PENDAHULUAN
Peternakan kambing merupakan salah satu basis ekonomi yang sangat menjanjikan,
hampir setiap keluarga petani, selain mempunyai sapi juga memelihara kambing atau
domba. Penanganan ternak kambing relatif mudah, dapat dipelihara di semua kondisi
Ternak kambing merupakan ternak yang termasuk kedalam ternak kecil yang
memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging. Hal ini dikarenakan
kambing memiliki kapasitas adaptasi yang relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa
kambing di Indonesia tidak hanya semata-mata untuk keperluan konsumennya saja tetapi
sebagai penunjang pendapatan masyarakat demi kesejahteraan rakyat Indonesia itu sendiri.
dalam beternak kambing, karena pada umumnya masyarakat hanya mengetahui beternak
kambing unggul guna memenuhi kebutuhan daging yang masih belum mencukupi kualitas
dan kuantitas produk budidaya ternak kambing. Tanpa mengetahui pertambahan bobot
badan selama pemeliharaan dan juga masih minim pengetahuan tentang metode pemberian
pakan berupa konsentrat yang dihasilkan dari jenis yang berbasis limbah-limbah pertanian.
untuk menyokong persediaan protein hewani. Peluang pasar ternak kambing selalu
tersedia setiap saat dan selalu meningkat setiap tahun seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan gizi masyarakat. Kambing juga termasuk
salah satu jenis ternak yang akrab dengan sistem tani di pedesaan dan juga sangat
digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya tidak terlalu besar,
perawatannya mudah, cepat berkembang biak dan pertumbuhan anaknya juga cepat.
Dalam usaha peternakan, ada tiga faktor yang menentukan berhasil tidaknya usaha
peternakan yaitu bibit, pakan, dan tata laksana (manajemen). Ketiga faktor tersebut
kambing dengan baik dapat menghasilkan pertambaha berat badan pada ternak sesuai
target yang diinginkan peternak. Ternak memerlukan nutrisi untuk kebutuhan hidup
pokok, pertumbuhan, laktasi, gerak dan kerja. Kebutuhan ternak hendaknya perlu
dilakukan perhitungan atau dengan kata lain, pemberian pakan disesuaikan dengan
kebutuhan ternak tersebut dan perkandangan yang baik bagi ternak kambing (PE)
pakan disaat musim kemarau dan perkandangan yang tidak memenuhi kaidah dan fungsi
yang sesungguhnya, cenderung akan merugikan baik terhadap ternak kambing itu sendiri,
peternak dan lingkungan sekitar. Banyak peternak yang belum memiliki pemahaman serta
pengetahuan yang tepat tentang manajemen perkandangan yang baik. Hal ini tentu menjadi
salah satu penghambat dalam beternak kambing karena tidak dapat mengoptimalkan hasil
dari beternak kambing itu sendiri. Oleh sebab itu, pengetahuan yang komprehensif tentang
perkandangan perlu diketahui oleh peternak sebagai upaya bagi peningkatan produktivitas
lingkungan. Prinsipnya adalah kandang harus dapat membuat kambing merasa nyaman dan
aman. Kondisi ini tentunya akan menjadikan kambing mampu berproduksi secara optimal.
Apakah pemeliharaan ternak kambing (PE) Peranakan Etawa jantan lepas sapih dapat
mempengaruhi (PBB) pertambahan berat badan, tinggi badan dan lebar dada terhadap
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan bagi mahasiswa secara langsung
ke dunia kerja dan mengetahui (PBB) pertambahan berat badan,tinggi badan dan lebar dada
yang bagus dan cepat dalam pemeliharaan sistem kandang yang berbeda.
