Anda di halaman 1dari 26

KERATITIS

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal


Bedah ( Askep Sistem Penglihatan )
Dosen Pengampu : Damon Wicaksi, SST, M.Kes

Disusun Oleh :

Fitri Hani Desianti (NIM.18037141066)

Galuh Arum Puspitasari (NIM.18037141067)

Hafidatul Qomariyah (NIM.18037141068)

Iva Zainiatul Kamila (NIM.18037141069)

Karina Zakiyatul Mahdaniah (NIM.18037141070)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta karunia-Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tugas ni disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH yang menjadi salah satu mata kuliah
wajib di Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak
akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes sebagai Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso;
2. Bapak Damon Wicaksi, SST, M.Kes sebagai dosen pengampu mata
kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ( Askep Sisten
Penglihatan )
3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.
Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 13 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I LANDASAN TEORI DAN PATOFISIOLOGI....................................1

1. 1 Definisi Keratitis.....................................................................................1
1. 2 Etiologi Keratitis.....................................................................................2
1. 3 Manifestasi Klinis...................................................................................2
1. 4 Komplikasi Tonsilitis..............................................................................3
1. 5 Pemeriksaan Khusus dan Penunjang.......................................................3
1. 6 Penatalaksanaan......................................................................................8
1. 7 Klasifikasi Keratitis.................................................................................8
1. 8 Patofisiologi............................................................................................8

BAB II ASKEP DAN WOC................................................................................7

2. 1 WOC........................................................................................................7
2. 2 Asuhan Keperawatan...............................................................................8

BAB III PENUTUP ............................................................................................23

3. 1 Kesimpulan..............................................................................................23
3. 2 Saran .......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................24

iii
BAB I

LANDASAN TEORI & PATOFISIOLOGI

1.1 Definisi Keratitis

Keratitis adalah peradangan kornea yang disebabkan oleh iritasi pada

mata, kekurangan vit. A dan infeksi virus, bakteri, jamur yang dapat

mengakibatkan keruhnya kornea dan menurunkan tajam penglihatan. (Roderick

et al, 2009).

Keratitis adalah peradangan pada kornea yang dapat disebabkan karena

infeksi agen mikroba dan pemajanan yang menyebabkan iritasi pada mata.

Keratitis Mikrobial terjadi diakibatkan adanya abrasi pada kornea mata yag

menjadi pintu masuk infeksi pada kornea oleh berbagai organisme bakteri, virus,

jamur atau parasit. Keratitis Pemajanan terjadi apabila kornea mengalami

kekeringan disebabkan kurangnya kelembaban pada kornea dan penurunan fungsi

kelopak mata. Pemajanan kornea dapat disebabkan oleh kelumpuhan area wajah

(paresis saraf fasialis) dan pada klien koma atau dalam pengaruh anestesi.

Kekeringan kornea dapat menyebabkan ulkus pada kornea dan terjadi infeksi

sekunder.

Keratitis adalah radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapis

kornea yang terkena, seperti keratitis superfisial dan intertisial atau profunda.

Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya air mata,

keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadap

konjungtivis menahun. Keratitis akan memberikan gejala muka merah, rasa sialu,

dan merasa kelilipan. Pengobatan dapat diberikan antibiotika, air mata buatan dan

sikloplegik. (Ilyas, 2004).

