Anda di halaman 1dari 9

PERTEMUAN X

SISTEM TURBIN UAP

Program Studi : Teknik Sistem Perkapalan


Nama mata kuliah/Kode : Permesinan Kapal II
Jumlah SKS : 3 sks
Pengajar :
Sasaran Belajar : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu
menjelaskan Sistem Turbin dan penggunaannya,
menghitung prestasi Sistem Turbin, memilih dan
menentukan mesin utama penggerak kapal

Mata kuliah Prasyarat : Termodinamika


Mekanika Fluida

Deskripsi mata Kuliah : Mata kuliah ini merupakan bagian dari kajian ilmu
Termodinamika yang fokus pembahasannya adalah
Sistem Turbin. Dalam perkuliahan dibahas
pendahuluan mesin pembakaran luar dan dalam,
Prinsip Kerja Turbin, Boiler, Sistem turbin Uap, system
Turbin gas, Prestasi system turbin, Kombinasi Diesel
dan Sistem Turbin, Pemilihan Mesin Penggerak,
Keuntungan dan Kerugian Mesin Penggerak,
Kombinasi Diesel dan Sistem Turbin, Pengujian
prestasi mesin.

I. PENDAHULUAN .
Pada pertemuan IX masih dijelaskan tentang Sistem turbin uap yang
digunakan sebagai penggerak kapal

I.1. Ruang lingkup Materi


Tipe turbin uap, turbin uap kondensasi dan tanpa kondensasi.
I.2. Sasaran pembelajaran Modul
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami system turbin uap.
Untuk mencapai kompetensi lulusan Program Studi sebagai desainer
mesin penggerak kapal adalah :
1) Mampu menjelaskan tipe turbin uap
2) Mampu menjelaskan variasi turbin uap kondensasi dan tanpa
kondensasi
3) Mampu menjelaskan variasi turbin uap dan aliran uap

1.3. Perilaku Awal Mahasiswa


Untuk dapat mengikuti kuliah ini dengan baik mahasiswa harus telah
memahami, hukum termodinamika I dan distribusi aliran fluida.
Kemampuan yang diperoleh dari materi ini selanjutnya dapat digunakan
sebagai pengetahuan dalam menjelaskan prinsip kerja system turbin

1.4. Manfaat

1. Mahasiswa mengetahui tipe turbin uap pada kapal


2. Mahasiswa mengetahui variasi turbin dan aliran pada sistem turbin uap
kapal.

1.5. Urutan Pembahasan


1. Menjelaskan tipe turbin uap.
2. Menjelaskan turbin kondensasi dan tanpa kondensasi

1.6. Petunjuk Belajar

1. Memperhatikan dan menyimak materi pembelajaran yang


dijelaskan
2. Melakukan aktifitas pembelajaran mandiri dari sumber-
sumber belajar yang sudah disiapkan oleh dosen maupun dari
perpustakaan.
3. Menanyakan materi pembelajaran yang belum jelas
4. Mengerjakan tugas mandiri
5. Menunjuk satu atau dua orang mahasiswa untuk memberikan
”insight” atau hal penting yang diperoleh dari pembahasan materi, lalu
diberi kesempatan dua atau tiga mahasiswa lain untuk memberi
tanggapan.

II. PENYAJIAN
2.1. Materi Pembelajaran

Tipe Turbin Uap

Tipe dasar Turbin dapat dibagi dalam dua klasifikasi utama yaitu:

1. Kondensasi, unit kondensasi dengan tekanan uap keluar kurang dari


tekanan atmosfir pada kondensor, yang mana sangat besar nilai efisiensinya.
2. Tanpa Kondensasi, tidak dapat diterapkan pada penggerak utama kapal,
tekanan uap keluar lebih besar dari tekanan atmosfir dan kurang mahal, tidak
membutuhkan kondensor.
Turbin kondensasi dan tanpa kondensasi dapat dibagi dalam beberapa
variasi, berdasarkan aliran uap dalam turbin dan rumah turbin dan
perencanaan poros yaitu:
1. Aliran langsung (Straight flow) atau aliran tunggal (Single flow); memberi
tempat perluasan sempurna dari full throttle uap keluar dalam satu rumah
dalam satu tujuan arah
2. Aliran ganda (Double flow), aliran dibagi; uap masuk pada pusat turbin dan
terhadap aliran akhir dari turbin seimbang gaya dorong aksial dari reaksi
sudu-sudu, dan lainnya dibagi berdasarkan saluran keluar sangat besar
pada dua dari tempat yang terbaik
3. Pemanasan Ulang (Reheat); aliran utama uap keluar dari turbin bertingkat
tanpa pemanasan ulang dan mungkin tanpa pemanasan ulang lanjut pada
boiler dan kembali ke turbin tingkat paling rendah
4. Ekstraksi (Extraction); ekstraksi digunakan untuk pemanasan pada feed
water dan untuk daya turbin bantu. Kemungkinan uap diekstraksi pada
variasi turbin bertingkat
5. Tekanan Tinggi (High Pressure = HP), Intermediate Pressure (IP), Low
Pressure (LP); Penurunan tekan total dari uap dapat dibagi dalam beberapa
bagian (steps)
6. Aliran gabungan (Compound flow); kerja ekstraksi dari uap pada dua atau
lebih rumah. Dalam perencanaan penggerak utama atau dimana dibutuhkan
tenaga yang sangat besar, hal ini tak dapat dipraktekkan pada turbin tunggal

Berikut contoh beberapa variasi turbin uap dan aliran uap serta
perencanaan poros dengan kondensasi dan tanpa kondensasi :

Gambar 5.16: Beberapa variasi turbin uap dan aliran uap (1) Dengan kondensasi
–(a) s/d (k), biasanya dengan tekanan ke luar kurang dari tekanan
atmosfer, (2) tanpa kondensasi – (l) s/d (o), biasanya dengan
tekanan ke luar lebih tinggi daripada tekanan atmosfer.

Pada diagram T – s tersebut pada gambar 5.14(b) terlihat dalam kondisi


uap keluar dari turbin (titik 6) ada di dalam daerah campuran cair-uap (uap
basah). Namun demikian hendaknya diusahakan kadar airnya tidak terlampau
tinggi. Hal tersebut terakhir perlu diperhatikan karena apabila kadar air dalam
uap pada tingkat tekanan rendah dari turbin melampaui ± 12 %, selain efisiensi
turbin akan berkurang, hal tersebut juga akan memperbesar kemungkinan
adanya erosi pada sudu. Pertimbangan diatas perlu diperhatikan dalam usaha
menaikkan efesiensi turbin,
Salah satu usaha untuk menaikkan efesiensi turbin adalah menaikkkan
tekanan uap dan pemanasan ulang, seperti terlihat pada gamabr 5.15 (a).
Dengan pemanasan ulang bukan saja dapat diperoleh efesiensi yang lebih
baik, tetapi juga menghindari terjadinya uap ke luar turbin dengan kadar air
yang telampau tinggi. Dengan pemanasan ulang turbin dibagi menjadi dua
bagian, yaitu turbin tekanan tinggi kembali di dalam ketel (boiler) kemudian
masuk ke dalam turbin tekanan rendah.

C. Data Beberapa Turbin Uap

Tinggi sudu dan diameter dari tingkat-tingkat berikutnya dalam arah aliran
fluida kerja diperbesar untuk memungkinkan fluida kerja berekspansi (turun
tekanannya). Puncak sudu biasanya dihubungkan satu sama lain oleh cincin
logam yang melingkari sudu tersebut, bukan saja mengurangi jumlah fluida
kerja yang mengalir dalam arah radial, tetapi juga supaya konstruksi rotor
menjadi lebih kaku dan kuat. Fluida kerja yang mengalir melalui celah antara
puncak sudu dan rumah turbin (stator), begitu juga antara ujung sudu tetap dan
rotor, tidak melakukan kerja memutar rotor. Oleh karena hal tersebut
merupakan kerugian, maka celah tersebut harus di buat sempit; tetapi harus
dijaga agar rotor tidak menggesek stator dalam segala keadaan.

