Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

SISTEM PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA

OLEH KELOMPOK A:

1.ANNISA FADHILA

2.SHYNTIA ANGGRAINI

DOSEN:Ns Hendrawati S,Kep M.Biomed

AKADEMI KEPERAWATAN NABILA PADANG PANJANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................

A. BAB I ...................................................................................................................
a. Pendahuluan ...................................................................................................
b. Latar Belakang................................................................................................
c. Rumusan Masalah...........................................................................................
B. BAB II...................................................................................................................
a. Pengertian Anak..............................................................................................
b. Hak-hak anak...................................................................................................
c. Anak dalam Aspek Hukum.............................................................................
d. Perlingdungan Anak........................................................................................
C. BAB III PENUTUP...............................................................................................
a. Kesimpulan......................................................................................................
b. Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah - Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas hukum perlindungan anak dan
wanita yang berjudul “Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia ’’ ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan dalam isi maupun penyusunannya, baik dalam penyajian data, bahasa maupun
sistematika pembahasannya. Sebab bak kata pepatah “ tak ada gading yang tak retak atau dengan
pepatah lain tak ada ranting yang tak akan patah” , oleh sebab itu Penulis mengharpkan masukan
atau kritikan maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya di masa yang akan
datang. 
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sebagaimana yang dimiliki orang dewasa.
Pemberitaan yang menyangkut hak anak tidak segencar sebagaimana hak-hak orang dewasa atau
isu gender, yang menyangkut hak perempuan. Perlindungan hak anak tidak banyak pihak yang
turut memikirkan dan melakukan langkah-langkah kongkrit. Demikian juga upaya untuk
melindungi hak-hak anak yang dilanggar yang dilakukan negara, orang dewasa atau bahkan
orang tuanya sendiri, tidak begitu menaruh perhatian akan kepentingan masa depan anak.
Padahal anak merupakan belahan jiwa, gambaran dan cermin masa depan, aset keluarga, agama,
bangsa dan negara. Di berbagai negara dan berbagai tempat di neger i ini , anak-anak justru
mengalami perlakuan yang tidak semestinya, seperti eksploitasi anak, kekerasan terhadap anak,
dijadikan alat pemuas seks, pekerja anak, diterlantarkan, menjadi anak jalanan dan korban
perang/konflik bersenjata.

Anak adalah suatu potensi tumbuh kembang suatu Bangsa di masa depan, yang memiliki
sifat dan ciri khusus. Kekhususan ini terletak pada sikap dan perilakunya di dalam memahami
dunia, yang mesti dihadapinya. Oleh karenanya Anak patut diberi perlindungan secara khusus
oleh negara dengan Undang-Undang. Perlindungan anak adalah segala daya upaya bersama yang
dilakukan secara sadar oleh perorangan, keluarga, masyarakat, badan-badan pemerintah dan
swasta untuk pengamanan, pengadaan, dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah
anak berusia 0-21 tahun, tidak dan belum pernah menikah, sesuai dengan hak asasi dan
kepentingannya agar dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin.

Upaya perlindungan hukum bagi anak dapat di artikan sebagai upaya perlindungan hukum
terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak ( fundamental rights and freedoms of children )
serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Jadi masalah
perlindungan hukum bagi anak mencakup ruang lingkup yang sangat luas Hukum anak
sebenarnya memiliki makna yang tidak sebatas pada persoalan peradilan anak, namun lebih luas
dari itu. Undang-undang No. 23/2002 tentang perlindungan anak telah membantu memberikan
tafsir, apa-apa saja yang menjadi bagian hukum anak di Indonesia yang dimulai dari hak
keperdataan anak di bidang pengasuhan, perwalian dan pengangkatan anak; juga mengatur
masalah eksploitasi anak anak di bidang ekonomi, sosial dan seksual. Persoalan lain yang diatur
dalam hukum perlindungan anak adalah bagaimana penghukuman bagi orang dewasa yang
melakukan kejahatan pada anak-anak dan juga tanggung jawab orang tua, masyarakat dan negara
dalam melindungi anak-anak. Dengan demikian cakupan hukum anak sangat luas dan tidak bisa
disederhanakan hanya pada bidang pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak-anak. 