1
1.2 Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya (Ilyas, 2004) :
1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
4. Kekurangan vitamin A
5. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari dan terkena aparan
cahaya kuat lain seperti pengelasan
6. Iritasi pada mata yang disebabkan masuknya benda asing (corpus
alienum) atau penggunaan lensa kontak yang berlebihan.
7. Mata kering yang disebabkan gangguan pembentukan air mata atau
adanya robekan pada kelopak mata
8. Reaksi akibat paparan debu, polusi, serbuk sari, atau penggunaan
kosmetik dan obat tetes mata
9. Efek samping obat.
10. Gangguan nervus trigeminus k. Hipersensitivitas
1.3 Manifestasi Klinis
Mansjoer et al (2001) menyebutkan bahwa tanda gejala keratitis
berupa adanya infiltrat pada kornea. Infiltrat dapat terbentuk di seluruh
lapisan kornea. Gejala umum yang biasa terjadi adalah radang pada kelopak
mata (bengkak), mata berair, mata merah, nyeri, penurunan tajam
penglihatan, sensitif terhadap cahaya.
Menurut Smaltzer dan Bare (2001) tanda gejala yang timbul pada
keratitis adalah adanya inflamasi bola mata yang jelas, cairan mukopurulen
dengan kelopak mata saling melekat saat bangun, terasa benda asing di mata,
ulserasi epitel, fotofobia dan dapat terjadi perforasi kornea.
Keratitis biasanya digolongkan berdasarkan lapisan kornea yang
terkena: yaitu keratitis profunda apabila mengenai lapisan stroma dan keratitis
superfisialis apabila mengenai lapisan epitel dan bowman.keratitis
superfisialis dapat diklasifikasikan l;agi berdasarkan bentuk klinis yang
muncul, antara lain adalah (Ilyas, 2004)

2
1. Keratitis punctata superfisialis: ditandai dengan adanya bintik-bintik
putih pada permukaan kornea. Keratitis ini dapat disebabkan oleh
blefaritis, paparan sinar ultraviolet, keratopati logaftalmus, sindrom dry
eye, pemakaian lensa kontak, keracunan obat topical dan trauma kimia
ringan.
2. Keratitis flikten : ditandai dengan adanya benjolan putih yang bermula
di area limbus tetapi mempunyai kecenderungan infiltrasi di area
kornea.
3. Keratitis sika : keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar
lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva yang menyebabkan
kekeringan pada mata.
4. Keratitis lepra : biasa disebut keratitis neuroparalitik yaitu keratitis yang
diakibatkan karena adanya gangguan trofik saraf.
5. Keratitis nummularis : berbentuk bercak putih bulat multiple pada
permukaan kornea.
Bentuk-bentuk klinik keratitis profunda antara lain adalah :
1) Keratitis sklerotikans yaitu kekeruhan kornea dengan bentuk segi tiga
yang menyertai skleritis
2) Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital
1.4 Komplikasi
Komplikasi keratitis yang perlu diwaspadai adalah penipisan kornea
yang dapat menyebabkan perforasi kornea dan mengakibatkan endophtalmitis
sampai hilangnya penglihatan (kebutaan) (Roderick et al, 2009). Beberapa
komplikasi yang lain diantaranya:
1. Ulkus kornea
2. Gangguan refraksi
3. Perforasi kornea
4. Glaukoma sekunder
5. Jaringan parut permanent
1.5 Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien dengan keratitis
menurut Ilyas (2004) adalah

3
1. Pemeriksaan visus/tajam penglihatan: Pemeriksaan visus dilakukan untuk
mengetahui tingkat fungsi penglihatan pada masing masing mata secara
terpisah.
2. Uji fluoresein: Uji ini dilakukan untuk mengetahui kerusakan pada epitel
kornea yang diakibatkan erosi, keratitis epitelial. Hasil tes positif bila
terlihat warna hijau pada defek epitel kornea.
3. Uji dry eye: Pemeriksaan kekeringan mata termasuk penilaian terhadap
lapisan air mata (tear film), danau air mata (teak lake), dan uji break up
time untuk mengetahui fungsi fisiologik film air mata yang melindungi
kornea.
4. Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10 % pada kerokan kornea
5. Uji sensibilitas kornea: Untuk mengetahui keadaan sensibilitas kornea
yang berkaitan dengan penyakit mata akibat gangguan ujung saraf
sensibel kornea oleh infeksi herpes simpleks atau akibat kelainan saraf
trigeminus oleh herpes zooster
6. Uji fistel: Untuk melihat adanya fistel atau kebocoran kornea akibat
adanya perforasi kornea
7. Uji biakan dan sensitivitas: mengidentifikasi patogen penyebab keratitis
8. Uji plasido: mengidentitifikasi kelainan permukaan kornea
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan menurut
(Roderick et al, 2009)
1. Tonometri digital palpasi
Cara ini dilakukan bila pemeriksaan mata dengan tonometer tidak
dapat dipakai atau sulit dinilai seperti pada kasus infeksi kornea, sikatrik
kornea dan kornea ireguler.
2. Ofthalmoskop
Pemeriksaan ofthalmoskop dapat mengidentifikasi kelainan serabut
retina, serat yang atropi, dan tanda lain seperti perdarahan peripapilar.
3. Keratometri
Keratometri bertujuan untuk mengetahui tingkat kelengkungan
kornea, secara subjektif juga dapat dilihat tear lake yang kering atau yang
terisi air mata dengan cara mengalihkan fokus kearah lateral bawah

