Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
Arum Samudra 1110102000046
Deysi Indayanti 1110102000080
Desti Iswindari 1110102000016
Dias Prakatindih 1110102000022
Khalida Handayani 1110102000008
Kurnia Anisah 1110102000040
Lukluk Khoiriyah 1110102000050
M Awaluddin Fikry 1110102000034
FARMASI VI B
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM
1) TUJUAN
1. Memahami prinsip-prinsip dasar analisis logam dengan spektroskopi serapan atom
2. Menentukan kadar Zn dalam sample sayur
3. Menentukan kadar Fe dalam sample sayur
2) TEORI
Spektroskopi atomic adalah metode pengukuran spectrum yang berkaitan dengan serapan dan
emisi atom. Bila suatu molekul mempunyai bentuk spectra pita, maka suatu atom mempunyai spectra
garis. Atom-atom yang terlibat dalam metode pengukuran spektroskopi atomic haruslah ataom-atom
bebas yang garis spektranya dapat diamati. Pengamatan garis spectra yang spesifik ini dapat
digunakan untuk analisis unsure baik secara kualitatif dan kuantitatif. Spektrofotometer Serapan Atom
merupakan alat untuk menganalisa unsur-unsur logam dan semi logam dalam jumlah renik
(trace), AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga
dikenal sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS.
Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat
memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah
lampu katoda cekung yang mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja. Metode AAS
berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang
gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada
perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu
unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometerik.
Absorbsi atom adalah suatu proses penyerapan bagian sinar oleh atom-atom bebas pad apanjang
gelombang () tertentu dari atom itu sendiri sehingga konsentrasi satu logam dapat ditentukan. Karena
absorbansi sebanding dengan konsentrasi suatu analit, maka metode ini dapat digunakan untuk system
pengukuran atau analisis kuantitatif.
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas . Metode ini sangat tepat
untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini
disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan
karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan
katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61
logam.
Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen
yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah
teratomisasi, kemudia radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper
digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi yang berasal dari
nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus
bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel.
Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan
menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih
tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat gerakan
elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat
kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan
oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai
dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.
Unsur-unsur dalam cuplikan diidentifikasi dengan sensitivitas dan limit deteksi pada teknik
pengukuran SSA dapat mencapai < 1 mg/L (1 ppm) bila menggunakan lampu nyala biasa dan dapat
dicapai sampai 0,1 ppm dengan menggunakan prosedur SSA yang lebih canggih.
E = E1 – E0
Energi yang dibutuhkan untuk transisi elektron itu dapat dipenuhi oleh foton atau cahaya yang
setara dengan :
E = hv
Dengan:
h = tetapan Planck, dan
v = frekuensi
Bila dikalikan dengan maka:
hc
¿
E
Dimana:
c = kecepatan cahaya pada keadaan vakum
Untuk beberapa peristiwa eksitasi misalnya pada UV atau sinar-X spektrometri selisih energi
(E1 -E0) sangat lebar, berkisar 100-900 nm. Dalam SSA, selisih energi (E1 -E0) kecil, hal ini
disebabkan karena hanya bagian elektron terluar yang teresksitasi, disebabkan oleh pengendalian suhu
yang cermat. Bila suhu terlampau tinggi sebagian atom akan terionisasi. Atom-atom dalam kabut
tersebut bergerak dengan kecepatan tinggi dan saling bertabrakan, serta menyerap dalam kisaran
yang sangat sempit. Oleh karena energi gap E 1 -E0 sempit ini, walaupun pada proses pembakaran
terjadi kabut dari berbagai atom, tapi hanya atom tertentu yang dapat menyerap sumber energi atau
foton. Hal ini merupakan sifat selektif yang spesifik dari SSA.
Dalam spektroskopi atomik, faktor-faktor yang dapat menyebabkan pelebaran garis spektra
merupakan suatu problem dalam sistem analisis metode ini. Dua hal yang paling sering menimbulkan
problem ini adalah pelebaran efek Doppler (Doppler Boardening) dan pelebaran tekanan (Pressure
Boardening).