1.4 Manfaat Penelitian
Agar penulis dapat mengetahui cara pemeliharaan kambing yang bagus dengan kandang
berbeda yang dapat mempengaruhi berat bada, tinggi badan dan lebar dada. Sehingga hasil
TINJAUAN PUSTAKA
Kambing (PE) Peranakan Etawa adalah hewan dwiguna, yaitu sebagai penghasil susu
dan sebagai penghasil daging. Ciri-ciri kambing (PE) adalah warna bulu belang hitam putih
atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, jantan dan
betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang
Kambing (PE) Peranakan Etawa adalah hasil persilangan antara kambing Etawa dengan
kambing Kacang dan jika dilihat dari bentuk fisiknya lebih mirip dengan kambing Etawa,
dan ukuran badannya kecil dari kambing (PE) Peranakan Etawa, maka disebut kambing
bligon, gumbolo, atau jawarandu. Keberadaan kambing (PE) Peranakan Etawa sudah
kambing perah harapan daerah tropis Indonesia. Kambing lokal ini sangat potensial sebagai
penghasil susu yang sangat tinggi. Dengan tata cara pemeliharaan yang baik, salah satunya
dengan pemberian pakan baik secara kuantitas dan kualitas yang optimal, kambing (PE)
Peranakan Etawa mampu beranak tiga kali dalam dua tahun. Jumlah anak bervariasi, yaitu
1 sampai 3 ekor. Produksi susunya sangat beragam, yaitu antara 1,5 sampai 3,7 liter/hari
yaitu kambing Bligon termasuk kambing (PE) Peranakan Etawa, tetapi bentuknya lebih
mirip kearah kambing Kacang, badannya lebih kecil dibanding kambing (PE) Peranakan
Etawa Basuki et al. (1982) dan Hardjosubroto et al. (1994). Djajanegara dan Misniwati
dengan kambing Kacang (persentase darah kambing Kacang lebih dari 50%) yang banyak
tersebar dipantai Utara Jawa dan Yogyakarta, moncong lancip, telinga tebal dan lebih
panjang dari kepalanya, leher tidak bersurai, sosok tubuh terlihat tebal, bulu kasar.
keunggulan kambing Bligon antara lain mudah beradaptasi dengan lingkungan, berat rata-
rata diatas 30 kg serta dapat menghasilkan susu yang sangat baik untuk kesehatan manusia
(Anonimusb, 2006).
Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Ternak
ruminansia membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan
berlangsung secara optimal, sumber utama serat kasar adalah hijauan. Oleh karena itu, ada
ternak ruminansia membutuhkan hijauan berkisar antara 0,5 sampai 0,8% bahan kering dari
bobot badan ternak. Apabila usaha penggemukan ternak ruminansia dilakukan dalam waktu
relatif singkat maka diperlukan konsentrat yang banyak dalam komponen ransumnya.
Namun, perlu diketahui bahwa pemberian konsentrat yang lebih dari 60% dalam komponen
ransumnya tidak akan ekonomis lagi walaupun harganya murah (Lubis, 1992).
Secara garis besar pakan ternak dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu hijauan dan
konsentrat (Wiliamson dan Payne, 1993). Hartadi et al. (1993) menjelaskan bahwa hijauan
adalah bagian aerial dari tanaman terutama rumput dan kacang-kacangan yang mengandung
18% serat kasar dalam bahan kering yang dipergunakan sebagai bahan ternak, sedangkan
konsentrat merupakan suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan yang
lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dengan tujuan untuk
dicampur sebagai bahan pelengkap. Blakely dan Bade (1994) menambahkan bahwa bahan
pakan adalah suatu bahan yang dapat dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu
menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan,
Sugeng (1998) menjelaskan tujuan dari pemberian pakan adalah untuk perawatan tubuh
atau untuk kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan berproduksi. Bahan Pakan adalah
bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan atau bahan lainnya yang layak
dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah maupun yang belum diolah. Bahan
pakan konvensional adalah bahan pakan yang sering digunakan dalam pakan yang
mempunyai kandungan nutrisi yang cukup dan disukai ternak. Bahan pakan konvensional
diantaranya jagung kuning, bungkil kedelai, pollard (dedak gandum), tepung ikan, dedak
padi, dan bahan lainnya. Bahan pakan substitusi adalah bahan pakan yang berasal dari
bahan yang belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan, akan tetapi dari kandungan
