Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANATOMI DAN PEMERIKSAAN TRAKEA PADA


MANUSIA

Disusun Oleh:
MUHAMMAD ANWAR AL BASYARI
NIM: 45010619A022
Tingkat 1 Semester 2

PRODI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


Jalan Brigjen Dharsono No.12B Cirebon
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
Maret 2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Anatomi dan Pemeriksaan Trakea Pada Manusia” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas dosen pada mata kuliah Teknik Radiografi-2. Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan tentang Prosedur Pemeriksaan Trakea bagi

para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Nurohman, S.ST., selaku

dosen mata kuliah Teknik Radiografi yang telah memberikan tugas ini sehingga

dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya

tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah

ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan

demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 17 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER....................................................................................... 1

KATA PENGANTAR...................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 4

A. LATAR BELAKANG PEMERIKSAAN............................................. 4

B. IDENTIFIKASI MASALAH................................................................ 5

C. TUJUAN PEMBAHASAN.................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 6

A. PENGERTIAN TRAKEA.................................................................... 6

B. ANATOMI TRAKEA.......................................................................... 7

C. PROSEDUR PEMERIKSAAN TRAKEA........................................... 8

D. PATOLOGI........................................................................................... 11

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 12

A. KESIMPULAN..................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemeriksaan

Pemeriksaan Radiologi merupakan salah satu pemeriksaan dibidang medis

yang sangat penting untuk menegakan diagnosa suatu penyakit dan sebagai

terapi. Penyakit yang diderita oleh pasien sangat bervariasi, ada kelainan pada

anatomi yang bergerak misalkan paru-paru dan jantung yang memerlukan kontras

yang tinggi (perbedaan densitas antara suatu jaringan dengan jaringan sekitarnya)

pada foto Rontgen, sedangkan pada anatomi yang tidak bergerak misalnya tulang,

memerlukan kualitas foto Rontgen dengan ketajaman (detail) yang tinggi (batas

tegas antara suatu jaringan dengan jaringan sekitarnya). Perbedaan anatomi yang

akan dianalisa memerlukan teknik radiografi yang khusus terutama pada

pengaturan faktor ekspose khususnya kuat arus (mA) dan waktu (s) . Pengaturan

kuat arus (mA) dapat menghasilkan banyaknya jumlah radiasi yang terjadi

sehingga didapatkan densitas yang berpengaruh terhadap kontras di film Rontgen.

Kontras Radiografi pada prinsipnya dibentuk oleh perbedaan intensitas sinar-X

setelah menembus objek yang sampai ke film. Variasi pola derajat kehitaman film

(densitas) yang terang berasal dari objek yang mempunyai nilai koefisien

attenuasi yang tinggi, dimana semua sinar-X diserap oleh jaringan. Sedangkan

pola film dengan densitas yang hitam dihasilkan oleh jaringan dengan nilai

koefisien attenuasi yang rendah, dimana hampir semua sinar-X diteruskan setelah

menembus jaringan. Perbedaan gelap dan terang pada film radiografi disebut

dengan kontras radiografi. Pengaturan faktor ekspose waktu (s) dapat

4
menghasilkan lamanya radiasi keluar dari tabung Rontgen yang berpengaruh

terhadap ketajaman (detail) pada film Rontgen.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimanakah anatomi Trakea?

2. Bagaimana prosedur pemeriksaan Trakea yang benar?

3. Kelaina-kelainan apa sajakah yang biasanya ada pada Trakea?

4. Bagaimanakah gambar radiograf Trakea yang memenuhi standar?

5. Proyeksi apa sajakah yang bisa dilakukan pada pemeriksaan Trakea?

C. Tujuan Pembahasan

1. Dapat mengetahui anatomi Trakea dan batas batas Trakea.

2. Dapat mengetahui kelainan-kelainan atau patofisiologi pada Trakea.

3. Menambah wawasan bagi setiap Radiografer tentang prosedur

pemeriksaan Trakea yang baik dan benar.