Selain itu, dapat pula di pasang sekat untuk mencegah terjadinya


kebocoran, seperti terlihat pada gambar 5.18. mengingat sempitnya celah
antara rotor dan stator, rotor haruslah dalam keadaan balans dan harus
dipasang pada rumah turbin dengan teliti, dengan bantalan yang sebaik-
baiknya.

Gambar 5.18: Sekat-sekat pada puncak sudu tetap dan sudu gerak.

Namun demikian, keadaan balans sempurna tak pernah tercapai. Dalam


hal tersebut terakhir harus diingat bahwa rotor mempunyai frekuensi getaran
pribadi. Jika putaran rotor sama dengan frekuensi getaran peribadinya,
keadaan tidak balans tersebut akan menyebabkan terjadinya resonansi yang
dapat menimbulkan bahaya kerusakan mesin. putaran tersebut dinamai putaran
kritis; putaran kritis dapat berada di bawah atau di atas putaran kerjanya.

Rotor adalah ‘kaku’ jika putaran kritisnya di atas putaran kerjanya. Rotor
adalah ‘fleksibel’ apabila putaran kritisnya di bawah putaran kerjanya. Dalam
hal tersebut terakhir, putaran kritis harus dapat dilalui secepatnya. Maka turbin
turbin harus segera dijalankan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
pabrik pembuatnya.

Perubahan temperatur yang terlalu cepat karena perubahan beban yang


terjadi dengan tiba-tiba akan mengakibatkan pemuaian yang tidak rata. Hal
tersebut di atas selain dapat merusak turbin, efisiensinya pun berkurang.
Kondisi fluida kerja masuk turbin dapat pula menyebabkan terjadinya korosi,
erosi dan endapan pada sudu. Kedua faktor tersebut terakhir inipun dapat
menyebabkan rotor menjadi tidak balans; di samping itu prestasi turbin juga
akan berkurang. Oleh karena itu, kemurnian fluida kerja harus diperhatikan
pula.

Biasanya turbin impuls tidak seefisien turbin reaksi. Efisiensi turbin pada
umumnya dipengaruhi oleh:

1. Gesekan yang terjadi antara fluida kerja dengan stator dan rotor;
2. Besarnya sudut masuk dan sudut keluar sudu;
3. Perbadingan kecepatan u/C, dan
4. Kerugian lainnya.

Akan tetapi, apabila hal lainnya dapat diabaikan, maka turbin uap dapat
bekerja dengan efisiensi yang hampir sama apabila bekerja dengan
perbandingan kecepatan (u/Ci) yang sesuai. Misalnya, untuk turbin :

u/Ci
Curtis 0.20 – 0.30
Rateau 0.40 – 0.45
Parsons 0.80 – 1.00
Efisiensi turbin uap berkisar antara 30 – 50 persen untuk unit daya rendah, 80 –
90 persen untuk unit daya tinggi. Prestasi turbin uap biasanya juga diukur
dengan pemakaian uap spesifiknya, yaitu jumlah uap perjam untuk setiap daya

kg uap
kuda yang dihasilkan, dinyatakan dalam . Dari persamaan (3.26)
jam . daya poros
dapat dihitung daya yang dihasilkan turbin, N=JG(h ti-hte)

Sehingga daya turbin dapat diatur dengan mengatur jumlah uap masuk G dan/
atau selisih entalpi , N=JG(hti-hte).