nutrisinya masih memadai untuk diolah menjadi pakan. Bahan pakan subtitusi diantaranya
bungkil inti sawit, lumpur sawit, tetelan daging (sisa fleshing), kulit biji kakao, kulit biji
2.2.1 Hijauan
Hijauan maupun konsentrat sebagai komponen ransum, dapat pula terdiri dari satu jenis
atau beberapa jenis pakan. Hijauan diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar,
atau bahan yang tidak tercerna, relatif tinggi. Jenis pakan hijauan ini antara lain hay, silase,
tebu, daun jagung). Konsentrat adalah pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan tak
tercerna yang rendah. Jenis pakan konsentrat antara lain dedak padi, bungkil kelapa,
bungkil kelapa sawit, ampas tahu, tepung ikan, bungkil kedelai, pollard dan gaplek
1. Hijauan berkualitas rendah, seperti jerami padi, jerami jagung, dan pucuk tebu dengan
kandungan Protein Kasar (PK) 6% dan energi dalam bentuk “Total Degistible
2. Rumput-rumputan seperti rumput alam dan rumput kultur yang memiliki kandungan
Protein Kasar (PK) sekitar 6 sampai 11% dengan Total Degistible Nutrien (TDN) 51
Kasar (PK) sekitar 12 sampai 17% dengn Total Degistible Nutrien (TDN) berkisar
4. Hijauan dari tanaman umbi-umbian seperti umbi jalar dan daun umbi kayu yang
memiliki kandungan Protein Kasar (PK) 18 sampai 23% dengan Total Degistible
Nutrien (TDN) berkisar antara 61 sampai 65% dari Bahan kering (BK).
5. Leguminosa pohon seperti lamtoro, kaliandra, dan Gliricidae maculata yang memiiki
kandungan Protein Kasar (PK) diatas 23% dengan kandungan Total Degistible Nutrien
Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan
berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan bunga. Pemberian pakan pada
ternak sebaiknya diberikan dalam keadaan segar. Pemberian pakan yang baik diberikan
dengan perbandingan 60% : 40% (dalam bahan kering ransum), apabila hijauan yang
diberikan berkualitas rendah perbandingan itu dapat menjadi 55% : 45% dan hijauan yang
diberikan berkualitas sedang sampai tinggi perbandingan itu dapat menjadi 64% : 36%
(Sugeng, 1998).
daun-daunan dan hijauan seperti daun turi, akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu,
nangka, pisang, gamal, putri malu, dan rerumputan. Hijauan dari daun-daunan lebih disukai
Penguat (konsentrat) adalah pakan yang mengandung serat kasar relatif rendah dan
mudah dicerna. Bahan pakan penguat ini meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian
seperti jagung giling, menir, dedak, katul, bungkil kelapa, tetes tebu, dan berbagai umbi-
umbian. Fungsi utama konsentrat adalah memberi tambahan energi dan protein yang
diperlukan untuk pertumbuhan produksi, yang tidak dapat dipenuhi oleh hijauan (Blakely
Fungsi pakan penguat adalah meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan
pakan lain yang nilai gizinya rendah. (Sugeng, 1998). Konsentrat atau pakan penguat tidak
boleh diberikan terlalu banyak. Sebaiknya pemberian pakan penguat tersebut tidak
2.3 Kandang
Perkandangan merupakan salah satu tata laksana pemeliharaan yang penting dan harus
diperhatikan. Kandang yang baik akan memberikan dampak yang baik pula bagi peternak
maupun ternak itu sendiri. Usaha ternak dapat berkembang secara optimal karena memiliki
tempat tinggal yang nyaman dan bersih. Dengan demikian kambing yang diternak dapat
terhindar dari penyakit. Hal tersebut dikarenakan adanya sanitasi kandang yang baik
(Suretno dan Basri, 2008). Sedangkan perkandangan milik peternakan rakyat sebagian
besar masih terbatas kemampuan dan pengetahuan dalam penggunaan teknologi dan
Sistem perkandangan juga belum diperhatikan oleh para peternak sehingga rentan
menimbulkan penyakit (Supriadi, et al., 2009). Sistim pemeliharaan ternak dengan sistem
kandang kelompok ini sudah diperkenalkan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak
tahun 1989. Sistem perkampungan ternak atau kandang kelompok merupakan salah satu
paket teknologi yang diterapkan pada kelompok tani ternak, yang bertujuan untuk
Pola pemeliharaan ternak kambing (PE) Peranakan Etawa yang dilakukan oleh petani
peternak, umumnya dilakukan dengan sistem kandang individu dan kandang kelompok.
