Anda di halaman 1dari 20

BAB II

WETTED WALL COLUMN

2.1. Tujuan Percobaan


- Menentukan koefisien perpindahan massa dan koefisien perpindahan panas
pada fase gas
- Mempelajari pengaruh variabel-variabel operasi seperti laju alir terhadap
koefisien perpindahan massa dan koefisien perpindahan panas dalam Wetted
Wall Column.
2.2. Tinjauan Pustaka
Perpindahan panas merupakan ilmu yang berkaiatan dengan tingkat pertukaran
panas, antara panas dan dingin yang sebagai sumber dan penerima. Ketika air menguap,
maka dalam proses perubahan energinya dapat diproses dengan baik. Pada umumnya,
penguapan adalah fenomena yang jauh lebih cepat dari pada kondensasi (Kern, 1965).
Perpindahan massa yaiu dimana suatu campuran berpindah dari suatu fase ke fase
yang lain dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi atau dipengaruhi oleh beda
tekanan diantara dua titik, dimana perpindahannya terjadi dari konsentrasi tinggi ke
campuran yang berkonsetrasi rendah (Widodo, 2009).
Studi pada proses perpindahan massa termasuk tentang studi difusi dan koefisien
pada perpindahan massa. Perpindahan massa merupakan perpindahan suatu unsur dari
konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah yang bergantung pada
difusivitas (Kulkarni, 2017).
Pada proses Wetted Wall Coloumn (WWC) ini terdapat proses humidifikasi dan
dehumidifikasi, yaitu terjadi adanya perpindahan materi antara liquida murni dan gas
yang tidak larut dalam liquida. Proses humidifikasi adalah proses perpindahan H2O dari
fasa cair ke udara atau air menguap ke udara. Sedangkan proses dehumidifikasi adalah
proses perpindahan uap H2O yang ada di udara ke dalam air atau uap air mengembun
(Geankopolis, 1983).

16
17

1. Definisi Debit (Q)


Debit adalah volume air yang mengalir per satuan waktu.
Q =  A  V .................................................................(2.1)
Dimana:
Q = Debit air (m³/detik)
A = Luas penampang sungai (m²)
V = Kecepatan air rata-rata (m/detik)
(Neno, 2016).
2. Definisi Kelembaban (Humidity)
Devinisi Humidity (H) dari campuran udara-uap air dalam kg uap air yang
terkandung dalam 1 kg udara kering. H merupakan fungsi tekanan parsial uap air
dalam udara (PA) dan tekanan udara total P, dimana P diasumsi = 101,325 kPa = 1
atm = 760 mmHg. Jika Bm air =18,02 udara=28,97 maka H dalam kg H 2O/kg udara
kering (SI) atau Ib H2O/Ib udara kering (British) adalah:
18,02 P A
H = 28,97 ( P−P A ) .................................................(2.2)
Dimana: PA = tekanan partial uap
P = tekanan total
(Geankoplis, 1997)
3. Udara jenuh
Adalah udara dengan uap air yang berkesetimbangan dengan air pada kondisi P dan
T tertentu. Dalam campuran ini tekanan parsial dari uap air dalam campuran udara
air adalah sama dengan tekanan uap air (PAS) murni pada suhu tertentu. Sehingga
humidity jenuh (Hs) adalah:
18,02 PAS
HS = 28,97 ( P−P AS ) ...............................................(2.3)
Dimana: PAS = tekanan uap air
HS = kelembaban jenuh
4. Persentage Humidity (Hp)
Percentage Humidity adalah rasio Actual Humidity (H)/Saturation Humidity (Hs)
pada suhu dan tekanan yang sama dikali 100, sehingga:
18

H
HP = 100
H S ...........................................................(2.4)
Dimana: H = Actual Humidity
Hs = Saturation Humidity
5. Percentage Relative Humidity (HR)
HR adalah rasio tekanan parsial uap air dalam udara (P A) dan tekanan uap murni (PAS)
dikali 100, sehingga:
PA

HR = 100 P'AS .........................................................(2.5)