4
1.6 Penatalaksanaan
Terapi yang dapat dilakukan pada pasien dengan keratitis menurut
Tjay dan Rahardja (2007) adalah:
1. Pemberian antibiotik, air mata buatan.
2. Antivirus, anti inflamasi dan analgesik
3. Pada keratitis bakterial diberikan gentacimin 15 mg/ml, tobramisin 15
mg/ml, seturoksim 50 mg/ml.
4. Terapi pada keratitis jamur berupa pemberian ekanazol 1% yang
berspektum luas.
5. Pemberian sikloplegik untuk mengurangi nyeri akibat spasme siliar dan
menghindari terbentuknya sinekia posterior
1.7 Klasifikasi Keratitis
Klasifikasi Keratitis menurut (Tamsuri, 2012)
1. Keratitis Mikrobal
Adalah peradangan kornea yang timbul akibat infeksi berbagai
kuman (bakteri) keratitis dapat disebabkan oleh berbagai organisme seperti
bakteri, virus, jamur, atau parasit. Adanya abrasi yang sangat kecil dapat
menjadi pintu masuknya bakteri.
2. Keratitis Dendritika
Adalah inflamasi kornea yang disebabkan oleh virus herpes
simplek. Inflamasi tersebut disebabkan oleh kontak langsung penderita
dengan penderta herpes simplek. Misalnya, bayi baru lahir akibat kontak
langsung dengan jalan lahir ibu yang terkontaminasi virus herpes simplek.
1.8 Patofisiologi
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung jaringan mata yang
berbentuk uniform dan transparan sebagai jendela yang dilalui berkas cahaya
menuju retina. Kornea memiliki sifat tembus cahaya disebabkan strukturnya yang
uniform, avaskular, dan deturgesens. keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea
atau deturgesens dipertahankan oleh fungsi pelindung epitel. Epitel kornea
merupakan pelindung yang efisien untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke
dalam kornea. Epitel kornea terdiri dari satu lapis sel-sel pelapis permukaan
posterior kornea yang tidak dapat diperbarui. Sel-sel ini berfungsi

5
mempertahankan kejernihan optik kornea sebagai pompa cairan dan menjaga
agar kornea tetap tipis dan basah. Jika sel-sel ini mengalami cedera atau abrasi,
akan timbul edema dan penebalan kornea yang dapat menggangu tajam
penglihatan (AAO, 2008) .
Sistem imunitas sewaktu peradangan tidak dapat langsung datang karena
kornea bersifat avaskular. Sel-sel yang terdapat di dalam stroma akan bekerja
sebagai makrofag diikuti injeksi perikornea oleh pembuluh darah yang terdapat di
limbus. Hasil akhirnya terbentuk infiltrat, yang tampak berupa bercak kelabu,
dengan permukaan yang licin dan berwarna keruh (Roderick et al, 2009).
Kerusakan pada sel epitel dapat menyebabkan ulkus kornea yang dapat
menyebar ke dalam permukaan stroma. Toksin dari kornea dapat menyebar ke iris
dan badan siliar pada proses peradangan yang hebat. Peradangan pada iris dan
badan siliar menimbulkan kekeruhan pada cairan COA (camera occuli anterior),
diikuti terbentuknya hipopion yaitu akumulasi sel darah putih (pus) di ruang
anterior mata (Roderick et al, 2009).
Apabila peradangan terus menyebar ke bagian dalam tanpa mengenai
membran descement akan timbul tonjolan pada membran descement yang disebut
descementocele atau mata lalat. Penyembuhan keratitis dengan peradangan yang
dalam dapat menimbulkan jaringan parut berupa makula, nebula, atau leukoma
(Roderick et al, 2009).