Pemeliharaan kambing (PE) Peranakan Etawa dengan sistem kandang individu, biasanya
lokasi kandang berdekatan dengan tempat tinggal sehingga dapat menyebabkan polusi bagi
penghuninya dan berdampak terhadap gangguan kesehatan, tidak adanya sistem organisasi
penyuluh ke peternak, interaksi antar peternak kurang intensif sehingga kompetisi antar
intensitas penularan penyakit sangat rendah disebabkan lokasi kandang antara peternak
yang satu dengan lainnnya cukup jauh. Beberapa manfaat dari pola pemeliharaan ternak
lingkungan
Beberapa jenis teknologi tepat guna yang sudah diadopsi oleh peternak pada pola
pemeliharaan sistem kandang kelompok adalah kawin suntik atau inseminasi buatan (IB),
kandang panggung. Dekatnya jarak antara satu kandang dengan kandang lainnya
menyebabkan intensitas penularan penyakit akan lebih tinggi dan hal ini merupakan salah
(Devendra and Burns 1970) mengutarakan, bahwa suhu udara dalam kandang yang
tinggi cenderung menurunkan nafsu makan dan produktivitas. (Bhattacharya and Hussain
1974) melaporkan bahwa, suhu udara dalam kandang yang tinggi dengan kelembaban udara
yang tinggi pula akan menurunkan konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air, serta
menurunkan daya cerna pakan. (Nardone et al. 2010) melaporkan bahwa kenaikan suhu
berpengaruh terhadap fisiologi, metabolisme dan kesehatan hewan. Menurut (Utomo 2013)
ketinggian tempat tidak berpengaruh terhadap kinerja reproduksi dan capaian hasil (IB)
Macam kandang yang dimaksudkan di sini adalah berdasarkan peruntukan kandang, ada
kandang koloni dan kandang individual. Kandang koloni digunakan untuk beberapa ekor
kambing secara bersama-sama. Kandang ini digunakan untuk memelihara anak kambing
Setiap kandang koloni sebaiknya digunakan maksimal untuk 10 ekor kambing. Hal ini
pakan. Jika jumlah kambing terlalu banyak, akan terjadi persaingan saat diberi pakan.
Akibatnya kambing yang kalah akan kekurangan pakan sehingga pertumbuhan dan
kambing muda atau anakan. Setelah kambing semakin besar, jumlahnya dikurangi (Haryadi
Kandang individual hanya digunakan untuk satu atau dua ekor kambing. Kandang ini
digunakan untuk pejantan dan induk. Untuk pejantan, ukuran kandang individual bisa
dibuat 1,5 m x 2 m, sedangkan untuk induk berukuran 1,2 m x 1,5 m. Kandang ini juga bisa
digunakan untuk mengisolasi kambing yang sakit dan menggemukkan kambing yang
terlalu kurus. Untuk kambing yang kurus, ruang kandang yang sempit akan membatasi
gerakannya sehingga energinya tidak banyak keluar. Dengan begitu kelebihan energi akan
disimpan dalam bentuk daging dan lemak (Haryadi dan Kaleka, 2013).