6. Laju perpindahan panas
Laju perpindahan panas dapat dinyatakan dengan menggunakan luas permukaan zat
cair, dan koefisien perpindahan panas, yang dapat dinyatakan dengan persamaan:
q = h (T – Tw) A..........................................................(2.6)
Dimana: q = laju perpindahan panas sensibel zat cair
A = luas permukaan zat cair
(Geankoplis, 1997)
7. Laju perpindahan massa
Laju perpindahan massa dapat dinyatakan dengan koefisien perpindahan massa, luas,
dan gaya dorong fraksi mol uap.
ky
NA = (1− y )L (yi – y) A............................................(2.7)
Dimana: NA = laju perpindahan molal uap
yi= fraksi mol uap pada hubungan anatar dua zat
ky = koefesien perpindahan massa, mol/satuan luas.satuan fraksi
mol
(1 – y)L = faktor difusi satu arah
(Cabe, Mc. 1991)
8. Fraksi mol direalisasikan antara H dan menggunakan rumus:
H/M A
y=
1/M B+ H/M A ..................................................(2.8)
Dimana MB adalah berat molekul dari udara dan MA berat molekul dari H2O.
19
20

9. Untuk menghitung fluks massa digunakan rumus:


x A0 yA2 x A1 yA2
L'
( 1−x A 0) (
+V '
1− y A 2 ) (
=L '
1−x A 1 ) (
+V '
1− y A 2 ) ...................(2.9)
(Geankoplis, 1997)

Gambar 2.1. Humidity chart for mixtures of air and water vapor at a total pressure at
101,325 kPa.
10. Koefisien perpindahan massa

Fase tunggal koefisien perpindahan massa


k'y dan
k 'x seringkali sulit
untuk mengukur secara eksperimental, kecuali dalam percobaan dirancang sehingga
perbedaan konsentrasi pada satu fase kecil dan dapat diabaikan, keseluruhan

transfer massa
k'y dapat didefinisikan
¿
NA =
K ' y ( y AG−y A ) .........................(2.10)

(Geankoplis, 1997).
Hal yang mempengaruhi proses perpindahan massa
a. Suhu
21

Suhu sangat berpengaruh terhadap perpindahan massa dimana semakin rendah suhu
yang diigunakan maka proses penyerapan atau laju perpindahan massa juga semakin
baik
b. Tekanan
Semakin besarnya tekanan yang digunakan dalam proses penyerapan maka akan
semakin baik. Akan tetapi memiliki titik optimum dimana penggunaan tekanan yang
sesuai maka akan menghasilkan proses penyerapan yang optimal. Apabila tekanan
melebihi batas tekanan maksimumnya maka akan mengakibatkan kemampuan dari
proses penyerapan tersebut tidak efektif
c. Laju alir air
Semakin besarnya laju alir air maka penyerapan semakin baik
d. Komposisi dalam aliran air
Apabila dalam suatu sistem terdapat suatu senyawa yang mampu bereaksi dengan zat
lainnya maka proses penyerapan tersebut akan berjalan dengan baik (Muchlisyiyah,
2017).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan panas yaitu:
- Panjang benda
Semakin panjang suatu benda yang dipanaskan maka semakin lambat panas (kalor)
yang merambat di dalam benda tersebut. Semakin pendek suatu benda yang
dipanaskan maka semakin cepat panas (kalor) yang merambat di dalam benda
tersebut.
- Luas permukaan benda
Semakin luas permukaan suatu benda yang dipanaskan maka semakin cepat panas
(kalor) yang merambat di dalam benda tersebut. Semakin kecil luas permukaan suatu
benda yang dipanaskan maka semakin lama panas (kalor) yang merambat di dalam
benda tersebut
- Jenis benda
Semakin bersifat konduktor (logam) suatu benda yang akan dipanaskan maka
semakin cepat panas (kalor) yang merambat di dalam benda tersebut.
- Perbedaan suhu
22