B. Rumusan masalah 

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi inti permasalahan adalah:

1.Apa itu pengertian anak?

2.Apa saja hak hak anak?

3.Bagaimana aspek anak dalam hokum?

4Bagaimana Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia ?


BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN ANAK

Secara umum apa yang dimaksud dengan anak adalah keturunan atau generasi sebagai suatu hasil dari
hubungan kelamin atau persetubuhan (sexual intercoss) antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan baik dalam ikatan perkawinan maupun diluar perkawinan. Kemudian di dalam hukum adat
sebagaimana yang dinyatakan oleh Soerojo Wignjodipoero yang dikutip oleh Tholib Setiadi, dinyatakan
bahwa:

” kecuali dilihat oleh orang tuanya sebagai penerus generasi juga anak itu dipandang pula sebagai wadah
di mana semua harapan orang tuanya kelak kemudian hari wajib ditumpahkan, pula dipandang sebagai
pelindung orang tuanya kelak bila orang tua itu sudah tidak mampu lagi secara fisik untuk mencari nafkah
(Tholib Setiady, 2010: 173).

B.HAK-HAK ANAK

Berikut ini merupakan hak-hak anak menurut beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku
Di Indonesia antara lain:

A.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Dalam Bab II Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, mengatur tentang hak-hak anak atas kesejahteraan,
yaitu:

1) Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan.

2) Hak atas pelayanan.

3) Hak atas pemeliharaan dan perlindungan.

4) Hak atas perlindungan lingkungan hidup.

5) Hak mendapatkan pertolongan pertama.

6) Hak untuk memperoleh asuhan.


7) Hak untuk memperoleh bantuan.

8) Hak diberi pelayanan dan asuhan.

9) Hak untuk memeperoleh pelayanan khusus.

10) Hak untuk mendapatkan bantuan dan pelayanan.

B. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Hak anak dalam Undang-Undang
ini diatur dalam Bab III bagian kesepuluh, pasal 52-66, yang meliputi:

1) Hak atas perlindungan

2) Hak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.

3) Hak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.

4) Bagi anak yang cacat fisik dan atau mental hak:

(a) memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus.

(b) untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan,

(c) berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

5) Hak untuk beribadah menurut agamanya.

6) Hak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan dibimbing.

7) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.

8) Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.

9) Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.

10) Hak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.


Selain itu, secara khusus dalam Pasal 66 Undang-Undang 39 Tahun 1999 tentang hak anak-anak
yang dirampas kebebasannya, yakni meliputi:

a. Hak untuk tidak dijatuhi hukuman mati atau hukuman seumur hidup.

b.Hak untuk mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan dengan memperhatikan kebutuhan
pengembangan pribadi sesuai dengan usianya dan harus dipisahkan dari orang dewasa, kecuali demi
kepentingannya.

c.Hak untuk memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan
upaya hukum yang berlaku. d. Hak untuk membela diri dan memperoleh keadilan di depan Pengadilan
Anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang yang tertutup untuk umum.

C.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Dalam Undang-Undang


Perlindungan Anak ini, hak-hak anak diatur dalam Pasal 4 - Pasal 18, yang meliputi:

1) Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.

2) Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.

3) Hak untuk beribadah menurut agamanya.

4) Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.

5) Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.

6) Bagi anak yang menyandang cacat juga hak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi
anak yang memiliki keunggulan juga hak mendapatkan pendidikan khusus.

7) Hak menyatakan dan didengar pendapatnya.

8) Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang..

9) Bagi anak penyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan
taraf kesejahteraan sosial.

