16
17
H
HP = 100
H S ...........................................................(2.4)
Dimana: H = Actual Humidity
Hs = Saturation Humidity
5. Percentage Relative Humidity (HR)
HR adalah rasio tekanan parsial uap air dalam udara (P A) dan tekanan uap murni (PAS)
dikali 100, sehingga:
PA
Gambar 2.1. Humidity chart for mixtures of air and water vapor at a total pressure at
101,325 kPa.
10. Koefisien perpindahan massa
transfer massa
k'y dapat didefinisikan
¿
NA =
K ' y ( y AG−y A ) .........................(2.10)
(Geankoplis, 1997).
Hal yang mempengaruhi proses perpindahan massa
a. Suhu
21
Suhu sangat berpengaruh terhadap perpindahan massa dimana semakin rendah suhu
yang diigunakan maka proses penyerapan atau laju perpindahan massa juga semakin
baik
b. Tekanan
Semakin besarnya tekanan yang digunakan dalam proses penyerapan maka akan
semakin baik. Akan tetapi memiliki titik optimum dimana penggunaan tekanan yang
sesuai maka akan menghasilkan proses penyerapan yang optimal. Apabila tekanan
melebihi batas tekanan maksimumnya maka akan mengakibatkan kemampuan dari
proses penyerapan tersebut tidak efektif
c. Laju alir air
Semakin besarnya laju alir air maka penyerapan semakin baik
d. Komposisi dalam aliran air
Apabila dalam suatu sistem terdapat suatu senyawa yang mampu bereaksi dengan zat
lainnya maka proses penyerapan tersebut akan berjalan dengan baik (Muchlisyiyah,
2017).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan panas yaitu:
- Panjang benda
Semakin panjang suatu benda yang dipanaskan maka semakin lambat panas (kalor)
yang merambat di dalam benda tersebut. Semakin pendek suatu benda yang
dipanaskan maka semakin cepat panas (kalor) yang merambat di dalam benda
tersebut.
- Luas permukaan benda
Semakin luas permukaan suatu benda yang dipanaskan maka semakin cepat panas
(kalor) yang merambat di dalam benda tersebut. Semakin kecil luas permukaan suatu
benda yang dipanaskan maka semakin lama panas (kalor) yang merambat di dalam
benda tersebut
- Jenis benda
Semakin bersifat konduktor (logam) suatu benda yang akan dipanaskan maka
semakin cepat panas (kalor) yang merambat di dalam benda tersebut.
- Perbedaan suhu
22
Semakin besar perbedaan suhu pada kedua benda yang akan bersentuhan maka
semakin cepat kalor panas yang merambat di dalam benda tersebut. Begitupun
sebaliknya (Paubun, 2009).
Didalam industri-industri kimia sering dijumpai proses yang melibatkan
pemisahan dan perpindahan massa diantaranya absorpsi gas. Metode pemisahan dengan
absorpsi merupakan proses pemisahan yang cukup ekonomis dan yang paling banyak
dipakai untuk memisahkan CO2 dari aliran gas. Pada proses absorpsi CO 2 dengan
larutan kimia atau fisika adalah teknologi yang sedang dikembangkan pada sejumlah
proses komersial, termasuk pemurnian gas dan produksi amonia. Dalam industri kimia,
gas yang paling banyak diserap adalah gas CO2 yang banyak dihasilkan dari industri
pembuatan amonia (Kuswandi, 2008).
