Anda di halaman 1dari 12

Trend dan Isu Covid-19

Pembimbing: Maria Imaculata Ose S.Kep Ns, M.Kep

Disusun oleh:

Siska Akhmad Fadillah

1930702055

A1 Keperawatan

Universitas Borneo Tarakan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Jurusan Keperawatan

Tahun 2020
Latar Belakang

Virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang
paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar
hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk
yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus.

Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan
tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain
yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak
asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu
menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru.

Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan MERS,
yang juga berkaitan dengan virus Corona. Dengan latar belakang tersebut, virus
Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang
sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan
infeksi lebih parah dan gagal organ
Pembahasan

Peneliti senior Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof David H Muljono, PhD
menjelaskan bahwa semua virus pada dasarnya hanya bisa hidup dalam sel
makhluk hidup (hewan, tumbuhan, manusia, dan bakteri) karena virus tidak
mempunyai perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri.

"Ketika tidak berada di dalam sel atau tidak dalam proses menginfeksi sel, virus
berada dalam bentuk partikel independen yang disebut virion. Virion terdiri atas
materi genetik berupa asam nukleat (DNA atau RNA) yang diselubungi lapisan
protein yang disebut kapsid.

Pandemi COVID-19

Kelelawar, ular, dan berbagai hewan eksotis lain hingga kini masih dianggap
sebagai vektor virus Corona atau COVID-19. Terlepas dari benar-tidaknya
informasi tersebut, COVID-19 membuktikan diri mampu menular antarmanusia.
Penularan sangat cepat hingga Organisasi Kesehatan Dunia WHO menetapkan
pandemi virus Corona atau COVID-19 pada (11/3/2020).

Pandemi atau epidemi global mengindikasikan infeksi COVID-19 yang sangat


cepat hingga hampir tak ada negara atau wilayah di dunia yang absen dari virus
Corona. Peningkatan jumlah kasus terjadi dalam waktu singkat hingga butuh
penanganan secepatnya. Sayangnya, hingga kini belum ada obat spesifik untuk
menangani kasus infeksi virus Corona atau COVID-19.
WHO menyatakan saat ini Eropa telah menjadi pusat pandemi virus Corona secara
global. Eropa memiliki lebih banyak kasus dan kematian akibat COVID-19
dibanding China. Jumlah total kasus virus Corona, menurut WHO, kini lebih dari
136 ribu di sedikitnya 123 negara dan wilayah. Dari jumlah tersebut, nyaris 81 ribu
kasus ada di wilayah China daratan. Italia, yang merupakan negara Eropa yang
terdampak virus Corona terparah, kini tercatat memiliki lebih dari 15 ribu kasus.

Kurang dari 24 jam, jumlah kasus virus corona melesat tajam. Hingga Selasa
(25/3/2020) pukul 11.13 WIB, jumlah terinfeksi virus corona sudah lebih dari
425.000 kasus.

Pada Selasa (24/3/2020) pukul 16.37 WIB jumlah terinfeksi virus corona di
seluruh dunia adalah 384.432 kasus. Siang ini, jumlah ini bertambah hampir
40.000 kasus menjadi 422.829.

Kemudian pada pukul 16.44 WIB, jumlah tersebut bertambah menjadi 425.964
kasus. Sementara itu, jumlah negara dan wilayah yang terjangkit virus corona
menjadi 194 dan ada wabah di transportasi angkut (Diamond Princess yang
bersandar di Yokohama, Jepang).

Dari total kasus tersebut, jumlah kematian mencapai 18.957 pasien, sedangkan
109.241 di antaranya telah dinyatakan sembuh.
A. Cara penularan Covid-19

Peneliti penyakit menular di The University of Texas menyatakan waktu antara


kasus dalam rantai penularan virus corona Covid-19 cukup cepat, yakni kurang
dari satu minggu. Peneliti juga menemukan bahwa lebih dari 10 persen pasien
terinfeksi corona disebabkan oleh seseorang yang memiliki virus tetapi belum
memiliki gejala.

Peneliti mengatakan temuan itu dapat membantu petugas kesehatan masyarakat


dalam upaya mereka mengendalikan penyebaran Covid-19. Temuan itu
berdasarkan dari penghitungan interval serial virus.

Melansir Science Daily, para ilmuwan melihat waktu yang diperlukan bagi gejala
Covid-19 muncul pada dua orang terinfeksi Covid-19, yakni orang yang
menginfeksi orang lain dan orang kedua yang terinfeksi untuk menghitung interval
serial.