Semakin besar perbedaan suhu pada kedua benda yang akan bersentuhan maka
semakin cepat kalor panas yang merambat di dalam benda tersebut. Begitupun
sebaliknya (Paubun, 2009).
Didalam industri-industri kimia sering dijumpai proses yang melibatkan
pemisahan dan perpindahan massa diantaranya absorpsi gas. Metode pemisahan dengan
absorpsi merupakan proses pemisahan yang cukup ekonomis dan yang paling banyak
dipakai untuk memisahkan CO2 dari aliran gas. Pada proses absorpsi CO 2 dengan
larutan kimia atau fisika adalah teknologi yang sedang dikembangkan pada sejumlah
proses komersial, termasuk pemurnian gas dan produksi amonia. Dalam industri kimia,
gas yang paling banyak diserap adalah gas CO2 yang banyak dihasilkan dari industri
pembuatan amonia (Kuswandi, 2008).
Prinsip Kerja Wetted Wall Column yaitu dimana Koefisien transfer massa dapat
bersifat local atau secara keseluruhan. Diffusivitas gas dan cairan berbeda tergantung
pada suhu, tekanan, berat molekul dan interaksi. Laminer dan turbulen sifat aliran
menyebabkan berbagai nilai untuk koefisien perpindahan massa. Koefisien perpindahan
massa sangat bergantung pada difusivitas (Kulkarni, 2017)

Gambar 2.2. Visio Wetted Wall Column


2.3. Variabel Percobaan
A. Tekanan sebagai variabel tetap
- Variabel tetap
Tekanan udara : 1, 2, 3, 4 kg/cm2
23

Suhu heater : 70 ˚C
- Variabel berubah
Bukaan valve : 1, 2, 3, 4 putaran
B. Bukaan valve sebagai variabel tetap
- Variabel tetap
Bukaan valve : 1, 2, 3, 4 putaran
Suhu heater : 70 ˚C
- Variabel berubah
Tekanan udara : 1, 2, 3, 4 kg/cm2
2.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Beakerglass - Air
- Heater - Udara
- kompresor
- Stopwatch
- termometer
- Watted wall coloum instrument
2.5. Prosedur Percobaan
1. Kalibrasi bukaan valve air
- Menyalakan pompa untuk mengisi tangki overflow kemudian mengatur
bukaan valve sesuai run, yaitu: 1, 2, 3, 4 putaran
- Mengalirkan air dari tangki overflow kemudian setelah aliran yang keluar
konstan, menampung air tersebut hingga volumenya 500 mL dalam
beakerglass. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengisi air hingga 500
mL
- Melakukan 3 kali kalibrasi pada setiap bukaan valve.
2. Kalibrasi tekanan udara
- Menyalakan kompresor sampai mencapai tekanan yang ditentukan, yaitu: 1, 2,
3, 4 kg/cm2
- Mematikan kompresor setelah tekanan yang ditentukan tercapai, kemudian
membuka valve pada kompresor dan heater untuk mengalirkan udara kedalam
kolom bersamaan dengan menyalakan stopwatch
24

- Pada saat udara mengalir, membaca beda ketinggian air raksa pada manometer
pipa U
- Jika tekanan sudah kembali seperti semula, mematikan stopwatch, menutup
valve pada kompresor dan heater
- Melakukan 3 kali kalibrasi pada setiap variabel tekanan.
25

3. Prosedur percobaan
A. Tekanan sebagai variabel tetap
- Memanaskan heater sampai suhu 70 ˚C
- Mengisi tangki overflow sampai overflow
- Menyalakan kompresor hingga mencapai tekanan yang ditentukan dan
mengatur bukaan valve sesuai dengan run yng ditentukan yairu: 1, 2, 3, 4
putaran
- Mengontakan udara dan air pada kolom dengan membuka valve untuk gas
dan valve untuk air bersamaan dengan itu menyalakan stopwatch
- Melakukan pencatatan wet bulb temperature dan dry bulb temperature saat
terjadi kontak antara udara dengan air untuk aliran masuk sebagai
temperatur awal, kemudian membaca beda ketinggian air raksa pada
manometer pipa U
- Jika tekanan telah kembali seperti semula, menutup valve kompresor, valve
heater dan valve air secara bersamaan kemudian membaca wet bulb
temperature dan dry bulb temperature untuk aliran keluar sebagai
temperatur akhir, mencatat waktu yang diperlukan
- Melakukan percobaan untuk tekanan udara yaitu: 1, 2, 3, 4 kg/cm2
B. Bukaan valve sebagai variabel tetap
- Memanaskan heater sampai suhu 70 ˚C
- Mengisi tangki overflow sampai overflow
- Mengatur bukaan valve sesuai dengan run yang ditentukan yaitu 1 putaran
dan menyalakan kompresor hingga mencapai tekanan yang ditentukan yaitu:
1, 2, 3, 4 kg/cm2
- Mengontakkan udara dan air pada kolom dengan membuka valve untuk gas
dan valve untuk air bersamaan dengan itu menyalakan stopwatch
- Melakukan pencatatan wet bulb temperature dan dry bulb temperature saat
terjadi kontak antara udara dengan air untuk aliran masuk sebagai
temperatur awal, kemudian membaca beda ketinggian air raksa pada
manometer pipa U
- Jika tekanan telah kembali seperti semula, menutup valve kompresor, valve
heater dan valve air secara bersamaan kemudian membaca wet bulb
26