10) Bagi anak yang berada dalam pengasuhan orang tua/ wali, berhak mendapat perlindungan dari
perlakuan:
a) diskriminasi;

b) eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;

c) penelantaran;

d) kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

e) ketidakadilan; dan

f) perlakuan salah lainnya.

11) Hak untuk memperoleh perlindungan dari :

a) penyalahgunaan dalam kegiatan politik;

b) pelibatan dalam sengketa bersenjata;

c) pelibatan dalam kerusuhan sosial;

d) pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan

e) pelibatan dalam peperangan.

12) Hak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.

13) Setiap anak yang dirampas kebebasannya hak untuk :

a) mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa;

b) memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya
hukum yang berlaku; dan

c) membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak
memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

14) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan
hukum berhak dirahasiakan.

15) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum
dan bantuan lainnya.
C. Anak dalam Aspek Hukum 

Terdapat berbagai ragam pengertian tentang anak di Indonesia, dimana dalam berbagai
perangkat hukum berlaku penentuan batas anak yang berbeda-beda pula. Batas usia anak
merupakan pengelompokan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status
hukum. Hal tersebut mengakibatkan beralihnya status usia anak menjadi usia dewasa atau
menjadi subjek hukum yang dapat bertanggung jawab secara mandiri terhadap perbuatan dan
tindakan hukum yang dilakukannya. Beberapa pengertian anak yang terdapat dalam berbagai
peraturan perundang-undangan di Indonesia antara lain adalah :

1. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : Pasal 330 KUHPerdata : “Belum dewasa
adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin.
Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 tahun, maka mereka tidak
kembali dalam kedudukan belum dewasa.”

2. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak : Pasal 1 angka
2 : “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.”

3. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak : Pasal 1 angka 1 :
“Anak adalah orang yang dlam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi
belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.”

4. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia : Pasal 1 angka
5 : “Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum
menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi
kepentingannya.”

5. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak : Pasal 1 angka
1 : “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan.”

6. Menurut Hukum Adat : “Ukuran seseorang telah dewasa bukan dari umurnya, tetapi dari
ukuran yang dipakai adalah : dapat bekerja sendiri; cakap melakukan yang diisyaratkan dalam
kehidupan masyarakat; dapat mengurus kekayaan sendiri.” Hal penting yang perlu diperhatikan
dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan anak adalah konsekuensi
penerapannya dikaitkan dengan berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, sosial politik, dan
budaya masyarakat. 

D. Perlindungan Anak 

Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap
anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak
tersebut secara wajar, baik fisik, mental, maupun sosial. Hal tersebut adalah sebagai perwujudan
adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Perlindungan anak tidak boleh dilakukan secara
berlebihan dan harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan maupun diri anak itu
sendiri, sehingga usaha perlindungan yang dilakukan tidak menjadi berakibat negatif.
Perlindungan anak harus dilaksanakan secara rasional, bertanggungjawab dan bermanfaat yang
mencerminkan suatu usaha yang efektif dan efisien terhadap perkembangan pribadi anak yang
bersangkutan. Usaha perlindungan anak tidak boleh mengakibatkan matinya inisiatif, kreativitas
dan hal-hal lain yang menyebabkan ketergantungan kepada orang lain dan berperilaku tak
terkendali. Sehingga anak menjadi tidak memiliki kemampuan dan kemauan dalam
menggunakan hak-haknya dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
dijelaskan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Hal tersebut didukung dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 yang mengatur tentang tujuan perlindungan anak yaitu untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak
mulia dan sejahtera. Perlindungan anak dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak
langsung. Secara langsung, maksudnya kegiatan tersebut langsung ditujukan kepada anak yang
menjadi sasaran penanganan langsung. Kegiatan seperti ini, antara lain dapat berupa cara
melindungi anak dari berbagai ancaman baik dari luar maupun dari dalam dirinya, mendidik,
membina, mendampingi anak dengan berbagai cara, mencegah kelaparan dan mengusahakan
kesehatannya dengan berbagai cara, serta dengan cara menyediakan pengembangan diri bagi
anak. Sedangkan yang dimaksud dengan perlindungan anak secara tidak langsung adalah
kegiatan yang tidak langsung ditujukan kepada anak, melainkan orang lain yang terlibat atau
melakukan kegiatan dalam usaha perlindungan terhadap anak tersebut.

Dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, telah
diatur bahwa yang berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan
anak adalah negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua. Jadi yang mengusahakan
perlindungan bagi anak adalah setiap anggota masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan
berbagai macam usaha dalam situasi dan kondisi tertentu. Perlindungan anak menyangkut
berbagai aspek kehidupan agar anak benar-benar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar
sesuai dengan hak asasinya. Dalam masyarakat, ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai
masalah perlindungan anak dituangkan pada suatu bentuk aturan yang disebut dengan Hukum
Perlindungan Anak. Hukum Perlindungan Anak merupakan sebuah aturan yang menjamin
mengenai hak-hak dan kewajiban anak yang berupa : hukum adat, hukum perdata, hukum
pidana, hukum acara perdata, hukum acara pidana, maupun peraturan lain yang berhubungan
dengan permasalahan anak. Dalam bukunya yang berjudul Hukum dan Hak-Hak Anak, mantan
hakim agung, Bismar Siregar mengatakan bahwa masalah perlindungan hukum bagi anak-anak
merupakan salah satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak Indonesia, di mana
masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara yuridis saja tetapi juga perlu pendekatan yang
lebih luas, yaitu ekonomi, sosial dan budaya.

Perlindungan khusus terhadap anak yang berada dalam situasi darurat, misalnya anak yang
sedang berhadapan dengan hukum serta anak dari kelompok minoritas dan terisolasi diatur
secara terperinci dalam Bab VIII Bagian Kelima Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 menjelaskan
bahwa perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 59 adalah meliputi anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korban
tindak pidana, yang merupakan kewajiban dan tanggungjawab pemerintah dan masyarakat.
Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak
Anak meliputi :

a. non diskriminasi;

b. kepentingan yang terbaik bagi anak;

c. hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan

d. penghargaan terhadap pendapat anak. Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin


terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia,
dan sejahtera.

Secara garis besar Konvensi Hak Anak dapat dikategorikan sebagai berikut, pertama
penegasan hak-hak anak, kedua perlindungan anak oleh negara, ketiga peran serta berbagai pihak
(pemerintah, masyarakat dan swasta) dalam menjamin penghormatan terhadap hak-hak anak.
Ketentuan hukum mengenai hak-hak anak dalam Konvensi Hak Anak dapat dikelompokan
menjadi:

1. Hak terhadap kelangsungan hidup (survival rights) Hak kelangsungan hidup berupa hak-hak
anak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar
kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya. Konsekwensinya menurut Konvensi
Hak Anak negara harus menjamin kelangsungan hak hidup, kelangsungan hidup dan
perkembangan anak (Pasal 6). Disamping itu negara berkewajiban untuk menjamin hak atas
tarap kesehatan tertinggi yang bisa dijangkau, dan melakukan pelayanan kesehatan dan
pengobatan, khususnya perawatan kesehatan primer. (Pasal 24). Implementasinya dari Pasal 24,
negara berkewajiban untuk melaksanakan program-program

(1) melaksanakan upaya penurunan angka kematian bayi dan anak,

(2) menyediakan pelayanan kesehatan yang diperlukan,


(3) memberantas penyakit dan kekurangan gizi,

(4) menyediakan pelayanan kesehatan sebelum dan sesudah melahirkan bagi ibu,

(5) memperoleh imformasi dan akses pada pendidikan dan mendapat dukungan pada
pengetahuan dasar tentang kesehatan dan gizi,

(6) mengembangkan perawatan kesehatan pencegahan, bimbingan bagi orang tua, serta
penyuluhan keluarga berencana, dan,

(7) mengambil tindakan untuk menghilangkan praktik tradisional yang berprasangka


buruk terhadap pelayanan kesehatan.