4. Mengetahui kualitas gambar radiograf pada Trakea.

5. Dapat mengetahui proyeksi yang bisa dilakukan pada pemeriksaan Trakea.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Trakea
Pernafasan bagian atas, meliputi hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan
bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh
membrane mukosa bersilia. Ketika masuk ronga hidung, udara disaring,
dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama mukosa
respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet.
Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mucus yang disekresi oleh sel goblet dan
kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang
terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam
lapisan mucus. Gerakan silia mendorong lapisan mucus ke posterior didalam
rongga hidung, dank e superior didalam sistem pernafasan bagian bawah menuju
ke faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar. Lapisan
mucus memberikan air untuk kelembaban, dan banyaknya jaringan pembuluh
darah dibawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi. Jadi udara inspirasi
telah disesuaikan sedemikian rupa, sehingga udara yang mencapai faring hampir
bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh dan kelembabannya mencapai 100%.

Gambar 1.1 Letak anatomi faring, laring, trakea

6
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring terdiri dari
rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung
pita suara. Ruang berbentuk segitiga diantara pita suara (yaitu glotis) bermuara
kedalam trakea dan membentuk bagian antara saluran pernafasan atas dan bawah.

B. Anatomi Trakea
Trakea dimulai dari bagian bawah laring dan melewati bgaian depan hidung
menuju dada. Trakea dibagi atas bagian kiri dan kanan bronkus utama yang sejajar
dengan vertebrae thoraciae yang kelima. Panjangnya sekitar 12 cm. istmus
kelenjar tiroid memotong bagian depan trakea dan lengkung aorta terletak
disebelah bawahnya dengan “manubrium sternum” didepannya. Esophagus
terletak dibelakan trakea, memisakannya dari badan vertebra torasik. Pada sisi-sisi
lain trakea terdapat paru-paru, dengan lobus kelenjar tiroid disebelah atasnya.
Dinding trakea tersusun atas otot involunter dan jaringan fibrosa yang diperkuat
oleh cincin tulang rawan hialin yang tidak sempurna. Defisiensi dalam tulang
rawan terlertak pada bagian belakang, dimana trakea bersentuhan dengan
esophagus. Ketika suatu bolus makanan ditelan, esophagus mampu mengembang
tanpa gangguan, tetapi tulang rawan mempertahankan kepatenan jalan nafas.
Trakea dihubungkan dengan epithelium yang mengandung sel-sel goblet yang
menyekresi mucus. Silia membersihkan mucus dan partikel-partikel asing yang
dihisap ke arah laring

.
Gambar 1.2 Anatomi trakea

7
C. Prosedur Pemeriksaan Trakea

1. Persiapan Pasien
 Meminta kepada pasien untuk melepaskan aksesoris di sekitar daerah
pemeriksaan seperti anting-anting, kalung, jepit rambut, dll.
 Menjelaskan prosedur pemeriksaan.
 Mensimulasikan penggunaan alat proteksi radiasi.
 Mengkonfirmasikan apakah sudah paham tentang penggunaan alat
proteksi radiasi.
 Membantu memakaikan alat proteksi radiasi

2. Alat dan Bahan


 Pesawat Sinar-X
 Computed Radiography
 IP 18x24 cm (untuk faring dan laring) IP 24x30 cm (untuk trakea)
 Gonad shield
 Softbag
 Marker
 Grid/ bucky

3. Teknik Pemeriksaan
Terdapat 2 teknik cara pemeriksaan pada Trakea, yaitu proyeksi AP dan
Lateral.
1. Proyeksi Trakea AP
 PP : Erect perpendicular dengan kepala posterior dan bahu
sejajar tegak lurus.
 PO : a. MSP perpendicular dengan grid

b. Istirahatkan dagu dengan acanthiomeatal perpendicular


dengan kaset

c. Batas atas kaset 3-4 cm di bawah MAE

8
 CP : C4 setinggi jugular notch
 CR : Perpendicular dengan kaset
 FFD : 120 cm
 Kaset : 24x30 cm
 FE : 53- 54 kvp, 10-12 mAs
 Soft tissue teknik