temperature dan dry bulb temperature untuk aliran keluar sebagai


temperatur akhir, mencatat waktu yang diperlukan
- Melakukan percobaan untuk tekanan udara yaitu: 1, 2, 3, 4 putaran.
2.6. Data Pengamatan
Tabel 2.1. Kalibrasi bukaan valve untuk air
Bukaan valve Volume air Waktu (detik)
(putaran) (mL) t1 t1 t3 trata-rata
1 500 7,92 8 7,85 7,92
2 500 4,03 5,03 4,85 4,64
3 500 3,89 4,92 4,32 4,38
4 500 3.66 3.91 3,45 3,67
Tabel 2.2. Kalibrasi tekanan udara
Tekanan Tinggi manometer (cm) Waktu (detik)
udara
h1 h2 h3 hrata-rata t1 t2 t3 trata-rata
2
(kg/cm )
1 1 0,5 1 0,83 3 3,16 4 3,39
2 1 0,5 1 0,83 5,68 8 6,42 6,70
3 1 1 1 1,00 15 12,53 11,49 13,01
4 1 1 1 1,00 21,72 22,28 21,54 21,85

Tabel 2.3 Data pengamatan dengan Tekanan sebagai variabel tetap


P Bukaan Suhu awal (ºC) Suhu akhir(˚C)
h (cm) t (detik)
(bar) Valve Td1 Tw1 Td2 Tw2
1 28 27 25 26 0,7 3,85
2 29 27 25 26 0,5 3,25
1
3 31 27 25 26 0,2 5,23
4 32 28 25 26 0,1 7,35
1 38 29 25 25 0,3 11,36
2 36 29 25 26 1 5,39
2
3 33 29 26 26 0,1 12,46
4 33 28 26 25 0,6 4,80
1 39 31 27 25 0,7 11,79
2 37 30 26 25 1 10,16
3
3 41 31 26 25 0,9 11,85
4 40 31 26 25 0,9 12,83
1 45 34 25 25 1,1 19,53
2 45 33 25 26 2,5 21,27
4
3 44 33 26 25 1,7 21,03
4 43 32 26 25 1 20,32
Tabel 2.4 Data pengamatan bukaan valve sebagai variabel tetap
Bukaan P Suhu awal Suhu Akhir h (cm) t
27

(˚C) (˚C) (P, detik)


Valve (bar)
Td1 Tw1 Td2 Tw2
1 41 33 25 25 1,5 2,58
2 39 32 25 25 1 5,85
1
3 41 33 25 26 1,2 13,10
4 40 33 25 25 0,9 19,43
1 38 32 25 25 0,7 3,45
2 42 33 25 25 0,8 5,95
2
3 43 34 26 25 0,8 12,15
4 43 34 25 25 1 19,40
1 39 32 25 25 1,4 2
2 43 34 25 25 1,5 6,59
3
3 43 34 26 25 1,1 16,37
4 42 33 26 26 1 19,63
1 43 33 25 25 2,3 4,81
2 45 34 26 25 0,4 13,37
4
3 42 33 25 26 0,8 15,39
4 41 33 26 26 1,1 19,49
28