6
BAB II

ASKEP DAN WOC

2.1 WOC

Penyebab: virus, bakteri, sinar uv,


benda asing, efek samping obat,
kosmetik Hipersensitivitas, gang
nervus trigeminus, kurang
vit A, mata kering
Mengenai lapisan kornea

Gangguan sensibilitas dan


Inflamasi
metabolisme kornea

Terbentuknya infiltrasi, sel


plasma, pada konjungtiva Kekeringan pada
dan kornea permukaan kornea

Penimbunan infiltrate dan Abrasi pada lapisan kornea


kornea

Kerusakan epitel kornea

Ulserasi kornea

Bradikinin Keratitis Mengganggu kejernihan


dan kelengkungan
korneavit A, mata
nosiseptor kering

Cornu dorsalis medula Menganggu pembiasan


spinalis cahaya ke retina

thalamus Pandangan kabur

Korteks serebri Penurunan fungsi


Resiko cedera
penglihatan
Interpretasi nyeri

7
Perubahan status Gangguan persepsi
Nyeri kesehatan sensori

Kurang pengetahuan Ansietas


Dapat menularkan
pada orang lain

Resiko infeksi

2.2 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengkajian Umum
I. Identitas Klien
1. Nama :
2. Umur : Keratitis dapat terjadi pada semua usia
3. Jenis kelamin :
4. Status :
5. Agama :
6. Suku/bangsa :
7. Bahasa :
8. Pendidikan :
9. Pekerjaan :
10. Alamat :
11. Tanggal RMS :
12. Diagnosa Medis : Keratitis

II. Identitas Penanggung Jawab


1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Status :
5. Agama :
6. Pekerjaan :

8
7. Alamat :

III. Riwayat Sakit Dan Kesehatan


1. Alasan MRS dan Keluhan Utama :
Tanyakan kepada pasien adanya keluhan seperti nyeri, mata merah,
mata berair, silau dan sekret pada mata.

2. Riwayat penyakit sekarang:


Informasi yang dapat diperoleh meliputi informasi mengenai riwayat
trauma pada mata, penurunan tajam penglihatan, gejala penyakit mata
seperti nyeri meliputi lokasi, kualitas, durasi, waktu terjadi, pusing dan
silau.
3. Riwayat penyakit dahulu:
Tanyakan pada klien riwayat penyakit yang pernah dialami klien
seperti diabetes mellitus, herpes zooster, herpes simpleks,
4. Riwayat penyakit keluarga:
Tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien ada yang pernah
mengalami penyakit yang sama dengan pasien atau riwayat penyakit
menular pada anggota keluarga.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
2. TTV :
- TD (biasanya naik)
- Nadi (biasanya naik)
- RR (biasanya naik)
- Suhu (biasanya naik)
3. Tingkat kesadaran :
4. Rambut dan hygiene kepala : Kaji kondisi kepala dan rambut meliputi
inspeksi warna rambut, jenis rambut, bentuk kepala, ada tidaknya lesi dan

9
ketombe, ada tidaknya memar, kondisi rambut apakah kotor dan berbau.
Palpasi apakah terdapat nyeri tekan, apakah terdapat rambut rontok.
5. Mata
1) Ketajaman penglihatan: Uji formal ketajaman penglihatan harus
merupakan bagian dari setiap data dasar pasien. Tajam penglihatan
diuji dengan kartu mata (snellen) yang diletakkan 6 meter.
2) Palpebra superior: Merah, sakit jika ditekan
3) Palpebra inferior: Bengkak, merah, ditekan keluar secret
4) Konjungtiva tarsal superior dan inferior Inspeksi adanya :
a. Papil, timbunan sel radang sub konjungtiva yang berwarna merah
dengan pembuluh darah ditengahnya
b. Membran, sel radang di depan mukosa konjungtiva yang bila
diangkat akan berdarah, membran merupakan jaringan nekrotik yang
terkoagulasi dan bercampur dengan fibrin, menembus jaringan yang
lebih dalam dan berwarna abu – abu.
c. Pseudomembran, membran yang bila diangkat tidak akan berdarah
d. Litiasis, pembentukan batu senyawa kalsium berupa perkapuran yang
terjadi pada konjungtivitis kronis
e. Sikatrik, terjadi pada trakoma.
5) Konjungtiva bulbi: sekresi, injeksi konjungtival, injeksi siliar, edema
konjungtiva berat, kemosis konjungtiva bulbi, flikten peradangan
disertai neovaskulrisasi
6) Kornea: erosi kornea, uji fluoresin positif, infiltrat, tertimbunnya sel
radang, pannus (terdapat sel radang dengan adanya pembuluh darah
yang membentuk tabir kornea), flikten, ulkus, sikatrik
7) Bilik depan mata: hipopion (penimbunan sel radang dibagian bawah
bilik mata depan), hifema (perdarahan pada bilik mata depan)
8) Iris: rubeosis (radang pada iris), gambaran kripti pada iris
9) Pupil: reaksi sinar, isokor, pemeriksaan fundus okuli dengan
optalmoskop untuk melihat, adanya kekeruhan pada media penglihatan
yang keruh seperti pada kornea, lensa dan badan kaca.

10
6. Gigi dan mulut : Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi mukosa
bibir, warna lidah, peradangan pada tonsil
7. Leher :
- Inspeksi kondisi leher
- Palpasi adanya nyeri tekan
8. Dada/thorax : Lakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Kaji jenis pernafasan dada atau perut, perubahan pola nafas,
biasanya RR pasien meningkat
9. Cardiovaskuler : Lakukan dengan cara inspeksi, palpasin, perkusi
dan auskultasi. biasanya terjadi peningkatan tekanan darah pada pasien
10. Pencernaan : Lakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi,
dan perkusi. Kaji adanya keluhan mual muntah, bising usus.
11. Genetalia : Kaji kondisi kebersihan dan keluhan lainnya.
12. Aktifitas sehari-hari : Kaji apakah dengan berkurangnya fungsi
penglihatan pasien aktivitas sehari-harinya biasanya terganggu.

c. Data Sosial Ekonomi : Menyangkut hubungan pasien dengan


lingkungan sosial dan hubungan dengan keluarga.

d. Data Psikologis : Meliputi kesadaran dan emosional pasien

e. Data Spiritual :Data apakah pasien atau keluarga memiliki


kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
Keratitis adalah
a. Nyeri akut berhubungan dengan reaksi inflamasi pada kornea
b. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

11
d. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan
e. Resiko infeksi berhubungan dengan kontak sekret dengan mata sehat
atau mata orang lain

12
3. Perencanaan Keperawatan (tujuan, kriteria hasil, intervensi, rasional)
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan NOC: NOC: NIC: Manajemen Nyeri


dengan reaksi 1. Tingkatan nyeri dapat
infalamasi pada kornea Nyeri 1. Mampu mengenali 1. Kaji nyeri secara memberikan
berkurang dan nyeri yaitu pemicu, komperhensif meliputi gambaran untuk
teratasi kualitas, lokasi, skala, pemicu timbulnya nyeri, intervensi selanjutnya
waktu dan durasi kualitas, lokasi, skala, sesuai kebutuhan.
nyeri) waktu, dan durasi nyeri
2. Mampu mengontrol 2. Ketidaksesuaian
nyeri mengggunakan 2. Observasi pernyataan antara petunjuk
tehnik non farmakologi verbal dan non verbal verbal/non-verbal
atau farmakologi) ketidaknyamanan dapat memberikan
3. Melaporkan bahwa petunjuk derajat nyeri,
nyeri menghilang kebutuhan/
4. Mampu keefektifan intervensi.
mempraktekkan teknik
distraksi nyeri yang
dilatih
3. Mengetahui tingkat
pengetahuan pasien
tentang nyeri

4. Memberikan
kesempatan pasien
3. Identifikasi pengetahuan
memilih yang tepat
pasien dan keyakinan

13
tentang nyeri. sesuai keinginannya

4. Tawarkan kepada pasien


tehnik distraksi seperti 5. Pasien lebih
bercakap-cakap, tehnik memahami manfaat
nafas dalam, bercerita terapi

5. Jelaskan kegunaan 6. Berguna untuk


stimulasi yang dipilih mengurangi nyeri

7. Memfokuskan
6. Anjurkan pasien untuk kembali perhatian,
mempraktekkan tehnik meningkatkan rasa
yang telah dipilih teknik relaksasi
misalnya: latihan
7. Dorong penggunaan nafas dalam atau ajak
teknik relaksasi pasien bercerita cerita.
misalnya: latihan nafas
dalam atau ajak pasien 8. Analgetik menekan
bercerita cerita. impuls nyeri sehingga
rangsangan nyeri tidak
diteruskan.

8. Kolaborasi untuk
pemberian analgetik

14
2. Gangguan persepsi Klien memiliki NOC: NIC:
sensori penglihatan penggunaan 1. Kebutuhan individu
berhubungan dengan penglihatan 1. Pasien akan 1. Tentukan ketajaman dan pilihan
berpartisipasi dalam penglihatan, catat intervensi bervariasi
gangguan penerimaan yang optimal program pengobatan apakah satu atau kedua sebab kehilangan
sensori cahaya 2. Pasien akan mata terlibat. penglihatan terjadi
mempertahankan lambat dan progesif,
lapang ketajaman bila bilateral, tiap
penglihatan tanpa mata dapat berlanjut
kehilangan lebih pada laju yang
lanjut berbeda tetapi,
biasanya hanya satu
mata diperbaiki per
prosedur.

2. Memberikan
peningkatan
2. Orientasikan pasien kenyamanan dan
terhadap lingkungan, kekeluargaan
staf, orang lain di menurunkan cemas
areanya. dan disorientasi

3. Membantu untuk
memandirikan pasien
3. Lakukan tindakan untuk
membantu pasien
menangani keterbatasan

15
penglihatan seperti
kurangi kekacauan,
ingatkan memutar
kepala ke subjek yang
terlihatdan perbaiki sinar
suram
4. Tetes mata dapat
4. Perhatikan tentang menjadi salah satu
suram atau penglihatan penyebab terjadinya
kabur dan iritasi mata keratitis
dimana dapat terjadi bila
menggunakan tetes
mata.
3. Ansietas berhubungan Ansietas NOC: NIC: Anxiety Reduction
dengan perubahan berkurang dan 1. Membantu pengenalan
status kesehatan teratasi 1. Pasien tampak rileks 1. Identifikasi persepsi ansietas/ takut dan
dan melaporkan pasien terhadap membantu dalam
ansietas menurun ancaman yang ada oleh melakukan intervensi.
sampai tingkat dapat situasi.
diatasi. 2. Langkah awal dalam
2. Pasien menunjukkan 2. Dorong pasien untuk mengatasi perasaan
ketrampilan mengakui dan adalah identifikasi dan
pemecahan masalah menyatakan ekspresi, sehingga
3. Pasien menggunakan perasaannya. mendorong
sumber informasi penerimaan situasi dan
secara efektif kemampuan diri untuk
mengatasi.

16
3. Memindahkan pasien
dari stress luar
meningkatkan
relaksasi dan
3. Berikan lingkungan membantu
tenang. menurunkan ansietas.

4. Dukungan dapat
membantu pasien
merasa diperhatikan
sehingga tidak merasa
sendiri dalam
menghadapi masalah.

4. Dorong pasien/ orang


terdekat untuk 5. Menurunkan ansietas
menyatakan perhatian. sehubungan dengan
ketidaktahuan dan
memberikan dasar
untuk pilihan
informasi

5. Berikan informasi yang


akurat dan jujur. 6. Perilaku yang berhasil
dapat dikuatkan pada
penerimaan masalah/

17
stres saat ini sehingga
meningkatkan rasa
kontrol diri

6. Bantu pasien untuk


mengidentifikasi
perilaku koping dan
sumber koping
4. Resiko cedera Klien tidak NOC: NIC: Enviromental Safety
berhubungan dengan mengalami 1. Kebutuhan individu
kerusakan fungsi cedera 1. Beradaptasi dengan 1. Tentukan tajam dan pilihan intervensi
lingkungan penglihatan pada kedua bervariasi sebab
sensori penglihatan 2. Menciptakan mata kehilangan
lingkungan yang penglihatan terjadi
nyaman dan aman lambat dan progresif.
3. Menggunakan alat-alat
dengan aman 2. Memberikan
kenyamanan dan
memungkinkan pasien
melihat objek lebih
2. Pertahankan posisi mudah dan
tempat tidur rendah, memudahkan
pagar tempat tidur panggilan untuk
tinggi dan bel di petugas bila
samping tempat tidur. diperlukan.

18
3. Memberikan
perlindungan diri
terhadap cedera.

4. Untuk membantu
pasien mengenali
lingkungan yang baru
3. Singkirkan benda-benda
yang dapat
menimbulkan cedera.

4. Anjurkan anggota
keluarga untuk
menemani pasien saat 5. Cahaya yang kuat
berada di lingkungan meyebabkan rasa tak
yang asing. nyaman

5. Dorong penggunaaan
kaca mata hitam pada
cahaya kuat
5. Resiko infeksi Klien tidak NOC: NIC: Infection Protection
berhubungan dengan menunjukkan
kontak sekret dengan tanda-tanda 1. Meningkatkan 1. Lakukan tehnik steril 1. Mencegah infeksi
penyembuhan luka silang
mata sehat atau mata infeksi tepat waktu, bebas

19
orang lain drainase purulen,
eritema, dan demam. 2. Monitor TTV (TD, 2. Tanda infeksi salah
2. Mengidentifikasi Nadi, Suhu, RR) satunya ialah
intervensi untuk peningkatan TTV
mencegah/
menurunkan resiko
infeksi 3. Tehnik yang tepat
3. Pasien mampu 3. Gunakan/tunjukkan dalam
menyebutkan tindakan teknik yang tepat untuk membersihkan mata
pencegahan infeksi di membersihkan mata dari dapat menurunkan
rumah dalam keluar dengan resiko infeksi
bola kapas untuk tiap
usapan, ganti balutan.

4. Tekankan pentingnya
tidak menyentuh/ 4. Dapat menularkan
menggaruk mata yang infeksi
sakit kemudian yang
sehat

5. Anjurkan untuk
memisahkan handuk, lap
atau sapu tangan
5. Mencegah penularan
infeksi
6. Anjurkan pasien
istirahat untuk

20
mengurangi gerakan
mata 6. Istirahat dapat
membantu proses
penyembuhan
7. Diskusikan pentingnya
mencuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan

7. Mencuci tangan
dapat mencegah
8. Lakukan penkes tentang infeksi
pencegahan dan

8. Memberikan
pengetahuan dasar
bagaimana car

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keratitis adalah peradangan kornea yang disebabkan oleh iritasi pada

mata, kekurangan vit. A dan infeksi virus, bakteri, jamur yang dapat

mengakibatkan keruhnya kornea dan menurunkan tajam penglihatan. (Roderick

et al, 2009).

Keratitis adalah peradangan pada kornea yang dapat disebabkan karena

infeksi agen mikroba dan pemajanan yang menyebabkan iritasi pada mata.

Keratitis Mikrobial terjadi diakibatkan adanya abrasi pada kornea mata yag

menjadi pintu masuk infeksi pada kornea oleh berbagai organisme bakteri, virus,

jamur atau parasit. Keratitis Pemajanan terjadi apabila kornea mengalami

kekeringan disebabkan kurangnya kelembaban pada kornea dan penurunan fungsi

kelopak mata. Pemajanan kornea dapat disebabkan oleh kelumpuhan area wajah

(paresis saraf fasialis) dan pada klien koma atau dalam pengaruh anestesi.

Kekeringan kornea dapat menyebabkan ulkus pada kornea dan terjadi infeksi

sekunder.

3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa Prodi D III

Keperawatan Universitas Bondowoso dapat memahami Teori Asuhan Keperwatan

dengan baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Tamsuri, Anas. 2012. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta:Buku

Kedokteran EGC

Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI

Nanda. 2018. Buku Diagnosis Keperewatan Definisidan Klasifikasi 2018-2020.

Jakarta: EGC

Ilyas S. 2004. Ilmu Penyakit Mata edisi–2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Roderick B. Kornea. Vaughan & Asbury. 2009. Oftalmologi Umum Edisi 17.

Jakarta: EGC.

Tjay, Tan Hoan, & Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex

Media Kamputindo

23

Anda mungkin juga menyukai