Prinsip Kerja Wetted Wall Column yaitu dimana Koefisien transfer massa dapat
bersifat local atau secara keseluruhan. Diffusivitas gas dan cairan berbeda tergantung
pada suhu, tekanan, berat molekul dan interaksi. Laminer dan turbulen sifat aliran
menyebabkan berbagai nilai untuk koefisien perpindahan massa. Koefisien perpindahan
massa sangat bergantung pada difusivitas (Kulkarni, 2017)
Suhu heater : 70 ˚C
- Variabel berubah
Bukaan valve : 1, 2, 3, 4 putaran
B. Bukaan valve sebagai variabel tetap
- Variabel tetap
Bukaan valve : 1, 2, 3, 4 putaran
Suhu heater : 70 ˚C
- Variabel berubah
Tekanan udara : 1, 2, 3, 4 kg/cm2
2.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Beakerglass - Air
- Heater - Udara
- kompresor
- Stopwatch
- termometer
- Watted wall coloum instrument
2.5. Prosedur Percobaan
1. Kalibrasi bukaan valve air
- Menyalakan pompa untuk mengisi tangki overflow kemudian mengatur
bukaan valve sesuai run, yaitu: 1, 2, 3, 4 putaran
- Mengalirkan air dari tangki overflow kemudian setelah aliran yang keluar
konstan, menampung air tersebut hingga volumenya 500 mL dalam
beakerglass. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengisi air hingga 500
mL
- Melakukan 3 kali kalibrasi pada setiap bukaan valve.
2. Kalibrasi tekanan udara
- Menyalakan kompresor sampai mencapai tekanan yang ditentukan, yaitu: 1, 2,
3, 4 kg/cm2
- Mematikan kompresor setelah tekanan yang ditentukan tercapai, kemudian
membuka valve pada kompresor dan heater untuk mengalirkan udara kedalam
kolom bersamaan dengan menyalakan stopwatch
24
- Pada saat udara mengalir, membaca beda ketinggian air raksa pada manometer
pipa U
- Jika tekanan sudah kembali seperti semula, mematikan stopwatch, menutup
valve pada kompresor dan heater
- Melakukan 3 kali kalibrasi pada setiap variabel tekanan.
25
3. Prosedur percobaan
A. Tekanan sebagai variabel tetap
- Memanaskan heater sampai suhu 70 ˚C
- Mengisi tangki overflow sampai overflow
- Menyalakan kompresor hingga mencapai tekanan yang ditentukan dan
mengatur bukaan valve sesuai dengan run yng ditentukan yairu: 1, 2, 3, 4
putaran
- Mengontakan udara dan air pada kolom dengan membuka valve untuk gas
dan valve untuk air bersamaan dengan itu menyalakan stopwatch
- Melakukan pencatatan wet bulb temperature dan dry bulb temperature saat
terjadi kontak antara udara dengan air untuk aliran masuk sebagai
temperatur awal, kemudian membaca beda ketinggian air raksa pada
manometer pipa U
- Jika tekanan telah kembali seperti semula, menutup valve kompresor, valve
heater dan valve air secara bersamaan kemudian membaca wet bulb
temperature dan dry bulb temperature untuk aliran keluar sebagai
temperatur akhir, mencatat waktu yang diperlukan
- Melakukan percobaan untuk tekanan udara yaitu: 1, 2, 3, 4 kg/cm2
B. Bukaan valve sebagai variabel tetap
- Memanaskan heater sampai suhu 70 ˚C
- Mengisi tangki overflow sampai overflow
- Mengatur bukaan valve sesuai dengan run yang ditentukan yaitu 1 putaran
dan menyalakan kompresor hingga mencapai tekanan yang ditentukan yaitu:
1, 2, 3, 4 kg/cm2
- Mengontakkan udara dan air pada kolom dengan membuka valve untuk gas
dan valve untuk air bersamaan dengan itu menyalakan stopwatch
- Melakukan pencatatan wet bulb temperature dan dry bulb temperature saat
terjadi kontak antara udara dengan air untuk aliran masuk sebagai
temperatur awal, kemudian membaca beda ketinggian air raksa pada
manometer pipa U
- Jika tekanan telah kembali seperti semula, menutup valve kompresor, valve
heater dan valve air secara bersamaan kemudian membaca wet bulb
26
160.0000
140.0000
120.0000 f(x) = − 15.91 x + 187.29
Laju Alir (Q)
R² = 0.96
100.0000
80.0000
60.0000
40.0000
20.0000
3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
