga. Namun, ada juga pendatang lain yang mempunyai latar belakang
budaya hampir sama sehingga tidak ada kendala dalam berinteraksi dengan
masyarakat sekitar
c. Agama : Islam, Kedua orangtua rajin beribadah. Bapak A selalu mengikuti
kegiatan pengajian yang ada di mushola dan menjadi anggota suatu
perkumpulan pengajian dimushola tersebut
d. Status social ekonomi keluarga
- Anggota keluarga yang mencari nafkah : Suami
- Penghasilan : Rp. 40.000 ribu/ hari, itupun tak tentu
- Penghasilan didapatkan dari pekerjaan sebagai buruh bangunan dan itupun
hamper sama dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk mencukupi
kehidupannya
- Pada hari sabtu dan minggu, ia membantu cucu nya untuk berjualan model
di pasar 26
e. Aktifitas rekreasi Keluarga
Keluarga tidak pernah melakukan rekreasi ke tempat hiburan. Rekreasi hanya
berkumpul dengan keluarga. Menurut Bapak A dan Ibu R, keluarganya bila
selesai mengurus rumah biasanya mengobrol-ngobrol dan bercerita dengan
tetangga karena hal tersebut dapat membuat mereka merasa senang dan dapat
menghilangkan kebosanan.
5. Riwayat Perkembangan Keluarga
a. Tahapan Perkembangan Keluarga :
- Mensosialisasikan anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya. Hal tersebut sudah
dipenuhi oleh keluarga, yaitu dengan memberi kesempatan anak belajar
bersama teman-temannya.
- Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. Tidak ada
masalah dalam intensitas pertemuan dengan anggota keluarga lain.
- Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. Keluarga berusaha
memenuhi kebutuhan kesehatan anggotanya. Bila ada yang sakit, biasanya
mereka membeli obat di warung/apotik. Bila tidak sembuh, anggota
keluarga yang sakit langsung dibawa ke pelayanan kesehatan Puskesmas
Merdeka atau pergi ke Bidan.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi, tinggal memenuhi
kebutuhan perkembangan individu sesuai usianya.

c. Riwayat keluarga inti


Bapak A adalah orang Sunda, Sedangkan Ibu R tinggal di Km.12. Mereka
bertemu saat sama-sama bekerja dipasar 26 ilir. Mereka berpacaran selama satu
tahun sebelum akhirnya menikah. Ketiga anak merupakan anggota keluarga
yang direncanakan dan mereka menyayanginya.

d. Riwayat keluarga sebelumnya


Hubungan antara keluarga pihak Bapak A dan Ibu R saat ini baik, Adik Ipar
Suami tinggal sebelah rumah. Tidak ada konflik dalam berhubungan,
sedangkan kedua orang tua Ibu R tinggal di Km.12, mereka sering berkunjung
bila hari libur.

6. Keadaan Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah yang ditempati adalah milik sendiri. Rumah itu berukuran 8 x 12 m
yang terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar tidur, satu dapur, satu WC dan
satu ruang keluarga. Lantai rumah tampak bersih, Hal ini terlihat dari tidak
adanya kotoran pada lantai, perabotan rumah tertata dengan rapi. Lantai rumah
terbuat dari semen tanpa keramik. Dinding rumah terbuat dari kayu, jendela
hanya ada pada bagian ruang tamu. Plafon tidak ada sehingga saat siang hari
terasa sangat panas. Kamar tidur tidak ada jendela. Pencahayaan hanya dari
ventilasi dekat ruang tamu. Atap rumah dari seng. Halaman rumah bersih jika
tidak ada hujan. Bila musim hujan, halaman rumah tampak becek. Kondisi air
minum bening, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak bewarna. Keluarga
mempunyai kebiasaan merawat rumah dengan menyapu setiap hari dan
kadang-kadang dipel pada pagi hari.
Keterangan : Posisi ruangan rumah dapat dilihat pada denah rumah dihalaman
ini.