Pelebaran Efek Doppler (Doppler Boardening)
Selama proses atomisasi atau ionisasi, suatu spesies yang sedang diukur dapat bergerak
menjauhi atau melalui detektor. Hal ini dapat menimbulkan loncatan Doppler pada spektra
garis yang dihasilkan, sehingga garis spektra yang seharusnya berkisar antara 1-15 nm menjadi
kira-kira 100 kali lebih lebar. Tidak banyak hal yang dapat dilakukan untuk menghindari efek
Doppler ini kecuali hanya mengenali mengapa hal tersebut terjadi.
1. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai
atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-
beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus,
hanya saja harganya lebih mahal.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga
unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang
kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas
yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang
dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api
merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan
warna api yang paling baik, dan paling panas.
6. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa
buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi
dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api
pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala
api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol
kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan
sedikit, agar tidak kering.
7. Monokromator
Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari sekian banyak spectrum
yang dahasilkan oleh lampu piar hollow cathode atau untuk merubah sinar polikromatis menjadi
sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran. Macam-macam monokromator
yaitu prisma, kaca untuk daerah sinar tampak, kuarsa untuk daerah UV, rock salt (kristal garam)
untuk daerah IR dan kisi difraksi.
8. Detector
Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan detector panas. Detector panas
biasa dipakai untuk mengukur radiasi inframerah termasuk thermocouple dan bolometer. Detector
berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah menjadi energy
listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detector dilakukan penguatan dan dicatat oleh alat
pencatat yang berupa printer dan pengamat angka.
Ada dua macam deterktor sebagai berikut:
o Detector Cahaya atau Detector Foton Detector foton bekerja berdasarkan efek
fotolistrik, dalam halini setiap foton akan membebaskan elektron (satu foton satu
electron) dari bahan yang sensitif terhadap cahaya. Bahan foton dapat berupa
Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.
o Detector Infra Merah dan Detector Panas Detector infra merah yang lazim
adalah termokopel. Efek termolistrik akan timbul jika dua logam yang memiliki
temperatur berbeda disambung jadi satu.
4) PROSEDUR KERJA
a. Teknik destruksi basah
Timbang sampel (bayam) 1 gram, yang sudah dikeringkan
Masukkan kedalam backer glass tutup dengan kaca arloji
Tambahkan 10 ml HNO3 pekat, dikocok dengan hati-hati. Kemudian tambahkan 3 ml
HCLO4 60% dan dikocok.
Panaskan diatas hotplat (dalam lemari asam) hingga asap tidak ada lagi, dinginkan.
Filtrat disaring ke adalam labu ukur 50 ml ditambahkan aquadest sampai batas tanda.
Dibuat juga blanko.
b. Pembuatan larutan standar
Untuk Fe dibuat konsentrasi 1 ; 2 ; 4 ; 6 ; 8 ppm
o Buat larutan induk 20 ppm. Ambil 1 ml Fe, kemudian masukkan ke dalam labu
ukur 50 ml. Tambahkan dengan aquades sampai batas, kemudian dikocok.
o Untuk konsentrasi 1 ; 2 ; 4 ; 6 ; 8 ppm, diambil volume yang dibutuhkan dari
larutan induk sesuai dengan perhitungan. Kemudian masukkan dalam labu ukur
10 ml. Tambahkan aquades sampai batas, lalu kocok.
Untuk Ca dibuat konsentrasi 0,5 ; 1 ; 2 ; 4 ; 5 ppm
o Buat larutan induk 20 ppm. Ambil 1 ml Fe, kemudian masukkan ke dalam labu
ukur 50 ml. Tambahkan dengan aquades sampai batas, kemudian dikocok.
o Untuk konsentrasi 0,5 ; 1 ; 2 ; 4 ; 5 ppm, diambil volume yang dibutuhkan dari
larutan induk sesuai dengan perhitungan. Kemudian masukkan dalam labu ukur
25 ml. Tambahkan aquades sampai batas, lalu kocok.
c. Penetapan kadar sampel
Sampel hasil dekstruksi diukur kedalam alat spektrofotometer serapan atom
Kemudia absorban diplotkan ke dalam kurva kalibrasi standar.
