PENDAHULUAN
1
Semua harus berlangsung tertib dan teratur di bawah aturan hukum yang
berlaku. Dengan demikian, fungsi mengatur dan menertibkan hukum (yang
ada dalam peraturan perundangan) itu, terdapat upaya 'membatasi' dalam
pelaksanaannya.
1.2 Rumusan Masalah
Semoga hasil penulisan dari makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan bagi penulis khususnya, karena pada dasarnya kita semua adalah seorang
yang masih membutuhkan banyak ilmu dan pengetahuan untuk mengetahui
segala hal yang ada di dalam kehidupan kita, dalam makalah inipun
menjelaskan beberapa pendapat pakar terhadap hukum pidana yang nantinya
akan menjadikan referensi tersendiri bagi para pembaca dalam memaknai
hukum pidana tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.) HAM
b.Hak asasi ekonomi, yang meliputi hak kebebasan memiliki sesuatu, hak
membeli atau menjual sesuatu, dan hak mengadakan suatu perjanjian atau
kontrak.
c. Hak asasi mendapat pengayoman dan perlkauan yang sama dalam keadilan
dan pemerintahan (hak persamaan hukum).
3
HAM merupakan hak-hak kodrati yang diperoleh setiap manusia berkat
pemberian Tuhan semesta alam, sesungguhnnya tidak dapat dipisahkan dari
hakikatnnya oleh karena itu setiap manusia berhak mendapat kehidupan yang
layak, kebebesan, keselamatan dan kebahagiaan. Didalam Negara merdeka
hak-hak asasi manusia seharusnnya secara keselruruhan terjamin, Karena pada
hakikatannya kemerdekaan negara dan bangsa berarti kemerdekaan pula bagi
warga negara oleh karena itu setiap wargan gera sudah sewajarnya menikmati
kemerdekaan nasionalnya yang berwujud kebebesan dalam fitrahnnya
misalnnya : hak mmilih dan dipilih, hak mendapat perlindungan dan perlakuan
yang baik/adil, hanya mendapat pendidikan dan pengajaran, serta hak
mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak dan kesejahteraan hidup,
kesadaran menghormati hak asasi dalam pergaulan, mencerminkan
kedewasaan dan kebijakan seseorang,. Kritik dan penyampaian juga
menunjukan kematangan seseorang. Masalah hak asasi manusia adalah hak
masalah sesama manusia, hal ini mengandung arti akan menyangkut masalah
hak dan kewajiban tugas dan tangung jawab, serta penghormatan dan
perlakuan terhadap sesama manusia. Setiap pelanggaran terhadap hak asasi
oleh sesama warga negera, mengakibatkan tidak adannya tertib sosial dan
tertib hukum. [2]
4
kebangsan indonesia itu dalam satu negara hukum yang berdasarkan
”pancasila”
Secara garis besar dasar pemikiran HAM dalam pembukaan UUD 1945
mengandung prinsip :
5
4. Negara ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdaaian abadi, dan keadilan sosial.
a. pasal 27, ayat (1) menyatakan bahwa ”segala warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan. Dan wajib menjungjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
6
kebebasan dari rasa takut dan kekurangan telah dinyatakan sebagai aspirasi
tertingi dari rakyat jelata.
Sedangkan untuk tujuan pidana mati itu sendiri selalu ditujukan pada khalayak
ramai agar mereka dengan ancaman hukuman akan merasa takut apabila
melakukan perbuatan-perbuatan kejam.
7
2.2 Konsepsi HAM dalam Perundangan RI
8
Nilai persamaan dan kebebasan yang ada dalam konsepsi HAM khususnya
yang berasal dari negara Barat, berbeda dengan negara Timur dan RI. Landasan
yang dipergunakan Indonesia dalam memahami HAM adalah agama, nilai luhur
budaya bangsa yang berakar pada Pancasila sebagai ideologi negara, juga nilai
moral yang berlaku universal. Jika fungsi peraturan perundangan membatasi
HAM dalam pelaksanaannya, maka tentu dimaknai lebih dahulu bahwa tujuannya
adalah dalam rangka perlindungan dan jaminan bagi pelaksanaan HAM. Tegak
dan terlaksananya HAM bila kewajiban asasi dilaksanakan, dan untuk
melaksanakan semua ini diperlukan peraturan perundangan. Membatasi
pelaksanaan HAM tidak sama dengan menghilangkan atau merampas hak azasi
orang, karena pada dasarnya HAM itu bersifat inviolable (tidak boleh diganggu
gugat keabsahannya) dan inelienable (tidak boleh dicabut atau diserahkan pada
siapa pun yang berkuasa).
9
Angka orang yang dihukum mati di Indonesia, termasuk cukup tinggi
setelah Cina, Amerika Serikat, Kongo, Arab Saudi, dan Iran. Di Indonesia sendiri,
sejak 1982 hingga 2004, tidak kurang dari 63 yang berstatus sedang menunggu
eksekusi, atau masih dalam proses upaya hukum di pengadilan lanjutan . Alasan
yang banyak dikemukakan berkaitan dengan resistensi politik agar setiap negara
menghormati pemikiran bahwa masalah sistim peradilan pidana merupakan
persoalan kedaulatan nasional yang merupakan refleksi dari nilai-nilai kultural
dan agama, dan menolak argumen bahwa pidana mati merupakan pelanggaran
terhadap hak asasi manusia. Terkecuali Cina dan Amerika Serikat, negara yang
masih mempertahankan ancaman pidana mati adalah negara yang didominasi oleh
penduduk muslim. Sedangkan Indonesia adalah negara yang notabene merupakan
negara yang penduduknya juga didominasi oleh penduduk muslim.