2.7. Data Perhitungan


Tabel 2.5. Perhitungan laju alir volumetrik fluida konstan
Bukaan Volume Waktu (detik)
valve air Q
t1 t2 t3 trata-rata
(putaran) (mL)
1 500 7,92 8 7,85 7,92 63,1048
2 500 4,03 5,03 4,85 4,64 107,8361
3 500 3,89 4,92 4,32 4,38 114,2422
4 500 3,66 3,91 3,45 3,67 136,1162

Tabel 2.6. Perhitungan laju alir volumetrik udara


Tekanan
hrata-rata trata-rata
udara V A Q
(cm) (detik)
(bar)
1 0,83 3,39 0,2461 2544 625,98425
2 0,83 6,70 0,1244 2544 316,41791
3 1,00 13,01 0,0769 2544 195,592
4 1,00 21,85 0,0458 2544 116,44797
Tabel 2.7. Perhitungan laju alir uap air untuk bukaan valve sebagai variabel tetap 29
Bukaan Tekanan Suhu Awal Suhu Awal VU1 VU2 NA1 NA2
Q V (ºC) (ºC) KG HG
Valve (kg/cm2) Td1 Tw1 Td1 Tw1 (Td1) (Tw2) (Td1) (Tw2)
1479,069
1 0,5814 41 33 25 25 4,11087 2,85712 -0,21360 -0,06180 3,10837 0,917460
8
1 2 434,8718 0,1709 39 32 25 25 1,10082 0,79442 -0,04695 -0,01446 0,86147 0,288372
3 233,0382 0,0916 41 33 25 26 0,64770 0,45016 -0,03365 -0,00872 0,49082 0,129097
4 117,8384 0,0463 40 33 25 25 0,30950 0,22763 -0,01431 -0,00492 0,24765 0,083677
1 516,1739 0,2029 38 32 25 25 1,25683 0,94294 -0,04913 -0,01717 1,02253 0,399001
2 342,0504 0,1345 42 33 25 25 1,00201 0,66074 -0,05786 -0,01429 0,71884 0,188914
2
3 167,5062 0,0658 43 34 26 25 0,51537 0,34090 -0,03161 -0,00855 0,37209 0,111976
4 131,1340 0,0515 43 34 25 25 0,40346 0,26688 -0,02566 -0,00669 0,29130 0,077161
1780,800
1 0,7000 39 32 25 25 4,50785 3,25316 -0,19227 -0,05922 3,52772 1,180882
0
3 2 579,0592 0,2276 43 34 25 25 1,78160 1,17848 -0,11329 -0,02955 1,28631 0,341015
3 170,9469 0,0672 43 34 26 25 0,52595 0,34791 -0,03226 -0,00872 0,37974 0,114179
4 129,5976 0,0509 42 33 26 26 0,37965 0,25034 -0,02106 -0,00485 0,27296 0,072365
1216,465
1 0,4782 43 33 25 25 3,74272 2,34985 -0,23800 -0,05082 2,55649 0,592570
7
4 2 76,1107 0,0299 45 34 26 25 0,25596 0,15490 -0,01874 -0,00388 0,16907 0,039876
3 132,2417 0,0520 42 33 25 26 0,38739 0,25545 -0,02237 -0,00495 0,27852 0,064587
4 143,5813 0,0564 41 33 26 26 0,39906 0,27736 -0,01983 -0,00604 0,30170 0,088207
2.8. Grafik

160.0000
140.0000
120.0000 f(x) = − 15.91 x + 187.29
Laju Alir (Q)

R² = 0.96
100.0000
80.0000
60.0000
40.0000
20.0000
3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
Waktu (t)

Grafik 2.1. Hubungan antara waktu dan laju alir pada kalibrasi bukaan valve

700
600
500
f(x) = − 24.08 x + 584.15
Laju Alir (Q)

400 R² = 0.76
300
200
100
0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
Waktu (t)

Grafik 2.2. Hubungan antara waktu dan laju alir pada kalibrasi tekanan
3.5

Koefisien Perpidahan Massa (KG)


3
2.5
2 f(x) = − 0.14 x + 2.61
R² = 0.65
1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (t)

Grafik 2.3. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Massa (KG) pada
bukaan valve 1 putaran
Koefisien Perpindahan Massa (KG)

1.2

0.8 f(x) = − 0.04 x + 1.05


R² = 0.85
0.6

0.4

0.2

0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (t)