Waktu (t)
Grafik 2.1. Hubungan antara waktu dan laju alir pada kalibrasi bukaan valve
700
600
500
f(x) = − 24.08 x + 584.15
Laju Alir (Q)
400 R² = 0.76
300
200
100
0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
Waktu (t)
Grafik 2.2. Hubungan antara waktu dan laju alir pada kalibrasi tekanan
3.5
Grafik 2.3. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Massa (KG) pada
bukaan valve 1 putaran
Koefisien Perpindahan Massa (KG)
1.2
0.4
0.2
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (t)
Grafik 2.4. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Massa (KG) pada
bukaan valve 2 putaran
32
Grafik 2.5. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Massa (KG) pada
bukaan valve 3 putaran
Koefisien Perpindahan Massa (KG)
2.5
0.5
0
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (t)
Grafik 2.6. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Massa (KG) pada
bukaan valve 4 putaran
1
Grafik 2.7. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Panas (HG) pada
bukaan valve 1 putaran
Koefisien Perpindahan Panas (HG)
0.45
0.4
0.35
0.3
f(x) = − 0.02 x + 0.37
0.25 R² = 0.71
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (t)
Grafik 2.8. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Panas (HG) pada
bukaan valve 2 putaran
34
1.4
Koefisien Perpindahan Panas (HG)
1.2
1
0.8 f(x) = − 0.05 x + 1.04
R² = 0.76
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (t)
Grafik 2.9. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Panas (HG) pada
bukaan valve 3 putaran
0.7
Koefisien Perpindahan Panas (HG)
0.6
0.5
f(x) = − 0.04 x + 0.7
0.4 R² = 0.77
0.3
0.2
0.1
0
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (t)
Grafik 2.10. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Panas (HG) pada
bukaan valve 4 putaran
2.9. Pembahasan
- Dari grafik 2.1 menunjukkan semakin bertambahnya waktu maka laju alir akan
semakin menurun. Hal ini sesuai dengan teori dimana semakin besar laju alir
volumetrik maka waktu yang diperlukan semakin sedikit. Sedangkan pada
grafik 2.2 yang menunjukan hubungan laju alir (Q) dengan waktu (t)pada
kalibrasi tekanan menunjukan bahwa semakin lamanya waktu maka laju alir
semakin menurun hal ini dipengaruhi oleh berkurangnya volume fluida yang
menyebabkan tekanan juga semakin berkurang yang mengakibatkan laju alir
semakin menurun
- Dari grafik 2.3 sampai dengan grafik 2.6 yang menunjukan hubungan antara
waktu (t) dengan koefisien perpindahan massa (KG) pada bukaan valve tetap.
Semakin lamanya waktu maka semakin kecil nilai koefisien perpindahan
massanya. Pada grafik 2.3 pada bukaan valve 1 nilai R kurang dari 0,75 hal ini
dikarenakan susahnya menjaga suhu heeater stabil dan tekanan kompresor
yang terbaca dipipa U naik terlalu tinggi sehingga mempengaruhi nilai
koefisien perpindahan massa (KG)
- Dari grafik 2.7 sampai dengan grafik 2.10 yang menunjukan hubungan antara
waktu (t) dengan koefisien perpindahan panas (HG) pada bukaan valve tetap.
Semakin lamanya waktu maka semakin kecil nilai koefisien perpindahan
panasnya. Pada grafik 2.7 dimana nilai R kurang dari 0,75 yang dikarenakan
sewaktu memulai percobaan pada variabel tersebut pipa bagian bawah
penampung terlepas dan juga dikarenakan kinerja dari kompresor dan heater
yang tidak dapat dijaga konstan selama percobaan sehingga mempengaruhi
nilai koefisien perpindahan panas (HG)
2.10. Kesimpulan
- Dari hasil praktikum didapatkan bahwa harga koefisien perpindahan massa
yaitu 3,10837 gmol/s.cm2 dan harga koefisien perpindahan panas yaitu
0,917460 kW/m2 K
- Dari hasil praktikum untuk bukaan valve sebagai variabel tetap didapatkan
perpindahan massa dan perpindahan panas yang didapatkan dari bukaan valve
sebagai variabel tetap adalah berbanding terbalik.