Anda di halaman 1dari 132

ISPO AUDITS HANDBOOK

INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION


PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

Menara Thamrin Suites 1402


Jl. MH Thamrin Kav. 3 Jakarta Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
1|Page Menara Thamrin Suites 1402
Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

GLOSSARY

Perkebunan : Segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana produksi, alat
dan mesin, budi daya, panen, pengolahan, dan pemasaran terkait Tanaman Perkebunan.

Tanaman Perkebunan : Tanaman semusim atau tanaman tahunan yang jenis dan tujuan pengelolaannya ditetapkan
untuk usaha Perkebunan.

Usaha Perkebunan : Usaha yang menghasilkan barang dan/atau jasa Perkebunan.

Pelaku Usaha Perkebunan : Pekebun dan/atau perusahaan Perkebunan yang mengelola Usaha Perkebunan.

Pekebun : Orang perseorangan warga negara Indonesia yang melakukan Usaha Perkebunan dengan
skala usaha tidak mencapai skala tertentu.

Koperasi Unit Desa : Koperasi milik pekebun kelapa sawit sebagai wadah bersama untuk memenuhi aspirasi dan
kebutuhan ekonomi anggotanya.

Kelompok Tani : Kumpulan petani / pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan
kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota.

Perusahaan Perkebunan : Badan usaha yang berbadan hukum, didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan
di wilayah Indonesia, yang mengelola Usaha Perkebunan dengan skala tertentu.

Usaha Kebun Plasma : Usaha Pekebun yang lahannya berasal dari pencadangan lahan Pemerintah, Perusahaan
Perkebunan, kebun masyarakat atau lahan milik Pekebun yang memperoleh fasilitas melalui
Perusahaan Perkebunan untuk pembangunan kebunnya.

2|Page Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

Usaha Kebun Swadaya : Usaha Pekebun yang kebunnya dikelola sendiri oleh Pekebun sesuai peraturan perundang-
undangan.

Hasil Perkebunan : Semua produk Tanaman Perkebunan dan pengolahannya yang terdiri atas produk utama,
produk olahan untuk memperpanjang daya simpan, produk sampingan, dan produk ikutan.

ISPO : Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil) yang
selanjutnya disebut ISPO adalah sistem usaha di bidang Perkebunan kelapa sawit yang layak
ekonomi, layak sosial, dan ramah lingkungan didasarkan pada peraturan perundangan yang
berlaku di Indonesia.

IUP : Izin Usaha Perkebunan yaitu izin tertulis dari Pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh
perusahaan Perkebunan yang melakukan usaha budidaya Perkebunan dan terintegrasi
dengan usaha industri pengolahan hasil Perkebunan.

IUP-B : Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya izin tertulis dari Pejabat yang berwenang dan wajib
dimiliki oleh perusahaan Perkebunan yang melakukan usaha budidaya Perkebunan.

IUP-P : Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan yaitu izin tertulis dari Pejabat yang berwenang dan
wajib dimiliki oleh perusahaan Perkebunan yang melakukan usaha industri pengolahan hasil
Perkebunan.

Auditor : Seseorang yang memiliki kompetensi khusus dengan kualifikasi sesuai dengan persyaratan
ISPO dan mengacu kepada ISO 19011:2011 (Guidelines for Auditing Management Systems)
atau SNI ISO 19011-2012 Panduan audit sistem manajemen dengan penyesuaian khusus
untuk sertifikasi ISPO.

Lembaga Sertifikasi : Lembaga independen yang telah mendapatkan pengakuan dari Komisi ISPO dengan
persyaratan mendapatkan akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk sistem
manajemen mutu dan sistem manajemen lingkungan.

3|Page Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

Lembaga Konsultan : Perusahaan independen yang telah terdaftar di Komisi ISPO dan mempunyai tenaga
konsultan yang memiliki kompetensi di bidang jasa konsultansi bagi perusahaan Perkebunan
kelapa sawit dalam rangka mempersiapkan penerapan pedoman Perkebunan kelapa sawit
berkelanjutan untuk memperoleh sertifikat ISPO.

Lembaga Pelatihan : Organisasi profesional yang menyediakan jasa pelatihan (services) guna menghasilkan
tenaga auditor yang mampu melakukan penilaian prinsip dan kriteria ISPO sesuai dengan
peraturan yang berlaku, dan menyebarluaskan informasi mengenai ISPO.

Ketelusuran / Traceability : Metode yang digunakan untuk melakukan penelusuran balik, mengikuti, mengetahui dan
melakukan pelacakan dari produk jadi yang dihasilkan sehingga dapat diketahui asal usul TBS
yang diolah.

Survailen : Penilaian yang dilakukan oleh Komisi ISPO terhadap Lembaga Sertifikasi ISPO dan Lembaga
Sertifikasi ISPO terhadap pemegang sertifikat ISPO (Perusahaan Perkebunan atau Usaha
Kebun Plasma atau Usaha Kebun Swadaya) untuk menjamin bahwa penerapan sistem
sertifikasi ISPO tetap dilaksanakan.

4|Page Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

A. TIPE SERTIFIKASI

1. Tipe Sertifikasi Perusahaan Perkebunan dan Pekebun


Tipe Sertifikasi Perusahaan Perkebunan dan Pekebun adalah tipe sertifikat yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi
dan diakui oleh Komisi ISPO berdasarkan prinsip dan kriteria ISPO yang terkait

2. Tipe Sertifikasi Rantai Pasok


Tipe Sertifikasi Rantai Pasok wajib menerapkan ketentuan ketelusuran hingga ke pengguna akhir. Persyaratan
penjualan minyak sawit sesuai ketentuan rantai pasok wajib menerapkan chain of custody. Tipe sertifikasi rantai
pasok adalah tipe sertifikat untuk minyak kelapa sawit berkelanjutan yang diperdagangkan atas permintaan pembeli.
a. Segregasi (Segregation)
Tipe ini memastikan bahwa minyak kelapa sawit bersertifikat ISPO dan turunannya yang diperdagangkan hanya
berasal dari sumber yang bersertifikat ISPO.
b. Keseimbangan Massa (Mass Balance)
Tipe ini mengandung minyak kelapa sawit bersertifikat ISPO dengan volume paling sedikit 70% pada tahun 2020
dan sisanya berupa minyak kelapa sawit yang tidak bersertifikat ISPO.
c. Book and Claim
Tipe ini menyediakan minyak kelapa sawit bersertifikat ISPO yang dapat diperjualbelikan sampai kepada pasokan
dasar minyak sawit. Pelaku Usaha Perkebunan kemudian dapat menawarkan minyak sawit bersertifikat ISPO dan
produk turunannya kepada konsumen.

5|Page Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

B. LEMBAGA SERTIFIKASI
1. Persyaratan Menjadi Lembaga Sertifikasi

Lembaga Sertifikasi yang melakukan sertifikasi harus mendapatkan pengakuan dari Komisi ISPO dengan persyaratan
sebagai berikut :

a. Akta pendirian dan perubahan terakhir yang telah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagai perusahaan jasa
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
d. Struktur organisasi Perusahaan yang menangani ISPO dengan uraian tugas yang jelas
e. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
f. Surat keterangan terdaftar dari Kantor Pajak
g. Surat pengukuhan pengusaha kena pajak
h. Bukti laporan pajak PPH pasal 25 dan PPH pasal 21/26
i. Telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk ruang lingkup Sistem Manajemen Mutu (SNI ISO
9001:2008) dan Sistem Manajemen Lingkungan (SNI 19-14001-2005) untuk ruang lingkup Pertanian
j. Menunjukkan laporan survailen terakhir dan membuktikan bahwa sertifikat akreditasi yang diperoleh dari KAN atau
badan akreditasi lainnya masih berlaku

6|Page Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

k. Menerapkan ISO 17021-2012 (SNI ISO/IEC 17021-2008) Persyaratan lembaga audit dan sertifikasi sistem
manajemen dan ISO/IEC 17065:2012 Persyaratan Lembaga Sertifikasi produk, proses dan jasa. (Pedoman BSN
401:2000 Persyaratan umum Lembaga Sertifikasi produk)
l. Memiliki personel tetap yang bertanggung jawab penuh dalam pengambilan keputusan dan yang melakukan
evaluasi (reviewer) dimana mempunyai kompetensi di bidang sertifikasi kelapa sawit.
m. Memiliki minimal 5 (lima) orang Auditor permanen yang lulus pelatihan teknis yang diselenggarakan oleh Sekretariat
ISPO atau Lembaga Pelatihan yang ditunjuk oleh Komisi ISPO salah satu diantaranya harus telah mengikuti
pelatihan ISO 9000 atau ISO 14000 yang nantinya akan menjadi auditor kepala
n. Khusus untuk sistem sertifikasi rantai pasok, penerapan sistem sertifikasi wajib diikuti dengan prinsip dan kriteria
ISPO. Prinsip dan kriteria ISPO, ISO/IEC 17065:2012 dan ISO Guide 66 merupakan persyaratan untuk pengakuan
(approval) Komisi ISPO
o. Bagi Lembaga Sertifikasi luar negeri yang berkantor di Indonesia harus mendapatkan akredita si dari badan
akreditasi yang telah melakukan kerjasama berupa Mutual Recognition Arrangement (MRA) dengan KAN dan dalam
waktu 1 (satu) tahun setelah mendapatkan pengakuan Komisi ISPO harus sudah mendapatkan kembali akreditasi
dari KAN.
p. Bagi Lembaga Sertifikasi luar negeri yang berkantor di Indonesia, apabila badan akreditasi di negara asalnya belum
menjalin kerjasama dengan KAN, maka Lembaga Sertifikasi luar negeri dimaksud harus memenuhi persyaratan
sebagaimana yang berlaku untuk Lembaga Sertifikasi dalam negeri

7|Page Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

2. Tata Cara Pengakuan Sebagai Lembaga Sertifikasi


a. Lembaga Sertifikasi yang mendapat akreditasi KAN maupun Badan Akreditasi Asing yang mempunyai MRA
dengan KAN untuk ruang lingkup Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
menyampaikan permohonan kepada Komisi ISPO dengan melampirkan dokumen persyaratan.
b. Sekretariat Komisi ISPO memeriksa kelengkapan dan menilai dokumen permohonan paling lama 2 (dua) bulan
sejak tanggal diterima surat permohonan sesuai dengan stempel pos. Permohonan yang tidak lengkap akan
diberitahukan kepada pemohon untuk dilengkapi.
c. Pemohon harus melengkapi persyaratan yang diperlukan paling lambat 15 hari sejak diterimanya surat
pemberitahuan sesuai cap pos. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak melengkapi, permohonan pengajuan
sebagai Lembaga Sertifikasi dianggap ditarik kembali.
d. Sekretariat Komisi ISPO mengumumkan Permohonan yang telah lengkap antara lain melalui website untuk
meminta tanggapan Publik dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
e. Hasil penilaian dokumen dan tanggapan publik disampaikan kepada Tim Penilai ISPO untuk dilakukan verifikasi
terhadap seluruh dokumen beserta aspek-aspek lainnya berkaitan dengan persyaratan ISPO.
f. Tim Penilai memberikan rekomendasi terhadap Lembaga Sertifikasi kepada Komisi ISPO untuk diberikan
pengakuan (approval) sedangkan Lembaga Sertifikasi yang tidak memenuhi persyaratan ISPO, ditolak dan diminta
melakukan perbaikan.
g. Komisi ISPO memberikan pengakuan kepada Lembaga Sertifikasi yang memenuhi persyaratan ISPO dan
diumumkan kepada publik melalui website ISPO (www.ispo-org.org.id)

8|Page Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

3. Kewajiban Lembaga Sertifikasi


a. Menjaga indepedensinya dari Perusahaan Perkebunan termasuk anak-anak Perusahaan Perkebunan yang dinilai
minimal selama 3 (tiga) tahun untuk menjaga konflik kepentingan
b. Menjaga kerahasiaan Perusahaan Perkebunan yang menjadi pengguna jasanya
c. Memiliki Auditor yang bebas dari pengaruh pekerjaan sebelumnya minimal dalam waktu 3 (tiga) tahun (tidak
diizinkan bekerja sebagai auditor dan tenaga ahli untuk kliennya selama 3 tahun terakhir)
d. Menghindari segala hal yang dapat berpotensi mempengaruhi proses penilaian sertifikasi dan/atau konflik
kepentingan
e. Menerapkan semua ketentuan ISPO untuk menjamin semua orang, sub kontraktor atau perusahaan lainnya
(karyawan tetap, auditor independen, tenaga ahli dan konsultan) yang melakukan auditing tund uk dengan
persyaratan ISPO
f. Menyampaikan laporan kegiatan tahunan kepada Komisi ISPO, dan akan dilakukan surveilan dan saksi oleh
Komisi ISPO minimal sekali dalam 1 (satu) tahun
g. Tidak melakukan konsultasi dan pre-audit
h. Lembaga Sertifikasi asing yang berkantor di Indonesia harus memenuhi peraturan perundang-undangan seperti
saham (modal), izin kerja, terdaftar sebagai pemegang SIUP untuk kegiatan penjualan jasa sertifikasi.
i. Penilaian/audit dilaksanakan oleh Tim audit yang terdiri dari auditor kepala, auditor (anggota) dan dapat
menggunakan tenaga ahli dibidang legalitas, budidaya, lingkungan, dan sosial-ekonomi.

9|Page Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

j. Dalam melaksanakan audit, Tim Audit harus memiliki kompetensi khusus, yaitu mengacu kepada ISO 19011:2011
Guidelines for auditing Management Systems atau SNI ISO 19011-2012 Panduan audit sistem manajemen dengan
penyesuaian khusus untuk sertifikasi ISPO.
k. Pada penilaian atau assesment ISPO diperlukan tim yang mempunyai pengetahuan ilmiah dan pengalaman yang
cukup mengenai kebun kelapa sawit, pengolahan minyak sawit, dan peraturan perundangan terkait serta dapat
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

4. Keaggotaan Tim Audit


Tim Audit ISPO harus memiliki kemampuan menilai hal-hal berikut ini:
1. Pengetahuan di bidang legalitas
2. Pengetahuan khusus tentang Perkebunan kelapa sawit dan peraturan perundangan terkait
3. Cara budidaya yang baik (GAP) dan Cara pengolahan yang baik (GMP); sesuai Pedoman teknis Pembangunan
kebun kelapa sawit, Ditjen Perkebunan;
4. Pengendalian Hama Terpadu (PHT);
5. Jaminan Kesehatan dan Keamanan (Health and Safety Insurance), SMK3;
6. Kesejahteraan pekerja (Labour Welfare);
7. Keamanan Pangan (Food Safety);
8. Penyelesaian dan pendekatan masalah sosial ekonomi;

10 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

9. Efek dari gas rumah kaca (GRK);


10. ISO 14001 dan Standar Lingkungan lainnya; dan
11. ISO 9000.
12. Auditor ISPO wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
13. Minimum berijazah Diploma III di bidang pertanian atau, lingkungan atau ilmu sosial dan ekonomi atau teknik yang
terkait dengan Perkebunan kelapa sawit dan pengolahan hasil kelapa sawit;
14. Mempunyai pengalaman di bidang audit, seperti pengelolaan minyak sawit, pertanian, ekologi dan bidang ilmu
sosial termasuk hukum;
15. Memahami prinsip dasar ISO 9000 – Quality Management; atau ISO 14000 mengenai lingkungan;
16. Lulus dan mempuyai sertifikat pelatihan ISPO diselenggarakan oleh Sekretariat Komisi ISPO atau Lembaga
Pelatihan yang telah diakui/ditunjuk Komisi ISPO;
17. Lulus pelatihan sertifikasi rantai pasok dan teknik audit dasar ISPO (khusus untuk auditor pada sistem sertifikasi
rantai pasok); dan
18. Auditor permanen LS tidak diperkenankan menjadi auditor sub kontrak pada LS yang lain.
19. Auditor sub kontrak tidak diperkenankan menjadi Lead Auditor.
20. Dalam melaksanakan penilaian/audit, auditor dipimpin oleh Lead Auditor. Untuk menjadi Lead Auditor diperlukan
tambahan persyaratan sebagai berikut:
21. Melakukan audit sekurang-kurangnya 15 hari dalam skema sertifikasi yang serupa (termasuk penelusuran) atau
minimal 3 (tiga) kali audit pada 3 (tiga) organisasi yang berbeda;

11 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

22. Lulus dari pelatihan Lead Auditor ISO 9000 dan ISO 14001; dan
23. Khusus untuk lead auditor sistem sertifikasi rantai pasok harus memiliki pengalaman kerja lapangan dalam rantai
pasokan makanan atau setara berkaitan dengan yang diperlukan untuk proses sertifikasi.
24. Apabila diperlukan Tim audit dapat didampingi oleh tenaga ahli untuk bidang pertanian, legal, lingkungan, gas
rumah kaca dan Sistem Manajeman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Persyaratan tenaga ahli
diantaranya meliputi:
25. Minimum berijazah sarjana di bidang pertanian, hukum, lingkungan atau ilmu sosial atau teknik yang terkait dengan
Perkebunan kelapa sawit dan pengolahan hasil kelapa sawit;dan
26. Mempunyai pengalaman yang profesional di bidangnya masing- masing
27. Masa Berlaku Pengakuan
28. Pengakuan Lembaga Sertifikasi berlaku selama 5 (lima) tahun. Lembaga Sertifikasi harus mengajukan
permohonan perpanjangan pengakuan (approval) kepada Komisi ISPO, 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya masa
pengakuan

12 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

C. LEMBAGA KONSULTAN
1. Syarat dan Tata Cara Pengakuan Lembaga Konsultan

Penyiapan dokumen sertifikasi dilakukan oleh Perusahaan Perkebunan atau dapat menggunakan jasa konsultan
ISPO. Lembaga Konsultan ISPO yaitu badan usaha yang berbadan hukum bersifat independen dan ditunjuk oleh
Komisi ISPO. Untuk menjadi Lembaga Konsultan diperlukan syarat sebagai berikut :

a. Akta pendirian dan perubahan terakhir yang telah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagai perusahaan jasa
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
d. Struktur organisasi Perusahaan yang menangani ISPO dengan uraian tugas yang jelas
e. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
f. Surat keterangan terdaftar dari Kantor Pajak
g. Surat pengukuhan pengusaha kena pajak
h. Bukti laporan pajak PPH pasal 25 dan PPH pasal 21/26
i. Memiliki minimal 2 (dua) orang tenaga ahli yang telah berpengalaman di bidang sertifikasi ISPO
j. Memiliki /menggunakan tenaga yang telah mengikuti pelatihan auditor ISPO, memiliki pengalaman lapangan
minimal 3 (tiga) kali di perusahaan yang berbeda (tidak berada dalam satu group); dan
k. Memiliki pengalaman konsultasi di bidang pertanian, sustainability, kehutanan, lingkungan dan lainnya yang terkait.

13 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

l. Pelaksanaan konsultasi dilaksanakan oleh Tim Konsultan yang terdiri dari ketua dan anggota. Dalam
melaksanakan konsultasi, Tim Konsultan harus memiliki pengetahuan dan pemahaman di bidang ISO 19011:2011
Guidelines for Auditing Management Systems atau SNI ISO19011:2012 Panduan audit sistem manajemen
dengan penyesuaian khusus untuk sertifikasi ISPO.
m. Tim konsultan harus memiliki kemampuan dalam hal berikut ini:
n. Pengetahuan khusus tentang kelapa sawit;
o. Pengetahuan mengenai sistem perizinan Perkebunan
p. Sistem manajemen Perkebunan dan teknis budidaya serta pengolahan hasil
q. Pengetahuan mengenai pemantauan dan pengawasan lingkungan;
r. Sistem Manajamen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
s. Kesejahteraan pekerja
t. Pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar
u. Pengembangan usaha berkelanjutan
v. Efek dan peningkatan dari gas rumah kaca (GRK)
w. ISO 14001 dan Standar Lingkungan lainnya

14 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

2. Persyaratan Keanggotaan Konsultan


Untuk menjadi anggota konsultan diperlukan syarat sebagai berikut :
a. Minimum berijazah Sarjana di bidang pertanian, lingkungan, kehutanan, ilmu sosial ekonomi, dan bidang terkait
lainnya
b. Mempunyai pengalaman di bidang Perkebunan kelapa sawit berkelanjutan
c. Lulus pelatihan auditor ISPO diselenggarakan Sekretariat Komisi ISPO atau Lembaga Pelatihan yang telah diakui
oleh Komisi ISPO

3. Persyaratan Ketua Tim Konsultan


Untuk menjadi Ketua Tim Konsultan diperlukan tambahan persyaratan sebagai berikut :
a. Berpengalaman melakukan konsultansi dan audit di bidang pertanian/kehutanan/lingkungan dan lainnya yang
terkait minimal 5 (lima) kali
b. Memiliki pengalaman kerja lapangan di salah satu rantai pasok produksi minyak sawit berkelanjutan dan proses
sertifikasi rantai pasok (traceable certification).

4. Tata Cara Pengakuan Lembaga Konsultan


Lembaga Konsultan menyampaikan surat permohonan kepada Komisi ISPO dengan melampirkan dokumen
persyaratan.

15 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

▪ Sekretariat Komisi ISPO memeriksa kelengkapan dan menilai dokumen permohonan paling lama 2 (dua) minggu
sejak tanggal diterima surat permohonan sesuai dengan stempel pos.
▪ Pemohon harus melengkapi persyaratan yang diperlukan paling lambat 15 hari sejak diterimanya surat
pemberitahuan. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak melengkapi, permohonan pengajuan sebagai lembaga
konsultan dianggap ditarik kembali.
▪ Dokumen yang telah lengkap disampaikan Sekretariat Komisi ISPO kepada Tim Penilai ISPO untuk dilakukan
penilaian dan verifikasi.
▪ Lembaga Konsultan yang disetujui akan diberikan surat pengakuan yang diterbitkan oleh Ketua Komisi ISPO.

5. Kewajiban Lembaga Konsultan


▪ Menjaga kerahasiaan Perusahaan Perkebunan yang menjadi pengguna jasanya
▪ Memiliki Tenaga konsultan yang bebas dari pengaruh pekerjaan sebelumnya minimal dalam waktu 3 (tiga) tahun
(tidak diizinkan bekerja sebagai karyawan untuk kliennya selama 3 tahun)
▪ Memelihara kredibilitas dan kompetensi timnya, antara lain melalui pelatihan penyegaran ISPO
▪ Melakukan evaluasi kinerja anggota timnya setiap tahun
▪ Menyampaikan laporan kegiatan kepada Sekretariat Komisi ISPO secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.

6. Masa Berlaku Pengakuan


Pengakuan Lembaga Konsultan berlaku 5 (lima) tahun, dan bisa diperpanjang dengan mengajukan permohonan
pengakuan kepada Komisi ISPO, 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya masa pengakuan.

16 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

D. LEMBAGA PELATIHAN
1. Syarat dan Tata Cara Pengakuan Lembaga Pelatihan
Konsultan dan Auditor Lembaga Sertifikasi dan auditor internal perusahaan wajib mengikuti pelatihan yang
diselenggarakan oleh Sekretariat Komisi ISPO atau Lembaga Pelatihan yang telah diakui Komisi ISPO. Untuk menjadi
Lembaga Pelatihan diperlukan syarat :
a. Akta pendirian dan perubahan terakhir yang telah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagai perusahaan jasa;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
d. Struktur organisasi perusahaan dengan uraian tugas yang jelas;
e. Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
f. Surat keterangan terdaftar dari Kantor Pajak;
g. Surat pengukuhan pengusaha kena pajak;
h. Bukti laporan pajak PPH pasal 25 dan PPH pasal 21/26;
i. Memiliki tenaga pengajar yang kompeten di bidang legalitas, budi daya dan pengolahan hasil Perkebunan kelapa
sawit, lingkungan, perhitungan emisi Gas Rumah kaca (GRK), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sosial
ekonomi dan sertifikasi ISPO dan lain- lain yang memiliki relevansi dengan ISPO;
j. Pengalaman menyelenggarakan pelatihan di bidang pertanian, kehutanan, dan/atau lingkungan; dan
k. Kurikulum yang disusun oleh Komisi ISPO;

17 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

l. Tata Cara pengakuan Lembaga Pelatihan sebagai berikut:


m. Lembaga Pelatihan menyampaikan surat permohonan kepada Komisi ISPO dengan melampirkan dokumen
persyaratan.
n. Sekretariat Komisi ISPO memeriksa kelengkapan dan menilai dokumen permohonan paling lama 2 (dua) minggu
sejak tanggal diterima surat permohonan sesuai dengan stempel pos.
o. Permohonan yang tidak lengkap akan diberitahukan kepada pemohon untuk dilengkapi.
p. Pemohon harus melengkapi persyaratan yang diperlukan paling lambat 15 hari sejak diterimanya surat
pemberitahuan sesuai stempel pos. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak melengkapi, permohonan
pengajuan sebagai Lembaga Pelatihan dianggap ditarik kembali.
q. Sekretariat Komisi ISPO memeriksa kelengkapan dokumen permohonan. Permohonan yang tidak lengkap akan
diberitahukan kepada pemohon untuk dilengkapi.
r. Dokumen yang telah lengkap disampaikan Sekretariat Komisi ISPO kepada Tim Penilai ISPO untuk dilakukan
penilaian dan verifikasi.
s. Lembaga Pelatihan yang disetujui sebagai Lembaga Pelatihan ISPO, akan diberikan surat pengakuan yang
diterbitkan oleh Ketua Komisi ISPO

2. Kewajiban Lembaga Pelatihan


a. Melaksanakan kegiatan pelatihan secara profesional dan independen (bebas dari hal-hal yang dapat
mempengaruhi kemandiriannya atau kerahasiaan) dalam pengambilan keputusan kelulusan peserta auditor ISPO;

18 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

b. Menerapkan panduan pelatihan dan sosialisasi ISPO;


c. Memelihara kredibilitas, kompetensi, integritas pelatihan;
d. Menyampaikan laporan kegiatan dan monitoring kegiatan auditor yang dilatih kepada Sekretariat Komisi ISPO
paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun; dan
e. Auditor yang telah dilatih wajib didaftarkan kepada Komisi ISPO.

3. Masa Berlaku Pengakuan


Pengakuan Lembaga Pelatihan berlaku selama 5 (lima) tahun. Lembaga Pelatihan ISPO harus mengajukan
permohonan perpanjangan pengakuan kepada Komisi ISPO, 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya masa pengakuan.

19 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP, KRITERIA, INDIKATOR DAN PANDUAN


UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN
TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN ENERGI TERBARUKAN

20 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1. LEGALITAS USAHA PERKEBUNAN

1.1 Izin Lokasi

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia izin lokasi dari pejabat a. Izin lokasi diterbitkan oleh instansi berwenang sesuai
memperoleh Izin Lokasi dari berwenang sesuai peraturan peraturan perundang-undangan.
pejabat yang berwenang. perundang- undangan.
b. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
2. Tanah yang dapat ditunjuk Nasional nomor 2 tahun 2011 tanggal 4 Februari 2011
dalam Izin lokasi merupakan Izin lokasi diperlukan pertimbangan teknis Badan
tanah yang peruntukannya Pertanahan yang diatur sebagai berikut :
sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah. - Pertimbangan Teknis Pertanahan lintas wilayah
Provinsi dilaksanakan oleh Tim Pertimbangan Teknis
3. Pemegang Izin Lokasi wajib Pertanahan Nasional, yang ditetapkan dengan
membebaskan tanah dalam Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional
areal Izin Lokasi dari hak dan Republik Indonesia
kepentingan pihak lain sesuai
peraturan perundang- - Pertimbangan Teknis Pertanahan lintas wilayah
undangan Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim Pertimbangan
Teknis Pertanahan Provinsi, yang ditetapkan dengan
4. Pemegang izin lokasi wajib Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
memenuhi persyaratan lainya Nasional
yang berlaku.
c. Perolehan tanah harus diselesaikan dalam jangka waktu
3 (tiga) tahun
d. Apabila perolehan tanah dalam jangka waktu izin lokasi
sebagaimana dimaksud pada huruf c belum selesai,
makai zin lokasi dapat diperpanjang jangka waktunya

21 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

selama 1 (satu) tahun dengan syarat tanah yang sudah


diperoleh mencapai lebih dari 50% dari luas tanah yang
ditunjuk dalam Izin Lokasi
e. Dalam hal perolehan tanah tidak dapat diselesaikan
dalam jangka waktu Izin Lokasi, terhadap bidang-bidang
tanah yang sudah diperoleh dilakukan tindakan sebagai
berikut :
- Dipergunakan untuk melaksanakan rencana
penanaman modal dengan penyesuaian mengenai
luas pembangunan, dengan ketentuan bahwa apabila
diperlukan masih dapat dilaksanakan perolehan tanah
sehingga diperoleh bidang tanah yang merupakan
satu kesatuan bidang
- Dilepaskan kepada Perusahaan atau pihak lain yang
memenuhi syarat.

1.2 Izin Usaha Perkebunan (IUP)


Perusahaan Perkebunan harus Tersedia izin usaha perkebunan a. Izin usaha perkebunan diterbitkan oleh bupati/walikota
memiliki izin usaha seperti: untuk areal yang berada dalam satu kabupaten/kota dan
perkebunan. 1. Izin Usaha Perkebunan (IUP) oleh gubernur apabila lokasinya lintas kabupaten serta
2. Surat Pendaftaran Usaha oleh Menteri Pertanian apabila lokasinya lintas provinsi.
Perkebunan (SPUP) b. IUP merupakan izin usaha perkebunan dengan luas areal
3. Izin Tetap Usaha Budidaya diatas 1.000 ha dan harus terintegrasi dengan unit
Perkebunan (ITUBP) pengolahan hasil kelapa sawit berlaku sejak diterbitkan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98 Tahun 2013
4. Izin Usaha Perkebunan (IUP)
c. IUP-B wajib dimiliki oleh usaha budidaya tanaman
perkebunan dengan luasan usaha perkebunan lebih dari
25 hektar

22 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

5. Surat Pendaftaran Usaha d. IUP-P wajib dimiliki oleh unit pengolahan hasil kelapa
Perkebunan (SPUP) sawit dengan kapasitas lebih dari 5 ton TBS per jam dan
6. Izin Tetap Usaha Budidaya harus memenuhi penyediaan bahan baku paling rendah
Perkebunan (ITUBP) 20% dari kebun sendiri dan kekurangannya wajib
dipenuhi dari masyarakat atau kemitraan pengolahan.
7. Izin Usaha Tetap Usaha Industri
Perkebunan (ITUIP) e. IUP-P juga diberikan kepada perusahaan perkebunan
yang tidak mempunyai kebun sendiri di wilayah
8. Izin/Persetujuan Prinsip Menteri
perkebunan swadaya setelah memperoleh surat
Pertanian
pernyataan ketidaktersediaan lahan dari dinas yang
9. izin usaha perkebunan yang menangani fungsi perkebunan setempat dan melakukan
diterbitkan oleh Kepala BKPM kerjasama dengan koperasi pekebun pada wilayah
atas nama Menteri Pertanian tersebut berdasarkan perjanjian yang diketahui oleh
kepala dinas yang menangani fungsi perkebunan.
f. IUP, SPUP, ITUBP dan ITUIP Izin atau Persetujuan
Prinsip Menteri Pertanian, izin usaha perkebunan oleh
Kepala BKPM atas nama Menteri Pertanian yang
diterbitkan sebelum Undang-undang Nomor 39 Tahun
2014 tentang Perkebunan diundangkan, dinyatakan tetap
berlaku.
g. Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki hak atas
tanah namun belum memiliki izin sesuai huruf f wajib
memiliki izin usaha perkebunan paling lambat 1 (satu)
tahun setelah Undang-undang Nomor 39 Tahun 2014
tentang Perkebunan diundangkan B
h. agi Pelaksana Program Pemerintah (PIR Trans atau PIR
Bun) yang telah memiliki Surat Keputusan Rencana
Pelaksana Program PIR (SRP3), tidak dipersyaratkan
memiliki izin usaha perkebunan

23 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1.3 Perolehan Lahan Usaha Perkebunan


Perolehan lahan usaha Lahan usaha perkebunan dapat a. Pengaturan perolehan lahan APL menjadi kewenangan
perkebunan berasal dari lahan dengan status: pemerintah daerah (bupati/gubernur).
1. Areal Penggunaan Lain (APL). b. Pelepasan kawasan hutan merupakan kewenangan
2. Hutan Produksi yang dapat menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
Konversi (HPK) bidang kehutanan.
3. Tanah Adat/Tanah Ulayat dari c. Perolehan lahan yang berasal dari hak ulayat/hak adat
Masyarakat Hukum Adat. wajib terlebih dahulu dilakukan musyawarah dengan
masyarakat hukum adat pemegang hak adat dan warga
4. Tanah lain sesuai peraturan di
pemegang hak atas tanah bersangkutan yang di
bidang pertanahan.
tuangkan dalam bentuk kesepakatan penyerahan tanah
dan imbalannya dengan diketahui oleh
gubernur/bupati/walikota sesuai kewenangan.
d. Hak adat sebagaimana dimaksud pada huruf (c) diatur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
1.4 Hak Atas Tanah
Perusahaan Perkebunan wajib Tersedia HGU dengan luasan a. HGU merupakan Hak Atas Tanah negara yang
memiliki hak atas tanah berupa sesuai peraturan perundang- wewenangnya diberikan kepada pemegangnya, tanah
Hak Guna Usaha (HGU) undangan di bidang perizinan tersebut digunakan untuk usaha pertanian, peternakan
usaha perkebunan dan perikanan sesuai peruntukannya.
b. HGU diberikan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pertanahan, atau pejabat
yang ditunjuk
c. HGU diberikan untuk jangka waktu 35 tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 25 tahun dan dapat di
perbaharui selama 35 tahun

24 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1.5 Fasilitasi Pembangunan Kebun Masyarakat Sekitar

Perusahaan Perkebunan yang 1. Tersedia dokumen kerjasama a. Kewajiban memfasilitasi pembangunan kebun untuk
mengajukan IUP-B atau IUP Perusahaan Perkebunan masyarakat sekitar paling rendah 20% hanya untuk
dengan luas 250 ha atau lebih, dengan masyarakat sekitar Perusahaan Perkebunan yang memperoleh IUP dan IUP-
berkewajiban memfasilitasi kebun tentang fasilitasi B dengan luasan 250 ha atau lebih. Berdasarkan
pembangunan kebun pembangunan kebun Permentan Nomor 98 Tahun 2013, Pembangunan
masyarakat sekitar dengan masyarakat. tersebut mempertimbangkan:
luasan paling kurang 20% dari 2. Fasilitasi pembangunan kebun - Ketersediaan lahan
luas areal IUP-B atau IUP. masyarakat diselesaikan paling
lama 3 (tiga tahun) sejak
- Jumlah keluarga masyarakat yang layak sebagai
peserta.
dimulainya pembangunan
kebun perusahaan. - Kesepakatan bersama antara Perusahaan
3. Tersedia laporan Perkebunan dengan masyarakat sekitar yang
perkembangan realisasi diketahui oleh dinas yang membidangi perkebunan.
fasilitasi pembangunan kebun b. Kewajiban memfasilitasi pembangunan kebun
masyarakat sekitar. masyarakat seluas 20% dari luas kebun inti tidak berlaku
bagi Perusahaan Perkebunan yang telah melakukan pola
PIR-BUN, PIR- TRANS, PIR-KKPA atau pola kerjasama
inti plasma lainnya, sedang bagi Perusahaan Perkebunan
yang belum melakukan kerjasama tersebut wajib
melakukan kegiatan produktif untuk masyarakat sekitar
yang diketahui oleh gubernur atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya.
c. Kewajiban memfasilitasi pembangun kebun masyarakat
dilakukan dengan memanfaatkan kredit, bagi hasil dan /
atau bentuk pendanaan lain sesuai kesepakatan dan
peraturan perundang- undangan

25 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

d. Bagi badan hukum yang berbentuk koperasi tidak wajib


memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat seluas
20%
e. Untuk Perusahaan Perkebunan yang tidak berkewajiban
melakukan fasilitasi pembangunan kebun masyarakat
sesuai peraturan perundang-undangan, diwajibkan
melakukan kegiatan usaha produktif yang dibuktikan
dalam dokumen kerjasama Perusahaan Perkebunan
dengan masyarakat sekitar kebun yang diketahui kepala
dinas yang menangani fungsi perkebunan setempat.

1.6 Lokasi Perkebunan


Perusahaan Perkebunan harus 1. Rencana Tata Ruang Wilayah a. Bagi Perusahaan Perkebunan yang berlokasi di
memastikan bahwa sesuai peraturan perundang- provinsi/kabupaten yang belum menetapkan RTRW-
penggunaan lahan perkebunan undangan. P/RTRW-K, dapat menggunakan Rencana Umum Tata
telah sesuai dengan Rencana 2. Tersedia dokumen perolehan Ruang yang berlaku.
Tata Ruang Wilayah Provinsi hak atas tanah. b. Melaporkan perkembangan perolehan hak atas tanah dan
atau Rencana Tata Ruang penggunaannya.
Wilayah Kabupaten / Kota. 3. Tersedia Peta lokasi kebun.

1.7 Tanah Terlantar

Perusahaan Perkebunan Tanah terlantar merupakan tanah a. Apabila tanah hak yang diterlantarkan kurang dari atau
harus memanfaatkan hak atas yang tidak diusahakan, tidak sama dengan 25% (dua puluh lima persen), maka
tanah sesuai dengan dipergunakan, atau tidak Pemegang Hak dapat mengajukan permohonan revisi
peruntukannya. dimanfaatkan sesuai dengan luas atas bidang tanah yang benar-benar digunakan dan
keadaannya atau sifat dan tujuan dimanfaatkan sesuai dengan keputusan pemberian
pemberian hak atau dasar haknya
penguasaannya

26 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

b. Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah dinyatakan sebagai tanah


terlantar, tidak dapat dilakukan perlakuan hukum apapun
terhadap hak atas tanah tersebut, wajib dikosongkan dan
dikembalikan haknya kepada negara.
1.8 Sengketa Lahan
Perusahaan Perkebunan wajib 1. Perusahaan Perkebunan wajib a. Sengketa pertanahan merupakan perselisihan antara
menyelesaikan sengketa lahan melaporkan sengketa lahan perseorangan, badan hukum, atau lembaga.
yang ada di dalam areanya yang ada untuk diselesaikan, b. Lahan yang disengketakan merupakan status quo selama
dengan melibatkan instansi termasuk pembuatan peta dari proses penyelesaian.
yang terkait. lahan yang disengketakan tsb. c. Penyelesaian lahan dapat dilakukan melalui
2. Perusahaan Perkebunan harus mediasi/negosiasi atau musyawarah, apabila tidak dapat
dapat membuktikan bahwa diselesaikan maka ditempuh melalui jalur hukum.
sengketa lahan yang ada di
arealnya telah disepakati
penyelesaiannya
3. Dokumen penyelesaian
masalah sengketa dan/atau
dokumen masalah sengketa
yang sedang diproses.
1.9 Bentuk Badan Hukum
Perusahaan Perkebunan harus Tersedia dokumen badan hukum a. Bentuk badan hukum antara lain PT dan Koperasi.
berbentuk badan hukum. Perusahaan Perkebunan sesuai b. Penanam modal asing asing yang melakukan usaha
peraturan perundang- undangan. perkebunan wajib bekerjasama dengan pelaku usaha
perkebunan dalam negeri dengan membentuk badan
hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
c. Bukti dokumen antara lain berupa akta pendirian,
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

27 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2 MANAJEMEN PERKEBUNAN

2.1 Perencanaan Perkebunan

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia dokumen tentang Visi a. Visi dan Misi minyak sawit berkelanjutan menjadi
memiliki perencanaan jangka dan Misi Perusahaan komitmen Perusahaan Perkebunan mulai dari pimpinan
pendek, menengah dan Perkebunan telah memiliki tertinggi hingga seluruh karyawan
panjang untuk memproduksi untuk memproduksi minyak
b. Memiliki rencana kerja jangka pendek, jangka menengah
minyak sawit berkelanjutan. sawit berkelanjutan.
dan jangka panjang pembangunan perkebunan;
2. Tersedia struktur organisasi
c. Memiliki hasil audit neraca keuangan Perusahaan
dan uraian tugas yang jelas
Perkebunan oleh akuntan publik.
bagi setiap unit dan pelaksana.
d. Memiliki laporan tahunan yang secara lengkap
3. Tersedia perencanaan jangka
menjelaskan kegiatan Perusahaan Perkebunan.
panjang yang dijabarkan dalam
perencanaan 5 (lima) tahunan. e. Visi dan Misi minyak sawit berkelanjutan menjadi
komitmen Perusahaan Perkebunan mulai dari pimpinan
4. Evaluasi dilakukan setiap tahun
tertinggi hingga seluruh karyawan
untuk menjamin
berlangsungnya usaha f. Memiliki rencana kerja jangka pendek, jangka menengah
perkebunan. dan jangka panjang pembangunan perkebunan;
5. Perencanaan tersebut meliputi g. Memiliki hasil audit neraca keuangan Perusahaan
antara lain replanting, proyeksi Perkebunan oleh akuntan publik.
produksi, proyeksi rendemen, h. Memiliki laporan tahunan yang secara lengkap
perkiraan harga dan indikator menjelaskan kegiatan Perusahaan Perkebunan.
keuangan.
i. Memiliki informasi tentang kewajiban pembayaran pajak.
6. Tersedia Sistem Manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM) j. Memiliki SOP perekrutan karyawan.

28 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

7. Dalam hal melakukan k. Memiliki sistem penggajian dan pemberian insentif.


kemitraan harus dilengkapi l. Memiliki sistem jenjang karier dan penilaian prestasi
dengan perjanjian secara kerja.
tertulis yang diketahui oleh
m. Memiliki peraturan perusahaan tentang hak dan
Pemerintah Daerah untuk
kewajiban karyawan.
menghasilkan minyak sawit
berkelanjutan n. Memiliki peraturan dan sarana K3
o. Dokumen pelatihan yang telah diikuti oleh karyawan
kebun
p. Identifikasi jenis pelatihan yang diperlukan oleh
Perusahaan Perkebunan

2.2 Penerapan Teknis Budidaya dan Pengolahan Hasil

2.2.1 Penerapan Pedoman Teknis Budidaya


2.2.1.1 Pembukaan lahan 1. Tersedia standart operating a. SOP pembukaan lahan harus mencakup:
Pembukaan lahan yang prosedure (SOP) pembukaan - Pembukaan lahan tanpa bakar
memenuhi kaidah-kaidah lahan termasuk penataan lahan
- Sudah memperhatikan kaidah konservasi tanah dan
konservasi tanah dan air 2. Tersedia peta penataan lahan air
3. Tersedia rekaman pembukaan b. Penataan lahan meliputi penataan blok, pembuatan jalan
lahan kebun dan emplasemen
c. Dokumentasi kegiatan pembukaan lahan tanpa bakar
sejak tahun 2004
d. Pembuatan sistem drainase, terasering bagi lahan
dengan kemiringan tertentu, penanaman tanaman
penutup tanah (cover crops) untuk meminimalisir erosi
dan kerusakan tanah

29 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

e. Pembukaan lahan dilakukan berdasarkan persyaratan


dan kewajiban yang tercantum dalam izin lingkungan atau
AMDAL/RKL-RPL sesuai ketentuan peraturan
perundangan
f. Perusahaan Perkebunan dilarang membuka lahan dan
penanaman kelapa sawit dengan jarak sampai dengan:
- 500 m tepi waduk/danau
- 200 m dari tepi mata air dan kiri kanan tepi sungai di
rawa
- 100 m dari kiri kanan sungai
- 50 m kiri kanan tepi anak sungai
- 2 kali kedalaman jurang dari tepi jurang
- 130 kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah
pantai
g. Apabila kegiatan penanaman seperti tersebut diatas tidak
dilakukan oleh perusahaan dilaporkan pada institusi
berwenang
2.2.1.2 Perbenihan 1. Tersedia SOP perbenihan. Prosedur atau instruksi kerja/SOP pelaksanaan proses
Perusahaan Perkebunan dalam 2. Tersedia sertifikat benih yang perbenihan harus dapat menjamin:
melakukan penanaman harus diterbitkan oleh UPTD atau UPT a. Benih yang digunakan sejak tahun 1995 merupakan
menggunakan benih unggul. Pusat Perbenihan Perkebunan benih bina yang berasal dari sumber benih yang telah
atau pihak yang berwenang. mendapat pengakuan dari pemerintah dan bersertifikat
3. Tersedia dokumen pelaksanaan dari instansi yang berwenang.
penyediaan benih b. Umur dan kualitas benih yang disalurkan sesuai
4. Tersedia dokumen penanganan ketentuan teknis.
benih yang tidak memenuhi c. Penanganan terhadap benih yang tidak memenuhi
persyaratan. persyaratan dituangkan dalam Berita Acara.

30 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.1.3 Penanaman pada lahan 1. Tersedia SOP penanaman a. SOP atau instruksi kerja penanaman harus mencakup :
mineral yang mengacu kepada - Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanaman sesuai
Perusahaan Perkebunan harus Pedoman Teknis dengan kondisi lapangan dan praktek budidaya
melakukan penanaman sesuai Pembangunan Kebun Kelapa perkebunan yang baik.
baku teknis. Sawit di Lahan Mineral. - Adanya tanaman penutup tanah dan/atau tanaman
2. Tersedia dokumen pelaksanaan sela.
penanaman. - Pembuatan terasering untuk lahan miring.
b. Rencana dan realisasi penanaman.
2.2.1.4 Penanaman pada Lahan 1. Tersedia SOP atau instruksi SOP atau instruksi kerja penanaman harus mencakup :
Gambut kerja untuk penanaman pada a. Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanaman sesuai
Perusahaan Perkebunan yang lahan gambut dan mengacu dengan kondisi lapangan dan praktek budidaya
melakukan penanaman pada peraturan undang-undang perkebunan yang baik.
lahan gambut harus dilakukan 2. Penanaman dilakukan pada b. Adanya tanaman penutup tanah.
dengan memperhatikan lahan gambut berbentuk c. Tersedianya alat untuk mengukur penurunan lapisan
karakteristik lahan gambut hamparan dengan kedalaman tanah gambut
sehingga tidak menimbulkan <3 m dan proporsi mencakup
kerusakan fungsi lingkungan. 70% dari luas areal gambut
yang diusahakan, lapisan tanah
mineral dibawah gambut bukan
pasir kuarsa atau tanah sulfat
masam dan pada lahan gambut
dengan tingkat kematangan
matang (saprik).
3. Pengaturan tinggi air tanah
(water level) antara 60-80 cm
untuk menghambat emisi
karbon dari lahan gambut.
4. Dokumen pelaksanaan
penanaman tanaman
terdokumentasi

31 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.1.5 Pemeliharaan Tanaman 1. Tersedia SOP pemeliharaan Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan:
tanaman dengan menerapkan a. Mempertahankan jumlah tanaman sesuai standar;
Good Agriculture Practices
b. Pemeliharaan terasering dan tinggi muka air (drainase);
(GAP) kelapa sawit.
c. Pemeliharaan piringan;
2. Memiliki dokumen pelaksanaan
pemeliharaan tanaman. d. Pemeliharaan tanaman penutup tanah (cover crop)
e. Sanitasi kebun dan penyiangan gulma
f. Pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah dan daun.
2.2.1.5 Pemeliharaan Tanaman 3. Tersedia SOP pemeliharaan Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan:
tanaman dengan menerapkan g. Mempertahankan jumlah tanaman sesuai standar;
Good Agriculture Practices
h. Pemeliharaan terasering dan tinggi muka air (drainase);
(GAP) kelapa sawit.
i. Pemeliharaan piringan;
4. Memiliki dokumen pelaksanaan
pemeliharaan tanaman. j. Pemeliharaan tanaman penutup tanah (cover crop)
k. Sanitasi kebun dan penyiangan gulma
l. Pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah dan daun.

2.2.1.6 Pengendalian Organisme 1. Tersedia SOP pengamatan dan SOP pengamatan dan pengendalian OPT harus dapat
Pengganggu Tumbuhan pengendalian OPT. menjamin bahwa :
(OPT)
2. Tersedia SOP untuk a. Pengendalian OPT dilakukan secara terpadu
Perusahaan Perkebunan harus penanganan limbah pestisida. (pengendalian hama terpadu/PHT), yaitu memadukan
menerapkan sistem berbagai teknik pengendalian secara mekanis, biologis,
3. Tersedia dokumen pelaksanaan
Pengendalian Hama Terpadu fisik dan kimiawi
pengamatan dan pengendalian
(PHT) sesuai Pedoman Teknis
OPT serta penggunaan jenis b. Diterapkan sistem peringatan dini (Early Warning
pestisida yang terdaftar Sistem/EWS) melalui pengamatan OPT secara berkala
c. Pestisida yang digunakan telah terdaftar di Komisi
Pestisida Kementerian Pertanian

32 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

d. Penanganan limbah pestisida dilakukan sesuai petunjuk


teknis Komisi Pestisida untuk meminimalisir dampak
negatif terhadap lingkungan
e. Tenaga (regu) pengendali yang sudah terlatih oleh
institusi yang berwenang dan disetujui oleh komisi
pestisida khusus untuk penggunaan pestisida terbatas
f. Memiliki gudang penyimpanan alat dan bahan pengendali
OPT
g. Memiliki rekaman jenis tanaman inang musuh alami
2.2.1.7 Pemanenan 1. Tersedia SOP pelaksanaan SOP pelaksanaan pemanenan harus mencakup:
Perusahaan Perkebunan pemanenan. a. Penyiapan tenaga kerja, peralatan dan sarana
melakukan panen tepat waktu 2. Tersedia dokumen produksi penunjangnya.
dengan cara yang baik dan bulanan, triwulan, semester dan b. Penerapan penetapan kriteria matang panen dan putaran
benar dan mencatat produksi tahunan. panen.
TBS. 3. Tersedia informasi proyeksi
produksi sampai dengan tahun
mendatang.

2.2.2 Penerapan Pedoman Teknis Pengolahan Hasil Perkebunan

2.2.2.1 Pengangkutan Tandan Buah 1. Tersedia SOP untuk SOP pengangkutan TBS berisikan ketentuan sebagai berikut:
Segar (TBS) pengangkutan TBS. a. Ketersediaan alat transportasi serta sarana
Perusahaan Perkebunan harus 2. Tersedia dokumen pelaksanaan pendukungnya.
memastikan bahwa TBS yang pengangkutan TBS. b. TBS harus terjaga dari kerusakan, kontaminasi,
dipanen harus segera diangkut kehilangan, terjadinya fermentasi.
ke tempat pengolahan untuk
c. Ketepatan waktu sampai di tempat pengolahan
menghindari penurunan
kualitas

33 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.2.2 Penerimaan TBS di Unit 1. Tersedia SOP penerimaan dan a. SOP penerimaan, pemeriksaan dan sortasi TBS juga
Pengolahan Kelapa Sawit pemeriksaan/ sortasi TBS yang harus mencakup Kriteria sortasi buah yang diterima
Perusahaan Perkebunan sesuai ketentuan perundang- b. Perusahaan Perkebunan tidak menerima Tandan Buah
memastikan bahwa TBS yang undangan Segar (TBS) yang berasal dari penjarahan, pencurian
diterima sesuai dengan 2. Tersedia dokumen penerimaan atau TBS yang diproduksi dengan menjarah hutan
persyaratan yang telah TBS yang sesuai dan tidak negara. Kriteria TBS yang diterima di unit pengolahan
ditetapkan sesuai dengan persyaratan kelapa sawit harus dibuat terbuka
3. Tersedia dokumen harga TBS c. Penetapan harga pembelian TBS sesuai ketentuan
2.2.2.3 Pengolahan TBS 1. Tersedia SOP/instruksi kerja a. Harus ada perencanaan produksi
Perusahaan Perkebunan harus yang diperlukan baik untuk b. Peralatan dan mesin-mesin produksi harus dirawat dan
merencanakan dan proses pengolahan maupun dikendalikan untuk mencapai kesesuaian produk dan
melaksanakan pengolahan TBS proses pemantauan dan efisiensi
melalui penerapan praktek pengukuran kualitas CPO c. Peralatan unit pengolahan kelapa sawit harus dipelihara
pengolahan yang baik 2. Tersedia dokumen hasil uji untuk menjamin proses pengolahan TBS dapat
(GMP)peraturan perundang- spesifikasi teknis hasil memenuhi kualitas hasil yang diharapkan
undangan. pengolahan d. CPO yang dihasilkan harus mampu telusur untuk
3. Tersedia dokumen pelaksanaan mengetahui persentase CPO yang sustainable dan tidak
pengolahan e. Penggunaan air harus sesuai dengan izin penggunaan
4. Tersedia dokumen penggunaan yang ditentukan oleh pemerintah daerah setempat
air untuk unit pengolahan f. Memiliki izin dari gubernur atau bupati/walikota sesuai
kelapa sawit kewenangan untuk peningkatan kapasitas unit
pengolahan kelapa sawiyang melebihi 30% dari kapasitas
terpasang
2.2.2.4 Pengelolaan Limbah 1. Tersedia SOP mengenai Prosedur dan petunjuk teknis pengelolaan limbah antara
Perusahaan Perkebunan pengelolaan limbah (padat, cair lain mencakup tentang :
memastikan bahwa limbah unit dan udara) a. Pengukuran kualitas limbah cair di outlet Instalasi
pengolahan kelapa sawit 2. Tersedia dokumen mengenai Pengolahan Air Limbah (IPAL) sesuai ketentuan yang
dikelola sesuai peraturan pengukuran kualitas limbah cair berlaku
perundang-undangan. sesuai parameter baku mutu
34 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402
Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

3. Tersedia dokumen mengenai b. Pengukuran kualitas udara emisi dari semua sumber
pengukuran kualitas udara emisi dan udara ambien sesuai peraturan perundang-
(emisi dan ambient) undangan
4. Tersedia dokumen pelaporan c. Melaporkan setiap 3 (tiga) bulan hasil pengukuran air
pemantauan dan pengelolaan limbah setiap bulan
limbah kepada instansi yang
d. Melaporkan per enam bulan hasil pengukuran udara
berwenang terdokumentasi
emisi dan udara ambien
5. Tersedia surat izin
e. Untuk mengetahui bahwa kualitas limbah tidak berbahaya
pembuangan air limbah ke
lagi bagi lingkungan, dan limbah dapat dibuang ke
badan air dari instansi
sungai, maka pada kolam terakhir dipelihara berbagai
berwenang.
jenis ikan.

2.2.2.5 Pemanfaatan Limbah 1. Tersedia SOP pemanfaatan a. Perusahaan Perkebunan dapat memanfaatkan limbah
limbah (padat, cair dan udara) antara lain:
Perusahaan Perkebunan harus
memanfaatkan limbah untuk 2. Tersedia surat izin - Pemanfaatan limbah padat berupa serat, cangkang
meningkatkan efisiensi dan pemanfaatan limbah cair untuk dan janjang kosong untuk pengganti bahan bakar fosil
mengurangi dampak lingkungan Land Application (LA) dari - Pemanfaatan tandan/janjang kosong untuk pupuk
instansi berwenang organik
3. Tersedia dokumen - Pemanfaatan limbah cair berupa Land Application (LA)
pemanfaatan limbah. untuk pemupukan
b. Penyimpanan limbah di unit pengolahan kelapa sawit
tidak boleh menimbulkan pencemaran lingkungan atau
menyebabkan terjadinya kebakaran unit pengolahan
kelapa sawit
c. Pemanfaatan limbah cair harus dilaporkan kepada
instansi yang berwenang

35 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.3 Tumpang Tindih dengan Usaha Pertambangan


Perusahaan Perkebunan 1. Tersedia kesepakatan tertulis a. Pengusaha pertambangan mineral dan/atau batubara
memiliki kesepakatan terhadap antara pemegang hak atas yang memperoleh Izin Lokasi Pertambangan pada areal
penyelesaian tumpang tindih tanah (pengusaha perkebunan) Izin Lokasi Usaha Perkebunan, harus mendapat izin dari
dengan usaha pertambangan dengan pengusaha pemegang hak atas tanah (Perusahaan Perkebunan)
sesuai peraturan perundang- pertambangan b. Kesepakatan antara pemegang hak atas tanah
undangan. 2. Tersedia bukti bahwa (pengusaha perkebunan) dengan pengusaha
Pengusaha pertambangan telah pertambangan antara lain mencakup :
mengembalikan tanah bekas - Luasan, periode usaha pertambangan, teknik
tambang seperti kondisi semula penambangan dan besaran kompensasi;
(tanah lapisan bawah di bawah - Kewajiban Pengusaha pertambangan untuk
dan lapisan atas berada di atas) mengembalikan tanah bekas tambang (reklamasi)
tanpa menimbulkan dampak tanpa menimbulkan dampak erosi, kerusakan lahan
erosi dan kerusakan lahan dan dan lingkungan
lingkungan. - Biaya reklamasi lahan menjadi beban pihak
pengusaha pertambangan
c. Apabila usaha pertambangan telah selesai dan usaha
perkebunan masih berlanjut, maka lahan tersebut wajib
dikembalikan untuk usaha perkebunan
2.4 Rencana dan Realisasi Pembangunan Kebun dan Unit Pengolahan Kelapa Sawit
Rencana dan Realisasi 1. Tersedia dokumen rencana dan a. Realisasi pemanfaatan lahan sesuai dengan
Pembangunan Kebun dan Unit realisasi pemanfaatan lahan peruntukannya dan waktu yang ditargetkan
Pengolahan Kelapa Sawit (HGU) untuk pembangunan b. Realisasi pemanfaatan lahan sesuai dengan izin yang
perkebunan unit pengolahan dikeluarkan
kelapa sawit kantor, perumahan
c. Realisasi pembangunan unit pengolahan kelapa sawit
karyawan,sarana pendukung
dan kapasitasnya
dan kebutuhan lainnya

36 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2. Tersedia dokumen rencana d. Untuk Perusahaan Perkebunan yang memperoleh izin


pembangunan unit pengolahan setelah UU Nomor 39 Tahun 2014 wajib mengusahakan
dan realisasi kapasitas unit seluruh areal yang secara teknis dapat ditanami setelah 6
PKS. (enam) tahun sejak diperoleh hak atas tanah.
2.5 Penyediaan Data dan Informasi Selain Informasi yang Dikecualikan Sesuai Peraturan Perundang-Undangan
Penyediaan Data dan Informasi
1. Tersedia SOP pelayanan Jenis informasi yang dikecualikan meliputi pemasaran,
Kepada Instansi Terkait serta
informasi kepada pemangku keuangan (termasuk pinjaman dan jaminan bank), dokumen
Pemangku Kepentingan kepentingan legalitas perusahaan (tanah,izin usaha, dan lainnya),
Lainnya Selain Informasi yang
2. Tersedia dokumen pemberian keberadaan satwa langka, atau bilamana pengungkapan
Dikecualikan Sesuai Peraturan
informasi kepada pemangku informasi tersebut akan berdampak negatif terhadap
Perundang- undangan. kepentingan ekonomi, lingkungan dan sosial.
3. Tersedia dokumen tanggapan
atas pelayanan informasi
terhadap permintaan informasi.
3 PELINDUNGAN TERHADAP PEMANFAATAN HUTAN ALAM PRIMER DAN LAHAN GAMBUT
3.1 Perlindungan Terhadap Pemanfaatan Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut
Perlindungan Terhadap 1. Tersedia dokumen pelepasan a. Penundaan izin baru yang berkaitan dengan usaha
Pemanfaatan Hutan Alam kawasan apabila lahan yang perkebunan yaitu Izin Lokasi, izin usaha perkebunan dan
Primer dan Lahan Gambut digunakan adalah berasal dari hak atas tanah
kawasan hutan b. Penundaan izin baru sesuai peta indikatif pada hutan
2. Tersedia dokumen Izin Lokasi primer dan lahan gambut yang berada pada hutan
dari bupati/walikota. konservasi, hutan lindung, hutan produksi (hutan produksi
terbatas, hutan produksi biasa/tetap, hutan produksi yang
dapat dikonversi) dan areal penggunaan lain
c. Perusahaan Perkebunan yang telah mendapatkan
persetujuan prinsip Menteri Kehutanan dikecualikan
d. Penundaan (moratorium) izin lokasi, IUP dan pemberian
hak atas tanah berlaku sampai dengan 20 Mei 2015.

37 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4 PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

4.1 Kewajiban Perusahaan Perkebunan yang Terintegrasi dengan Unit Pengolahan Kelapa Sawit

Perusahaan Perkebunan yang 1. Tersedia IPAL (Instalasi a. Perusahaan Perkebunan yang memanfaatkan limbah
terintegrasi dengan unit Pengolahan Air Limbah) cair/POME sebagai Land Aplication wajib memantau
pengolahan harus 2. Tersedia dokumen izin dari limbah cair, kualitas tanah dan kualitas air tanah sesuai
melaksanakan kewajiban Pemerintah Daerah untuk peraturan perundang-undangan
pengelolaan dan pemantauan pembuangan limbah cair ke b. Perusahaan Perkebunan yang telah memanfaatkan
lingkungan sesuai Peraturan badan air limbah cair / POME sebagai sumber energi listrik wajib
perundang-undangan memantau kualitas air yang keluar dari saluran
3. Tersedia dokumen izin dari
menteri yang pembuangan
menyelenggarakan urusan c. Melaporkan hasil pemantauan air limbah setiap 3 (tiga)
pemerintahan di bidang bulan, pengukuran air tanah dan sumur pantau setiap 6
lingkungan hidup untuk unit (enam) bulan serta pengukuran kualitas tanah setiap 1
pengolahan yang membuang (satu) tahun
limbah cair ke laut. d. Melaporkan kualitas udara emisi dari semua sumber
emisi dan ambient setiap 6 (enam) bulan sekali kepada
PEMDA dengan tembusan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
lingkungan hidup.

4.2 Kewajiban Terkait Izin Lingkungan

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia Izin Lingkungan a. Izin Lingkungan merupakan izin yang diberikan kepada
melaksanakan kewajibannya (dahulu dokumen AMDAL / UKL- setiap orang yang melakukan usaha dan /atau kegiatan
sesuai dengan izin lingkungan UPL) sesuai ketentuan yang wajib AMDAL atau UKL, UPL dalam rangka
perundang- undangan. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin usaha

38 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

Perusahaan Perkebunan harus 2. Tersedia dokumen terkait b. Perusahaan Perkebunan sebelum melakukan usahanya
melaksanakan kewajibannya pelaksanaan penerapan hasil wajib memiliki Izin Lingkungan sesuai dengan Peraturan
sesuai dengan izin lingkungan Izin Lingkungan termasuk Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
laporan kepada instansi yang Lingkungan
berwenang c. Perusahaan Perkebunan yang telah beroperasi wajib
menerapkan hasil AMDAL, UKL/UPL
d. Melaporkan hasil pemantauan dan pengelolaan
lingkungan secara rutin kepada instansi yang berwenang.
4.3 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Bahan berbahaya dan beracun 1. Tersedia tempat penyimpanan a. Tempat penyimpanan B3 berlokasi di daerah bebas banjir
dan Limbah B3 harus dikelola limbah B3 yang memenuhi dan berjarak minimum 300 m dari aktiivitas penduduk,
sesuai peraturan perundang- persyaratan sesuai peraturan tempat penyimpanan harus sejuk dengan pertukaran
undangan perundang-undangan udara yang baik, tidak terkena matahari langsung dan
jauh dari sumber panas.
2. Tersedia izin penyimpanan
sementara dan/atau b. Pengelolaan limbah B3 harus dilengkapi dengan sistem
pemanfaatan limbah B3 dari tanggap darurat dan prosedur penanganan B3.
Pemerintah Daerah
c. Mengirimkan Limbah B3 yang dihasilkan ke pihak ketiga
3. Tersedia SOP atau instruksi yang memiliki izin untuk pengelolaan lebih lanjut.
kerja mengenai pengelolaan
d. Membuat neraca (catatan keluar masuk) Limbah B3 yang
limbah B3
dihasilkan, dikelola lanjut dan yang tersimpan di tempat
4. Tersedia Perjanjian kerja penampungan sementara (TPS) Limbah B3.
dengan pihak ketiga untuk
e. Melaporkan neraca dan manifes pengiriman Limbah B3
menangani limbah B3
secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada instansi
5. Tersedia dokumen terkait.
penyimpanan dan penanganan
limbah B3

39 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4.4 Gangguan dari Sumber yang Tidak Bergerak

Gangguan sumber yang tidak 1. Tersedia SOP atau instruksi a. Pedoman teknis pengendalian dari sumber gangguan
bergerak berupa baku teknis kerja untuk menangani tidak bergerak ditetapkan oleh instansi yang terkait
tingkat kebisingan, baku tingkat gangguan sumber tidak
b. Baku teknis mutu gangguan dari sumber tidak bergerak
getaran, baku tingkat kebauan bergerak sesuai dengan
meliputi kebisingan, getaran dan kebauan mengacu
dan baku tingkat gangguan pedoman yang yang diterbitkan
Kepmen LH No 48/1996, Kepmen LH No 49/1996 dan
lainnya ditetapkan sesuai oleh Kementerian yang
dengan peraturan perundang- Kepmen LH No 50/1996
menyelenggarakan urusan
undangan pemerintahan di bidang
lingkungan hidup.
2. Tersedia laporan hasil
pengukuran baku teknis tingkat
gangguan dari sumber yang
tidak bergerak kepada
Pemerintah Daerah
3. Tersedia dokumen penanganan
gangguan dari sumber tidak
bergerak

4.5 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia SOP pencegahan dan a. Melakukan pelatihan penanggulangan kebakaran secara
melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran periodik
penanggulangan kebakaran
2. Tersedia SDM yang mampu b. Melakukan pemantauan dan pencegahan kebakaran
mencegah dan menangani serta melaporkan hasilnya secara berkala (minimal 6
kebakaran bulan sekali) kepada menteri, gubernur atau bupati/
walikota sesuai kewenangannya

40 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

3. Tersedia sistem, sarana dan c. Melakukan penanggulangan bila terjadi kebakaran


prasarana pengendalian
d. Melakukan pembaharuan sistem dan pengecekan secara
kebakaran sesuai peraturan
berkala sarana dan prasarana pengendalian/
perundang-undangan
penanggulangan kebakaran
4. Tersedia organisasi dan sistem
tanggap darurat
5. Tersedia dokumen pelaksanaan
pencegahan dan
penanggulangan kebakaran,
pemantauan kebakaran dan
pemeliharaan sarana dan
prasarana serta pelaporannya

4.6 Pelestarian Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia daftar jenis tumbuhan a. Sesuai UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
menjaga dan melestarikan dan satwa di kebun dan sekitar Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, satwa
keanekaragaman hayati pada kebun, sebelum dan sesudah langka hanya dapat dipelihara in situ (dalam habitatnya)
areal yang dikelola dimulainya usaha perkebunan dan eks situ (diluar habitatnya).
2. Melaporkan keberadaan b. Di luar habitatnya satwa langka dipelihara oleh instansi
tumbuhan dan satwa langka pemerintah (BKSDA)
kepada Badan Konservasi
c. Apabila Perusahaan Perkebunan akan mengelola satwa
Sumber Daya Alam (BKSDA)
langka, harus memenuhi persyaratan sesuai peraturan
3. Melaksanakan sosialisasi perundang- undangan
kepada masyarakat sekitar
d. Tumbuhan dan/atau satwa langka yang in situ, maka
mengenai keberadaan
Perusahaan Perkebunan wajib melapor kepada BKSDA
tumbuhan dan satwa langka
dan lokasi tersebut di-enclave

41 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4. Tersedia dokumen bila pernah e. Mempunyai daftar tumbuhan dan satwa langka yang
ditemukan dan/atau insiden diterbitkan BKSDA setempat
dengan satwa langka dan/atau f. Upaya-upaya perusahaan untuk konservasi tumbuhan
satwa liar misalnya gajah, dan/atau satwa liar (antara lain dengan buffer zone,
harimau, badak, dan lain-lain pembuatan poster, papan peringatan,dll).
dan cara penanganannya.
4.7 Konservasi Terhadap Sumber dan Kualitas Air
Konservasi Terhadap Sumber 1. Tersedia SOP identifikasi, a. Perusahaan Perkebunan harus menggunakan air secara
dan Kualitas Air pengelolaan dan pemeliharaan efisien
sumber dan kualitas air b. Perusahaan Perkebunan menjaga air buangan tidak
2. Tersedia program pemantauan terkontaminasi limbah sehingga tidak menimbulkan
kualitas air permukaan dampak negatif terhadap pengguna air lainnya
3. Tersedia dokumen pengelolaan c. Perusahaan Perkebunan melakukan pengujian mutu air di
air dan pemeliharaan sumber laboratorium secara berkala
air. d. Perusahaan Perkebunan harus melindungi/melestarikan
sumber air yang ada di areal perkebunan sesuai
ketentuan perundang-undangan.
4.8 Kawasan Lindung
Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia hasil identifikasi a. Dilakukan inventarisasi kawasan lindung di sekitar kebun
melakukan identifikasi, berbentuk peta kawasan b. Sosialisasi kawasan lindung kepada karyawan dan
sosialisasi dan menjaga lindung yang wajib dipatuhi dan masyarakat serta pekebun di sekitar kebun
kawasan lindung sesuai disampaikan pada Pemda c. Jenis kawasan lindung ditetapkan dalam peraturan
peraturan perundang-undangan 2. Tersedia peta yang perundang-undangan.
menunjukkan lokasi kawasan
lindung, di dalam dan di sekitar
kebun
3. Tersedia dokumen identifikasi,
sosialisasi dan keamanan
kawasan lindung

42 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4.9 Konservasi Kawasan dengan Potensi Erosi Tinggi

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia SOP konservasi a. SOP konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi
melakukan koservasi lahan dan kawasan dengan potensi erosi termasuk sempadan sungai harus dapat menjamin, bahwa
menghindari erosi sesuai tinggi termasuk sempadan :
peraturan perundang- sungai
undangan - Kawasan dengan potensi erosi tinggi tidak ditanami
2. Tersedia peta topografi dan
lokasi penyebaran sungai - Dilakukan penanaman yang berfungsi sebagai penahan
erosi
3. Tersedia dokumen pelaksanaan
konservasi kawasan dengan b. Apabila di kawasan sempadan sungai sudah ditanami
potensi erosi tinggi. kelapa sawit dan sudah menghasilkan (>4 tahun), maka
perlu dilakukan program rehabilitasi pada saat peremajaan
(replanting).

4.10 Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia inventarisasi sumber a. Dilakukan inventarisasi sumber emisi GRK
melakukan inventarisasi dan emisi GRK b. Menerapkan pengurangan emisi GRK misalnya
mitigasi sumber emisi GRK 2. Tersedia SOP mitigasi GRK pengaturan tata air pada lahan gambut, pengelolaan
3. Tersedia dokumen tahapan alih pemupukan yang tepat, dan penerapan penangkapan gas
fungsi lahan metan dari POME atau gas metan yang di dibakar/flare
serta menerapkan perhitungannya , sesuai ketentuan
4. Tersedia dokumen mitigasi
ISPO
GRK.
c. Melakukan pemanfaatan limbah padat (serat, cangkang,
dll) sebagai biomassa menggantikan bahan bakar fosil
d. Perhitungan GRK untuk CPO sebagai energi terbarukan
akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal
Perkebunan.

43 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

5 TANGGUNG JAWAB TERHADAP PEKERJA


5.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Perusahaan Perkebunan wajib 1. Tersedia dokumentasi K3 yang a. Perlu dilakukan pelatihan dan kampanye mengenai K3
menerapkan Keselamatan dan ditetapkan oleh Perusahaan b. Dilakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
Kesehatan Kerja (K3). Perkebunan resiko kecelakaan.
2. Telah dibentuk organisasi K3 c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
yang didukung sarana dan pekerja dengan resiko kecelakaan kerja tinggi
prasarana
d. Riwayat kejadian kecelakaan / cidera harus disimpan.
3. Tersedia dokumen penerapan
e. Adanya pelaporan penerapan SMK3 secara periodik
K3 termasuk pelaporan
kepada kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang tenaga kerja sesuai peraturan
perundang-undangan.
5.2 Kesejahteraan dan Peningkatan Kemampuan Pekerja
Perusahaan Perkebunan harus 1. Diterapkannya peraturan a. Upah minimum yang dibayarkan sesuai dengan upah
meningkatkan kesejahteraan tentang upah minimum minimum daerah bersangkutan
dan kemampuan pekerja sesuai 2. Tersedia sistem penggajian b. Daftar karyawan yang mengikuti program Jamsostek
peraturan perundangan- baku yang ditetapkan c. Daftar kebutuhan dan rencana pelatihan karyawan
undangan. 3. Tersedia sarana dan prasarana d. Daftar karyawan yang telah mengikuti pelatihan
untuk kesejahteraan pekerja e. Sarana dan prasarana pekerja antara lain perumahan,
4. Tersedia kebijakan Perusahaan poliklinik, sarana ibadah, sarana pendidikan dan sarana
Perkebunan untuk olahraga.
mengikutsertakan karyawan
dalam program Jamsostek
5. Tersedia program pelatihan
untuk peningkatan kemampuan
karyawan dan dokumen
pelaksanaannya.

44 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

5.3 Penggunaan Pekerja Anak dan Diskriminasi Pekerja (Suku, Ras, Gender dan Agama)
Perusahaan Perkebunan 1. Menerapkan kebijakan tentang a. SOP penerimaan pekerja/pegawai
dilarang mempekerjakan anak persyaratan umur pekerja dan b. Tidak terdapat pekerja di bawah umur yang ditentukan
di bawah umur dan melakukan menjaga kesusilaan c. Perusahaan Perkebunan wajib menjaga keamanan dan
diskriminasi sesuai peraturan 2. Menerapkan kebijakan tentang kenyamanan bekerja
perundang- undangan. peluang dan perlakuan yang d. Memiliki rekaman daftar karyawan berisi informasi
sama untuk mendapatkan tentang nama, pendidikan, jabatan, tempat dan tanggal
kesempatan kerja lahir dan lain sebagainya.
3. Tersedia dokumen daftar
karyawan
4. Tersedia mekanisme
penyampaian pengaduan dan
keluhan pekerja
5. Tersedia dokumen pengaduan
dan keluhan pekerja.
5.4 Memfasilitasi Pembentukan Serikat Pekerja

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia dan menerapkan a. Perusahaan Perkebunan melakukan pembinaan dan
memfasilitasi terbentuknya kebijakan terkait serikat pekerja dukungan kepada serikat pekerja
Serikat Pekerja dalam rangka 2. Tersedia daftar pekerja yang b. Perusahaan Perkebunan memberikan fasilitas untuk
memperjuangkan hak-hak menjadi anggota serikat kegiatan serikat pekerja
pekerja. pekerja c. Serikat pekerja yang telah terbentuk harus memenuhi
3. Tersedia dokumen peraturan yang berlaku.
pembentukan serikat pekerja
dan pertemuan-pertemuan baik
antara Perusahaan Perkebunan
dengan serikat pekerja maupun
intern serikat pekerja.

45 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

5.5 Mendorong dan Memfasilitasi Pembentukan Koperasi Pekerja dan Karyawan

Perusahaan Perkebunan 1. Tersedia kebijakan Perusahaan a. Perusahaan Perkebunan memfasilitasi terbentuknya


mendorong dan memfasilitasi Perkebunan dalam mendukung badan hukum koperasi pekerja dan karyawan
pembentukan koperasi pekerja pembentukan koperasi
b. Perusahaan Perkebunan melakukan pembinaan dan
dan karyawan.
2. Tersedia daftar pekerja dan dukungan terhadap koperasi pekerja dan karyawan
karyawan yang menjadi
c. Koperasi yang telah terbentuk harus memiliki akta
anggota koperasi
pendirian, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
3. Tersedia dokumen
d. Koperasi pekerja dan karyawan melakukan Rapat
pembentukan koperasi.
Anggota Tahunan (RAT)
e. Koperasi pekerja dan karyawan mempunyai aktifitas yang
nyata.

6 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

6.1 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Kemasyarakatan

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia program peningkatan a. Memiliki program tanggung jawab sosial dan
memiliki komitmen sosial, kualitas kehidupan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang terukur untuk
kemasyarakatan dan lingkungan yang bermanfaat, periode tertentu
pengembangan potensi baik Perusahaan Perkebunan,
b. Berperan dalam memberdayakan masyarakat sekitar
kearifan lokal. komunitas setempat maupun
masyarakat pada umumnya c. Memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat
sekitar
2. Ikut meningkatkan
kesejahteraan masyarakat d. Melakukan identifikasi keberadaan dan kebutuhan
sekitar kebun dengan masyarakat sekitar.

46 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

melakukan kemitraan usaha


3. Melakukan pembangunan di
sekitar kebun antara lain
melalui berbagai kegiatan
antara lain pendidikan,
kesehatan, pembangunan jalan,
pertanian, usaha produktif, olah
raga, seni budaya dan
keagamaan.
4. Tersedia laporan pelaksanaan
program CSR.

6.2 Pemberdayaan Masyarakat Adat / Penduduk Asli

Perusahaan perkebunan 1. Tersedia program peningkatan a . Memiliki program jangka pendek jangka panjang untuk
berperan dalam kesejahteraan masyarakat peningkatan kesejahteraan masyarakat hukum adat
mensejahterakan masyarakat hukum adat (penduduk asli) (penduduk asli) sesuai kebutuhan
hukum adat / penduduk asli.
2. Tersedia program melestarikan b. Berperan dalam memberdayakan penduduk asli
kearifan lokal (indigenous people)
3. Tersedia dokumen realisasi c. Memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat
program bersama masyarakat adat/penduduk asli.
adat / penduduk asli.
d. Melakukan identifikasi keberadaan dan kebutuhan
penduduk asli.

47 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

6.3 Pengembangan Usaha Lokal

Perusahaan perkebunan Tersedia dokumen transaksi lokal a. Perusahaan Perkebunan harus membina masyarakat di
memprioritaskan untuk termasuk pembelian lokal, sekitar kebun yang memiliki potensi untuk dapat
memberi peluang pembelian/ penggunaan kontraktor lokal, dll. memenuhi persyaratan / kriteria sebagai pemasok dan
pengadaan barang dan jasa meningkatkan kemampuan
kepada masyarakat di sekitar
b. Jenis kerjasama dalam pengembangan kegiatan ekonomi
kebun.
masyarakat antara lain: penyediaan sarana produksi,
transportasi, dan jasa lainnya.

7 PENINGKATAN USAHA SECARA BERKELANJUTAN

7.1 Peningkatan Usaha Secara Berkelanjutan

Perusahaan Perkebunan dan Tersedia dokumen hasil penerapan Perusahaan Perkebunan melakukan perbaikan/ peningkatan
unit pengolahan hasil perbaikan/peningkatan usaha yang secara berkelanjutan antara lain melalui:
berkewajiban meningkatkan berkelanjutan.
a. Perbaikan / peningkatan sebagai tindak lanjut temuan
kinerja (teknis, ekonomis,
auditor internal dan eksternal serta keputusan-keputusan
sosial, dan lingkungan) secara
dari tinjauan manajemen
berkelanjutan dengan
mengembangkan dan b. Peningkatan kinerja dan hasil penilaian usaha perkebunan
mengimplementasikan rencana
c. Penerapan teknologi baru hasil penelitian baik internal
aksi yang mendukung
maupun dari luar.
peningkatan produksi
berkelanjutan d. Pelaksanaan tindakan korektif maupun preventif sebagai
tindak lanjut terhadap adanya ketidaksesuaian terhadap
pengembangan perkebunan berkelanjutan.

48 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP, KRITERIA, INDIKATOR DAN PANDUAN


UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN
USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN

49 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1 LEGALITAS LAHAN PERKEBUNAN

1.1 Izin Lokasi

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia izin lokasi dari a. Izin Lokasi diterbitkan oleh instansi berwenang
memperoleh Izin Lokasi dari pejabat berwenang sesuai sesuai peraturan perundang- undangan.
pejabat yang berwenang. peraturan perundang-
b. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
undangan
Nasional nomor 2 tahun 2011 tanggal 4 Februari
2. Tanah yang dapat ditunjuk 2011 Izin lokasi diperlukan pertimbangan teknis
dalam Izin Lokasi merupakan Badan Pertanahan yang diatur sebagai berikut:
tanah yang peruntukannya
- Pertimbangan Teknis Pertanahan lintas wilayah
sesuai dengan Rencana Tata
Provinsi dilaksanakan oleh Tim Pertimbangan
Ruang Wilayah.
Teknis Pertanahan Nasional, yang ditetapkan
3. Pemegang Izin Lokasi wajib dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan
membebaskan tanah dalam Nasional Republik Indonesia
areal Izin Lokasi dari hak dan
kepentingan pihak lain sesuai - Pertimbangan Teknis Pertanahan lintas wilayah
peraturan perundang- Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim
undangan Pertimbangan Teknis Pertanahan Provinsi, yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kantor
4. Pemegang izin lokasi wajib Wilayah Badan Pertanahan Nasional
memenuhi persyaratan lainya
yang berlaku. - Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam satu
wilayah Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim
Pertimbangan Teknis Pertanahan Kabupaten/Kota,
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kantor
Pertanahan.

50 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

c. Perolehan tanah harus diselesaikan dalam jangka waktu


3 (tiga) tahun

d. Apabila perolehan tanah dalam jangka waktu Izin Lokasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (c) belum selesai,
maka Izin Lokasi dapat diperpanjang jangka waktunya
selama 1 (satu) tahun dengan syarat tanah yang sudah
diperoleh mencapai lebih dari 50% dari luas tanah yang
ditunjuk dalam Izin Lokasi

e. Dalam hal perolehan tanah tidak dapat diselesaikan


dalam jangka waktu Izin Lokasi, terhadap bidang-bidang
tanah yang sudah diperoleh dilakukan tindakan sebagai
berikut:

- Dipergunakan untuk melaksanakan rencana


penanaman modal dengan penyesuaian mengenai
luas pembangunan, dengan ketentuan bahwa apabila
diperlukan masih dapat dilaksanakan perolehan tanah
sehingga diperoleh bidang tanah yang merupakan
satu kesatuan bidang

- Dilepaskan kepada Perusahaan atau pihak lain yang


memenuhi syarat.

51 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1.2 Perusahaan Perkebunan Harus Memiliki Izin Usaha Perkebunan

Perusahaan Perkebunan harus Tersedia izin usaha perkebunan a. Izin usaha perkebunan diterbitkan oleh bupati/walikota
memiliki izin usaha perkebunan seperti : untuk areal yang berada dalam satu kabupaten/kota dan
oleh gubernur apabila lokasinya lintas kabupaten serta
1. Izin Usaha Perkebunan oleh Menteri Pertanian apabila lokasinya lintas provinsi
Budidaya (IUP-B)
b. IUP-B wajib dimiliki oleh usaha budidaya tanaman
2. Surat Pendaftaran Usaha perkebunan dengan luasan usaha perkebunan lebih dari
Perkebunan (SPUP) 25 hektar
3. Izin Tetap Usaha Budidaya c. IUP, SPUP, ITUBP, Izin atau Persetujuan Prinsip Menteri
Perkebunan (ITUBP) Pertanian dan izin usaha perkebunan oleh Kepala BKPM
atas nama Menteri Pertanian yang diterbitkan sebelum
4. Izin/Persetujuan Prinsip Menteri Undang-undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang
Pertanian Perkebunan diundangkan, dinyatakan tetap berlaku
5. Izin usaha perkebunan yang
d. Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki hak atas
diterbitkan oleh Kepala BKPM
tanah namun belum memiliki izin sesuai huruf f wajib
atas nama Menteri Pertanian.
memiliki izin usaha perkebunan paling lambat 1 (satu)
tahun setelah Undang-undang Nomor 39 Tahun 2014
tentang Perkebunan diundangkan

e. Bagi Pelaksana Program Pemerintah (PIR-Trans atau


PIR-Bun) yang telah memiliki Surat Keputusan Rencana
Pelaksana Program PIR (SRP3), tidak dipersyaratkan
memiliki izin usaha perkebunan

52 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1.3 Perolehan Lahan Usaha Perkebunan


Perolehan lahan usaha Lahan usaha perkebunan dapat a. Pengaturan perolehan lahan APL menjadi kewenangan
perkebunan berasal dari lahan dengan status : pemerintah daerah (bupati/gubernur)
1. Areal Penggunaan Lain (APL) b. Pelepasan kawasan hutan merupakan kewenangan
2. Hutan Produksi yang dapat menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
Konversi (HPK) bidang kehutanan
3. Tanah Adat/Tanah Ulayat dari c. Perolehan lahan yang berasal dari hak ulayat/hak adat
Masyarakat Hukum Adat wajib terlebih dahulu dilakukan musyawarah dengan
4. Tanah lain sesuai peraturan di masyarakat hukum adat pemegang hak adat dan warga
bidang pertanahan pemegang hak atas tanah bersangkutan yang di
tuangkan dalam bentuk kesepakatan penyerahan tanah
dan imbalannya dengan diketahui oleh
gubernur/bupati/walikota sesuai kewenangan
d. Hak adat sebagaimana dimaksud pada huruf c diatur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
1.4 Hak Atas Tanah
Perusahaan Perkebunan wajib Tersedia HGU dengan luasan a. HGU merupakan Hak Atas Tanah negara yang
memiliki hak atas tanah berupa sesuai peraturan perundang- wewenangnya diberikan kepada pemegangnya, tanah
Hak Guna Usaha (HGU). undangan di bidang perizinan tersebut digunakan untuk usaha pertanian, peternakan
usaha perkebunan. dan perikanan sesuai peruntukannya
b. HGU diberikan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pertanahan, atau pejabat
yang ditunjuk.
c. HGU diberikan untuk jangka waktu 35 tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 25 tahun dan dapat
diperbaharui selama 35 tahun

53 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1.5 Fasilitasi Pembangunan Kebun Masyarakat Sekitar

Perusahaan Perkebunan yang 1. Tersedia dokumen kerjasama a. Kewajiban memfasilitasi pembangunan kebun untuk
mengajukan IUP-B atau IUP Perusahaan Perkebunan masyarakat sekitar paling rendah 20% hanya untuk
dengan luas 250 ha atau lebih, dengan masyarakat sekitar Perusahaan Perkebunan yang memperoleh IUP dan IUP-
berkewajiban memfasilitasi kebun tentang fasilitasi B dengan luasan 250 ha atau lebih. Berdasarkan
pembangunan kebun pembangunan kebun Permentan Nomor 98 Tahun 2013, Pembangunan
masyarakat sekitar dengan masyarakat tersebut mempertimbangkan:
luasan paling kurang 20% dari
luas areal IUP-B atau IUP. 2. Fasilitasi pembangunan kebun - Ketersediaan lahan
masyarakat diselesaikan paling
lama 3 (tiga tahun) sejak - Jumlah keluarga masyarakat yang layak sebagai
dimulainya pembangunan peserta.
kebun perusahaan
- Kesepakatan bersama antara Perusahaan
3. Tersedia laporan Perkebunan dengan masyarakat sekitar yang diketahui
perkembangan realisasi oleh dinas yang membidangi perkebunan
fasilitasi pembangunan kebun
masyarakat sekitar. b. Kewajiban memfasilitasi pembangunan kebun
masyarakat seluas 20% dari luas kebun inti tidak berlaku
bagi Perusahaan Perkebunan yang telah melakukan pola
PIR- BUN, PIR-TRANS, PIR-KKPA atau pola kerjasama
inti plasma lainnya, sedang bagi Perusahaan Perkebunan
yang belum melakukan kerjasama tersebut wajib
melakukan kegiatan produktif untuk masyarakat sekitar
yang diketahui oleh gubernur atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya

54 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

c. Kewajiban memfasilitasi pembangun kebun masyarakat


dilakukan dengan memanfaatkan kredit, bagi hasil dan /
atau bentuk pendanaan lain sesuai kesepakatan dan
peraturan perundang undangan
d. Bagi badan hukum yang berbentuk koperasi tidak wajib
memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat seluas
20%
e. Untuk Perusahaan Perkebunan yang tidak berkewajiban
melakukan fasilitasi pembangunan kebun masyarakat
sesuai peraturan perundang-undangan, diwajibkan
melakukan kegiatan usaha produktif yang dibuktikan
dalam dokumen kerjasama Perusahaan Perkebunan
dengan masyarakat sekitar kebun yang diketahui kepala
dinas yang menangani fungsi perkebunan setempat

1.6 Lokasi Perkebunan

Perusahaan Perkebunan harus 1. Rencana Tata Ruang Wilayah a. Bagi Perusahaan Perkebunan yang berlokasi di
memastikan bahwa sesuai peraturan perundang- provinsi/kabupaten yang belum menetapkan RTRW-
penggunaan lahan perkebunan undangan P/RTRW-K, dapat menggunakan Rencana Umum Tata
telah sesuai dengan Rencana Ruang yang berlaku
Tata Ruang Wilayah Provinsi 2. Tersedia dokumen perolehan
(RTRW-P) atau Rencana Tata hak atas tanah b. Melaporkan perkembangan perolehan hak atas tanah dan
Ruang Wilayah Kabupaten atau penggunaannya.
Kota (RTRW-K) 3. Tersedia Peta lokasi kebun.

55 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1.7 Tanah Terlantar


Perusahaan Perkebunan Tanah terlantar merupakan tanah a. Apabila tanah hak yang diterlantarkan kurang dari atau
harus memanfaatkan hak atas yang tidak diusahakan, tidak sama dengan 25% (dua puluh lima persen), maka
tanah sesuai dengan dipergunakan, atau tidak Pemegang Hak dapat mengajukan permohonan revisi
peruntukannya. dimanfaatkan sesuai dengan luas atas bidang tanah yang benar-benar digunakan
keadaannya atau sifat dan tujuan dan dimanfaatkan sesuai dengan keputusan pemberian
pemberian hak atau dasar haknya
penguasaannya. b. Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah dinyatakan sebagai
tanah terlantar, tidak dapat dilakukan perlakuan hokum
apapun terhadap ha katas tanah tersebut, wajib
dikosongkan dan dikembalikan haknya kepada negara
1.8 Sengketa Lahan
Perusahaan Perkebunan wajib 1. Perusahaan Perkebunan wajib a. Sengketa pertanahan merupakan perselisihan antara
menyelesaikan sengketa lahan melaporkan sengketa lahan perseorangan, badan hukum, atau Lembaga
yang ada di dalam areanya yang ada untuk diselesaikan, b. Lahan yang disengketakan merupakan status quo selama
dengan melibatkan instansi termasuk pembuatan peta dari proses penyelesaian
yang terkait. lahan yang disengketakan
c. Penyelesaian lahan dapat dilakukan melalui
2. Perusahaan Perkebunan harus mediasi/negosiasi atau musyawarah, apabila tidak dapat
dapat membuktikan bahwa diselesaikan maka ditempuh melalui jalur hukum.
sengketa lahan yang ada di
arealnya telah disepakati
penyelesaiannya
3. Dokumen penyelesaian
masalah sengketa dan/atau
dokumen masalah sengketa
yang sedang diproses.

56 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1.9 Bentuk Badan Hukum


Perusahaan Perkebunan harus Tersedia dokumen badan hukum a. Bentuk badan hukum (Perseroan/Koperasi)
berbentuk badan hukum. Perusahaan Perkebunan sesuai
b. Penanam modal asing asing yang melakukan usaha
peraturan perundang-undangan.
perkebunan wajib bekerjasama dengan pelaku usaha
perkebunan dalam negeri dengan membentuk badan
hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
c. Bukti dokumen antara lain berupa akta pendirian,
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

2 MANAJEMEN PERKEBUNAN
2.1 Perencanaan Perkebunan
Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia dokumen tentang Visi a. Visi dan Misi minyak sawit berkelanjutan menjadi
memiliki perencanaan jangka dan Misi Perusahaan komitmen Perusahaan Perkebunan mulai dari pimpinan
pendek, menengah dan Perkebunan telah memiliki tertinggi hingga seluruh karyawan.
panjang untuk memproduksi untuk memproduksi minyak
minyak sawit berkelanjutan. b. Memiliki rencana kerja jangka pendek, jangka menengah
sawit berkelanjutan
dan jangka panjang pembangunan perkebunan
2. Tersedia struktur organisasi
c. Memiliki hasil audit neraca keuangan Perusahaan
dan uraian tugas yang jelas
Perkebunan oleh akuntan public
bagi setiap unit dan pelaksana
d. Memiliki laporan tahunan yang secara lengkap
3. Tersedia perencanaan jangka
menjelaskan kegiatan Perusahaan Perkebunan
panjang yang dijabarkan dalam
perencanaan 5 (lima) tahunan. e. Memiliki informasi tentang kewajiban pembayaran pajak
Evaluasi dilakukan setiap tahun f. Memiliki SOP perekrutan karyawan
untuk menjamin
berlangsungnya usaha g. Memiliki sistem penggajian dan pemberian insentif

57 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

perkebunan. Perencanaan h. Memiliki sistem jenjang karier dan penilaian prestasi kerja
tersebut meliputi antara lain i. Memiliki peraturan perusahaan tentang hak dan
replanting, proyeksi produksi, kewajiban karyawan
proyeksi rendemen, perkiraan
j. Memiliki peraturan dan sarana keselamatan dan
harga dan indikator keuangan
kesehatan kerja (K3)
4. Tersedia Sistem Manajemen
k. Dokumen pelatihan yang telah diikuti oleh karyawan
Sumber Daya Manusia
kebun
(SDM).
l. Identifikasi jenis pelatihan yang diperlukan oleh
5. Dalam hal melakukan
Perusahaan Perkebunan
kemitraan harus dilengkapi
dengan perjanjian secara
tertulis yang diketahui oleh
Pemerintah Daerah untuk
menghasilkan minyak sawit
berkelanjutan
2.2 Penerapan Teknis Budidaya
2.2.1 Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan yang 1. Tersedia standart operating a. SOP pembukaan lahan harus mencakup :
memenuhi kaidah-kaidah prosedure (SOP) pembukaan - Pembukaan lahan tanpa bakar
konservasi tanah dan air lahan termasuk penataan lahan
- Sudah memperhatikan kaidah-kaidah konservasi
2. Tersedia peta penataan lahan tanah dan air
3. Tersedia rekaman pembukaan b. Penataan lahan meliputi penataan blok, pembuatan jalan
lahan kebun dan emplasemen
c. Dokumentasi kegiatan pembukaan lahan tanpa bakar
sejak tahun 2004

58 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

d. Pembuatan sistem drainase, terasering bagi lahan


dengan kemiringan tertentu, penanaman tanaman
penutup tanah (cover crops) untuk meminimalisir erosi
dan kerusakan/degradasi tanah
e. Pembukaan lahan dilakukan berdasarkan persyaratan
dan kewajiban yang tercantum dalam izin lingkungan
atau AMDAL/RKL-RPL sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan
f. Perusahaan Perkebunan dilarang membuka lahan dan
penanaman kelapa sawit dengan jarak sampai dengan :

- 500 m tepi waduk/danau


- 200 m dari tepi mata air dan kiri kanan tepi sungai di
daerah rawa

- 100 m dari kiri kanan sungai


- 50 m kiri kanan tepi anak sumgai
- 2 kali kedalaman jurang dari tepi jurang
- 130 kali selisih pasang teringgi dan pasang terendah
dari tepi pantai
g. Apabila kegiatan penanaman seperti tersebut diatas tidak
dilakukan oleh perusahaan dilaporkan kepada institusi
yang berwenang

59 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.3 Perbenihan

Perusahaan Perkebunan dalam 1. Tersedia SOP perbenihan Prosedur atau instruksi kerja / SOP pelaksanaan proses
melakukan penanaman harus perbenihan harus dapat menjamin :
2. Tersedia sertifikat benih yang
menggunakan benih unggul.
diterbitkan oleh UPTD atau a. Benih yang digunakan sejak tahun 1995 merupakan
UPT Pusat Perbenihan benih bina yang berasal dari sumber benih yang telah
Perkebunan atau pihak yang mendapat pengakuan dari pemerintah dan bersertifikat
berwenang dari instansi yang berwenang
3. Tersedia dokumen pelaksanaan b. Umur dan kualitas benih yang disalurkan sesuai
penyediaan benih ketentuan teknis
4. Tersedia dokumen penanganan c. Penanganan terhadap benih yang tidak memenuhi
benih yang tidak memenuhi persyaratan dituangkan dalam Berita Acara.
persyaratan.

2.2.4 Penanaman Pada Lahan Mineral

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia SOP penanaman Prosedur atau Instruksi Kerja / SOP Penanaman harus
melakukan penanaman sesuai yang mengacu kepada mencakup :
baku teknis. Pedoman Teknis
a. Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanaman sesuai
Pembangunan Kebun Kelapa
dengan kondisi lapangan dan praktek budidaya
Sawit di Lahan Mineral
perkebunan yang baik
2. Tersedia dokumen pelaksanaan
b. Adanya tanaman penutup tanah dan / atau tanaman sela
penanaman.
c. Pembuatan terasering untuk lahan miring
d. Rencana dan realisasi penanaman

60 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.5 Penanaman Pada Lahan Gambut

Perusahaan Perkebunan yang 1. Tersedia SOP atau instruksi Prosedur atau Instruksi Kerja / SOP penanaman harus
melakukan penanaman pada kerja untuk penanaman pada mencakup :
lahan gambut harus dilakukan lahan gambut dan mengacu
dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan a. Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanaman sesuai
karakteristik lahan gambut dengan kondisi lapangan dan praktek budidaya
sehingga tidak menimbulkan 2. Penanaman dilakukan pada perkebunan yang baik
kerusakan fungsi lingkungan. lahan gambut berbentuk
hamparan dengan kedalaman b. Adanya tanaman penutup tanah
<3 m dan proporsi mencakup
70% dari luas areal gambut c. Tersedianya alat untuk mengukur penurunan lapisan
yang diusahakan, lapisan tanah tanah gambut.
mineral dibawah gambut bukan
pasir kuarsa atau tanah sulfat
masam dan pada lahan gambut
dengan tingkat kematangan
matang (saprik)

3. Pengaturan tinggi air tanah


(water level) antara 60-80 cm
untuk menghambat emisi
karbon dari lahan gambut

4. Dokumen pelaksanaan
penanaman tanaman
terdokumentasi

61 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.6 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman 1. Tersedia SOP pemeliharaan Prosedur atau Instruksi Kerja / SOP Pemeliharaan tanaman
tanaman dengan menerapkan mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Good Agriculture Practices
(GAP) kelapa sawit a. Mempertahankan jumlah tanaman sesuai standar

2. Memiliki dokumen pelaksanaan b. Pemeliharaan terasering dan tinggi muka air (drainase)
pemeliharaan tanaman. c. Pemeliharaan piringan
d. Pemeliharaan tanaman penutup tanah (cover crop)
e. Sanitasi kebun dan penyiangan gulma
f. Pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah dan daun.

2.2.7 Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia SOP pengamatan dan Prosedur atau Instruksi Kerja / SOP Pengamatan dan
menerapkan sistem pengendalian OPT Pengendalian OPT harus dapat menjamin bahwa :
Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) sesuai Pedoman Teknis. 2. Tersedia SOP untuk a. Pengendalian OPT dilakukan secara terpadu
penanganan limbah pestisida (pengendalian hama terpadu/PHT), yaitu memadukan
berbagai teknik pengendalian secara mekanis, biologis,
3. Tersedia dokumen pelaksanaan fisik dan kimiawi
pengamatan dan pengendalian
OPT serta penggunaan jenis b. Diterapkan sistem peringatan dini (Early Warning
pestisida yang terdaftar. Sistem/EWS) melalui pengamatan OPT secara berkala

62 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

c. Pestisida yang digunakan telah terdaftar di Komisi


Pestisida Kementerian Pertanian

d. Penanganan limbah pestisida dilakukan sesuai petunjuk


teknis Komisi Pestisida untuk meminimalisir dampak
negatif terhadap lingkungan

e. Tenaga (regu) pengendali yang sudah terlatih oleh


institusi yang berwenang dan disetujui oleh komisi
pestisida khusus untuk penggunaan pestisida terbatas
f. Memiliki gudang penyimpanan alat dan bahan pengendali
OPT

g. Memiliki rekaman jenis tanaman inang musuh alami.

2.2.8 Pemanenan

Perusahaan Perkebunan 1. Tersedia SOP pelaksanaan Prosedur atau Instruksi Kerja / SOP Pelaksanaan
melakukan panen tepat waktu pemanenan Pemanenan harus mencakup :
dengan cara yang baik dan
benar dan mencatat produksi 2. Tersedia dokumen produksi a. Penyiapan tenaga kerja, peralatan dan sarana
TBS. bulanan, triwulan, semester dan penunjangnya
tahunan
b. Penerapan penetapan kriteria matang panen dan putaran
3. Tersedia informasi proyeksi panen.
produksi sampai dengan tahun
mendatang.

63 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.9 Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia SOP untuk Prosedur atau Instruksi Kerja / SOP Pengangkutan TBS
memastikan bahwa TBS yang pengangkutan TBS berisikan ketentuan sebagai berikut :
dipanen harus segera diangkut
2. Tersedia dokumen pelaksanaan a. Ketersediaan alat transportasi serta sarana
ke tempat pengolahan untuk
pengangkutan TBS pendukungnya
menghindari penurunan
kualitas. b. TBS harus terjaga dari kerusakan, kontaminasi,
kehilangan, terjadinya fermentasi
c. Ketepatan waktu sampai di tempat pengolahan.

2.3 Tumpang Tindih dengan Usaha Pertambangan

Perusahaan Perkebunan 1. Tersedia kesepakatan tertulis a. Pengusaha pertambangan mineral dan/atau batubara
memiliki kesepakatan terhadap antara pemegang hak atas yang memperoleh Izin Lokasi Pertambangan pada areal
penyelesaian tumpang tindih tanah (pengusaha perkebunan) Izin Lokasi Usaha Perkebunan, harus mendapat izin dari
dengan usaha pertambangan dengan pengusaha pemegang hak atas tanah (Perusahaan Perkebunan)
sesuai peraturan perundang- pertambangan
undangan. b. Kesepakatan antara pemegang hak atas tanah
2. Tersedia bukti bahwa (pengusaha perkebunan) dengan pengusaha
Pengusaha pertambangan telah pertambangan antara lain mencakup :
mengembalikan tanah bekas
- Luasan, periode usaha pertambangan, teknik
tambang seperti kondisi semula
penambangan dan besaran kompensasi
(tanah lapisan bawah di bawah
dan lapisan atas berada di atas) - Kewajiban Pengusaha pertambangan untuk
tanpa menimbulkan dampak mengembalikan tanah bekas tambang (reklamasi)
erosi dan kerusakan lahan dan tanpa menimbulkan dampak erosi, kerusakan lahan
lingkungan. dan lingkungan

64 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

- Biaya reklamasi lahan menjadi beban pihak


pengusaha pertambangan
c. Apabila usaha pertambangan telah selesai dan usaha
perkebunan masih berlanjut, maka lahan tersebut wajib
dikembalikan untuk usaha perkebunan

2.4 Rencana dan Realisasi Pembangunan Kebun

Rencana dan realisasi Tersedia dokumen rencana dan a. Realisasi pemanfaatan lahan sesuai dengan
pembangunan kebun. realisasi pemanfaatan lahan (HGU) peruntukannya dan waktu yang ditargetkan
untuk pembangunan perkebunan, b. Realisasi pemanfaatan lahan sesuai dengan izin yang
unit pengolahan kelapa sawit, dikeluarkan
kantor, perumahan karyawan,
c. Untuk Perusahaan Perkebunan yang memperoleh izin
sarana pendukung dan kebutuhan
lainnya setelah UU Nomor 39 Tahun 2014 wajib mengusahakan
seluruh areal yang secara teknis dapat ditanami setelah 6
(enam) tahun sejak diperoleh hak atas tanah.

2.5 Penyediaan Data dan Informasi

Penyediaan Data dan Informasi 1. Tersedia SOP pelayanan Jenis informasi yang dikecualikan meliputi pemasaran,
Kepada Instansi Terkait serta informasi kepada pemangku keuangan (termasuk pinjaman dan jaminan bank), dokumen
Pemangku Kepentingan kepentingan. legalitas perusahaan (tanah,izin usaha, dan lainnya),
Lainnya Selain Informasi yang 2. Tersedia dokumen pemberian keberadaan satwa langka, atau bilamana pengungkapan
Dikecualikan Sesuai Peraturan informasi kepada pemangku informasi tersebut akan berdampak negatif terhadap
Perundang- Undangan. kepentingan ekonomi, lingkungan dan sosial.
3. Tersedia dokumen tanggapan
atas pelayanan informasi
terhadap permintaan informasi

65 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

3 PELINDUNGAN TERHADAP PEMANFAATAN HUTAN ALAM PRIMER DAN LAHAN GAMBUT

Pelindungan terhadap 1. Tersedia dokumen pelepasan a. Penundaan izin baru yang berkaitan dengan usaha
pemanfaatan hutan alam primer kawasan apabila lahan yang perkebunan yaitu Izin Lokasi, izin usaha perkebunan dan
dan lahan gambut digunakan adalah berasal dari hak atas tanah
kawasan hutan b. Penundaan izin baru sesuai peta indikatif pada hutan
2. Tersedia dokumen Izin Lokasi primer dan lahan gambut yang berada pada hutan
dari bupati / walikota. konservasi, hutan lindung, hutan produksi (hutan
produksi terbatas, hutan produksi biasa / tetap, hutan
produksi yg dapat dikonversi) dan areal penggunaan lain
c. Perusahaan Perkebunan yang telah mendapatkan
persetujuan prinsip Menteri Kehutanan dikecualikan
d. Penundaan (moratorium) izin lokasi, IUP dan pemberian
hak atas tanah berlaku sampai dengan 20 Mei 2015.

4 PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

4.1 Kewajiban Terkait Izin Lingkungan

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia Izin Lingkungan a. Izin Lingkungan merupakan izin yang diberikan kepada
melaksanakan kewajibannya (dahulu dokumen AMDAL / setiap orang yang melakukan usaha dan /atau kegiatan
sesuai dengan izin lingkungan. UKL-UPL) sesuai ketentuan yang wajib AMDAL atau UKL, UPL dalam rangka
perundang undangan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
2. Tersedia dokumen terkait prasyarat memperoleh izin usaha
pelaksanaan penerapan hasil b. Perusahaan Perkebunan sebelum melakukan usahanya
Izin Lingkungan termasuk wajib memiliki Izin Lingkungan sesuai dengan Peraturan
laporan kepada instansi yang Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
berwenang Lingkungan.

66 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

c. Perusahaan Perkebunan yang telah beroperasi wajib


menerapkan hasil AMDAL, UKL/UPL
d. Melaporkan hasil pemantauan dan pengelolaan
lingkungan secara rutin kepada instansi yang berwenang

4.2 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Bahan berbahaya dan beracun 1. Tersedia tempat penyimpanan a. Tempat penyimpanan B3 berlokasi di daerah bebas
dan Limbah B3 harus dikelola limbah B3 yang memenuhi banjir dan berjarak minimum 300 m dari aktiivitas
sesuai peraturan perundang- persyaratan sesuai peraturan penduduk, tempat penyimpanan harus sejuk dengan
undangan. perundang-undangan pertukaran udara yang baik, tidak terkena matahari
langsung dan jauh dari sumber panas
2. Tersedia izin penyimpanan
sementara dan/atau b. Pengelolaan limbah B3 harus dilengkapi dengan sistem
pemanfaatan limbah B3 dari tanggap darurat dan prosedur penanganan B3
Pemerintah Daerah
c. Mengirimkan Limbah B3 yang dihasilkan ke pihak ketiga
3. Tersedia SOP atau instruksi yang memiliki izin untuk pengelolaan lebih lanjut
kerja mengenai pengelolaan
d. Membuat neraca (catatan keluar masuk) Limbah B3 yang
limbah B3
dihasilkan, dikelola lanjut dan yang tersimpan di tempat
4. Tersedia Perjanjian kerja penampungan sementara (TPS) Limbah B3
dengan pihak ketiga untuk
e. Melaporkan neraca dan manifes pengiriman Limbah B3
menangani limbah B3
secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada instansi
5. Tersedia dokumen terkait
penyimpanan dan penanganan
limbah B3.

67 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4.3 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia SOP pencegahan dan a. Melakukan pelatihan penanggulangan kebakaran secara
melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran periodic
penanggulangan kebakaran.
2. Tersedia SDM yang mampu b. Melakukan pemantauan dan pencegahan kebakaran
mencegah dan menangani serta melaporkan hasilnya secara berkala (minimal 6
kebakaran bulan sekali) kepada menteri, gubernur atau bupati/
walikota sesuai kewenangannya
3. Tersedia sistem, sarana dan
prasarana pengendalian c. Melakukan penanggulangan bila terjadi kebakaran
kebakaran sesuai peraturan
d. Melakukan pembaharuan sistem dan pengecekan secara
perundang-undangan
berkala sarana dan prasarana pengendalian/
4. Tersedia organisasi dan sistem penanggulangan kebakaran.
tanggap darurat
5. Tersedia dokumen pelaksanaan
pencegahan dan
penanggulangan kebakaran,
pemantauan kebakaran dan
pemeliharaan sarana dan
prasarana serta pelaporannya.

4.3 Pelestarian Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia daftar jenis tumbuhan a. Sesuai UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
menjaga dan melestarikan dan satwa di kebun dan sekitar Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, satwa
keanekaragaman hayati pada kebun, sebelum dan sesudah langka hanya dapat dipelihara in situ (dalam habitatnya)
areal yang dikelola. dimulainya usaha perkebunan dan eks situ (diluar habitatnya)

68 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2. Melaporkan keberadaan b. Sesuai UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi


tumbuhan dan satwa langka Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, satwa
kepada Badan Konservasi langka hanya dapat dipelihara in situ (dalam habitatnya)
Sumber Daya Alam (BKSDA) dan eks situ (diluar habitatnya)
3. Melaksanakan sosialisasi c. Di luar habitatnya satwa langka dipelihara oleh instansi
kepada masyarakat sekitar pemerintah (BKSDA)
mengenai keberadaan d. Apabila Perusahaan Perkebunan akan mengelola satwa
tumbuhan dan satwa langka langka, harus memenuhi persyaratan sesuai peraturan
4. Tersedia dokumen bila pernah perundang- undangan\Tumbuhan dan/atau satwa langka
ditemukan dan/atau insiden yang in situ, maka Perusahaan Perkebunan wajib
dengan satwa langka dan/atau melapor kepada BKSDA dan lokasi tersebut di-enclave
satwa liar misalnya gajah, e. Mempunyai daftar tumbuhan dan satwa langka yang
harimau, badak, dan lain-lain diterbitkan BKSDA setempat
dan cara penanganannya.
f. Upaya-upaya perusahaan untuk konservasi tumbuhan
dan/atau satwa liar (antara lain dengan buffer zone,
pembuatan poster, papan peringatan,dll).
4.7 Konservasi Terhadap Sumber dan Kualitas Air
Konservasi Terhadap Sumber 1. Tersedia SOP identifikasi, a. Perusahaan Perkebunan hrs menggunakan air scr efisien
dan Kualitas Air pengelolaan dan pemeliharaan
b. Perusahaan Perkebunan menjaga air buangan tidak
sumber dan kualitas air
terkontaminasi limbah sehingga tidak menimbulkan
2. Tersedia program pemantauan dampak negatif terhadap pengguna air lainnya
kualitas air permukaan
c. Perusahaan Perkebunan melakukan pengujian mutu air
3. Tersedia dokumen pengelolaan di laboratorium secara berkala
air dan pemeliharaan sumber
d. Perusahaan Perkebunan harus melindungi/melestarikan
air
sumber air yang ada di areal perkebunan sesuai
ketentuan perundang-undangan

69 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4.8 Kawasan Lindung

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia hasil identifikasi a. Dilakukan inventarisasi kawasan lindung di sekitar kebun
melakukan identifikasi, berbentuk peta kawasan b. Sosialisasi kawasan lindung kepada karyawan dan
sosialisasi dan menjaga lindung yang wajib dipatuhi dan masyarakat serta pekebun di sekitar kebun
kawasan lindung sesuai disampaikan kepada
peraturan perundang- c. Jenis kawasan lindung ditetapkan dalam peraturan
Pemerintah Daerah
undangan. perundang-undangan.
2. Tersedia peta yang
menunjukkan lokasi kawasan
lindung, di dalam dan di sekitar
kebun
3. Tersedia dokumen identifikasi,
sosialisasi dan keamanan
kawasan lindung.

4.9 Konservasi Kawasan dengan Potensi Erosi Tinggi

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia SOP konservasi a. SOP konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi
melakukan koservasi lahan dan kawasan dengan potensi erosi termasuk sempadan sungai harus dapat menjamin,
menghindari erosi sesuai tinggi termasuk sempadan bahwa :
peraturan perundang- sungai
undangan. - Kawasan dengan potensi erosi tinggi tidak ditanami
2. Tersedia peta topografi dan
lokasi penyebaran sungai - Dilakukan penanaman yang berfungsi sebagai
penahan erosi
3. Tersedia dokumen pelaksanaan
konservasi kawasan dengan b. Apabila di kawasan sempadan sungai sudah ditanami
potensi erosi tinggi. kelapa sawit dan sudah menghasilkan (> 4 tahun), maka
perlu dilakukan program rehabilitasi pada saat
peremajaan (replanting).

70 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4.10 Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia inventarisasi sumber a. Dilakukan inventarisasi sumber emisi GRK
melakukan inventarisasi dan emisi GRK
b. Menerapkan pengurangan emisi GRK misalnya
mitigasi sumber emisi GRK.
2. Tersedia SOP mitigasi GRK pengaturan tata air pada lahan gambut, pengelolaan
pemupukan yang tepat, dan penerapan penangkapan
3. Tersedia dokumen tahapan alih
gas metan dari POME atau gas metan yang di dibakar
fungsi lahan
(flare) serta menerapkan perhitungannya sesuai
4. Tersedia dokumen mitigasi ketentuan ISPO
GRK.
c. Melakukan pemanfaatan limbah padat (serat, cangkang,
dll) sebagai biomassa menggantikan bahan bakar fosil
d. Untuk menghitung emisi GRK perlu diamati dan dicatat /
dihitung hal hal sebagai berikut :
- Perubahan penggunaan lahan (hilangnya karbon)
- Pemupukan, penggunaan pestisida dll
- Penggunaan listrik
- Penggunaan bahan bakar pertahun untuk
transportasi
- Pengurangan emisi dari POME. Sedangkan produk
samping dapat berperan dalam pengurangan emisi
dapat dihitung dari produk samping seperti kernel
e. Perhitungan Gas Rumah Kaca secara wajib diterapkan
pada tanggal 1 Juli 2015

71 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

5 TANGGUNG JAWAB TERHADAP PEKERJA

5.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Perusahaan Perkebunan wajib 1. Tersedia dokumentasi K3 yang a. Perlu dilakukan pelatihan dan kampanye mengenai K3
menerapkan Keselamatan dan ditetapkan oleh Perusahaan
b. Dilakukan identifikasi bahaya, penilaian dan
Kesehatan Kerja (K3) Perkebunan
pengendalian resiko kecelakaan
2. Telah dibentuk organisasi K3
c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
yang didukung sarana dan
pekerja dengan resiko kecelakaan kerja tinggi
prasarana
d. Riwayat kejadian / cidera harus disimpan
3. Tersedia dokumen penerapan
K3 termasuk pelaporan. e. Adanya pelaporan penerapan SMK3 secara periodik
kepada kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang tenaga kerja sesuai peraturan
perundang-undangan

5.2 Kesejahteraan dan Peningkatan Kemampuan Pekerja

Perusahaan Perkebunan harus 1. Diterapkannya peraturan a. Upah minimum yang dibayarkan sesuai dengan upah
meningkatkan kesejahteraan tentang upah minimum minimum daerah bersangkutan
dan kemampuan pekerja sesuai
peraturan perundangan- 2. Tersedia sistem penggajian b. Daftar karyawan yang mengikuti program Jamsostek
undangan. baku yang ditetapkan
c. Daftar kebutuhan dan rencana pelatihan karyawan
3. Tersedia sarana dan prasarana
untuk kesejahteraan pekerja d. Daftar karyawan yang telah mengikuti pelatihan

72 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4. Tersedia kebijakan Perusahaan e. Sarana dan prasarana pekerja antara lain perumahan,
Perkebunan untuk poliklinik, sarana ibadah, sarana pendidikan dan sarana
mengikutsertakan karyawan olahraga.
dalam program Jamsostek
sesuai peraturan perundang-
undangan
5. Tersedia program pelatihan
untuk peningkatan kemampuan
karyawan dan dokumen
pelaksanaannya.

5.3 Penggunaan Pekerja Anak dan Diskriminasi SARA Terhadap Pekerja

Perusahaan Perkebunan 1. Menerapkan kebijakan tentang a. SOP penerimaan pekerja / pegawai


dilarang mempekerjakan anak persyaratan umur pekerja dan b. Tidak terdapat pekerja di bawah umur yang ditentukan
di bawah umur dan melakukan menjaga kesusilaan c. Perusahaan Perkebunan wajib menjaga keamanan dan
diskriminasi sesuai peraturan 2. Menerapkan kebijakan tentang kenyamanan bekerja
perundang- undangan. peluang dan perlakuan yang d. Memiliki rekaman daftar karyawan berisi informasi
sama untuk mendapatkan tentang nama, pendidikan, jabatan, tempat dan tanggal
kesempatan kerja lahir dan lain sebagainya.
3. Tersedia dokumen daftar
karyawan
4. Tersedia mekanisme
penyampaian pengaduan dan
keluhan pekerja
5. Tersedia dokumen pengaduan
dan keluhan pekerja.

73 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

5.4 Fasilitasi Pembentukan Serikat Pekerja

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia dan menerapkan a. Perusahaan Perkebunan melakukan pembinaan dan
memfasilitasi terbentuknya kebijakan terkait dengan serikat dukungan kepada serikat pekerja
Serikat Pekerja dalam rangka pekerja b. Perusahaan Perkebunan memberikan fasilitas untuk
memperjuangkan hak-hak 2. Tersedia daftar pekerja yang kegiatan serikat pekerja
pekerja. menjadi anggota serikat c. Serikat pekerja yang telah terbentuk harus memenuhi
pekerja peraturan yang berlaku.
3. Tersedia dokumen
pembentukan serikat pekerja
dan pertemuan-pertemuan baik
antara Perusahaan Perkebunan
dengan serikat pekerja maupun
intern serikat pekerja

5.5 Fasilitas Pembentukan Koperasi Pekerja dan Karyawan

Perusahaan Perkebunan 1. Tersedia kebijakan Perusahaan a. Perusahaan Perkebunan memfasilitasi terbentuknya


mendorong dan memfasilitasi Perkebunan dalam mendukung badan hukum koperasi pekerja dan karyawan
pembentukan koperasi pekerja pembentukan koperasi
b. Perusahaan Perkebunan melakukan pembinaan dan
dan karyawan.
2. Tersedia daftar pekerja dan dukungan terhadap koperasi pekerja dan karyawan
karyawan yang menjadi
c. Koperasi yang telah terbentuk harus memiliki akta
anggota koperasi
pendirian, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
3. Tersedia dokumen
d. Koperasi pekerja dan karyawan melakukan Rapat
pembentukan koperasi
Anggota Tahunan (RAT)
e. Koperasi pekerja & karyawan mempunyai aktifitas nyata

74 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

6 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

6.1 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Kemasyarakatan

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia program peningkatan a. Memiliki program tanggung jawab sosial dan
memiliki komitmen sosial, kualitas kehidupan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang terukur untuk
kemasyarakatan dan lingkungan yang bermanfaat, periode tertentu
pengembangan potensi baik Perusahaan Perkebunan,
kearifan lokal. komunitas setempat maupun b. Berperan dalam memberdayakan masyarakat sekitar
masyarakat pada umumnya
c. Memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar
2. Ikut meningkatkan
kesejahteraan masyarakat d. Melakukan identifikasi keberadaan dan kebutuhan
sekitar kebun dengan masyarakat sekitar.
melakukan kemitraan usaha

3. Melakukan pembangunan di
sekitar kebun antara lain
melalui berbagai kegiatan
antara lain Pendidikan,
kesehatan, pembangunan jalan,
pertanian, usaha produktif, olah
raga, seni budaya dan
keagamaan

4. Tersedia laporan pelaksanaan


program CSR

75 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

6.2 Pemberdayaan Masyarakat Adat (Penduduk Asli)

Perusahaan perkebunan 1. Tersedia program peningkatan a. Memiliki program jangka pendek jangka panjang untuk
berperan dalam kesejahteraan masyarakat peningkatan kesejahteraan masyarakat hukum adat
mensejahterakan masyarakat hukum adat (penduduk asli) (penduduk asli) sesuai kebutuhan
hukum adat / penduduk asli
2. Tersedia program melestarikan b. Berperan dalam memberdayakan penduduk asli
kearifan local (indigenous people)

3. Tersedia dokumen realisasi c. Memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat


program bersama masyarakat adat/penduduk asli
adat (penduduk asli)
d. Melakukan identifikasi keberadaan dan kebutuhan
penduduk asli.

6.3 Pengembangan Usaha Lokal

Perusahaan perkebunan Tersedia dokumen transaksi lokal a. Perusahaan Perkebunan harus membina masyarakat di
memprioritaskan untuk memberi termasuk pembelian lokal, sekitar kebun yang memiliki potensi untuk dapat
peluang pembelian / pengadaan penggunaan kontraktor lokal, dll. memenuhi persyaratan / kriteria sebagai pemasok dan
barang dan jasa kepada meningkatkan kemampuan
masyarakat di sekitar kebun.
b. Jenis kerjasama dalam pengembangan kegiatan ekonomi
masyarakat antara lain penyediaan sarana produksi,
transportasi, dan jasa lainnya.

76 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

7 PENINGKATAN USAHA SECARA BERKELANJUTAN

Perusahaan Perkebunan dan Tersedia dokumen hasil penerapan a. Perusahaan Perkebunan melakukan perbaikan /
unit pengolahan hasil perbaikan/peningkatan usaha yang peningkatan secara berkelanjutan antara lain melalui :
berkewajiban meningkatkan berkelanjutan.
kinerja (teknis, ekonomis,
- Perbaikan / peningkatan sebagai tindak lanjut
sosial, dan lingkungan) secara temuan auditor internal dan eksternal serta
berkelanjutan dengan keputusan-keputusan dari tinjauan manajemen.
mengembangkan dan - Peningkatan kinerja dan hasil penilaian usaha
mengimplementasikan rencana perkebunan.
aksi yang mendukung
peningkatan produksi - Penerapan teknologi baru hasil penelitian baik internal
berkelanjutan. maupun dari luar
b. Pelaksanaan tindakan korektif maupun preventif sebagai
tindak lanjut terhadap adanya ketidaksesuaian terhadap
pengembangan perkebunan berkelanjutan.

77 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP, KRITERIA, INDIKATOR DAN PANDUAN


UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA
PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

78 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1 LEGALITAS LAHAN PERKEBUNAN

1.1 Izin Lokasi

Perusahaan Perkebunan harus 5. Tersedia izin lokasi dari c. Izin Lokasi diterbitkan oleh instansi berwenang
memperoleh Izin Lokasi dari pejabat berwenang sesuai sesuai peraturan perundang-undangan.
pejabat yang berwenang. peraturan perundang-
d. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
undangan
Nasional nomor 2 tahun 2011 tanggal 4 Februari
6. Tanah yang dapat ditunjuk 2011 Izin lokasi diperlukan pertimbangan teknis
dalam Izin Lokasi merupakan Badan Pertanahan yang diatur sebagai berikut :
tanah yang peruntukannya
- Pertimbangan Teknis Pertanahan lintas wilayah
sesuai dengan Rencana Tata
Provinsi dilaksanakan oleh Tim Pertimbangan
Ruang Wilayah.
Teknis Pertanahan Nasional, yang ditetapkan
7. Pemegang Izin Lokasi wajib dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan
membebaskan tanah dalam Nasional Republik Indonesia
areal Izin Lokasi dari hak dan
kepentingan pihak lain sesuai - Pertimbangan Teknis Pertanahan lintas wilayah
peraturan perundang- Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim
undangan Pertimbangan Teknis Pertanahan Provinsi, yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kantor
8. Pemegang izin lokasi wajib Wilayah Badan Pertanahan Nasional
memenuhi persyaratan lainya
yang berlaku. - Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam satu
wilayah Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim
Pertimbangan Teknis Pertanahan Kabupaten/Kota,
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kantor
Pertanahan.

79 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

c. Perolehan tanah harus diselesaikan dalam jangka waktu


sebagai berikut :

- Luasan sampai dengan 25 hektar selama 1 (satu) tahun


- Luasan lebih dari 25 Ha s/d 50 Ha selama 2 (dua) tahun
- Luasan lebih dari 50 Ha selama 3 (tiga) tahun
d. Apabila perolehan tanah dalam jangka waktu Izin Lokasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (c) belum selesai,
maka Izin Lokasi dapat diperpanjang jangka waktunya
selama 1 (satu) tahun dengan syarat tanah yang sudah
diperoleh mencapai lebih dari 50% dari luas tanah yang
ditunjuk dalam Izin Lokasi
e. Dalam hal perolehan tanah tidak dapat diselesaikan
dalam jangka waktu Izin Lokasi, terhadap bidang-bidang
tanah yang sudah diperoleh dilakukan tindakan sebagai
berikut:

- Dipergunakan untuk melaksanakan rencana


penanaman modal dengan penyesuaian mengenai
luas pembangunan, dengan ketentuan bahwa apabila
diperlukan masih dapat dilaksanakan perolehan tanah
sehingga diperoleh bidang tanah yang merupakan
satu kesatuan bidang

- Dilepaskan kepada Perusahaan atau pihak lain yang


memenuhi syarat.

80 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1.2 Perusahaan Perkebunan Harus Memiliki Izin Usaha Perkebunan

Perusahaan Perkebunan harus Tersedia izin usaha perkebunan a. Izin usaha perkebunan diterbitkan oleh bupati/walikota
memiliki izin usaha perkebunan seperti : untuk areal yang berada dalam satu kabupaten/kota dan
1. Izin Usaha Perkebunan oleh gubernur apabila lokasinya lintas kabupaten serta
Pengolahan (IUP-P) oleh Menteri Pertanian apabila lokasinya lintas provinsi

2. Surat Pendaftaran Usaha b. IUP-P wajib dimiliki oleh unit pengolahan hasil kelapa
Perkebunan (SPUP) sawit dengan kapasitas lebih dari 5Ton TBS per jam dan
harus memenuhi penyediaan bahan baku paling rendah
3. Izin Usaha Tetap Usaha Industri 20% dari kebun sendiri dan kekurangannya wajib
Perkebunan (ITUIP) dipenuhi dari masyarakat atau kemitraan pengolahan
4. Izin/Persetujuan Prinsip Menteri c. IUP-P juga diberikan kepada perusahaan perkebunan
Pertanian yang tidak mempunyai kebun sendiri di wilayah
5. izin usaha perkebunan yang perkebunan swadaya setelah memperoleh surat
diterbitkan oleh Kepala BKPM pernyataan ketidak tersediaan lahan dari dinas yang
atas nama Menteri Pertanian. menangani fungsi perkebunan setempat dan melakukan
kerjasama dengan koperasi pekebun pada wilayah
tersebut berdasarkan perjanjian yang diketahui oleh
kepala dinas yang menangani fungsi perkebunan
d. IUP, SPUP, ITUBP dan ITUIP Izin atau Persetujuan
Prinsip Menteri Pertanian, izin usaha perkebunan oleh
Kepala BKPM atas nama Menteri Pertanian yang
diterbitkan sebelum Undang- undang Nomor 39 Tahun
2014 tentang Perkebunan diundangkan, dinyatakan tetap
berlaku
e. Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki hak atas
tanah namun belum memiliki izin sesuai huruf d wajib

81 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

memiliki izin usaha perkebunan paling lambat 1 (satu)


tahun setelah Undang- undang Nomor 39 Tahun 2014
tentang Perkebunan diundangkan
f. Bagi Pelaksana Program Pemerintah (PIR-Trans atau
PIR-Bun) yang telah memiliki Surat Keputusan Rencana
Pelaksana Program PIR (SRP3), tidak dipersyaratkan
memiliki izin usaha perkebunan.

1.3 Perolehan Lahan untuk Lokasi Unit Pengolahan Kelapa Sawit

1. Areal Penggunaan Lain (APL) a. Pengaturan perolehan lahan APL menjadi kewenangan
pemerintah daerah (bupati/gubernur)
Perolehan lahan untuk lokasi 2. Hutan Produksi yang dapat
Unit Pengolahan Kelapa Sawit. Konversi (HPK) b. Pelepasan kawasan hutan merupakan kewenangan
3. Tanah Adat/Tanah Ulayat dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
Masyarakat Hukum Adat bidang kehutanan

4. Tanah lain sesuai peraturan di c. Perolehan lahan yang berasal dari hak ulayat/hak adat
bidang pertanahan. wajib terlebih dahulu dilakukan musyawarah dengan
masyarakat hukum adat pemegang hak adat dan warga
pemegang hak atas tanah bersangkutan yang di
tuangkan dalam bentuk kesepakatan penyerahan tanah
dan imbalannya dengan diketahui oleh
gubernur/bupati/walikota sesuai kewenangan
d. Hak adat sebagaimana dimaksud pada huruf (c) diatur
sesuai dengan peraturan perundang- undangan

82 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1.4 Tanah Terlantar


Perusahaan Perkebunan harus Tanah terlantar merupakan tanah a. Apabila tanah hak yang diterlantarkan kurang dari atau
memanfaatkan ha katas tanah yang tidak diusahakan, tidak sama dengan 25% (dua puluh lima persen), maka
sesuai dengan peruntukan dipergunakan, atau tidak Pemegang Hak dapat mengajukan permohonan revisi
perusahaan dimanfaatkan sesuai dengan luas atas bidang tanah yang benar-benar digunakan dan
keadaannya atau sifat dan tujuan dimanfaatkan sesuai dengan keputusan pemberian
pemberian hak atau dasar haknya.
penguasaannya. b. Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah dinyatakan sebagai
tanah terlantar, tidak dapat dilakukan perlakuan hukum
apapun terhadap hak atas tanah tersebut, wajib
dikosongkan dan dikembalikan haknya kepada negara
1.5 Sengketa Lahan
Perusahaan Perkebunan wajib 1. Perusahaan Perkebunan wajib a. Sengketa pertanahan merupakan perselisihan antara
menyelesaikan sengketa lahan melaporkan sengketa lahan perseorangan, badan hukum, atau Lembaga
yang ada di dalam areanya yang ada untuk diselesaikan, b. Lahan yang disengketakan merupakan status quo
dengan melibatkan instansi termasuk pembuatan peta dari selama proses penyelesaian
yang terkait. lahan yang disengketakan
c. Penyelesaian lahan dapat dilakukan melalui
tersebut
mediasi/negosiasi atau musyawarah, apabila tidak
2. Perusahaan Perkebunan harus dapat diselesaikan maka ditempuh melalui jalur
dapat membuktikan bahwa hukum
sengketa lahan yang ada di
arealnya telah disepakati
penyelesaiannya
3. Dokumen penyelesaian
masalah sengketa dan/atau
dokumen masalah sengketa
yang sedang diproses

83 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1.6 Badan Hukum

Perusahaan Perkebunan harus Tersedia dokumen badan hukum a. Bentuk badan hukum antara lain Perseroan Terbatas /
berbentuk badan hukum Perusahaan Perkebunan sesuai Koperasi
peraturan perundang-undangan. b. Penanam modal asing asing yang melakukan usaha
perkebunan wajib bekerjasama dengan pelaku usaha
perkebunan dalam negeri dengan membentuk badan
hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
c. Bukti dokumen antara lain berupa akta pendirian,
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

2 MANAJEMEN PERKEBUNAN

2.1 Perencanaan Perkebunan

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia dokumen tentang Visi a. Visi dan Misi minyak sawit berkelanjutan menjadi
memiliki perencanaan jangka dan Misi Perusahaan komitmen Perusahaan Perkebunan mulai dari
pendek, menengah dan panjang Perkebunan telah memiliki pimpinan tertinggi hingga seluruh karyawan
untuk memproduksi minyak untuk memproduksi minyak
sawit berkelanjutan. sawit berkelanjutan b. Memiliki rencana kerja jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang pembangunan
2. Tersedia struktur organisasi perkebunan
dan uraian tugas yang jelas
bagi setiap unit dan pelaksana c. Memiliki hasil audit neraca keuangan Perusahaan
Perkebunan oleh akuntan publik.
3. Tersedia perencanaan jangka
panjang yang dijabarkan dalam d. Memiliki laporan tahunan yang secara lengkap
perencanaan 5 (lima) tahunan menjelaskan kegiatan Perusahaan Perkebunan

84 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4. Evaluasi dilakukan setiap tahun e. Memiliki laporan tahunan yang secara lengkap
untuk menjamin menjelaskan kegiatan Perusahaan Perkebunan.
berlangsungnya usaha f. Memiliki informasi tentang kewajiban pembayaran pajak.
perkebunan. Perencanaan
g. Memiliki SOP perekrutan karyawan
tersebut meliputi antara lain
replanting, proyeksi produksi, h. Memiliki sistem penggajian dan pemberian insentif
proyeksi rendemen, perkiraan i. Memiliki sistem jenjang karier dan penilaian prestasi kerja
harga dan indikator keuangan. j. Memiliki peraturan perusahaan tentang hak dan
5. Tersedia Sistem Manajemen kewajiban karyawan
Sumber Daya Manusia (SDM). k. Memiliki peraturan dan sarana keselamatan dan
6. Dalam hal melakukan kesehatan kerja (K3)
kemitraan harus dilengkapi l. Dokumen pelatihan yang telah diikuti oleh karyawan
dengan perjanjian secara kebun
tertulis yang diketahui oleh m. Identifikasi jenis pelatihan yang diperlukan oleh
Pemerintah Daerah untuk Perusahaan Perkebunan
menghasilkan minyak sawit
berkelanjutan
2.2 Penerimaan Tandan Buah Segara (TBS) di Unit Pengolahan Kelapa Sawit
2.2.1 Pemerikasaan (Sortasi) TBS
Perusahaan Perkebunan 1. Tersedia SOP penerimaan dan a. SOP penerimaan, pemeriksaan dan sortasi TBS juga
memastikan bahwa TBS yang pemeriksaan / sortasi TBS yang harus mencakup Kriteria sortasi buah yang diterima
diterima sesuai dengan sesuai ketentuan perundang- b. Perusahaan Perkebunan tidak menerima Tandan Buah
persyaratan yang telah undangan Segar (TBS) yang berasal dari penjarahan, pencurian
ditetapkan 2. Tersedia dokumen penerimaan atau TBS yang diproduksi dengan menjarah hutan
TBS yang sesuai dan tidak negara. Kriteria TBS yang diterima di unit pengolahan
sesuai dengan persyaratan kelapa sawit harus dibuat terbuka
3. Tersedia dokumen harga TBS c. Penetapan harga pembelian TBS sesuai ketentuan

85 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.2 Pengolahan TBS

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia SOP/ instruksi kerja a. Harus ada perencanaan produksi
merencanakan dan yang diperlukan baik untuk b. Peralatan dan mesin-mesin produksi harus dirawat dan
melaksanakan pengolahan TBS proses pengolahan maupun dikendalikan untuk mencapai kesesuaian produk dan
melalui penerapan praktek proses pemantauan dan efisiensi
pengolahan yang baik (GMP). pengukuran kualitas CPO
c. Peralatan unit pengolahan kelapa sawit harus dipelihara
2. Tersedia dokumen hasil uji untuk menjamin proses pengolahan TBS dapat
spesifikasi teknis hasil memenuhi kualitas hasil yang diharapkan
pengolahan
d. CPO yang dihasilkan harus mampu telusur untuk
3. Tersedia dokumen pelaksanaan mengetahui persentase CPO yang sustainable dan
pengolahan
e. Tidak
4. Tersedia dokumen penggunaan
f. Penggunaan air harus sesuai dengan izin penggunaan
air untuk unit pengolahan
yang ditentukan oleh pemerintah daerah setempat
kelapa sawit.
g. Memiliki izin dari gubernur atau bupati/walikota sesuai
kewenangan untuk peningkatan kapasitas unit
pengolahan kelapa sawiyang melebihi 30% dari kapasitas
terpasang

2.2.3 Pengolahan Limbah

Perusahaan Perkebunan 1. Tersedia SOP mengenai Prosedur dan petunjuk teknis pengelolaan limbah antara
memastikan bahwa limbah unit pengelolaan limbah (padat, cair lain mencakup tentang :
pengolahan kelapa sawit dan udara)
a. Pengukuran kualitas limbah cair di outlet Instalasi
dikelola sesuai peraturan
perundang- undangan. 2. Tersedia dokumen mengenai Pengolahan Air Limbah (IPAL) sesuai ketentuan yang
pengukuran kualitas limbah cair berlaku
sesuai parameter baku mutu

86 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

3. Tersedia dokumen mengenai b. Pengukuran kualitas udara emisi dari semua sumber
pengukuran kualitas udara emisi dan udara ambien sesuai peraturan perundang-
(emisi dan ambient) undangan
4. Tersedia dokumen pelaporan c. Melaporkan setiap 3 (tiga) bulan hasil pengukuran air
pemantauan dan pengelolaan limbah setiap bulan
limbah kepada instansi yang
d. Melaporkan per enam bulan hasil pengukuran udara
berwenang terdokumentasi
emisi dan udara ambien
5. Tersedia surat izin
e. Untuk mengetahui bahwa kualitas limbah tidak
pembuangan air limbah ke
berbahaya lagi bagi lingkungan, dan limbah dapat
badan air dari instansi
dibuang ke sungai, maka pada kolam terakhir
berwenang
dipelihara berbagai jenis ikan

2.2.4 Pemanfaatan Limbah

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia SOP pemanfaatan a. Perusahaan Perkebunan dapat memanfaatkan limbah
memanfaatkan limbah untuk limbah (padat, cair dan udara) antara lain :
meningkatkan efisiensi dan
mengurangi dampak 2. Tersedia surat izin b. Pemanfaatan limbah padat berupa serat, cangkang dan
lingkungan. pemanfaatan limbah cair untuk janjang kosong untuk pengganti bahan bakar fosil
Land Application (LA) dari
instansi berwenang c. Pemanfaatan tandan/janjang kosong untuk pupuk organik
3. Tersedia dokumen d. Pemanfaatan limbah cair berupa Land Application (LA)
pemanfaatan limbah untuk pemupukan

e. Penyimpanan limbah di unit pengolahan kelapa sawit


tidak boleh menimbulkan pencemaran lingkungan atau

87 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

menyebabkan terjadinya kebakaran unit pengolahan


kelapa sawit
f. Pemanfaatan limbah cair harus dilaporkan kepada
instansi yang berwenang
2.3 Rencana dan Realisasi Pembangunan Unit Pengolahan Kelapa Sawit.
Rencana dan Realisasi 1. Tersedia dokumen rencana dan a. Realisasi pemanfaatan lahan sesuai dengan
Pembangunan Unit Pengolahan realisasi pemanfaatan lahan peruntukannya dan waktu yang ditargetkan
Kelapa Sawit. (HGB) untuk pembangunan unit b. Realisasi pembangunan unit pengolahan kelapa sawit
pengolahan kelapa sawit, dan kapasitasnya.
kantor, perumahan
karyawan,sarana pendukung
dan kebutuhan lainnya
2. Tersedia dokumen rencana
pembangunan dan realisasi
unit pengolahan kelapa sawit.

2.4 Penyediaan Data dan Informasi

Penyediaan Data dan Informasi 1. Tersedia SOP pelayanan a. Jenis informasi yang dikecualikan meliputi pemasaran,
Kepada Instansi Terkait serta informasi kepada pemangku keuangan (termasuk pinjaman dan jaminan bank),
Pemangku Kepentingan kepentingan dokumen legalitas perusahaan (tanah,izin usaha, dan
Lainnya Selain Informasi yang 2. Tersedia dokumen pemberian lainnya), keberadaan satwa langka, atau bilamana
Dikecualikan Sesuai Peraturan informasi kepada pemangku pengungkapan informasi tersebut akan berdampak
Perundang- undangan. kepentingan negatif terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial.
3. Tersedia dokumen tanggapan
atas pelayanan informasi
terhadap permintaan informasi.

88 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

3 PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

3.1 Kewajiban Perusahaan Perkebunan yang Memiliki Unit Pengolahan Kelapa Sawit
Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia IPAL (Instalasi a. Perusahaan Perkebunan yang memanfaatkan limbah
melaksanakan kewajiban Pengolahan Air Limbah) cair/POME sebagai Land Aplication wajib memantau
pengelolaan dan pemantauan 2. Tersedia dokumen izin dari limbah cair, kualitas tanah dan kualitas air tanah
lingkungan sesuai Peraturan Pemerintah Daerah untuk sesuai peraturan perundang-undangan
perundang- undangan. pembuangan limbah cair ke b. Perusahaan Perkebunan yang telah memanfaatkan
badan air limbah cair / POME sebagai sumber energi listrik wajib
3. Tersedia dokumen izin dari memantau kualitas air yang keluar dari saluran
menteri yang pembuangan
menyelenggarakan urusan c. Melaporkan hasil pemantauan air limbah setiap 3
pemerintahan di bidang (tiga) bulan, pengukuran air tanah dan sumur pantau
lingkungan hidup untuk unit setiap 6 (enam) bulan serta pengukuran kualitas
pengolahan yang membuang tanah setiap 1 (satu) tahun
limbah cair ke laut. d. Melaporkan kualitas udara emisi dari semua sumber
emisi dan ambient setiap 6 (enam) bulan sekali kepada
PEMDA dengan tembusan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
lingkungan hidup
3.2 Kewajiban Terkait Izin Lingkungan
Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia Izin Lingkungan a. Izin Lingkungan merupakan izin yang diberikan kepada
melaksanakan kewajibannya (dahulu dokumen AMDAL / setiap orang yang melakukan usaha dan / atau kegiatan
sesuai dengan izin lingkungan. UKL-UPL) sesuai ketentuan yang wajib AMDAL atau UKL, UPL dalam rangka
perundang undangan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin usaha

89 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2. Tersedia dokumen terkait b. Perusahaan Perkebunan sebelum melakukan usahanya


pelaksanaan penerapan hasil wajib memiliki Izin Lingkungan sesuai dengan Peraturan
Izin Lingkungan termasuk Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
laporan kepada instansi yang Lingkungan
berwenang. c. Perusahaan Perkebunan yang telah beroperasi wajib
menerapkan hasil AMDAL, UKL/UPL
d. Melaporkan hasil pemantauan dan pengelolaan
lingkungan secara rutin kepada instansi yang berwenang.
3.3 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Bahan berbahaya dan beracun 1. Tersedia tempat penyimpanan a. Tempat penyimpanan B3 berlokasi di daerah bebas banjir
dan Limbah B3 harus dikelola limbah B3 yang memenuhi dan berjarak minimum 300 m dari aktiivitas penduduk,
sesuai peraturan persyaratan sesuai peraturan tempat penyimpanan harus sejuk dengan pertukaran
perundang-undangan. perundang-undangan udara yang baik, tidak terkena matahari langsung dan
2. Tersedia izin penyimpanan jauh dari sumber panas
sementara dan/atau b. Pengelolaan limbah B3 harus dilengkapi dengan sistem
pemanfaatan limbah B3 dari tanggap darurat dan prosedur penanganan B3
Pemerintah Daerah c. Mengirimkan Limbah B3 yang dihasilkan ke pihak ketiga
3. Tersedia SOP atau instruksi yang memiliki izin untuk pengelolaan lebih lanjut
kerja mengenai pengelolaan d. Membuat neraca (catatan keluar masuk) Limbah B3 yang
limbah B3 dihasilkan, dikelola lanjut dan yang tersimpan di tempat
4. Tersedia Perjanjian kerja penampungan sementara (TPS) Limbah B3
dengan pihak ketiga untuk e. Melaporkan neraca dan manifes pengiriman Limbah B3
menangani limbah B3 secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada instansi
5. Tersedia dokumen terkait
penyimpanan dan penanganan
limbah B3

90 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

3.4 Gangguan dari Sumber Tidak Bergerak

Gangguan sumber yang tidak 1. Tersedia SOP atau instruksi a. Pedoman teknis pengendalian dari sumber gangguan
bergerak berupa baku teknis kerja untuk menangani tidak bergerak ditetapkan oleh instansi yang terkait
tingkat kebisingan, baku tingkat gangguan sumber tidak b. Baku teknis mutu gangguan dari sumber tidak bergerak
getaran, baku tingkat kebauan bergerak sesuai dengan meliputi kebisingan, getaran dan kebauan mengacu
dan baku tingkat gangguan pedoman yang yang diterbitkan Kepmen LH No 48/1996, Kepmen LH No 49/1996 dan
lainnya ditetapkan sesuai oleh Kementerian yang Kepmen LH No 50/1996.
dengan peraturan perundang menyelenggarakan urusan
undangan. pemerintahan di bidang
lingkungan hidup
2. Tersedia laporan hasil
pengukuran baku teknis tingkat
gangguan dari sumber yang
tidak bergerak kepada
Pemerintah Daerah
3. Tersedia dokumen penanganan
gangguan dari sumber tidak
bergerak.

3.5 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia SOP pencegahan dan a. Melakukan pelatihan penanggulangan kebakaran secara
melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran periodic
penanggulangan kebakaran.
2. Tersedia SDM yang mampu b. Melakukan pemantauan dan pencegahan kebakaran
mencegah dan menangani serta melaporkan hasilnya secara berkala (minimal 6
kebakaran bulan sekali) kepada menteri, gubernur atau bupati/
walikota sesuai kewenangannya

91 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

3. Tersedia sistem, sarana dan c. Melakukan penanggulangan bila terjadi kebakaran


prasarana pengendalian
d. Melakukan pembaharuan sistem dan pengecekan secara
kebakaran sesuai peraturan
berkala sarana dan prasarana pengendalian/
perundang-undangan
penanggulangan kebakaran.
4. Tersedia organisasi dan sistem
tanggap darurat
5. Tersedia dokumen pelaksanaan
pencegahan dan
penanggulangan kebakaran,
pemantauan kebakaran dan
pemeliharaan sarana dan
prasarana serta pelaporannya.

3.6 Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia inventarisasi sumber a. Dilakukan inventarisasi sumber emisi GRK
melakukan inventarisasi dan emisi GRK
b. Menerapkan pengurangan emisi GRK misalnya
mitigasi sumber emisi GRK. 2. Tersedia SOP mitigasi GRK pengaturan tata air pada lahan gambut, pengelolaan
pemupukan yang tepat, dan penerapan penangkapan
3. Tersedia dokumen tahapan alih
gas metan dari POME atau gas metan yang di dibakar
fungsi lahan
(flare) serta menerapkan perhitungannya, sesuai
4. Tersedia dokumen mitigasi ketentuan ISPO
GRK.
c. Melakukan pemanfaatan limbah padat (serat, cangkang,
dll) sebagai biomassa menggantikan bahan bakar fosil.
d. Untuk menghitung emisi GRK perlu diamati dan dicatat /
dihitung hal hal sebagai berikut :

92 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

- Perubahan penggunaan lahan (hilangnya karbon)


- Pemupukan, penggunaan pestisida dll
- Penggunaan listrik
- Penggunaan bahan bakar pertahun untuk
transportasi
- Pengurangan emisi dari POME.
- Sedangkan produk samping dapat berperan dalam
pengurangan emisi dapat dihitung dari produk
samping seperti kernel
e. Perhitungan Gas Rumah KAca secara wajib diterapkan
pada tanggal 2 Juli 2015

3.7 Konservasi Terhadap Sumber dan Kualitas Air

Konservasi Terhadap Sumber 1. Tersedia SOP identifikasi, a. Perusahaan Perkebunan harus menggunakan air secara
dan Kualitas Air pengelolaan dan pemeliharaan efisien
sumber dan kualitas air
b. Perusahaan Perkebunan menjaga air buangan tidak
2. Tersedia program pemantauan terkontaminasi limbah sehingga tidak menimbulkan
kualitas air permukaan dampak negatif terhadap pengguna air lainnya
3. Tersedia dokumen pengelolaan c. Perusahaan Perkebunan melakukan pengujian mutu air
air dan pemeliharaan sumber di laboratorium secara berkala
air.
d. Perusahaan Perkebunan harus melindungi/melestarikan
sumber air yang ada di areal perkebunan sesuai
ketentuan perundang-undangan

93 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4 TANGGUNG JAWAB TERHADAP PEKERJA

4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Perusahaan Perkebunan wajib 1. Tersedia dokumentasi K3 yang a. Perlu dilakukan pelatihan dan kampanye mengenai K3
menerapkan Keselamatan dan ditetapkan oleh Perusahaan
b. Dilakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
Kesehatan Kerja (K3). Perkebunan
resiko kecelakaan
2. Telah dibentuk organisasi K3
c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
yang didukung sarana dan
pekerja dengan resiko kecelakaan kerja tinggi
prasarana
d. Riwayat kejadian kecelakaan / cidera harus disimpan
3. Tersedia dokumen penerapan
K3 termasuk pelaporan. e. Adanya pelaporan penerapan SMK3 secara periodik
kepada kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang tenaga kerja sesuai peraturan
perundang-undangan.

4.2 Kesejahteraan dan peningkatan kemampuan pekerja

Perusahaan Perkebunan harus 1. Diterapkannya peraturan a. Upah minimum yang dibayarkan sesuai dengan upah
meningkatkan kesejahteraan tentang upah minimum minimum daerah bersangkutan
dan kemampuan pekerja sesuai
2. Tersedia sistem penggajian b. Daftar karyawan yang mengikuti program Jamsostek
peraturan perundangan-
undangan baku yang ditetapkan
c. Daftar kebutuhan dan rencana pelatihan karyawan
3. Tersedia sarana dan prasarana
d. Daftar karyawan yang telah mengikuti pelatihan.
untuk kesejahteraan pekerja
e. Sarana dan prasarana pekerja antara lain perumahan,
poliklinik, sarana ibadah, sarana pendidikan dan sarana
olahraga

94 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4. Tersedia kebijakan Perusahaan


Perkebunan untuk
mengikutsertakan karyawan
dalam program Jamsostek
sesuai peraturan perundang-
undangan
5. Tersedia program pelatihan
untuk peningkatan kemampuan
karyawan dan dokumen
pelaksanaannya

4.3 Penggunaan Pekerja Anak dan Diskriminasi Pekerja (Suku, Ras, Gender dan Agama)

Perusahaan Perkebunan 1. Menerapkan kebijakan tentang a. SOP penerimaan pekerja / pegawai


dilarang mempekerjakan anak persyaratan umur pekerja dan b. Tidak terdapat pekerja di bawah umur yang ditentukan.
di bawah umur dan melakukan menjaga kesusilaan c. Perusahaan Perkebunan wajib menjaga keamanan dan
diskriminasi sesuai peraturan 2. Menerapkan kebijakan tentang kenyamanan bekerja
perundang- undangan. peluang dan perlakuan yang d. Memiliki rekaman daftar karyawan berisi informasi tentang
sama untuk mendapatkan nama, pendidikan, jabatan, tempat dan tanggal lahir dan
kesempatan kerja lain sebagainya.
3. Tersedia dokumen daftar
karyawan
4. Tersedia mekanisme
penyampaian pengaduan dan
keluhan pekerja
5. Tersedia dokumen pengaduan
dan keluhan pekerja

95 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4.4 Fasilitasi Pembentukan Serikat Pekerja

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia dan menerapkan a. Perusahaan Perkebunan melakukan pembinaan dan
memfasilitasi terbentuknya kebijakan terkait dengan serikat dukungan kepada serikat pekerja
Serikat Pekerja dalam rangka pekerja b. Perusahaan Perkebunan memberikan fasilitas untuk
memperjuangkan hak- hak 2. Tersedia daftar pekerja yang kegiatan serikat pekerja
pekerja. menjadi anggota serikat c. Serikat pekerja yang telah terbentuk harus memenuhi
pekerja peraturan yang berlaku.
3. Tersedia dokumen
pembentukan serikat pekerja
dan pertemuan pertemuan baik
antara Perusahaan Perkebunan
dengan serikat pekerja maupun
intern serikat pekerja.

4.5 Memfasilitasi Pembentukan Koperasi Pekerja dan Karyawan.

Perusahaan Perkebunan 1. Tersedia kebijakan Perusahaan a. Perusahaan Perkebunan memfasilitasi terbentuknya


mendorong dan memfasilitasi Perkebunan dalam mendukung badan hukum koperasi pekerja dan karyawan
pembentukan koperasi pekerja pembentukan koperasi b. Perusahaan Perkebunan melakukan pembinaan dan
dan karyawan. 2. Tersedia daftar pekerja dan dukungan terhadap koperasi pekerja dan karyawan
karyawan yang menjadi c. Koperasi yang telah terbentuk harus memiliki akta
anggota koperasi pendirian, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
3. Tersedia dokumen d. Koperasi pekerja dan karyawan melakukan Rapat
pembentukan koperasi. Anggota Tahunan (RAT)
e. Koperasi pekerja dan karyawan mempunyai aktifitas yang
nyata.

96 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

5 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

5.1 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Kemasyarakatan

Perusahaan Perkebunan harus 1. Tersedia program peningkatan a. Memiliki program tanggung jawab sosial dan
memiliki komitmen sosial, kualitas kehidupan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang terukur untuk
kemasyarakatan dan lingkungan yang bermanfaat, periode tertentu
pengembangan potensi kearifan baik Perusahaan Perkebunan,
lokal. komunitas setempat maupun b. Berperan dalam memberdayakan masyarakat sekitar
masyarakat pada umumnya
c. Memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat
2. Ikut meningkatkan sekitar
kesejahteraan masyarakat
sekitar kebun dengan d. Melakukan identifikasi keberadaan dan kebutuhan
melakukan kemitraan usaha masyarakat sekitar.

3. Melakukan pembangunan di
sekitar kebun antara lain
melalui berbagai kegiatan
antara lain pendidikan,
kesehatan, pembangunan jalan,
pertanian, usaha produktif, olah
raga, seni budaya dan
keagamaan

4. Tersedia laporan pelaksanaan


program CSR

97 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

5.2 Pemberdayaan Masyarakat Adat / Penduduk Asli

Perusahaan perkebunan 1. Tersedia program peningkatan a. Memiliki program jangka pendek jangka panjang untuk
berperan dalam kesejahteraan masyarakat peningkatan kesejahteraan masyarakat hukum adat
mensejahterakan masyarakat hukum adat (penduduk asli) (penduduk asli) sesuai kebutuhan
hukum adat / penduduk asli
2. Tersedia program melestarikan b. Berperan dalam memberdayakan penduduk asli
kearifan local (indigenous people)
3. Tersedia dokumen realisasi c. Memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat adat /
program bersama masyarakat penduduk asli
adat / penduduk asli.
d. Melakukan identifikasi keberadaan dan kebutuhan
penduduk asli.

5.3 Pengembangan Usaha Lokal

Perusahaan perkebunan 1. Tersedia dokumen transaksi a. Perusahaan Perkebunan harus membina masyarakat di
memprioritaskan untuk memberi lokal termasuk pembelian lokal, sekitar kebun yang memiliki potensi untuk dapat
peluang pembelian/ pengadaan penggunaan kontraktor lokal, memenuhi persyaratan / kriteria sebagai pemasok dan
barang dan jasa kepada dll. meningkatkan kemampuan
masyarakat di sekitar kebun.
b. Jenis kerjasama dalam pengembangan kegiatan ekonomi
masyarakat antara lain: penyediaan sarana produksi,
transportasi, dan jasa lainnya.

98 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

6 PENINGKATAN USAHA SECARA BERKELANJUTAN

Perusahaan Perkebunan dan 5. Tersedia dokumen hasil Perusahaan Perkebunan melakukan perbaikan /
unit pengolahan hasil penerapan perbaikan / peningkatan secara berkelanjutan antara lain melalui :
berkewajiban meningkatkan peningkatan usaha yang
a. Perbaikan / peningkatan sebagai perbaikan /
kinerja (teknis, ekonomis, berkelanjutan.
sosial, dan lingkungan) secara peningkatan tindaklanjut temuan auditor internal dan
berkelanjutan dengan eksternal serta keputusan-keputusan dari tinjauan
mengembangkan dan manajemen
mengimplementasikan rencana b. Peningkatan kinerja dan hasil penilaian usaha
aksi yang mendukung perkebunan
peningkatan produksi
berkelanjutan c. Penerapan teknologi baru hasil penelitian baik internal
maupun dari luar
d. Pelaksanaan tindakan korektif maupun preventif
sebagai tindak lanjut terhadap adanya ketidaksesuaian
terhadap pengembangan perkebunan berkelanjutan.

99 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP, KRITERIA, INDIKATOR DAN PANDUAN


UNTUK PERKEBUNAN PLASMA

100 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1 LEGALITAS KEBUN PLASMA

1.1 Izin Lokasi

Legalitas dan Pengelolaan 1. Tersedia sertifikat tanah/bukti Dokumen yang disediakan :


Kebun Plasma kepemilikan tanah
a. Sertifikat tanah / bukti kepemilikan tanah harus dimiliki.
2. Tersedia dokumen penetapan Sertifikat tanah adalah sertifikat tanah kebun kelapa sawit
Pekebun plasma milik Pekebun

3. Tersedia Surat Tanda Daftar b. Dokumen penetapan Pekebun plasma oleh


Usaha Perkebunan untuk bupati/walikota setempat disediakan oleh manajer
Budidaya (STD-B) yang plasma
merupakan keterangan
c. STD-P merupakan keterangan budidaya yang diberikan
budidaya yang diberikan
kepada pekebun oleh bupati / walikota
kepada pekebun
d. Dokumen pembentukan dan kegiatan kelompok tani ini
4. Tersedia dokumen disediakan oleh kelompok tani atau koperasi atau
pembentukan kelompok tani manajer plasma mengenai lingkup kerjasama dari
5. Tersedia dokumen konversi dari budidaya sampai dengan pemasaran hasil
Perusahaan Perkebunan ke e. Dokumen Konversi yang berisi pengalihan hutang dan
Pekebun pengelolaan kebun dari perusahaan kepada Pekebun
6. Tersedia dokumen kesepakatan f. Dokumen kesepakatan kerjasama antara kelompok tani
kerjasama antara Perusahaan atau koperasi dengan perusahaan inti antara lain dalam
Perkebunan dengan kelompok pengelolaan kebun dan/atau pengolahan dan pemasaran
tani atau koperasi. hasil

101 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

g. Dalam kesepakatan kerja antara lain mencakup :


- Jumlah total hutang Pekebun
- Jumlah hutang per Pekebun
- Waktu dan cara pengembalian hutang
h. Dokumen disediakan oleh manajer plasma dan/atau
Pekebun atau kelompok tani atau koperasi.

1.2 Lokasi Perkebunan

Lokasi kebun plasma secara 1. Lokasi kebun plasma sesuai a. Lokasi kebun plasma yang berasal dari lahan milik
teknis, harus sesuai dengan dengan peruntukannya dengan negara merupakan satu paket dengan kebun inti
tata ruang dan lingkungan yang mengacu penetapan tata ruang umumnya telah sesuai dengan tata ruang setempat
sesuai untuk perkebunan atau peraturan daerah karena dalam penetapan hak atas tanah melalui
kelapa sawit setempat sesuai dengan rapat/pertemuan dengan instansi daerah yang terkait,
peruntukannya sedangkan kebun plasma yang berasal dari lahan
Pekebun / masyarakat adat / ulayat perlu diteliti
2. Apabila dalam hal lahan yang
kesesuaian dengan tata ruang
digunakan merupakan tanah
adat / ulayat tersedia berita b. Kesepakatan bersama antara masyarakat adat/ulayat
acara proses penyerahan dan menyangkut kesepakatan waktu penggunaan,
pembebasan lahan dari kompensasi, kewajiban dan hak masing masing pihak
masyarakat adat kepada dan lain sebagainya
pemerintah daerah dan izin
c. Bagi lahan yang berasal dari kawasan hutan yaitu hutan
penggunaan lahan ke
produksi konversi (HPK) diperlukan persetujuan
perusahaan. Ketentuan ini
pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan,
mulai diberlakukan sejak tahun
ditangani oleh perusahaan inti
2007

102 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

3 Keputusan Menteri Kehutanan untuk mengetahui titik ordinat dari lokasi kebun, sedang
bagi lahan yang memerlukan peta topografi diperlukan untuk melihat areal yang dapat
Izin Pelepasan Kawasan ditanami dan areal areal yang tidak boleh ditanami
Hutan.tersedia pada manajer (sepadan sungai, kawasan yang dilindungi dan lain
plasma sebagainya), lahan miring yang perlu pembuatan
terasering untuk mengurangi terjadinya erosi tanah
4 Akses lokasi kebun plasma
memenuhi persyaratan untuk d. Peta lokasi diperlukan untuk mengetahui titik ordinat dari lokasi
mendukung transportasi sarana kebun, sedang peta topografi diperlukan untuk melihat areal
produksi maupun hasil TBS yang dapat ditanami dan areal areal yang tidak boleh ditanami
(sepadan sungai, kawasan yang dilindungi dan lain
5 Tersedia peta lokasi (koordinat)
sebagainya), lahan miring yang perlu pembuatan terasering
dan peta kelas kesesuaian
untuk mengurangi terjadinya erosi tanah
lahan atau peta jenis tanah dan
peta topografi tersedia di e. Peta tanah diperlukan untuk mengetahui kelas
manajer plasma / perusahaan kesesuaian lahan serta penyebaran lahan gambut
inti
f. Dokumen disediakan oleh manajer plasma atau Pekebun
atau kelompok tani atau koperasi.

2 MANAJEMEN PERKEBUNAN PLASMA


2.1 Manajemen Perkebunan

2.1.1 Organisasi Kelembagaan Kebun Plasma

Pekebun Perkebunan Kelapa Kelompok tani, koperasi harus a. Kelembagaan Pekebun, kelompok tani, koperasi dibentuk
Sawit tergabung dalam memenuhi persyaratan sebagai untuk membantu Pekebun dalam melaksanakan
organisasi kelompok yang berikut : pengelolaan usaha taninya
beranggotakan antara 20-50 1. Memiliki dokumen
b. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut dibentuk susunan
Pekebun dan gabungan pembentukan dan susunan

103 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

kelompok tani membentuk pengurus kelompok tani dan pengurus kelompok tani dan koperasi yang dilengkapi
koperasi sebagai wadah koperasi uraian tugas untuk setiap pengurus untuk mendukung
bersama untuk memenuhi kelancaran kegiatan
2. Memiliki Rencana Kegiatan
aspirasi dan kebutuhan
operasional kelompok tani dan c. Rencana kegiatan operasional mencakup kebutuhan
ekonomi anggotanya.
koperasi sarana produksi, perkiraan produksi, kegiatan
pemeliharaan tanaman, pengendalian OPT, panen,
3. Laporan kegiatan kelompok tani
pengangkutan TBS ke PKS, pemeliharaan terasering,
dan koperasi yang
drainase, jalan produksi dan lain sebagainya serta
terdokumentasi
rencana peremajaan bila sudah diperlukan
4. Koperasi harus memiliki akta
d. Agar kelompok tani dan koperasi dapat bekerja secara
pendirian dan Anggaran Dasar
efektif dan setiap koperasi beranggotakan antara 20-50
(AD) dan Anggaran Rumah
kelompok tani dengan areal antara 1.000-1.500 ha
Tangga (RT)
e. Koperasi sebagai institusi kerjasama antara Pekebun
dengan perusahaan
f. Dokumen tersebut tersedia di manajer plasma atau
koperasi.

2.1.2 Tumpang Tindih dengan Usaha Pertambangan

Manajer plasma, koperasi dan 1. Tersedia kesepakatan bersama a. Pengusaha pertambangan mineral dan/atau batubara
kelompok tani harus antara pemegang hak atas yang memperoleh Izin Usaha Pertambangan (IUP) baik
memastikan bahwa lahan tanah (Pekebun atau kelompok IUP Eksplorasi maupun IUP Operasi Produksi pada areal
perkebunan plasma bebas dari tani atau koperasi) dengan usaha perkebunan harus mendapat persetujuan dari
usaha pertambangan Apabila pengusaha pertambangan pemegang hak atas tanah perkebunan tersebut dengan
dalam perjalanan terjadi tentang besarnya kompensasi memberikan kompensasi sesuai ketentan yang berlaku
penerbitan izin pertambangan,

104 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

maka manajer plasma, 2. Kesanggupan pengusaha b. Apabila usaha pertambangan telah selesai dan usaha
Pekebun, kelompok tani, pertambangan secara tertulis perkebunan masih berjalan, serta dalam perjanjian lahan
koperasi harus mempunyai untuk mengembalikan tanah tersebut wajib dikembalikan kepada pemegang hak/hak
dokumen penyelesiaan bekas tambang seperti kondisi guna usaha perkebunan, maka reklamasi lahan harus
terhadap permasalahan dengan semula (tanah lapisan bawah di sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar lahan
pihak pertambangan dimaksud. bawah dan lapisan atas berada tersebut tetap produktif untuk usaha perkebunan kelapa
di atas) tanpa menimbulkan sawit. Jika tidak ada perjanjian dengan pemegang hak,
dampak erosi dan kerusakan maka pemerintah sesuai kewenangannya akan
lahan dan lingkungan menetapkan peruntukan lahan selanjutnya.

2.1.3 Sengketa Lahan dan Kompensasi serta Sengketa Lainnya

Manajer plasma, koperasi dan Bila telah terjadi sengketa lahan a. Sengketa dapat berupa sengketa lahan dan sengketa
kelompok tani harus dan sengketa lainnya : lainnya termasuk pertambangan tanpa izin (PETI) dan
memastikan bahwa lahan pertambangan liar, baik dengan perusahaan, masyarakat
1. Tersedia catatan status atau
perkebunan plasma bebas dari sekitar kebun dan dengan pihak lainnya
kesepakatan penyelesaian
status sengketa dengan
sengketa pada kebun plasma b. Apabila terdapat sengketa maka harus diselesaikan
masyarakat disekitarnya atau
dan tersedia peta lokasi secara musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan
sengketa lainnya.
sengketa lahan tersedia di namun bila tidak terjadi kesepakatan maka penyelesaian
manajer plasma atau koperasi sengketa lahan harus menempuh jalur hukum sesuai
atau kelompok tani ketentuan yang berlaku
2. Tersedianya salinan perjanjian c. Musyawarah dilaksanakan oleh pihak yang bersengketa
yang telah disepakati atau difasilitasi oleh pemerintah/Tim Terpadu
Penyelsaian Sengketa
3. Dokumen progres musyawarah
untuk penyelesaian sengketa d. Penetapan besarnya kompensasi dan lamanya
disimpan manajer plasma atau penggunaan lahan masyarakat untuk usaha perkebunan
koperasi atau kelompok tani. dilakukan secara musyawarah

105 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

e. Apabila penyelesaian sengketa lahan melalui


musyawarah tidak menemui kesepakatan, maka lahan
yang disengketakan harus diselesaikan melalui jalur
hokum / pengadilan negeri
f. Sengketa dengan pertambangan liar tanpa izin (PETI)
diselesaikan secara musyawarah antara pihak yang
bersengketa atau difasilitasi pemerintah sesuai Inpres
No.3 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penanggulangan
Masalah Pertambangan Tanpa Izin
g. Dokumen penyelesaian dan perkembangan penyelesaian
masalah tersedia di kantor manajer plasma; atau
koperasi atau kelompok tani atau Tim Terpadu

2.1.4 Penyediaan Data dan Informasi

Penyediaan Data dan Informasi 1. Daftar jenis informasi dan data a. Jenis informasi yang bersifat rahasia antara lain seperti
Kepada Instansi Terkait serta yang dapat diperoleh oleh keuangan atau informasi yang dapat berdampak negatif
Pemangku Kepentingan pemangku kepentingan di terhadap lingkungan dan sosial hanya diinformasikan
Lainnya Selain Informasi yang kantor manajer plasma atau untuk kalangan terbatas
Dikecualikan Sesuai Peraturan koperasi atau kelompok tani
Perundang- undangan. b. Dokumen informasi tersedia di manajer plasma atau
atau koperasi Koperasi atau kelompok tani.
2. Rekaman permintaan informasi
oleh pemangku kepentingan
3. Rekaman tanggapan /
pemberian informasi kepada
pemangku kepentingan lainnya.

106 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2 Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan Pengangkutan Kelapa Sawit

2.2.1 Pembukaan lahan

Pembukaan lahan harus 1. Tersedia SOP dan instruksi a. SOP mengacu pada Pedoman Teknis Pembangunan
memenuhi kaidah-kaidah kerja cara pembukaan lahan Kebun Kelapa Sawit, Kementerian Pertanian Direktorat
konservasi tanah dan air. untuk kebun plasma di kantor Jenderal Perkebunan Tahun 2006
manajer plasma b. Dokumentasi kegiatan pembukaan lahan tanpa
2. Tersedia dokumen pembukaan membakar, sesuai Pedoman Pembukaan Lahan Tanpa
lahan. Bakar 1997 dari Direktorat Jenderal Perkebunan dan
instansi lainnya
c. Pembukaan lahan dilakukan berdasarkan persyaratan
dan kewajiban yang tercantum dalam izin lingkungan
atau bila plasma terpisah manajemennya terpisah dari
inti, Pekebun plasma wajib memiliki Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (SPPL) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
d. Pembukaan lahan dilakukan berdasarkan kajian
lingkungan
e. Lahan perlu dilakukan konservasi dengan pembuatan
sistem drainase, terasering, penanaman tanaman
penutup tanah (cover crops) untuk meminimalisir erosi
dan kerusakan / degradasi tanah
f. Dilarang membuka lahan dan penanaman kelapa sawit
dengan jarak sampai dengan :
- 500 m tepi waduk/danau.
- 100 m kiri kanan tepi sungai.

107 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

- 50 m kiri kanan tepi anak sumgai


- 2 kali kedalaman jurang dari tepi jurang.
- 130 kali selisih pasang teringgi dan pasang
terendah dari tepi pantai.
g. SOP, instruksi kerja, rekaman pembukaan lahan dan
dokumen lainnya tersedian di manajer plasma.

2.2.2 Perlindungan Terhadap Sumber Air

Memelihara sumber / mata air 1. Tersedia SOP dan instruksi a. Tidak membuka lahan di sekitar mata air sesuai
apabila di lokasi kebun terdapat kerja perlindungan sumber air ketentuan yang berlaku dan melakukan pelestarian
sumber / mata air termasuk di manajer plasma atau lingkungan
sempadan sungai. koperasi atau kelompok tani
b. Setelah pengalihan pengelolaan, Pekebun dan kelompok
2. Tidak menanam di sekitar tani tetap memelihara sumber air dan kelestarian
sumber air atau sepadan lingkungan sumber mata air
sungai dengan jarak sesuai
c. Pekebun dan kelompok tani harus menghindari terjadinya
yang telah ditetapkan dalam
erosi pada sempadan sungai,yang telah ditetapkan
peraturan yang berlaku.
d. Jarak sempadan sungai danau penyebab erosi dan hal
3. Tersedia dokumen jarak tanam
lainnya harus dicatat
dan perlindungan dan
pemeliharaan sumber/mata air e. SOP, instruksi kerja, rekaman perlindungan terhadap
terdokumentasi. sumber air dan dokumen lainnya tersedian di manajer
plasma atau koperasi atau kelompok tani

108 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.3 Perbenihan

Untuk mendukung produktivitas 1. Tersedia SOP dan instruksi a . SOP perbenihan harus dapat menjamin :
tanaman, dari kebun plasma kerja perbenihan
benih yang digunakan harus
- Benih/bahan tanam yang digunakan merupakan benih
2. Tersedia rekaman asal benih bina yang berasal dari sumber benih yang telah
berasal dari sumber benih yang
yang digunakan mendapat pengakuan dari pemerintah dan
telah mendapat rekomendasi
bersertifikat dari instansi yang berwenang
dari pemerintah. 3. Tersedia rekaman pelaksanaan
perbenihan kelapa sawit - Umur dan kualitas benih yang disalurkan sesuai
ketentuan teknis
4. Tersedia rekaman (berita
acara) penanganan benih yang b. SOP instruksi kerja, rekaman perbenihan dan dokumen
tidak digunakan. lainnya tersedian di manajer plasma atau Koperasi atau
kelompok tani.

2.2.4 Penanaman pada Lahan Mineral

Perusahaan inti dalam 1. Tersedia SOP dan instruksi a. SOP penanaman harus mencakup :
melakukan penanaman harus kerja untuk penanaman yang
sesuai baku teknis dalam
- Rencana dan realisasi penanaman
terdokumentasi dan mengacu
mendukung produktivitas kepada Pedoman Teknis - Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanam sesuai
tanaman Budidaya Kelapa Sawit dari dengan kondisi lapangan dan praktek budidaya
Kementerian Pertanian perkebunan yang baik? Adanya tanaman penutup
tanah.
2. Tersedia rekaman pelaksanaan
penanaman kelapa sawit. - Pembuatan terasering untuk lahan miring
b. SOP, instruksi kerja, rekaman pelaksanaan penanaman
dan dokumen lainnya tersedian di manajer plasma

109 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.5 Penanaman pada Lahan Gambut

Penanaman kelapa sawit pada 1. Tersedia SOP dan instruksi a. SOP penanaman pada lahan gambut sesuai dengan
kebun plasma di lahan gambut kerja untuk penanaman pada ketentuan yang berlaku mencakup :
dapat dilakukan dengan lahan gambut yang mengacu
memperhatikan karakteristik - Penanaman dilakukan pada lahan gambut berbentuk
kepada peraturan dan
lahan gambut sehingga tidak hamparan dengan kedalaman < 3 m dan proporsi
ketentuan yang berlaku.
menimbulkan kerusakan fungsi mencakup 70% dari total areal, lapisan tanah mineral
lingkungan 2. Tersedia dokumen pelaksanaan dibawah gambut bukan pasir kuarsa atau tanah sulfat
penanaman. masam dan pada lahan gambut dengan tingkat
kematangan matang (saprik)
- Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanam sesuai
dengan kondisi lapangan dan praktek budidaya
perkebunan terbaik
- Adanya tanaman penutup tanah
- Pengaturan tinggi air tanah antara 60-80 cm dengan
pembuatan tata air kebun (saluran cacing) untuk
menghambat emisi karbon dari lahan gambut
b. SOP, instruksi kerja, rekaman pelaksanaan penanaman
dan dokumen lainnya tersedian di manajer plasma

2.2.6 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dalam 1. Tersedia SOP dan instruksi


mendukung produktivitas kerja pemeliharaan tanaman a. Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan :
tanaman sesuai Pedoman 2. Tersedia rekaman pelaksanaan
pemeliharaan tanaman. - Mempertahankan jumlah tanaman sesuai standar yang
Teknis Budidaya Kelapa Sawit
ditetapkan dengan melakukan sisipa
dari Kementerian Pertanian.

110 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

- Pemeliharaan terasering dan tinggi muka air (drainase)


- Pemeliharaan piringan
- Pemeliharaan tanaman penutup tanah (cover crop)
pada TBM
- Sanitasi kebun dan penyiangan gulma
- Rekomendasi dan realisasi pemupukan
- Laporan kegiatan pemeliharaan tanaman
b. SOP, instruksi kerja, rekaman pemeliharaan tanaman dan
dokumen lainnya tersedia di manajer plasma atau koperasi
atau kelompok tani

2.2.7 Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Manajer plasma atau koperasi 1. Tersedia SOP dan instruksi a. SOP untuk pengendalian OPT harus dapat menjamin
atau kelompok tani harus kerja untuk Pengamatan dan bahwa :
melakukan pengamatan Pengendalian Hama Terpadu
pengendalian OPT (hama,
- Pengendalian OPT dilakukan secara terpadu
(Integrated Pest Management)
(pengendalian hama terpadu/PHT), yaitu melalui
penyakit tanaman dan gulma)
2. Tersedia SOP dan instruksi teknik budidaya, kebersihan kebun, penggunaan
dengan menerapkan
kerja untuk penggunaan musuh alami (parasitoid, predator dan agens hayati),
Pengendalian Hama Terpadu
pestisida secara mekanis dan penggunaan pestisida secara
(Integrated Pest Management) terbatas dan bijaksana
3. Tersedia dokumen pelaksanaan
sesuai dengan ketentuan teknis
memperhatikan aspek pengamatan dan pengendalian - Dilakukan pengamatan dengan sistem peringatan
lingkungan. OPT dini (Early Warning Sistem) terhadap serangan

111 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4. Tersedia dokumen jenis dan - OPT antara lain dengan melakukan


pengendali OPT lainnya sensus/perhitungan populasi hama oleh manajer
(parasitoid, predator, agensia plasma, sebelum tindakan diambil
hayati, feromon, dll.) - Pestisida yang digunakan telah terdaftar di Komisi
5. Tersedia sarana pengendalian Pestisida Kementerian Pertanian
sesuai SOP - Penanganan limbah pestisida dilakukan sesuai
6. Tersedia tenaga (regu) petunjuk teknis untuk meminimalisir dampak negatif
pengendali yang sudah terlatih terhadap lingkungan;
pada kebun plasma b. SOP, instruksi kerja, rekaman pengendalian OPT dan
7. Tersedia gudang penyimpanan dokumen lainnya tersedia di manajer plasma atau
alat dan bahan kimia koperasi atau kelompok tani.
pengendalian OPT
2.2.8 Pemanenan
Manajer plasma atau koperasi 1. Tersedia SOP dan instruksi a. SOP pelaksanaan pemanenan harus mencakup :
atau kelompok tani memastikan kerja terdokumentasi untuk - Penyiapan tenaga kerja, peralatan dan sarana
bahwa panen dilakukan tepat pelaksanaan pemanenan.di penunjangnya
waktu dan dengan cara yang koperasi atau di manajer - Penetapan kriteria matang panen dan putaran panen
benar. plasma sesuai panduan.
2. Tersedia rekaman pelaksanaan b. Kriteria penetapan matang panen adalah :
pemanenan. - Kurang matang (12,5%-25% buah luar membrondol)
buah berwarna kemerahan
- Matang 1 (25%-60% buah luar membrondol) buah
berwarna merah mengkilat
- Matang 2 (50%-75% buah luar membrondol) buah
berwarna orange
c. SOP, instruksi kerja, rekaman pemanenan dan dokumen
lainnya tersedia di manajer plasma atau koperasi atau
kelompok tani

112 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.9 Pengangkutan Buah

Koperasi memastikan bahwa 1. Tersedia SOP dan instruksi a. SOP pengangkutan buah berisikan ketentuan sbb :
TBS yang dipanen harus kerja yang terdokumentasi
- Ketersediaan alat transportasi serta sarana
segera diangkut ke tempat untuk pengangkutan TBS di
pendukungnya
pengolahan untuk menghindari koperasi atau di manajer
kerusakan buah plasma - Buah harus terjaga dari kerusakan, kontaminasi,
. 2. Tersedia dokumen kehilangan dan ketepatan waktu sampai di tempat
pengangkutan TBS pengolahan
b. SOP, instruksi kerja, rekaman pengangkutan buah dan
dokumen lainnya tersedia di manajer plasma, kelompok
tani, koperasi, mitra lainnya.

2.2.10 Penyerahan dan Penetapan Harga TBS

Sesuai dengan kesepakatan 1. Tersedia SOP dan instruksi a. Sesuai dengan kerjasama antara Pekebun plasma dan
kerjasama antara perusahaan kerja penyerahan TBS ke perusahaan Inti, maka seluruh produksi TBS kebun
perkebunan dengan koperasi, pabrik plasma harus dijual kepada perusahaan inti
maka produksi TBS Pekebun 2. Tersedia dokumen penerimaan b. Tersedia catatan harga TBS oleh Tim Penetapan Harga
plasma dijual ke perusahaan TBS yang sesuai dan tidak dan realisasi pembelian oleh perusahaan
dengan berpedoman kepada sesuai dengan persyartan
harga yang ditetapkan olehTim c. Penjualan seluruh TBS kepada perusahaan inti dalam
Penetapan Harga TBS. 3. Tersedia dokumen harga yang menjamin pelaksanaan pengembalian hutang Pekebun
ditetapkan oleh Tim Penetapan d. Penetapan harga pembelian TBS dilakukan minimal
Harga TBS dan harga setiap bulan sekali dengan berpedoman kepada harga
pembelian TBS Pekebun oleh yang ditetapkan oleh tim penetapan harga TBS
perusahaan
e. SOP, instruksi kerja, rekaman penyerahan dan
4. Tersedia dokumen realisasi penetapan harga TBS dan dokumen lainnya tersedia di
pembelian oleh perusahaan. manajer plasma atau kelompok tani atau koperasi.

113 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

3 PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

3.1 Kewajiban Terkait Izin Lingkungan

Pelaku usaha perkebunan 1. Tersedia izin lingkungan sesuai a. Izin lingkungan wajib dimiliki oleh pelaku usaha sebelum
kelapa sawit wajib ketentuan peraturan melakukan usaha dan/atau kegiatan
melaksanakan persyaratan dan perundang-undangan
b. Dokumen lingkungan yang telah mendapat persetujuan
kewajiban yang tercantum
dalam izin lingkungan (IL) 2. Menyampaikan laporan sebelum berlakunya PP 27/2012, dinyatakan tetap
pelaksanaan penerapan Izin berlaku dan dipersamakan sebagai Izin Lingkungan
Lingkungan kepada menteri,
c. Bentuk keputusan izin lingkungan setelah tanggal 23
gubernur, atau bupati/walikota
Februari 2012 adalah keputusan menteri, gubernur, atau
oleh manajer plasma sesuai
bupati/walikota tentang izin lingkungan bagi rencana
dengan ketentuan peraturan
kegiatan perkebunan kelapa sawit kebun plasma
perundang-undangan
d. Kebun plasma dapat memiliki satu izin lingkungan
3. Tersedia dokumen penerapan
(menyusun satu dokumen lingkungan) dengan syarat
pelaksanaan izin lingkungan
terdapat satu penanggung jawab pengelolaan dan
pemantauan dampak lingkungan pada kebun inti dan
kebun plasma serta lokasi keseluruhan kebun berada
pada satu hamparan ekosistem yang sama
e. Kebun plasma wajib memiliki izin lingkungan yang
terpisah (menyusun lebih dari satu dokumen lingkungan
apabila terdapat penanggung jawab pengelolaan dan
pemantauan dampak lingkungan yang terpisah, antara
kebun inti dengan kebun plasma dan lokasi keseluruhan
kebun tidak berada pada satu hamparan ekosistem yang
sama

114 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

f. Untuk kegiatan yang wajib memiliki SPPL tidak


diperlukan adanya izin lingkungan (sesuai dengan
ketentuan dalam pasal 36 UU 32/2009 tentang PPLH,
setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki
amdal atau UKL-UPL saja yang wajib memiliki izin
lingkungan
g. Skala/besaran rencana usaha dan/atau kegiatan yang
wajib memiliki UKL-UPL atau SPPL ditetapkan oleh
Gubernur atau Bupati/Walikota (berdasarkan pasal 34 UU
32/2009)
h. Periode penyampaian laporan pelaksanaan terhadap
persyaratan dan kewajiban dalam Izin Lingkungan
kepada menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
adalah sekali setiap 6 bulan
i. Pelaporan pelaksanaan dapat dilakukan secara terpisah
antara penanggung jawab kebun inti dengan
penanggungjawab kebun plasma jika izin lingkungan
yang diterbitkan adalah terpisah
3.2 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Kelompok tani, koperasi, 1. Tersedia SOP dan Instruksi a. Melakukan pelatihan penanggulangan kebakaran secara
manajer plasma harus Kerja untuk pencegahan dan periodik oleh inti
melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran b. Melakukan penanggulangan bila terjadi kebakaran
penanggulangan kebakaran di 2. Tersedianya brigade bersama-sama dengan inti
kebun dan lingkungan penanggulangan kebakaran
sekitarnya. c. Pedoman pembukaan lahan tanpa bakar
atau sumber daya manusia
d. Petunjuk teknis pencegahan dan penanggulangan
(SDM) Pekebun yang mampu

115 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

mencegah dan menanggulangi kebakaran


kebakaran e. Melakukan pengecekan secara berkala terhadap sarana
3. Tersedianya sarana dan dan prasarana pengendalian/ penanggulangan kebakaran
prasarana f. SOP, instruksi kerja dan dokumen lainnya tersedia di
pengendalian/penanggulangan manajer plasma atau koperasi tani
kebakaran di kantor manajer
plasma atau koperasi
4. Tersedianya organisasi dan
sistem tanggap darurat.
3.3 Pelestarian Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
Pekebun,kelompok tani, 1. Tersedia SOP dan instruksi a. Manajer plasma, koperasi, ketua kelompok tani
koperasi dan manajer plasma kerja identifikasi dan melaksanakan sosialisasi kepada Pekebun tentang
harus menjaga dan perlindungan satwa dan pentingnya keaneka ragaman hayati dan upaya
melestarikan keaneka ragaman tumbuhan di lingkungan pelestariannya
hayati pada areal yang dikelola perkebunan sesuai ketentuan b. Dilakukan pendataan terhadap satwa dan tumbuhan di
sesuai dengan ketentuan yang yang berlaku di manajer plasma kebun dan sekitar kebun oleh manajer plasma,
berlaku atau koperasi Pekebun atau sedangkan untuk Pekebun dan kelompok tani cukup
kelompok tani. mengetahui dan tumbuhan disekitar kebunnya
2. Tersedia daftar satwa dan c. Upaya-upaya untuk konservasi satwa dan tumbuhan
tumbuhan di kebun dan sekitar (antara lain dengan buffer zone, pembuatan poster,
kebun, sebelum dan sesudah papan peringatan, dll). Apabila di areal kebun
dimulainya usaha perkebunan diketemukan satwa langka/dilindungi harus dilaporkan
3. Tersedia dokumen pelaksanaan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
sosialisasi kepada Pekebun setempat. Pemindahan satwa langka harus dilakukan
atau kelompok tani oleh BKSDA bekerjasama dengan kebun
d. Satwa liar yang dipelihara diluar habitatnya harus
ditempatkan sesuai dengan habitat aslinya
e. SOP, instruksi kerja dan dokumen lainnya tersedia di
manajer plasma atau koperasi atau kelompok tani

116 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4 TANGGUNG JAWAB TERHADAP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

4.1 Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja

Pekebun, kelompok tani, 1. Tersedia SOP dan instruksi a. Manajer plasma menyelenggarakan pelatihan dan
koperasi dalam melakukan kerja kesehatan dan kampanye mengenai keselamatan dan kesehatan
pengelolaan usaha perkebunan keselamatan kerja sesuai Pekebun
harus menerapkan aspek dengan ketentuan yang berlaku b. Dilakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
kesehatan dan keselamatan 2. Tersedia dokumen pelaksanaan resiko kecelakaan.
kerja dengan bimbingan pelatihan oleh perusahaan c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
manajer plasma dan/ atau tentang kesehatan dan Pekebun dengan resiko kecelakaan kerja tinggi
instansi terkait keselamatan kerja
d. Penyediaan sarana keselamatan bekerja seperti helm,
3. Tersedia dokumen penerapan masker, sepatu dan lain-lain
kesehatan dan keselamatan
e. Rekaman terjadinya kecelakaan dan gangguan
dan kesehatan kerja
kesehatan kerja
f. SOP, instruksi kerja dan dokumen lainnya tersedia di
manajer plasma atau koperasi atau kelompok tani

5 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Koperasi membantu dan 1. Tersedia bukti bahwa koperasi a. Bantuan kepada masyarakat dapat dilakukan antara lain
melakukan pemberdayaan memberi bantuan dan di bidang pendidikan, agama/peribadatan, olah raga,
terhadap masyarakat sekitar pemberdayaan masyarakat sosial kemasyarakatan dll
2. Rekaman bantuan dan b. Pemberdayaan masyarakat antara lain berupa simpan
pemberdayaan masyarakat pinjam untuk usaha kecil, bantuan peralatan untuk
kegiatan ekonomi dan lain sebagainya
c. Dokumen tersedia di manajer plasma, atau koperasi.

117 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

6 PENINGKATAN USAHA SECARA BERKELANJUTAN


Pekebun, kelompok tani, Tersedia dokumen hasil penerapan Pekebun, kelompok tani, koperasi, mitra lainnya dapat
koperasi, dengan bimbingan perbaikan / peningkatan yang melakukan perbaikan / peningkatan secara berkelanjutan
manajer plasma dan Lembaga / dilakukan. melalui :
instansi terkait lainnya terus a. Perbaikan sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi internal
menerus meningkatkan kinerja dan saran saran dari manajer plasma dan berbagai
(sosial, ekonomi dan instansi yang terkait lainnya
lingkungan) dengan
b. Perbaikan dan peningkatan sebagai tindak lanjut
mengembangkan dan
keputusan-keputusan dari tinjauan manajemen
mengimplementasikan rencana
aksi yang mendukung c. Penerapan teknologi baru hasil penelitian baik internal
peningkatan produksi kelapa maupun dari luar
sawit berkelanjutan. d. Perbaikan sebagai konsekuensi dari peningkatan sasaran
dan target yang ditetapkan
e. Pelaksanaan tindakan korektif maupun preventif sebagai
tindak lanjut terhadap adanya ketidak sesuaian, ketidak
sesuaian potencial, keluhan pelanggan, trend /
kecenderungan proses, análisis data, saran masukan
baik dari internal maupun dari luar termasuk dari
pemerintah dan lain-lain.

118 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

6 PENINGKATAN USAHA SECARA BERKELANJUTAN

Pekebun, kelompok tani,


koperasi, dengan bimbingan Tersedia dokumen hasil penerapan c. Pekebun, kelompok tani, koperasi, mitra lainnya dapat
manajer plasma dan perbaikan/peningkatan yang melakukan perbaikan / peningkatan secara berkelanjutan
lembaga/instansi terkait dilakukan. melalui:

119 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP, KRITERIA, INDIKATOR DAN PANDUAN


UNTUK PERKEBUNAN SWADAYA
(SMALLHOLDER)

120 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1 LEGALITAS KEBUN SWADAYA

1.1 Izin Lokasi

Legalitas dan Pengelolaan 1. Tersedia Sertipikat tanah, akta Dokumen yang disediakan :
Kebun Plasma jual beli tanah, girik dan bukti
kepemilikan tanah lainnya yang a. Bukti kepemilikan tanah adalah bukti kepemilikan kebun
syah kelapa sawit Pekebun yang berasal dari tanah negara,
tanah adat/ulayat, milik desa atau milik Pekebun sendiri
2. Tersedia Surat Tanda Daftar
Usaha Perkebunan Untuk b. Pekebun dilarang menanam pada lahan di luar hak
Budidaya (STD-B) kepemilikannya (kawasan hutan, tanah negara, areal
HGU dll)
3. Tersedia tanda bukti Pekebun
masuk kelompok tani dan c. STD-B merupakan keterangan budidaya yang diberikan
koperasi. kepada pekebun oleh bupati / walikota

d. Dokumen pembentukan dan kegiatan kelompok dan


koperasi selain berisi penetapan berdirinya kelompok tani
dan koperasi juga berisi lingkup kegiatan dari budidaya
sampai dengan pemasaran hasil TBS

e. Ada tanda bukti sebagai anggota kelompok tani dan


koperasi.

f. Dokumen tersedia di Pekebun, kelompok tani dan/atau


koperasi.

121 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

1.2 Lokasi Perkebunan

swadaya secara teknis, sesuai 1. Lokasi kebun Pekebun a. Lokasi kebun Pekebun swadaya yang berasal dari lahan
dengan tata ruang dan swadaya harus sesuai dengan Pekebun sendiri atau masyarakat adat /ulayat harus
lingkungan untuk perkebunan penetapan tata ruang setempat sesuai dengan tata ruang
kelapa sawit
2. Akses lokasi kebun menuju b. Akses dari kebun Pekebun ketempat pengumpulan TBS
tempat atau tempat pengangkutan TBS harus memadai, jangan
pengumpul/pengangkutan TBS sampai TBS rusak atau terlambat sampai ke pabrik
harus memenuhi persyaratan pengolah (maksimal 24 jam setelah dipanen,TBS harus
agar TBS terjaga kualitasnya. sudah diolah)
c. Kelompok tani dan atau koperasi harus memiliki catatan
tentang kegiatan ini.

2 ORGANISASI PEKEBUN DAN PENGELOLAAN KEBUN PEKEBUN SWADAYA

2.1.1 Organisasi Kelembagaan Kebun Pekebun Swadaya

Pekebun swadaya tergabung Kelompok tani dan koperasi harus a. Kelembagaan Pekebun yaitu kelompok tani dan koperasi
dalam kelompok tani dan memenuhi persyaratan sebagai dibentuk untuk membantu Pekebun dalam melaksanakan
koperasi sebagai wadah berikut : pengelolaan usaha taninya
bersama untuk memenuhi 1. Tersedia tanda bukti Pekebun b. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut dibentuk susunan
aspirasi dan kebutuhan masuk kelompok tani dan pengurus kelompok tani dan koperasi yang dilengkapi
anggotanya. koperasi uraian tugas untuk setiap pengurus guna mendukung
2. Tersedia dokumen kelancaran kegiatan
pembentukan dan susunan c. Rencana kegiatan operasional mencakup kebutuhan
pengurus kelompok tani dan sarana produksi, perkiraan produksi, kegiatan
koperasi pemeliharaan tanaman, pengendalian OPT, panen,

122 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

3. Tersedia dokumen rencana pengangkutan TBS, pemeliharaan terasering, drainase,


kegiatan operasional Pekebun, jalan produksi dan lain sebagainya serta rencana
kelompok tani dan koperasi peremajaan bila sudah diperlukan
4. Tersedia laporan kegiatan d. Agar kelompok tani dan koperasi dapat bekerja secara
Pekebun, kelompok tani dan efektif setiap kelompok beranggotakan antara 20-50
koperasi yang terdokumentasi. Pekebun, koperasi beranggotakan antara 20-50
kelompok tani dengan tutupan areal antara 1.000-1.500
ha
e. Catatan dan dokumen tentang organisasi kelembagaan
Pekebun atau koperasi lengkap dengan akte pendirian
dan AD/ART, tersedia di Pekebun, kelompok tani dan /
atau koperasi

2.1.2 Sengketa Lahan dan Kompensasi serta Sengketa Lainnya

Koperasi dan kelompok tani Bila telah terjadi sengketa lahan a. Sengketa dapat berupa sengketa lahan dan sengketa
harus memastikan bahwa lahan dan sengketa lainnya maka : lainnya termasuk pertambangan tanpa izin (PETI) dan
perkebunan bebas dari status pertambangan liar, baik dengan perusahaan, masyarakat
1. Tersedia catatan status atau
sengketa dengan masyarakat sekitar kebun dan dengan pihak lainnya
kesepakatan penyelesaian
disekitarnya atau sengketa
sengketa pada kebun swadaya b. Musyawarah dilaksanakan oleh pihak yang bersengketa
lainnya.
dan tersedia peta lokasi atau difasilitasi oleh pemerintah atau Tim Terpadu
sengketa lahan tersedia di Penyelesaian Sengketa?
koperasii atau kelompok tani c. Penetapan besarnya kompensasi dan lamanya
2. Tersedia salinan perjanjian penggunaan lahan masyarakat bila bermasalah
yang telah disepakati dilaksanakan secara musyawarah

123 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

3. Tersedia dokumen progres d. Apabila penyelesaian sengketa lahan melalui


musyawarah untuk musyawarah tidak menemui kesepakatan, maka lahan
penyelesaian sengketa yang disengketakan diselesaikan melalui jalur hokum
disimpan koperasi atau
e. Sengketa dengan pertambangan liar tanpa izin
kelompok tani
diselesaikan secara musyawarah antara pihak yang
bersengketa atau difasilitasi pemerintah sesuai Inpres
No. 3 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penanggulangan
Masalah Pertambangan Tanpa Izin
f. Catatan dan dokumen penyelesaian dan perkembangan
penyelesaian masalah tersedia di Pekebun, kelompok
tani, koperasi dan Tim Terpadu

2.1.3 Pemberian Informasi Kepada Indtansi Terkait dan Pemangku Kepentingan

Pemberian informasi kepada 1. Tersedia Daftar jenis informasi a. Jenis informasi yang bersifat rahasia antara lain seperti
instansi terkait dan pemangku dan data yang dapat diperoleh keuangan atau informasi yang dapat berdampak negatif
kepentingan lainnya sesuai oleh pemangku kepentingan di terhadap lingkungan dan sosial tidak diinformasikan
ketentuan yang berlaku koperasi atau kelompok tani secara umum tetapi hanya untuk kalangan terbatas
terkecuali menyangkut hal yang
2. Tersedia dokumen permintaan b. Catatan informasi tersedia di Pekebun, kelompok tani
patut dirahasiakan.
informasi oleh pemangku dan koperasi.
kepentingan
3. Tersedia dokumen tanggapan /
pemberian informasi kepada
pemangku kepentingan lainnya.

124 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2 Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan Pengangkutan Kelapa Sawit


2.2.1 Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan harus 1. Pekebun melaksanakan a. Mengacu pada Pedoman Teknis Pembukaan Lahan
memenuhi kaidah-kaidah pembukaan lahan sesuai Tanpa Bakar, Ditjenbun Kementerian Pertanian
konservasi tanah, air dan tidak Pedoman Pembukaan Lahan b. Dokumentasi kegiatan pembukaan lahan tanpa
membakar Tanpa Bakar membakar, sesuai Pedoman Pembukaan Lahan Tanpa
2. Pekebun membuka lahan Bakar 1997 dari Direktorat Jenderal Perkebunan dan
dengan memperhatikan kaidah- pedoman dari instansi lainnya
kaidah konservasi lahan dan air c. Pada lahan miring dapat ditanami dengan melakukan
3. Tersdia dokumen pembukaan terasering
lahan tanpa bakar. d. Lahan yang memerlukan konservasi dilakukan dengan
pembuatan sistem drainase dan terasering.
2.2.2 Perbenihan
Untuk mendukung produktivitas 1. Benih tanaman berasal dari Pelaksanaan proses perbenihan/ pembibitan harus dapat
tanaman dari kebun Pekebun sumber benih yang menjamin :
swadaya, benih yang direkomendasi oleh pemerintah. a. Benih atau bahan tanam yang digunakan merupakan benih
digunakan harus berasal dari Apabila Pekebun menggunakan bina yang berasal dari sumber benih yang telah mendapat
sumber benih yang telah benih asalan, dalam pengakuan dari pemerintah dan bersertifikat dari instansi
mendapat rekomendasi dari peremajaan Pekebun harus yang berwenang
pemerintah. menggunakan benih unggul
b. Umur dan kualitas benih yang disalurkan sesuai ketentuan
bersertifikat
teknis
2. Pelaksanaan perbenihan dan
c. Catatan perbenihan tersedia di Pekebun, kelompok tani
pembibitan kelapa sawit sesuai
dan koperasi
dengan pedoman yang telah
dibuat oleh Kementerian
Pertanian
3. Tersedia catatan asal benih.

125 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.3 Penanaman pada Lahan Mineral

Pekebun, kelompok tani, 1. Pekebun melaksanakan Pedoman teknis penanaman harus mencakup :
koperasi dalam melakukan penanaman yang sesuai a. Realisasi luas areal penanaman
penanaman harus sesuai baku Pedoman Teknis Budidaya
teknis dalam mendukung
b. Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanam sesuai
Kelapa Sawit Terbaik (GAP)
dengan kondisi lapangan dan praktek budidaya
optimalisasi produktivitas 2. Tersedia catatan pelaksanaan perkebunan yang baik
tanaman penanaman.
c. Pembuatan terasering untuk lahan miring.
2.2.4 Penanaman pada Lahan Gambut

Penanaman kelapa sawit di 1. Pelaksanaan penanaman pada Pelaksanaan penanaman pada lahan gambut sesuai dengan
kebun Pekebun swadaya di lahan gambut sesuai Pedoman Permentan No 14 tahun 2009 antara lain mencakup :
lahan gambut dapat dilakukan Teknis Budidaya Kelapa Sawit a. Penanaman dilakukan pada lahan gambut berbentuk
dengan memperhatikan di Lahan Gambut hamparan dengan kedalaman < 3 m dan proporsi
karakteristik lahan gambut 2. Tersedia catatan pelaksanaan mencakup 70% dari total areal; Lapisan tanah mineral
sehingga tidak menimbulkan
penanaman. dibawah gambut bukan pasir kuarsa atau tanah sulfat
kerusakan fungsi lingkungan
masam dan pada lahan gambut dengan tingkat
kematangan matang (saprik). Areal disisakan minimal
30% tidak ditanami untuk konservasi
b. Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanam sesuai
dengan kondisi lapangan dan praktek budidaya
perkebunan terbaik
c. Adanya tanaman penutup tanah
d. Pengaturan tinggi air tanah antara 60-80 cm dengan
pembuatan tata air kebun (saluran cacing) untuk
menghambat emisi CO2 dari lahan gambut

126 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.5 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dalam 1. Tersedia catatan mengenai Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan :
mendukung produktivitas pemupukan tanaman
a. Mempertahankan jumlah tanaman sesuai standar yang
tanaman
2. Tersedia catatan pelaksanaan ditetapkan dengan melakukan sisipan
pemeliharaan tanaman. b. Pemeliharaan terasering dan tinggi muka air (drainase)
c. Pemeliharaan piringan
d. Sanitasi kebun dan penyiangan gulma
e. Laporan kegiatan pemeliharaan tanaman.

2.2.6 Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Pekebun, kelompok tani, 1. Tersedia Petunjuk Teknis Pedoman pengendalian OPT harus dapat menjamin bahwa :
koperasi harus melakukan Pengamatan dan Pengendalian
pengamatan pengendalian OPT Hama Terpadu
dengan menerapkan a. Pengendalian OPT dilakukan dengan pengendalian hama
Pengendalian Hama Terpadu 2. Tersedia Petunjuk Teknis
terpadu/PHT, yaitu melalui teknik budidaya, kebersihan
(PHT) sesuai dengan ketentuan instruksi kerja untuk
kebun, penggunaan musuh alami (parasitoid, predator
teknis dengan memperhatikan penggunaan pestisida
dan agens hayati), secara mekanis dan penggunaan
aspek lingkungan. 3. Tersedia catatan jenis dan pestisida secara terbatas dan bijaksana
pengendali OPT lainnya
b. Pestisida yang digunakan telah terdaftar di Komisi
(parasitoid, predator, agensia
Pestisida Kementerian Pertanian
hayati, feromon, dll.)
c. Penanganan limbah pestisida dilakukan sesuai petunjuk
teknis untuk meminimalisir dampak negatif terhadap
lingkungan.

127 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4. Tersedia sarana pengendalian


sesuai petunjuk teknis
5. Tersedia tenaga (regu)
pengendali yang sudah terlatih.
6. Tersedia ruang penyimpanan
alat dan bahan kimia
pengendalian OPT

2.2.7 Pemanenan

Pekebun, kelompok tani, 1. Buah yang dipanen adalah Petunjuk pelaksanaan pemanenan harus mencakup :
koperasi memastikan bahwa buah matang panen dan
a. Penyiapan tenaga kerja, peralatan dan sarana
panen dilakukan tepat waktu dilakukan pada waktu yang
penunjangnya
dan dengan cara yang benar. tepat sesuai pedoman teknis
panen b. Penetapan kriteria matang panen dan putaran panen
sesuai petunjuk teknis
2. Tersedia catatan waktu dan
lokasi pelaksanaan c. Kriteria Penetapan matang panen adalah :
pemanenan.
d. Kurang matang (12,5%-25% buah luar membrondol) buah
berwarna kemerahan
e. Matang 1 (25%-60% buah luar membrondol) buah
berwarna merah mengkilat
f. Matang 2 (50%-75% buah luar
g. membrondol) buah berwarna orange.

128 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

2.2.8 Pengangkutan Buah

Pekebun, Kelompok tani, 1. Tersedia catatan untuk jumlah Petunjuk pengangkutan buah (TBS) berisikan ketentuan sbb:
Koperasi memastikan bahwa pengangkutan TBS dan nama
a. Ketersediaan alat transportasi serta sarana
TBS yang dipanen harus dan lokasi pabrik yang dituju.
pendukungnya.
segera diangkut ke tempat
penjual dan pengolahan untuk 2. Menggunakan alat transportasi b. Buah harus terjaga dari kerusakan, kontaminasi,
menghindari kerusakan. yang baik dan alat pendukung kehilangan dan ketepatan waktu sampai di tempat
lainnya. pengolahan.
c. Jarak kebun ke pabrik pengolah dapat menjamin kualitas
buah tetap baik

2.2.9 Penjualan dan Kesepakatan Harga TBS

Produksi TBS Pekebun dijual 1. Tersedia pedoman penyerahan a. Tersedia catatan harga TBS dan realisasi pembelian oleh
ke pada perusahaan TBS ke pabrik pembeli, perusahaan dan pabrik
berpedoman kepada harga
2. Tersedia dokumen penerimaan b. Ada sumber informasi harga untuk penetapan harga
yang disepakati oleh kedua
belah pihak. TBS yang sesuai dan tidak pembelian TBS yang dipantau oleh pekebun, kelompok
sesuai dengan persyartan tani dan / atau koperasi secara rutin.
3. Tersedia dokumen harga yang
ditetapkan oleh Tim Penetapan
Harga TBS dan harga
pembelian TBS Pekebun oleh
perusahaan
4. Tersedia dokumen realisasi
pembelian oleh perusahaan.

129 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

3 PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

3.1 Kewajiban Terkait Izin Lingkungan


Kelompok tani atau koperasi 1. Memiliki izin lingkungan a. Izin lingkungan wajib dimiliki oleh pelaku usaha sebelum
Pekebun swadaya wajib sesuai SPPL melakukan usaha dan/atau kegiatan
melaksanakan persyaratan dan 2. Membuat dan menyampaikan b. Untuk kegiatan yang wajib memiliki SPPL tidak diperlukan
wajib memiliki Surat laporan pelaksanaan terhadap adanya izin lingkungan (sesuai dengan ketentuan dalam
Pengelolaan dan Pemantauan persyaratan dan kewajiban pasal 36 UU 32/2009 tentang PPLH.
Lingkungan (SPPL) dalam SPPL kepada instansi
terkait
3. Tersedia catatan pelaksanaan
penerapan SPPL
3.2 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Pekebun,kelompok tani, Melaksanakan pencegahan dan a. Melakukan penanggulangan bila terjadi kebakaran secara
koperasi, harus melakukan penanggulangan kebakaran secara bersama-sama dilingkungannya masing-masing sesuai
pencegahan dan bersama-sama dengan penduduk Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan
penanggulangan kebakaran sekitar dan instansi terkait terdekat Kebakaran,diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
kebunnya di lingkungannya sesuai Pedoman Pencegahan dan Perkebunan
masing-masing. Penanggulangan Kebakaran. b. Pencegahan kebakaran dapat dilakukan oleh kantor desa
terkait.
3.3 Pelestarian Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
Pekebun, kelompok tani, 1. Mengetahui keberadaan satwa a. Satwa langka yang dipelihara diluar habitatnya harus
koperasi harus menjaga dan dan tumbuhan di area tersebut dikembalikan ke habitatnya bekerjasama BKSDA
melestarikan keaneka ragaman dan di sekitar kebun, sebelum setempat
hayati pada areal yang dikelola dan sesudah dimulainya usaha b. Petunjuk satwa dan tumbuhan langka di kebun yang
sesuai dengan ketentuan yang perkebunan harus dilindungi.
berlaku 2. Tersedia catatan satwa dan
tumbuhan di kebun dan sekitar
kebun.
130 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402
Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR PANDUAN

4 PENINGKATAN USAHA SECARA BERKELANJUTAN

Pekebun, kelompok tani, Tersedia catatan hasil penerapan Pekebun, kelompok tani, Koperasi dapat melakukan
koperasi, dengan bimbingan perbaikan / peningkatan yang perbaikan / peningkatan secara berkelanjutan melalui :
lembaga/instansi terkait lainnya dilakukan.
a. Perbaikan sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi
terus menerus meningkatkan
internal dan / atau saran saran dari berbagai Lembaga /
kinerja (sosial, ekonomi dan
Instansi terkait.
lingkungan) dengan
mengembangkan dan b. Perbaikan / peningkatan sebagai tindak lanjut
mengimplementasikan rencana kesepakatan kelompok tani dan / atau koperasi
aksi yang mendukung
peningkatan produksi kelapa
sawit berkelanjutan.

131 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com
ISPO AUDITS HANDBOOK
INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL SYSTEM CERTIFICATION
PRINCIPLES, CRITERIA, INDICATORS AND GUIDANCE

PT. EKOMODITI SOLUTIONS INDONESIA


www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com

Menara Thamrin Suites 1402


Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
Telp. +62 21 3983 0160
132 | P a g e Menara Thamrin Suites 1402
Jln. MH. Thamrin Kav. 3 Jakarta - Indonesia 10250
www.ekomoditi.id | www.plantationdirectory.com

Anda mungkin juga menyukai