Grafik 2.4. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Massa (KG) pada
bukaan valve 2 putaran
32

Koefisieen Perpindahan Massa (KG)


4
3.5
3
2.5 f(x) = − 0.17 x + 3.22
R² = 0.82
2
1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (t)

Grafik 2.5. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Massa (KG) pada
bukaan valve 3 putaran
Koefisien Perpindahan Massa (KG)

2.5

2 f(x) = − 0.17 x + 3.04


R² = 0.8
1.5

0.5

0
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (t)

Grafik 2.6. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Massa (KG) pada
bukaan valve 4 putaran
1

Koefisien Perpindahan Panas (HG)


0.9
0.8
0.7
0.6 f(x) = − 0.04 x + 0.78
0.5 R² = 0.67
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (t)

Grafik 2.7. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Panas (HG) pada
bukaan valve 1 putaran
Koefisien Perpindahan Panas (HG)

0.45
0.4
0.35
0.3
f(x) = − 0.02 x + 0.37
0.25 R² = 0.71
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (t)

Grafik 2.8. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Panas (HG) pada
bukaan valve 2 putaran
34

1.4
Koefisien Perpindahan Panas (HG)
1.2
1
0.8 f(x) = − 0.05 x + 1.04
R² = 0.76
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (t)

Grafik 2.9. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Panas (HG) pada
bukaan valve 3 putaran
0.7
Koefisien Perpindahan Panas (HG)

0.6
0.5
f(x) = − 0.04 x + 0.7
0.4 R² = 0.77

0.3
0.2
0.1
0
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu (t)

Grafik 2.10. Hubungan antara waktu dan Koefisien Perpindahan Panas (HG) pada
bukaan valve 4 putaran
2.9. Pembahasan
- Dari grafik 2.1 menunjukkan semakin bertambahnya waktu maka laju alir akan
semakin menurun. Hal ini sesuai dengan teori dimana semakin besar laju alir
volumetrik maka waktu yang diperlukan semakin sedikit. Sedangkan pada
grafik 2.2 yang menunjukan hubungan laju alir (Q) dengan waktu (t)pada
kalibrasi tekanan menunjukan bahwa semakin lamanya waktu maka laju alir
semakin menurun hal ini dipengaruhi oleh berkurangnya volume fluida yang
menyebabkan tekanan juga semakin berkurang yang mengakibatkan laju alir
semakin menurun
- Dari grafik 2.3 sampai dengan grafik 2.6 yang menunjukan hubungan antara
waktu (t) dengan koefisien perpindahan massa (KG) pada bukaan valve tetap.
Semakin lamanya waktu maka semakin kecil nilai koefisien perpindahan
massanya. Pada grafik 2.3 pada bukaan valve 1 nilai R kurang dari 0,75 hal ini
dikarenakan susahnya menjaga suhu heeater stabil dan tekanan kompresor
yang terbaca dipipa U naik terlalu tinggi sehingga mempengaruhi nilai
koefisien perpindahan massa (KG)
- Dari grafik 2.7 sampai dengan grafik 2.10 yang menunjukan hubungan antara
waktu (t) dengan koefisien perpindahan panas (HG) pada bukaan valve tetap.
Semakin lamanya waktu maka semakin kecil nilai koefisien perpindahan
panasnya. Pada grafik 2.7 dimana nilai R kurang dari 0,75 yang dikarenakan
sewaktu memulai percobaan pada variabel tersebut pipa bagian bawah
penampung terlepas dan juga dikarenakan kinerja dari kompresor dan heater
yang tidak dapat dijaga konstan selama percobaan sehingga mempengaruhi
nilai koefisien perpindahan panas (HG)
2.10. Kesimpulan
- Dari hasil praktikum didapatkan bahwa harga koefisien perpindahan massa
yaitu 3,10837 gmol/s.cm2 dan harga koefisien perpindahan panas yaitu
0,917460 kW/m2 K
- Dari hasil praktikum untuk bukaan valve sebagai variabel tetap didapatkan
perpindahan massa dan perpindahan panas yang didapatkan dari bukaan valve
sebagai variabel tetap adalah berbanding terbalik.

Anda mungkin juga menyukai