5) DATA PENGAMATAN
1. Pembuatan larutan standar Fe untuk kurva kalibrasi
- Larutan induk 20 ppm dalam labu ukur 50 mL
N1 x V1 = N2 x V2
1000 x V1 = 20 x 50
V1 = 1mL
- Seri konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm dalam labu ukur 10 mL (dipipet dari
larutan induk 20 ppm).
N1 x V1 = N2 x V2
20 x V1 = 1 x 10
V1 = 0.5 mL
Dilakukan cara perhitungan yang sama seperti diatas, sehingga diketahui jumlah volume yang
harus dipipet untuk menghasilkan konsentrasi 1,2,4,6, dan 8 ppm
Konsentrasi (ppm) Vol. yang dipipet (mL)
1 0.5
2 1
4 2
6 3
8 4
2. Standar Fe
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0 -0.0002
1 0.0177
2 0.0691
4 0.1666
6 0.2621
8 0.3170
Dibuat regresi linier antara konsentrasi dan absorbansi, sehingga diperoleh nilai :
a= -9.9670 x 10-3
b= 0.04248
r= 0.9950
y = a + bx y = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x
0.3 R² = 0.96
Absorbansi
0.2
0.1
0
0 1 2 4 6 8
-0.1
Konsentrasi (ppm)
6. Standar Zn
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0 -0.0002
0.5 0.0589
1 0.2215
2 0.4488
4 0.7099
5 0.7997
Dibuat regresi linier antara konsentrasi dan absorbansi, sehingga diperoleh nilai :
a= 0.0305
b= 0.1644
r= 0.9858
y = a + bx y = 0.0305 + 0.1644x
Kurva Kalibrasi Standar Zn
1
0.9
0.8
R² = 0.97
0.7
0.6
Absorbansi
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.5 1 2 4 5
-0.1
Konsentrasi (ppm)
7. Tabel hasil pengukuran Zn pada sampel tiap sayuran
6) PEMBAHASAN
Spektrofotometer Serapan Atom atau Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) merupakan salah
satu instrument yang dapat menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif untuk menganalisa unsur-unsur
logam dan semi logam dalam jumlah renik (trace), AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur,
spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan double beam layaknya
Spektrofotometer UV-VIS.
Pada praktikum kali ini tujuannya adalah untuk memahami prinsip kerja AAS dan menentukan
konsentrasi suatu unsur logam dalam sampel. Alat AAS yang digunakan adalah AAS Solar S Series dan
unsur yang akan dianalisis adalah unsur Fe dan Zn dalam sampel sayuran. Bagian-bagian dari alat AAS
yang berperan dalam menganalisis sampel yaitu:
1. Sumber radiasi, biasanya digunakan lampu logam yang sama untuk unsur yang akan dianalisis.
2. Atomizer nyala, yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
a. Pipa kapiler, yaitu pipa yang digunakan untuk menyedot larutan yang akan dianalisis
b. Nebulizer, yang berfungsi mengabutkan larutan.
c. Mixing Chamber (kamar pencampur), untuk mencampur kabut dari nebulizer dengan gas
asetilen dan udara.
d. Burner (pembakar), untuk membakar atau mengatomisasi larutan yang tercampur dengan
gas pembakar
e. Monokromator, yang berfungsi memisahkan energi yang keluar dari atomizer dalam
bentuk spektrum cahaya berdasarkan panjang gelombangnya.
f. Detektor, yang berfungsi mengubah respon spektrum menjadi sinyal yang dapat diukur.
g. Amplifier, yang berfungsi memperkuat sinyal keluaran dari detector sebagai fungsi
absorbansi.
h. Komputer, terpasang hardware dari SSA yang digunakan sehingga sinyal dapat terekam
dalam bentuk digital.
1. UPS, untuk memasok cadangan tegangan listrik. Sebagai antisipasi terhadap kerusakan pada
sistem komputer bila terjadi pemadaman listrik secara tiba-tiba.
2. Kompresor, untuk memompa gas asetilen maupun udara yang akan digunakan untuk proses
atomizer.
3. Filter, untuk menyaring udara maupun gas yang masuk ke dalam system atomizer.
4. Tabung gas, untuk menyimpan gas asetilen.
5. Blower, untuk menyedot gas keluaran pada saat terjadi pembakaran agar tidak mengganggu
pernapasan ataupun terjadi kebakaran.