DAPUR
JALAN

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Lingkungan tetangga umumnya berasal palembang juga dan masih ada
hubungan keluarga. Ada beberapa warga berasal dari jawa dan sunda sudah
cukup lama menetap di Talang Semut dan mempunyai adat dan kebiasaan
yang sama. Keluarga sering terlihat duduk bersama-sama di waktu sore hari.
Tempat berbelanja kebutuhan dapur sekitar 20 m dari rumah. Sekolah ,
Tempat ibadah, dan Posyandu tidak jauh dari rumah. Untuk pergi ke Posyandu
biasanya mereka mendapat pengumuman lewat masjid.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Bapak A sudah menempati rumah yang ditempatinya sejak berumah
tangga dari tahun 1965 sampai sekarang, tempat tinggalnya berdampingan
dengan saudara yang lainnya.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga termasuk anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti kegiatan
masyarakat, dengan keluarga dilingkungan nya seperti pengajian dan yang
lainnya tampak saling berinteraksi dengan baik. Istri Bapak A yang menderita
Rematik juga seorang yang aktif.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Adik Ipar Bapak A tinggal disebelah rumah dan dapat membantu. Keluarga
tidak mempunyai tabungan asuransi, namun sudah terdaftar di JPS . Fasilitas
penunjang kesehatan dari JAMSOSKES

7. Struktur Keluarga

a. Pola Komunikasi Keluarga


Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi
masalah, biasanya dilakukan musyawarah keluarga sebelum memutuskan
suatu permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan sangat terbuka.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami istri dan 3 orang
anak dan saling perhatian

c. Struktur peran keluarga


- Bapak A sebgai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur
rumah tangganya dan sebagai pengambil keputusan
- Ibu R sebagai istri bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga
- Usman dan Ilham sebagai anak pertama dan kedua telah bekerja di Jawa
dan Ina kelas 2 SMA dan sekarang juga ada di Jawa bersama keluarga
yang lain.

d. Nilai dan Norma Keluarga


Fungsi nilai budaya yang dianut keluarga adalah saling menghormati antara
anggota keluarga satu dengan lainnya dan menghormati yang lebih tua. Hal ini
terlihat pada cucu yang setiap perawat berkunjung ke rumahnya selalu
menyalami. Nilai yang ada di keluarga merupakan gambaran nilai agama yang
dianutnya (Islam), tidak terlihat adanya konflik dalam nilai, dan tidak ada yang
memengaruhi status kesehatan keluarga dalam menggunakan nilai yang di
yakini oleh keluarga.

8. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga
b. Fungsi Sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku social yang baik.
Keluarga juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada
di masyarakat.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit
rematik dan vertigo hal ini ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari
dampak masalah kesehatan akibat penyakit vertigo dan rematik. Keluarga juga
tidak tahu bahwa penyakitnya bisa kambuh lagi dan harus mendapat
pengobatan jangka panjang lagi. Kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan juga terbatas karena keluarga tidak mengetahui secara luas tentang
masalah yang terjadi pada penyakit vertigo dan rematik. Keluarga tidak
mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mencegah penularan
dan menangani penyakitnya. Keluarga tidak mengamankan barang-barang
yang bisa menimbulkan penyakit tersebut
d. Fungsi Reproduksi
Bapak A berusia 69 Tahun dan Ibu 68 Tahun merupakan usia yang tidak lagi
produktif.
e. Fungsi ekonomi
Bapak A bekerja buruh dan membantu cucu nya berjualan model pada hari
sabtu dan minggu disela-sela hari liburnya dan Ibu R sendiri bekerja sebagai
Ibu Rumah Tangga

9. Stress dan Koping Keluarga


a. Stressor yang dimiliki
Stressor yang dimiliki oelh keluarga Bpak A adalah Penyakit Rematik yang
diderita oleh Istrinya
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan penyakit yang diderita oleh istrinya
karena sudah berobat ke Puskesmas dan pasrah kepada Tuhan terhadap situasi
sakitnya
c. Strategi koping yang digunakan
Dalam menghadapi masalahnya biasanya keluarga berdiskusi
d. Strategi adaptasi disfungsional
Ibu R sejak timbul penyakit rematik dan didiagnosis Puskesmas Merdeka
merasakan penyakitnya tidak sembuh-sembuh