Gambar 2.1 Proyeksi AP Trakea


 Kriteria Radiograf
1) Tampak udara pada laring dan tracea dari cervical 3 – thoracal 4
tervisualisasi pada cervical 5
2) Terlihat vertebra cervicalis sampai vertebra thoracalis
3) Tidak ada rotasi pada sternum

Gambar 2.2 Kriteria citra radiograf proyeksi AP trakea

9
2. Proyeksi Lateral
 PP : Erect/duduk tegak bila memungkinkan
 PO : a. Letakkan anterior laring dan trakea
sejajar pada cervikal dan vertebra thorakal

b. Rotasikan shoulder ke posterior dengan kedua lengan


tangan ke bawah, letakkan tangan dibelakang tubuh

 CP : C6 atau C7 (diantara
pertengahan prominent di tiroid
dan jugular notch)
 CR : Horisontal Tegak lurus dengan
kaset
 FFD : 180 cm
 FE : 53-54 kVp, 10-12 mAs
 Soft tissue teknik dan inspirasi perlahan.

Gambar 2.3 proyeksi lateral Trakea


 Kriteria Radiograf
1) Terlihat laring, faring,
dan trakea
2) Tampak udara pada laring
dan tracea dari cervical 3
– thoracal 4 tervisualisasi
pada cervical 5
3) Terlihat vertebra
cervicalis sampai vertebra
thoracalis
4) Tidak ada rotasi pada
sternum

10
Gambar 2.4 Kriteria citra radiograf proyeksi lateral trakea
D. Patologi
1. Retropharyngeal Abses

Retropharyngeal abses adalah


infeksi tenggorokan seperti
radang tenggorokan dan tonsil
yang disebabkan oleh serangan
bakteri pada jaringan
tenggorokan, sehingga dapat
mengganggu jalannya system
pernafasan.

Gambar 2.5 Citra radiograf retropharyngeal


abses

2. Acute laryngotracheobronkitis

Acute laryngotracheobronkitis adalah


inflamasi yang menginfeksi laring,
trakea, dan bronkus. Infeksi ini
ditandai dengan adanya kumulan
muskus yang dapat menyumbat
jalannya pernafasan.

Gambar 2.6 Citra radiograf acute


laryngotracheobronkitis

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Trakea dimulai dari bagian bawah laring dan melewati bgaian depan
hidung menuju dada. Trakea dibagi atas bagian kiri dan kanan bronkus
utama yang sejajar dengan vertebrae thoraciae yang kelima. Panjangnya
sekitar 12 cm. istmus kelenjar tiroid memotong bagian depan trakea dan
lengkung aorta terletak disebelah bawahnya dengan “manubrium sternum”
didepannya. Proyeksi yang bisa dilakukan dalam pemotretan trakea adalah
AP dan lateral yang sesuai dengan prosedur pemeriksaan.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Trakea

https://www.academia.edu/12551329/Laporan_Praktikum_Pemeriksaan_Laring_Faring
_Trakea

https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ALeKk01_l4N8Zxz8hwV4RsrmPopVL2VfoA
%3A1584787341193&source=hp&ei=je91XvvrCcW89QPO1JP4CQ&q=PENGERTIAN+TRA
KEA&oq=PENGERTIAN+TRAKEA&gs_l=psy-
ab.3..0l3j0i10j0j0i22i30l5.114.2859..3372...0.0..0.596.2618.0j3j3j1j1j1......0....1..gws-
wiz.......35i39j0i67j0i131i67j0i131j0i22i10i30.LkWqo6y2HPY&ved=0ahUKEwi75o70sKvoA
hVFXn0KHU7qBJ8Q4dUDCAU&uact=5

https://www.sehatq.com/artikel/kenali-pentingnya-fungsi-trakea-pada-sistem-
pernapasan-manusia

12
13

Anda mungkin juga menyukai