Pada analisis kali ini menggunakan beberapa sampel sayuran yaitu sawi, bayam, singkong, dan kangkung.
Sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan preparasi larutan standar dan sampel
(cuplikan). Preparasi larutan standar ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh beberapa larutan
standar dengan konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, dan 8 ppm untuk Fe lalu 0.5 ppm, 1 ppm, 2
ppm, 4 ppm, dan 5 ppm untuk Zn yang nantinya akan diukur absorbansinya untuk memperoleh kurva
kalibrasi. Larutan standar yang digunakan adalah larutan standar Fe dan Zn. Setelah dilakukan preparasi
larutan standar, selanjutnya dilakukan preparasi sampel. Sampel berupa bayam yang telah di panaskan
(dikeringkan) dalam oven sehari sebelumnya yang telah diketahui massanya kemudian didestruksi dengan
HClO4 pekat dan HNO3 pekat sambil dipanaskan. Ada dua cara untuk melakukan destruksi sampel, yaitu
:
Destruksi kering biasanya digunakan untuk sampel yang solid (misalnya batuan),
dimana sampel langsung dipanaskan dalam tanur hingga terbantuk abu
Destruksi basah biasanya digunakan untuk sampel yang lebih lunak (misalnya
sayuran), dimana sampel ditambahkan dengan asam kuat sebagai oksidator dan
bila perlu dengan pemanasan. Tujuan penambahan larutan asam kuat sebagai
oksidator adalah untuk mengoksidasi logam sehingga terpisah dari senyawa lain
dalam sampel.
Tujuan dilakukannya destruksi adalah untuk menghilangkan senyawa organik yang ada di dalam ssampel
sehingga yang tertinggal hanya zat – zat anorganiknya. Pendestruksian sampel dilakukan di dalam lemari
asam dengan memanaskan sampel di dalam becker glass yang ditutup dengan kaca arloji di atas penangas
air. Sampel di destruksi dengan HClO4 untuk melarutkan serbuk bayam serta menghilangkan senyawa-
senyawa organik yang ada dalam sayuran tersebut sehingga benar-benar diperoleh kandungan Fe dan Zn.
Selanjutnya penambahan HNO3 adalah untuk menghilangkan kelebihan atau sisa-sisa pelarut sebelumnya
tadi. Pada destruksi ini pemanasan berguna untuk mempercepat dan menyempurnakan proses destruksi.
Setelah di destruksi filtrate kemudian disaring hingga 50 ml dan siap dilakukan pengukuran oleh alat
AAS juga dengan larutan standar yang telah dibuat tadi. Pada pengukuran dengan AAS, yang pertama
kali diukur adalah blangko (larutan standar) sebagai latar belakang dan untuk menentukan limit deteksi
dari alat AAS yang digunakan. Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap larutan standar Fe dan Zn
untuk membuat kurva kalibrasi dan yang terakhir dilakukan pengukuran terhadap larutan sampel untuk
menentukan berapa konsentrasi Fe dan Zn di dalamnya. Pengukuran tersebut menyajikan data dalam
bentuk absorbans.
Prinsip kerja dari AAS dalam pengukuran tadi adalah larutan baik blanko standar maupun sampel yang
memasuki alat akan dikabutkan terlebih dahulu oleh di nebulizer. Dalam nebulizer ini akan dihasilkan
titik-titik air halus yang akan disemburkan bersama-sama dengan gas asetilen dan udara ke bagian tengah
burner yang menyala sehingga mengalami atomisasi. Kemudian direaksikan dengan sumber eksterna
berupa lampu katoda (sesuai dengan unsur yang akan ditentukan) sehingga atom-atom pada keadaan
dasar membutuhkan energi besar dan akan menyerap energi dari sumber cahaya tersebut untuk
mendapatkan energi. Selanjutnya yaitu menentukan menentukan konsentrasi Fe dan Zn dalam sampel.
Pada penentuan konsentrasi unsur Fe dan Zn dalam sampel, dibuat kurva kalibrasi larutan standar dalam
bentuk konsentrasi vs absorbansi dan dicari persamaannya. Persamaan yang diperoleh tersebut digunakan
untuk menentukan konsentrsi Fe dan Zn dalam sampel dengan mensubstitusikan data absorbansi sampel
ke dalam persamaan.