10. Pemeriksaan Fisik


a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum Ibu R Nampak masih kuat, tetapi daya keseimbangannya
kurang, makan dan minum masih dalam batas normal
Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu : 36,5 ºC
TB : 155 cm dan BB : 60 Kg
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
- Kepala dan Leher
Pada pemeriksaan kepala, tidak ditemukan kelainan, bentuk kepala normal
- Leher
Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena Jugularis dan
Arteri carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (Struma)
- Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan masih
baik
- Telinga
Pendengaran berkurang
- Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan
- Mulut
Tidak ada kelainan
- Dada
Pergerakan dada terlihat simetris
- Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak ditemukan adanya pembesaran hepar,
tidak kembung, pergerakan peristaltic usus baik, tidak ada bekas luka
operasi
- Ekstremitas
Pada Ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat udema, ekstremitas pada
kaki sedkit terganggu akibat penyakitnya dan sedkit sulit digerakkan.

11. Harapan Keluarga


Keluarga Bapak A berharap istrinya sembuh dari penyakitnya dan menular kepada
keluarganya sehingga dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan nyaman.
B. Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Data Subyektif Kurangnya Resiko terjadinya
1. Bapak A mengatakan Ibu R pengetahuan trauma
sudah lama mengalami keluarga tentang
asam urat dan dikatakan pencegahan
menderita Rematik setelah penyakit rematik
berobat ke Puskesmas
Merdeka
2. Ibu R mengatakan orang tua
(Bapak) pernah mengalami
penyakit ini sebelumnya

Data Objektif
1. Usia 68 Tahun
2. Berdasarkan hasil
pemeriksaan tanda-tanda
vital didapatkan
TD : 120/80
mmHg
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu : 36,5 ºC
TB : 155 cm
dan BB : 60 Kg
Ektremitas bawah : terbatas
pergerakannya
3. Ruangan rumah dan kamar
tidur gelap dan bertingkat
(panggung)

2. Data Subyektif Kurang Ketidakmampuan


1. Bapak A mengatakan Ibu R pengetahuan keluarga mengambil
sudah lama mengalami tentang perawatan keputusan dalam
asam urat dan berobat ke rematik merawat anggota
Puskesmas Merdeka keluarga yang sakit
dinyatakan menderita
Rematik sejak tanggal 25
Desember 2011
2. Keluarga memilih ke
Puskesmas karena dipikir
obatnya murah dan tidak
mahal dibanding dengan
obat di RS serta Biaya
pengobatan yang terlalu
besar.
3. Selain dibawa ke
Puskesmas, Ibu R juga
diobati dengan cara diurut
oleh dukun pijat.

Data Obyektif
1. Usia 68 Tahun
2. Pendidikan Bapak dan Ibu
SD
3. Saat ini keluarga berobat di
Puskesmas

C. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Resiko terjadinya traumaberhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang pencegahan penyakit rematik
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
perawatan rematik
Skoring Prioritas Masalah
1. Resiko terjadinya traumaberhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang pencegahan penyakit rematik

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


1. a. Sifat Masalah : 2 1 2/3x1 = Keluarga tidak tahu
Ancaman 2/3 penyakitnya mudah
Kesehatan mengakibatkan
resiko trauma
1 2
b. Kemungkinan 1/2x2 = 1 Kondisi klien pada
masalah dapat usia tersebut
diubah : Hanya mempengaruhi
sebagian 3 1 penyerapan
3/3x1 = 1 informasi
c. Potensial
masalah untuk 2 1 Keluarga mau
dicegah : 2/2x1 = 1 diajak kerjasama
Cukup (Kooperatif)

d. Menonjolnya Total Bila tidak segera


masalah : 3 2/3 ditangani
Masalah berat, memungkinkan
harus segera penyembuhan lama
ditangani dan terjadi resiko
trauma kepada
anggota keluarga
tersebut