Para peneliti menemukan bahwa interval serial rata-rata untuk virus corona baru
adalah sekitar empat hari. Hasil penelitian itu juga merupakan studi pertama yang
memperkirakan tingkat penularan tanpa gejala.

Adapun beberapa cara penyebaran Virus Corona menurut WHO. Antara lain :

a. Covid-19 menular melalui orang yang telah terinfeksi virus corona. Penyakit
dapat dengan mudah menyebar melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut
ketika seseorang yang terinfeksi virus ini bersin dan batuk. Kemudia tetesan
itu mendarat di sebuah benda atau permukaan , tetesan itu lalu disentuh
orang sehat orang tersebut lalu menyentuh mata,hidung atau mulut mereka.
Ketika tetesan kecil itu dihirup oleh seseorang ketika berdekatan dengan
yang terinfeksi corona.
b. Hingga kini belum ada penelitian yang menyatakan virus corona covid-19
bisa menular melalui udara.

B. Gejala COVID-19

Ciri-ciri virus Corona pada gejala awal mirip flu sehingga kerap diremehkan
pasien. Namun, berbeda dengan flu biasa, infeksi virus Corona atau COVID-19
berjalan cepat, apalagi pada pasien dengan masalah kesehatan sebelumnya.

Gejala ringan kasus infeksi virus Corona atau COVID-19:

1. Batuk

2. Letih

3. Sesak napas dan ngilu di seluruh tubuh

4. Secara umum merasa tidak enak badan

Gejala berat kasus infeksi virus Corona atau COVID-19:

1. Kesulitan bernapas

2. Infeksi pneumonia

3. Sakit di bagian perut

4. Nafsu makan turun


Ciri-ciri virus Corona atau COVID-19 dan gejalanya kebanyakan muncul 2-10 hari
setelah kontak dengan virus. Tapi pada beberapa kasus, ciri-ciri awal Coronavirus
dan gejalanya baru muncul sekitar 24 hari. Untuk membedakan ciri-ciri awal
Corona dan flu biasa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Dalam 14 hari sempat bepergian ke negara yang dianggap sumber virus Corona

2. Sempat kontak dengan pasien yang mengalami infeksi Corona

Kasus infeksi virus Corona atau COVID-19 yang masih mewabah bisa dicegah
dengan cara yang sederhana. Berikut empat cara pencegahan virus Corona atau
COVID-19:

C. Pencegahan COVID-19

Kasus infeksi virus Corona atau COVID-19 yang masih mewabah bisa dicegah
dengan cara yang sederhana. Berikut empat cara pencegahan virus Corona atau
COVID-19,

1. Cuci tangan

Saat cuci tangan dengan sabun dan air minimal dilakukan selama 20 detik. Jika tak
ada air dan sabun bisa dengan hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal
60 persen. Cuci tangan harus dilakukan sebelum dan setelah beraktivitas.

2. Jangan menyentuh tempat umum


Ketika berada di fasilitas umum, sebaiknya jangan menyentuh tombol lift,
pegangan pintu, pegangan tangga atau eskalator. Jika harus menyentuh, sebaiknya
gunakan tisu atau lengan baju dan segera cuci tangan setelahnya.

3. Hindari keramaian

Kasus infeksi virus Corona atau COVID-19 mudah menyerang saat di tempat
ramai. Karena itu, usahakan tidak berada di keramaian apalagi dalam ruangan
berventilasi buruk. Bila terpaksa berada di keramaian, jangan sembarangan
menyentuh wajah, hidung, dan mata, apalagi bila belum cuci tangan.

4. Rajin membersihkan rumah

Bersih-bersih rumah menggunakan cairan disinfektan menjadi upaya lain


mencegah kasus infeksi virus Corona atau COVID-19. Setelah cara-cara
pencegahan ini dilakukan, jangan lupa gunakan masker saat beraktivitas di luar
rumah.

Hoax virus corona

Jakarta -

Hoax jadi industri yang tidak kalah masifnya dengan virus komputer atau malware.
Salah satu contohnya, hal ini bisa dari maraknya penyebaran hoax di tengah
mewabahnya virus corona seperti sekarang.

Sebagai buktinya, khusus di Indonesia saja, sejak isu virus corona merebak pada
akhir Januari 2020 sampai pertengahan Maret 2020, sudah menyebar 187 hoax
yang menunggangi isu virus corona. Sedangkan malware yang menunggangi isu
virus corona di dunia dapat dihitung dengan jari. Vaksincom sendiri belum
menemukan malware Indonesia yang menunggangi isu ini.

