Step I : Terminologi
1. penyakit potensial wabah : suatu peningkatan kejadian kesakitan dan/ atau
kematian suatu penyakit di suatu tempat, yang melebihi keadaan biasa
2. International Health Regulation (IHR) : suatu instrumen internasional yang secara
resmi mengikat untuk diberlakukan oleh seluruh negara anggota WHO, maupun
bukan negara anggota WHO tetapi setuju untuk dipersamakan dengan negara
anggota WHO.
3. Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) : pengumuman resmi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang "kejadian luar biasa yang berisiko
mengancam kesehatan masyarakat negara lain melalui penularan penyakit lintas
batas negara dan membutuhkan tanggapan internasional yang terkoordinasi"
4. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) : sama
dengan PHEIC
2. Apa bentuk amanat International Health Regulation (IHR) 2005 tentang Public
Health Emergency of International Concern (PHEIC)?
Jawab :
International Health Regulations (IHR) mengamanatkan kepada setiap negara-negara
anggota untuk memiliki Kapasitas Inti (Core Capacity) antara lain;
1. Legislasi dan Kebijakan,
2. Koordinasi,
3. Surveilans,
4. Kesiapsiagaan,
5. Respons,
6. Komunikasi Risiko,
7. Sumber Daya Manusia
8. Laboratorium.
3. Kenapa bandara dan pelabuhan harus memiliki kapasitas inti apabila terjadi
kondisi PHEIC?
Jawab :
Selain memberi manfaat sebagai pintu masuk alat angkut, orang dan barang,
pelabuhan juga dapat membawa potensi dampak negatif khususnya terkait
penyebaran penyakit yang berpotensi wabah atau Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC).
Ancaman penyakit berpotensi wabah atau kedaruratan kesehatan masyarakat bisa
datang dari luar negeri maupun berasal dari negara kita sendiri. Ancaman kejadian
tersebut sulit kita perkirakan karena mobilisasi yang tinggi melalui pintu masuk
negara.
5. Apa yang menyebabkan beberapa warga negara Indonesia yang datang dari
Wuhan sedang dikarantina di Natuna?
Jawab : karna sedang di china tepatnya di wuhan sedang terjadi virus yang mewabah
yaitu virus covid-19, sehingga sebanyak 238 Warga Negara Indonesia (WNI) yang
dipulangkan dari Wuhan, China, masih menjalani karantina yang dilakukan di
Hanggar Lanud Raden Sadjad Ranai, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau (Kepri).
Selain itu, 238 warga ini juga menjalani trauma healing selama berada di Natuna.
Mereka akan dipulangkan ke rumah masng-masing setelah masa observasi selesai
selama 14 hari yang merujuk kepada standar organisasi kesehatan dunia PBB (WHO).
Pada tahun 1377 di kota Rogusa dibuat suatu peraturan bahwa penumpang dari
daerah terjangkit penyakit Pes harus tinggal di suatu tempat diluar pelabuhan
selama kurang lebih 1-2 bulan (40 hari) supaya bebas dari penyakit. Itulah sejarah
suatu tindakan karantina dalam bentuk isolasi yang pertama kali dilakukan terhadap
manusia.
Kemudian terbentuklah kegiatan karantina dan stasiun karantina. Akan tetapi, peran
dari tikus dan pinjal belum diketahui dalam penularan penyakit Pes pada waktu itu.
Pada tahun 1830 – 1847, wabah Kolera melanda Eropa. Atas Inisiatif Ahli Kesehatan
telah terlaksana DIPLOMASI PENYAKIT INFEKSI SECARA INTENSIF DAN KERJASAMA
MULTILATERAL KESEHATAN MASYARAKAT pada tahun 1851 di Paris yang
menghasilkan ISR (International Sanitary Regulations) 1851 melalui INTERNATIONAL
SANITARY CONFERENCE, yang diadakan di PARIS pada tahun 1851.