2.3.2 Model Kandang
Selain sebagai rumah bagi kambing, kandang mempunyai fungsi agar peternak
susu. Kandang sangat penting artinya karena akan melindungi kambing dari kontaminasi
kotoran serta melindunginya dari terpaan angin, hujan, panas matahari, dan menjadi tempat
Kandang bagi kambing seperti rumah bagi manusia (Haryadi dan Kaleka, 2013).
berlantai tanah tidak dianjurkan karena akan becek dan lembab akibat kotoran dan urin
kambing. Hal ini bisa membuat kuman penyakit berkembang. Model kandang panggung
merupakan yang terbaik untuk pemeliharaan kambing. Pada kandang panggung kotoran
dan urin kambing langsung jatuh ke kolong kandang sehingga lantai kandang bersih, tidak
becek dan mudah dibersihkan. Dengan begitu kambing tidak menginjak-injak kotoran dan
urinnya sendiri. Selain tubuh kambing menjadi lebih bersih, kandang panggung dapat
Kandang sebaiknya dibuat menghadap ke timur agar sinar matahari pagi bias masuk ke
dalamnya. Bila tidak, atap kandang sebaiknya diberi genting kaca. Sinar matahari baik
untuk tubuh kambing, selain itu sinar matahari berguna untuk mengurangi kelembaban di
dalam kandang dan mencegah berkembangnya bibit penyakit. Kandang juga harus
mempunyai sirkulasi udara yang baik agar tidak pengap dan lembab (Haryadi dan Kaleka,
2013). Kandang sebaiknya terlindung dari hembusan angin yang kencang. Angin yang
terlalu kencang dapat menyebabkan kembung pada kambing. Untuk memecah hembusan
angin, di sekitar kandang bisa ditanami pepohonan. Jenis pepohonannya bisa dipilih dari
jenis yang merupakan pakan kambing, misalnya pohon nangka, gamal, turi, lamtoro, atau
2.4 Hipotesis
Diduga bahwa kandang umbaran tidak cocok untuk pertambahan (BB) yang cepat bagi
kambing (PE) Peranakan Etawa jantan lepas sapih sedangkan kandang individu mungkin
dapat menyebabkan perubahan yang cepat terhadap (BB) berat badan, (TB) tinggi badan
dan (LB) lebar dada kambing (PE) Peranakan Etawa lepas sapih jantan yang cepat.
BAB III
METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2020 yang berlokasi di Desa
Tandassura Kecamatan Limboro Kabupaten Poleali Mandar yang terletak ± 10 km dari ibu
Kota Kecamatan dengan jarak ± 50 km dari pusat ibu Kota Kabupaten, ± 248 km dari pusat
ibu Kota Propensi. Kawasan ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua
dan empat dengan waktu tempuh 2 jam dari ibu Kota Kabupaten dan 6 jam dari ibu Kota
Propensi.
3. 2 Materi Penelitian
3.2.1 Ternak
Penelitian ini menggunakan sampel 12 ekor kambing dan dibagi dalam dua kelompok,
Umur kambing yang digunakan 3-4 bulan dengan rata-rata berat bobot badan awal antara
16,00 kg.
3.2.2 Kandang
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tunggal dan umbaran,
Kandang tunggal berbentuk panggung yang disekat sebanyak 6 petak. Ukuran kandang
individual untuk setiap petak adalah 100 X 200 X 100 cm. Sedangkan ukuran kandang
umbaran 300 X 700 cm dan masing-masing kandang dilengkapi dengan tempat makanan.
3. 3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan melakukan
pengukuran statistic vital berat badan, tinggi badan dan lebar dada terhadap kambing
Peranakan Etawa lepas sapih di Desa Tandassura dan penimbangan bobot badan sebagai
peubah. Pengambilan data secara sensus yaitu mengamati seluruh kambing dilokasi sesuai
Perlakuan
Ulangan
P1 P2
1 P1.1 P2.1
2 P1.2 P2.2
3 P1.3 P2.3
4 P1.4 P2.4
5 P1.5 P2.5
6 P1.6 P2.6
Keterangan :
pengukuran langsung terhadap ternak kambing Peranakan Etawa (PE) sebanyak 12 ekor
3. 4 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis sidik ragam dengan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan bantuan analisis stastistical product and service
solution (SPSS) versi 17. Apabila terdapat pengaruh nyata antar perlakuan, dilanjutkan Uji