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota


keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
perawatan rematik

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


1. a. Sifat Masalah : 2 1 2/3x1 = Rematik adalah
Ancaman 2/3 penyakit yang
Kesehatan terjadi akibat
penurunan kondisi
tubuh dan
1 2 dipengaruhi oleh
b. Kemungkinan 1/2x2 = 1 factor umur
masalah dapat
diubah : Hanya Klien tidak tahu
sebagian 3 1 kalau penyakitnya
3/3x1 = 1 dapat menyebabkan
c. Potensial resiko trauma
masalah untuk 0 1
dicegah : 0/2x1 = 1
Cukup Penderita
kooperatif dalam
d. Menonjolnya Total penyuluhan dan
masalah : 2 2/3 penatalaksanaan
Masalah berat,
harus segera Keluarga tidak tahu
ditangani penyakit rematik
nya perlu
pengobatan rutin
dan lama. Keluarga
merasa perlu
berobat ke dokter
yang lebih manjur

Berdasarkan rumusan prioritas diatas, maka dapat diketahui prioritas permasalahan


pada Keluarga Bapak Ahmad adalah sebagai berikut :
1. Resiko terjadinya trauma berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang pencegahan penyakit rematik
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
perawatan rematik
D. Rencana, Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga

N Tujuan Kriteria Evaluasi


o Umum Khusus Kriteria Standar
Intervensi
D
x
1. Setelah Klien mampu : Verbal 1. Klien dan 1. Kaji
dilakukan 1. Dapat keluarga pengetahua
penyuluhan menjelaskan dapat n keluarga
keluarga akibat menjelaskan 2. Kaji
mengenal penyakit akibat kemampuan
dan mampu rematik penyakit keluarga
mencegah terhadap rematik yang telah
terjadinya kondisi 2. Klien dan dilakukan
resiko pasien sendiri keluarga pada Ibu
trauma dan dapat Ros utnuk
pada keluarganya menyebutka menghindar
penyakit 2. Dapat sumber i resiko
rematik menyebutkan penyebab trauma
pada sumber yang penyakit 3. Diskusikan
anggota dapat rematik dengan
keluargany menyebabkan 3. Klien dan keluarga
a penyakit keluarga tentang
rematik dapat akibat
3. Dapat menyebutka penyakit
menyebutkan n upaya rematik
upaya untuk untuk terhadap
mencegah mencegah diri sendiri
terjadinya terjadinya 4. Diskusikan
trauma trauma alterrnatif
yang dapat
dilakukan
untuk
mencegah
terjadinya
trauma
5. Evaluasi
secara
singkat
terhadap
topik yang
didiskusika
n dengan
keluarga
6. Berika
pujian
terhadap
ungkapan
keluarga
yang
mendukung
upaya
pencegahan
.

2. Setelah Keluarga mampu : Verbal 1. Keluarga 1. Kaji


dilakukan 1. Menyebutkan pengetahua dapat pengetahuan
penyuluhan pengertian n menyebutka keluarga
keluarga rematik n tanda- tentang
mampu 2. Menybutkan tanda dan penyakit
mengambil tanda dan gejala rematik,
keputusan gejala rematik penyakit penyebab,
untuk 3. Menyebutkan Rematik gejala dan
berobat factor resiko 2. Keluarga cara
secara yang dapat penanganan
teratur dan menybabkan mengidentif nya
benar rematik ikasi cara 2. Berikan
4. Menyebutkan pengobatan penyuluhan
pengobatan dan keluarga
dan perawatan cara
perawatan 3. Keluarga mengidentif
rematik dapat ikasi
5. Mampu memutuska serangan
mengambil n tindakan ulang
keputusan yang harus 3. Anjurkan
dalam dilakukan berobat
pengobatan bila obat kembali ke
habis Puskesmas/
RS setelah
mendapatka
n serangan
berulang
4. Berikan
kesempatan
keluarga
menentukan
sikap dan
rencana
selanjutnya
dalam
pengobatan
5. Berikan
pujian
terhadap
kemampuan
ide/sikap
yang positif
yang
diungkapka
n keluarga
dalam
menyikapi
kekambuha
n
penyakitnya
.

Anda mungkin juga menyukai