10
Karena dirasa kurang sesuai maka kemudian pasal tersebut di atas diubah
dengan ketentuan dalam S. 1945 : 123 dan mulai berlaku sejak tanggal 25 agustus
1945. Pasal 1 aturan itu menyatakan bahwa: “menyimpang dari apa tentang hal ini
yang ditentukan dalam undang-undang lain, hukuman mati dijatuhkan pada orang-
orang sipil (bukan militer), sepanjang tidak ditentukan lain oleh gubernur jenderal
dilakukan dengan cara menembak mati”.untuk ketentuan pelaksanaannya secara
rinci di jelaskan pada UU No. 2 (PNPS) tahun 1964.
1) Tiga kali 24 jam sebelum pelaksanaan pidana mati, jaksa tinggi atau jaksa yang
bersangkutan memberitahukan kepada terpidana dan apabila ada kehendak
terpidana untuk mengemukakan sesuatu maka pesan tersebut diterima oleh jaksa;
11
8) Penguburan jenazah diserahkan pada keluarga;
9) Setelah selesai pelaksanaan pidana mati tersebut Jaksa yang bersangkutan harus
membuat berita acara pelaksanaan pidana mati tersebut, yang kemudian salinan
surat putusan tersebut harus dicantumkan ke dalam surat putusan pengadilan.
(1) Bahwa hukuman mati tidak melanggar HAM karena pelaku telah melanggar
HAM korban dan HAM masyarakat. Parahnya tudingan mengenai hukuman mati
melangar HAM dinilai sebagai sebuah pernyataan sepihak yang tidak melihat
bagaimana HAM korban kejahatan itu di langgar. Selanjutnya
(2) Hukuman mati dinilai melanggar HAM karena dicabutnya hak hidup
seseorang yang sebetulnya hak itu sangat dihargai dan tiada seorangpun yang
boleh mencabutnya. Oleh karena itu hukuman mati harus dihapuskan dalam
perundang-undangan yang ada.
12
menjadi alternatif apabila negara masih memberlakukan hukuman mati. Karena
itu hukuman mati bisa dilakukan dengan syarat-syarat tertentu. Sehingga
hukuman mati diterapkan sebagai upaya terakhir untuk mengayomi masyarakat.
Di samping itu rekomendasi juga diarahkan agar pemerintah bersikap tegas.
Proses hukum yang lamban dan cenderung berlarur-larut membuat timbulnya rasa
kasihan dan iba dikalangan masyarakat terhadap mereka yang di pidana mati.
Walaupun di satu sisi terdapat anggapan bahwa proses hukum yang lama tersebut
adalah upaya memberi kesempatan bagi terpidana mati, namun kondisi ini tanpa
disadari justru mempunyai sisi ketidak pastian hukum bagi terpidana mati.
Meski hukuman mati masih melekat pada beberapa produk hukum nasional,
agaknya harus diyakini jika penerapan hukuman mati adalah jelas-jelas melanggar
Konstitusi RI UUD 1945 sebagai produk hukum positif tertinggi di negeri ini.
Pasal 28A UUD ‘45 (Amandemen Kedua) telah menyatakan bahwa setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Sementara itu pasal 28I ayat (1) UUD ‘45 (Amandemen Kedua) menyatakan
bahwa hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan umum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdebatan hukum terhadap absah tidaknya pidana mati berangkat dari perbedaan
pendapat mengenai hukum mati dalam pandangan HAM, yang pada satu sisi
masih mengakui pidana mati dan sisi lain mengakui hak hidup. Bagi pihak yang
menolak pidana mati, berpendapat bahwa pidana mati secara hukum adalah
inkonstitusional, karena bertentangan dengan konstitusi. Dalam tata urutan
peraturan perundangan di Indonesia, setiap peraturan yang berada di bawah tidak
boleh bertentangan dengan yang di atasnya. Undang-undang yang memuat pidana
mati bertentangan dengan konstitusi yang mengakui hak hidup. Karena konstitusi
dalam tata hukum Indonesia lebih tinggi dibanding dengan undang-undang, maka
pidana mati dalam undang-undang itu harus diamandemen. Pro kontra penerapan
Pidana Hukuman Mati di Indonesia secara garis besar mengerucut ke dalam dua
bagian besar yaitu;
14
(1) Bahwa hukuman mati tidak melanggar HAM karena pelaku telah melanggar
HAM korban dan HAM masyarakat. Parahnya tudingan mengenai hukuman mati
melangar HAM dinilai sebagai sebuah pernyataan sepihak yang tidak melihat
bagaimana HAM korban kejahatan itu dilanggar.
(2) Hukuman mati dinilai melanggar HAM karena dicabutnya hak hidup
seseorang yang sebetulnya hak itu sangat dihargai dan tiada seorangpun yang
boleh mencabutnya. Oleh karena itu hukuman mati harus dihapuskan dalam
perundang-undangan yang ada.
Meski hukuman mati masih melekat pada beberapa produk hukum nasional,
agaknya harus diyakini jika penerapan hukuman mati adalah jelas-jelas melanggar
Konstitusi RI UUD 1945 sebagai produk hukum positif tertinggi di negeri ini.
Pasal 28A UUD ‘45 (Amandemen Kedua) telah menyatakan bahwa setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Sementara itu pasal 28I ayat (1) UUD ‘45 (Amandemen Kedua) menyatakan
bahwa hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan umum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.
15
DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi azra, Demokrasi HAM dan masyarakat madani, Tim ICCE UIN
Jakarta; 2003
http://witantra.wordpress.com/2008/05/30/ertikel-HAM
http://sofian.staff.ugm.ac.id/artikel-hukum pidana
http://www.indomedia.com/bpost/052005/24/opini/opini1.htm
16
17