Memang, membuat hoax tidak sesulit membuat malware. Kemampuan teknis yang
dibutuhkan untuk membuat hoax pun jauh lebih rendah dibandingkan membuat
malware. Selain itu, platform penyebaran hoax juga sangat luas dan tidak dibatasi
sistem operasi seperti malware. Asalkan bisa mendistribusikan informasi dalam
bentuk teks saja sudah cukup untuk menyebarkan hoax.

Hoax juga sangat mudah memakan korban, dimana ahli pada bidangnya sekalipun
terkadang terkecoh dengan informasi palsu yang sudah dirancang sedemikian rupa
karena memanfaatkan trik yang canggih dan mudah mendapatkan kepercayaan
penerima hoax.

Berikut ini Vaksincom berikan dua hoax yang beredar pada minggu kedua Maret
2020 dan dirancang dengan cerdik mencampurkan informasi yang legit dengan
informasi hoax sehingga penerimanya mudah percaya.

Test air liur untuk deteksi corona

Hoax pertama adalah informasi bahwa Singapura melakukan test liur untuk
mendeteksi apakah seseorang terjangkit virus corona atau tidak.

Teknik yang digunakan adalah Imposter Content atau konten peniru, dimana tautan
sumber berita yang dilampirkan adalah dari portal berita yang cukup terpercaya
dilengkapi dengan cuplikan berita dari portal berita tersebut.
Tetapi, dengan cerdiknya pembuat hoax membumbuinya dengan menyelipkan satu
paragraf tambahan:

Mulai sekarang setiap penumpang yg mendarat di Changi Airport harus ditest air
liurnya dan bila

ternyata di-suspect COVID-19, maka harus langsung dikarantina selama minimal


14 hari di RS setempat atas biaya sendiri.

Sebagai catatan, pengetesan deteksi virus corona tidak dapat dilakukan dengan
pengetesan air liur. Adapun screening yang dilakukan di bandara adalah deteksi
suhu tubuh yang jika terdeteksi demam, akan langsung dihentikan dan dilakukan
pengecekan lebih lanjut apakah demam yang diderita disebabkan oleh virus corona
atau tidak.

Arahan Gubernur terkait COVID-19

Hoax kedua yang cukup banyak memakan korban dan beredar cukup luas adalah
tentang arahan gubernur DKI Jakarta sehubungan dengan COVID-19.

Hoax Virus Corona yang MerajalelaInformasi awal arahan Gubernur DKI Jakarta
tentang virus corona.

Broadcast yang banyak beredar di WhatsApp tersebut dipercaya banyak orang dan
tak sedikit pula netizen yang setelah menerima hoax tersebut menambahi poin-poin
hoax sehingga makin besar cakupannya.
Penutup

Kesimpulan : Bahwa virus corona atau virus covid-19 adalah penyakit yang
mematikan sehingga dapat menular dari manusia kemanusia, dari kontak langsung
terhadap manusia yang terinfeksi virus tersebut. Tanda dan gejala virus corona ini
seperti sakit biasa flu, batuk, demam tetapi gejala virus ini ditambah dengan
demam tinggi, muntah serta sesak nafas sulitnya untuk tidur.

Saran : Agar terhidar dari virus covid-19 kita dapat berdiam saja dirumah tanpa
melakukan aktivitas diluar yang tidak begitu penting, jauhi orang-orang yang
memiliki tanda dan gejala tersebut dan memakai masker, selalu membersihkan
rumah dan tidak lupa juga jaga stamina tubuh makan yang bergizi dan minum
vitamin, tidak perlu cemas yang terpenting dapat menjaga tubuh tetap sehat dan
terhindar dari penyakit mematikan tersebut.
Daftar Pustaka

ttps://news.detik.com/berita/d-4943950/latar-belakang-virus-corona-
perkembangan-hingga-isu-terkini

https://www.suara.com/health/2020/02/13/064500/terungkap-penjelasan-ilmiah-
virus-corona-covid-19-bisa-menginfeksi-manusia

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200323123839-199-486016/ahli-
rantai-penularan-covid-19-cepat-sulit-dihentikan

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200324183152-40-147356/who-ungkap-
cara-penyebaran-virus-corona-awas-tertular

https://inet.detik.com/cyberlife/d-4937619/hoax-virus-corona-yang-merajalela

https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/25/122900423/update-corona-25-
maret-tembus-425000-di-194-negara-109241-sembuh

Anda mungkin juga menyukai