Persamaan yang diperoleh untuk kandungan Fe adalah y = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x dimana y sebagai
absorbansi dan x sebagai konsentrasi dengan R = 0,995 Dimana R merupakan linieritas hasil pengukuran.
Karena nilai R makin mendekati 1 berarti hasil pengukuran tersebut semakin linier.
Dan berdasarkan perhitungan dari persamaan tersebut dapat diketahui kadar Fe yang dalam sampel yang
disajikan dalam bentuk tabel, yaitu :
Absorbansi (y) Kosentrasi (x) (ppm) Kadar (%)
Sayuran
Kelas A Kelas B Kelas A Kelas B Kelas A Kelas B
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa kadar Fe yang terdapat pada masing-masing sampel sayuran
sangat kecil dan jauh dari kadar Fe normal yang seharusnya ada berdasarkan literature. Hal ini bisa
disebabkan karena proses destruksi yang kurang baik sehingga Fe yang terdapat dalam masing – masing
sayuran tersebut belum tertarik secara sempurna. Selain itu, terdapat perbedaan kadar antara sampel
sayuran kelas A dan kelas B yang mana bisa disebabkan karena sumber sampel yang berbeda dan karena
praktikannya sehingga proses pengerjaan masing – masing sampel memiliki ketelitian yang berbeda pula.
Jadi, disini proses destruksi sampel sangat menentukan dimana semakin baik proses destruksi yang
dilakukan, maka kadar logam Fe yang tertarik dan terdeteksi dalam sampel akan semakin besar.
Sedangkan untuk logam Zn didapatkan persamaan Y = 0.0305 + 0.1644x
Dan berdasarkan perhitungan dari persamaan tersebut dapat diketahui kadar Zn yang dalam sampel yang
disajikan dalam bentuk tabel, yaitu :
Sama seperti Fe, dari data tersebut dapat dilihat bahwa kadar Zn yang terdapat pada masing-masing
sampel sayuran sayuran sangat kecil dan jauh dari kadar Zn normal yang seharusnya ada berdasarkan
literature. Hal ini bisa disebabkan karena proses destruksi yang kurang baik sehingga Zn yang terdapat
dalam masing – masing sayuran tersebut belum tertarik secara sempurna. Selain itu, terdapat perbedaan
kadar antara sampel sayuran kelas A dan kelas B yang mana bisa disebabkan karena sumber sampel yang
berbeda dan karena praktikannya sehingga proses pengerjaan masing – masing sampel memiliki ketelitian
yang berbeda pula. Jadi, disini proses destruksi sampel sangat menentukan dimana semakin baik proses
destruksi yang dilakukan, maka kadar logam Zn yang tertarik dan terdeteksi dalam sampel akan semakin
besar.
7) KESIMPULAN
Spektrofotometer Serapan Atom merupakan salah satu instrument yang dapat menganalisa secara
kualitatif dan kuantitatif untuk menganalisa unsur-unsur logam dan semi logam dalam jumlah renik
(trace), yang umumnya digunakan untuk analisa unsur.
Ada dua cara untuk melakukan destruksi sampel, yaitu :
Destruksi kering : sampel langsung dipanaskan dalam tanur hingga terbantuk abu (untuk sampel
solid)
Destruksi basah : sampel ditambahkan dengan asam kuat sebagai oksidator dan bila perlu dengan
pemanasan. Tujuan penambahan larutan asam kuat sebagai oksidator adalah untuk mengoksidasi
logam sehingga terpisah dari senyawa lain dalam sampel (untuk sampel lunak)
Tujuan dilakukannya destruksi adalah untuk menghilangkan senyawa organik yang ada di dalam
ssampel sehingga yang tertinggal hanya zat – zat anorganiknya.
Kadar Fe dan Zn yang terdapat pada masing-masing sampel sayuran sangat kecil dan jauh dari kadar
Fe normal yang seharusnya ada berdasarkan literature. Hal ini mungkin disebabkan proses destruksi
yang kurang sempurna. Semakin baik proses destruksi yang dilakukan, maka kadar logam Fe dan Zn
yang tertarik dan terdeteksi dalam sampel akan semakin besar.
8) DAFTAR PUSTAKA