Turbin uap dijalankan dan dihentikan berturut-turut dengan membuka penuh


dan menutup rapat katub penutup uap. Kemudian pengaturan jumlah uap
masuk nosel turbin dilaksanakan dengan mengatur pembukaan katub
pemasukan uap. Besarnya pembukaan katub pemasukan uap di kendalikan
oleh alat yang dinamai governor. Ada dua macam governor, yaitu governor
pengatur kecepatan dan governor pengatur tekanan uap. Governor pengatur
kecepatan diperlukan apabila kecepatan poros turbin harus konstan, misalnya
pada turbin penggerak generator listrik arus bolak-balik. Sedangkan governor
pengatur tekanan uap dipergunakan pada turbin (industry) di mana sebagian
tekanan uap yang diektrasikan (dikeluarkan dari turbin untuk suatu proses)
harus diusahakan konstan. Jadi, pada jenis tersebut terakhir, di samping
governor pengatur kecepatan juga diperlukan governor pengatur tekanan uap.

III.PENUTUP
3.1. Rangkuman
Tipe dasar Turbin dapat dibagi dalam dua klasifikasi utama yaitu:

1. Kondensasi, unit kondensasi dengan tekanan uap keluar kurang dari


tekanan atmosfir pada kondensor, yang mana sangat besar nilai
efisiensinya.
2. Tanpa Kondensasi, tidak dapat diterapkan pada penggerak utama
kapal, tekanan uap keluar lebih besar dari tekanan atmosfir dan
kurang mahal, tidak membutuhkan kondensor.
Efisiensi turbin uap berkisar antara 30 – 50 persen untuk unit daya
rendah, 80 – 90 persen untuk unit daya tinggi. Prestasi turbin uap
biasanya juga diukur dengan pemakaian uap spesifiknya, yaitu jumlah
uap perjam untuk setiap daya kuda yang dihasilkan, dinyatakan dalam

kg uap
. Dari persamaan (3.26) dapat dihitung daya yang
jam . daya poros
dihasilkan turbin, N=JG(hti-hte)
Sehingga daya turbin dapat diatur dengan mengatur jumlah uap masuk
G dan/ atau selisih entalpi , N=JG(hti-hte).

Turbin uap dijalankan dan dihentikan berturut-turut dengan


membuka penuh dan menutup rapat katub penutup uap. Kemudian
pengaturan jumlah uap masuk nosel turbin dilaksanakan dengan
mengatur pembukaan katub pemasukan uap. Besarnya pembukaan
katub pemasukan uap di kendalikan oleh alat yang dinamai governor.
Ada dua macam governor, yaitu governor pengatur kecepatan dan
governor pengatur tekanan uap. Governor pengatur kecepatan
diperlukan apabila kecepatan poros turbin harus konstan, misalnya pada
turbin penggerak generator listrik arus bolak-balik. Sedangkan governor
pengatur tekanan uap dipergunakan pada turbin (industry) di mana
sebagian tekanan uap yang diektrasikan (dikeluarkan dari turbin untuk
suatu proses) harus diusahakan konstan. Jadi, pada jenis tersebut
terakhir, di samping governor pengatur kecepatan juga diperlukan
governor pengatur tekanan uap.

3.2. Umpan Balik

1. Mahasiswa dapat bertanya apabila ada materi uraian yang tidak jelas.
2. Pertanyaan mahasiswa dapat dialihkan ke mahasiswa lain untuk
menguji kemampuannya.
3. Dosen menjelaskan kembali jika diperlukan

Latihan Soal
Jawablah pertanyaan berikut ini :
1.
3.3. Daftar Pustaka
1. Harrington,R., L., 1992, Marine Engineering, SNAME, Jersey City, New York.
2. Taylor,D., A., 2003, Introduction to Marine Engineering.
3. Arismunandar,W., 1997, Penggerak Mula Turbin.
4. Shlyakhin,P., 1990, Steam Turbines Theory and Design, Erlangga, Jakarta.
5. El Wakil,M., M., 1988, Power Plant Technology, McGraw-Hill, Singapore.
6. Akimov,P., Marine Power Plant.
7. Syerly Klara, 2014, Buku Ajar Permesinan Kapal II LKPP Universitas
Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai