Jawaban : Bakteri anaerob tidak berspora banyak terdapat pada tubuh manusia sebagai flora normal
yang dapat menimbulkan penyakit dalam keadaan tertentu seperti operasi atau menurunkannya daya
tahan tubuh Bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang dapat hidup dengan baik baik itu dengan
oksigen atau tanpa oksigenContoh-contoh bakteri anaerob
pengenceran 10-1 , 10-5 dan 10-8. Kemudian diisolasi dengan metode tuang (Pour plate
method) ke dalam cawan petri secara aseptis, kemudian menuang media NA (Nutrient
Agar) secara duplo dan meratakan dengan memutar media searah angka delapan agar
homogen. Bakteri diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC (WA Jimoh, 2014). Setelah koloni
tumbuh di masing-masing media, selanjutnya koloni berbeda dari
warna, bentuk, tepian dan elevasi dipilih dan dikultur kembali pada media NA dengan
menggunakan teknik goresan kuadran beberapa tahap hingga diperoleh isolat murni,
kultur diinkubasi dengan posisi cawan terbalik selama 24 jam pada suhu 35oC
(Darmayasa, 2008). Dari tiap koloni yang tumbuh kemudian diremajakan pada media
morfologi koloni bakteri dengan mengamati bentuk, elevasi, tepian, dan warna koloni
bakteri yang tumbuh pada media NA (Nutrient Agar). Sedangkan pengamatan secara
mikroskopik dilakukan untuk melihat bentuk sel dan sifat gram,dengan membuat
dengan menggunakan kristal violet selama 1 menit kemudian dibilas dengan aquades
dan ditiriskan. Pewarnaan ke dua dengan larutan iodium selama 1 menit dan
membuang larutan iodium tersebut dengan cara memiringkan kaca preparat kemudian
dibilas dengan aquades dan ditiriskan. Selanjutnya dekolorisasi dengan etanol 96%
selama 30 detik dan dicuci dengan aquades, terakhir yaitu dengan menggunakan
safranin selama 1 menit dibilas aquades dan dikeringkan. Setelah proses pewarnaan
selesai dilanjutkan dengan mengamati bentuk, elevasi, tepian, dan warna sel bakteri
dengan menyiapkan stok bakteri dari seri pengenceran 10-1 sampai 10-8 dan memilih
bakteri yang berbeda dari segi morfologi untuk dilakukan identifikasi molekuler
3. Jelaskan prosedur yg dilakukan dalam mendiagnosis dan menentukan agen penyebab penyakit
bakteri.
Jawaban : Dalam identifikasi atau dianogsa penyakit ikan, nama penyakit cukup
berdasarkan adanya ciri-ciri khusus yang dijumpai dan morfologi dari tiap-tiap
jenis parasit dan habitatnya. Identifikasi ini dilakukan dengan petunjuk Kabata
dianogsa yang benar, perlu dilakukan pengujian lebih luas terhadap ikan-ikan
yang sakit. Cara lain untuk memberi nama penyakit adalah menurut agen
penyebab infeksi, misalnya vibriosis sp, atau menurut jenis penyakit patologis,
nama-nama penyakit diberi menurut satu prinsip maka akan lebih mudah
(Ghufran M.H., et al 2004).
cara scraping (Noga, 2010). Pengerokan dilakukan dari ujung anterior kepala
hingga posterior sirip ekor, pengerokan dilakukan pada kedua sisi tubuh ikan dan
perlu dilakukan adalah mengenal adanya suatu penyakit khusus atau lebih yang
selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan jenis dan cara pengobatan
ikan dan teknik mendianogsa, juga harus mengetahui cara berjangkit dan
4.Jelaskan cara melakukan uji Voges-Proskauer, uji haemolysis, uji catalase dan uji indol.
Jawaban : Uji Voges Proskauer digunakan untuk menentukan apakah glukosa dapat diubah menjadi
asetil metil karbinol. Uji ini dilakukan dengan cara menginokulasi masing-masing isolate bakterri ke
dalam medium MR-VP broth lalu diinkubasi selama 24 jam. Setelah diinkubasi kemudian ditambahkan 5
tetes reagen VP A (yang mengandung naphtol) dan ditambahkan pula 5 tetes reagen VP B (yang
mengandung KOH), kemudian dikocok hingga homogen. Sebelum memastikan hasilnya, dibiarkan
dahulu selama 15-20 menit agar bereaksi. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna
menjadi pink atau merah yang mengindikasikan adanya kehadiran aseton. Sedangkan reaksi negative
pada broth adalah tidak berubahnya warna medium atau menjadi warna tembaga.
5.Jelaskan cara pencegahan dan pengobatan pada ikan yang terinfeksi bakteri.
Jawaban : Untuk mengatasi aeromonas, kebanyakan pembudidaya ikan menggunakan obat kimiawi.
Kelemahan obat kimiawi adalah apabila digunakan secara terus menerus dalam kurun waktu yang cukup
lama dapat berdampak buruk pada lingkungan budidaya itu sendiri. Selain itu penggunaan obat kimia
dengan dosis yang tidak tepat akan menyebakan resistensi pada ikan.Selain obat kimia sebenarnya
pembudidaya ikan dapat menggunakan tepung berbahan daun meniran (Phylanthus urinaria) dan
bawang putih (Allium sativum). Daun meniran dan bawang putih iketahui berkhasiat untuk mencegah
infeksi virus dan bakteri, serta mendorong sistem kekebalan tubuh.Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Dinamella,
penggunaan daun meniran dan bawang putih pada ikan yang terkena penyakit Aeromonas dapat
meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan hingga 25-30%.Cara membuat obat dari tepung daun
meniran dan bawang putih ini pun relatif mudah. Daun meniran dibersihkan lalu dikeringkan tanpa
terkena sinar matahari langsung selama 3 – 4 hari. Setelah kering kemudian dihaluskan dengan
menggunakan blender.Sedangkan untuk membuat tepung bawang putih diawali dengan mengupas
bawang putih dan diiris tipis-tipis. Selanjutnya dikeringkan tanpa menggunakan sinar matahari langsung
selama 3-4 hari dan dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 60 oC. Jika sudah kering
kemudian dihaluskan degan cara diblender.Adapun cara pengobatannya adalah dengan mencampur
tepung daun meniran dan tepung bawang putih dengan pakan (pellet). Perbandingan daun meniran
dengan bawang putih yang digunakan adalah 2 : 1.Hasil dari pengujian Dinamella, penggunaan dosis
2,1% tepung meniran dan bawang putih yang dicampur pada pakan, efektif untuk pencegahan infeksi
Bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup 25-30% pada
ikan yang terinfeksi.