2. Hak terhadap perlindungan (protection rights) Hak perlindungan yaitu perlindungan anak
dari diskriminasi, tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga,
dan bagi anak pengungsi. Hak perlindungan dari diskriminasi, termasuk

(1) perlindungan anak penyandang cacat untuk memperoleh pendidikan, perwatan dan
latihan khusus, dan

(2) hak anak dari kelompok masyarakat minoritas dan penduduk asli dalam kehidupan
masyarakat negara. Perlindungan dari ekploitasi, meliputi:

(1) perlindungan dari gangguan kehidupan pribadi,

(2) perlindungan dari keterlibatan dalam pekerjaan yang mengancam kesehatan,


pendidikan dan perkembangan anak,

(3) perlindungan dari penyalahgunaan obat bius dan narkoba, perlindungan dari
upaya penganiayaan seksual, prostitusi, dan pornografi,

(4) perlindungan upaya penjualan, penyelundupan dan penculikan anak, dan

(5) perlindungan dari proses hukum bagi anak yang didakwa atau diputus telah
melakukan pelanggaran hokum
3. Hak untuk Tumbuh Berkembang (development rights) Hak tumbuh berkembang meliputi
segala bentuk pendidikan (formal maupun non formal) dan hak untuk mencapai standar hidup
yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan 

Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa
sekaligus modal sumberdaya manusia bagi pembangunan nasional. Melihat arti pentingnya anak
bagi kelangsungan bangsa dan negara, pemerintah tetap memandang perlu adanya acuan yuridis
formal yang mengatur tentang pelaksanaan perlindungan anak. Atas dasar pertimbangan tersebut,
pemerintah telah menerbitkan peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur
tentang perlindungan anak yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Disebutkan dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 bahwa yang
dimaksud dengan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.

Seiring dengan perkembangan jaman, perlindungan terhadap anak semakin dituntut


pelaksanaannya. Perkembangan teknologi dan budaya yang terjadi dewasa ini telah
memunculkan beberapa efek positif dan negatif dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu menjadi kewajiban bagi orang dewasa, baik orang tua, keluarga, masyarakat maupun
bangsa untuk memberikan jaminan, memelihara dan mengamankan kepentingan anak serta
melindungi dari gangguan yang datang dari luar maupun dari anak itu sendiri. Asuhan anak,
terutama menjadi kewajiban dan tanggung jawab orang tua di lingkungan keluarga, akan tetapi
demi kepentingan kelangsungan tata sosial maupun untuk kepentingan anak itu sendiri, perlu
adanya campur tangan dari pemerintah. 
B. Saran 

Perlindungan anak dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara
langsung, maksudnya kegiatan tersebut langsung ditujukan kepada anak yang menjadi sasaran
penanganan langsung. Kegiatan seperti ini, antara lain dapat berupa cara melindungi anak dari
berbagai ancaman baik dari luar maupun dari dalam dirinya, mendidik, membina, mendampingi
anak dengan berbagai cara, mencegah kelaparan dan mengusahakan kesehatannya dengan
berbagai cara, serta dengan cara menyediakan pengembangan diri bagi anak. Sedangkan yang
dimaksud dengan perlindungan anak secara tidak langsung adalah kegiatan yang tidak langsung
ditujukan kepada anak, melainkan orang lain yang terlibat atau melakukan kegiatan dalam usaha
perlindungan terhadap anak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Barda Nawawi. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra AdityaBakti, Bandung, 1996.
Gosita, Arief. Masalah Korban Kejahatan, Akademika Pressindo, Jakarta, 1993. Kartono, Kartini.
Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta, 1986. Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga
Rampai Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1992. Simanjuntak, B. Patologi Sosial, Tarsito, Bandung,
1985.

Anda mungkin juga menyukai