Anda di halaman 1dari 30

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun


2007 tentang Penataan Ruang (UU 26/2007), penataan ruang
diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah
administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Penataan
ruang berdasarkan nilai strategis kawasan meliputi penataan ruang
kawasan strategis nasional (KSN), penataan ruang kawasan strategis
provinsi (KSP), dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota
(KSK).
Setiap peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten
tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi dan RTRW kabupaten
mengamanatkan penyusunan rencana tata ruang (RTR) KSP dan RTR
KSK. Agar penyusunan RTR KSP dan RTR KSK efektif dan efisien,
diperlukan pedoman penyusunan RTR KSP dan RTR KSK.
Dengan adanya pedoman penyusunan RTR KSP dan RTR KSK dimaksud,
diharapkan dapat melengkapi peraturan pelaksanaan dalam rangka
implementasi UU 26/2007.

1.2 Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan dalam penyusunan RTR KSP
dan RTR KSK oleh pemerintah daerah.
b. Tujuan
Pedoman ini bertujuan mewujudkan RTR KSP dan RTR KSK yang
sesuai dengan ketentuan UU 26/2007 dan peraturan pelaksanaannya.

1.3 Ruang Lingkup


Pedoman ini memuat ketentuan umum, ketentuan teknis dan prosedur
penyusunan RTR KSP dan RTR KSK, KSP dan KSK dimaksud tidak
mencakup KSP dan KSK yang merupakan atau bercirikan perkotaan.

1.4 Acuan Normatif


Pedoman ini disusun dengan memperhatikan antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; dan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang.

1.5 Kedudukan Pedoman


Pedoman ini merupakan pelengkap dari Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota. Secara diagramatis, kedudukan pedoman terhadap
peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang ditunjukan pada
Gambar 1.1 sebagai berikut:

Kementerian Pekerjaan Umum 1


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

Gambar 1.1
Kedudukan Pedoman terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Bidang Penataan Ruang

1.6 Fungsi dan Manfaat Pedoman RTR KSP/KSK


a. Fungsi
Fungsi pedoman ini yaitu sebagai arahan dalam penyusunan substansi
RTR KSP dan RTR KSK serta prosedur penyusunannya.

b. Manfaat
Manfaat pedoman ini yaitu:

1) mewujudkan RTR KSP dan RTR KSK yang berkualitas;


2) memberikan kemudahan dalam penyusunan RTR KSP dan RTR
KSK; dan
3) membantu percepatan penyusunan RTR KSP dan RTR KSK.

1.7 Pengguna Pedoman


Pengguna pedoman ini adalah seluruh pemangku kepentingan dalam
penyusunan RTR KSP dan RTR KSK, khususnya instansi pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten yang berwenang menyusun RTR KSP
dan RTR KSK.

Kementerian Pekerjaan Umum 2


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

BAB II
KETENTUAN UMUM MUATAN RTR KSP DAN RTR KSK

2.1 Kedudukan RTR KSP dan RTR KSK


RTR KSP dan RTR KSK merupakan rencana rinci tata ruang dari Perda
RTRW provinsi dan RTRW kabupaten. Kedudukan RTR KSP dan KSK
terhadap sistem perencanaan tata ruang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
sebagai berikut:

Gambar 2.1
Kedudukan RTR KSP dan KSK dalam Sistem Penataan Ruang

Kementerian Pekerjaan Umum 3


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

2.2 Fungsi dan Manfaat RTR Kawasan Strategis Provinsi / Kabupaten


Fungsi dan manfaat RTR KSP dan RTR KSK diuraikan dalam tabel sebagai
berikut:

Tabel 2.1
Tabel Fungsi dan Manfaat RTR KSP dan RTR KSK

RTR KSP RTR KSK


Fungsi 1. sebagai acuan 1. sebagai alat kendali
pemerintah provinsi mutu pemanfaatan ruang
untuk memastikan wilayah kabupaten
penyelenggaraan berdasarkan RTRW
penataan ruang di kabupaten;
kabupaten sudah 2. sebagai acuan bagi
mempertimbangkan nilai- kegiatan pemanfaatan
nilai strategis provinsi ruang yang lebih rinci
yang ada di kabupaten dari kegiatan
tersebut; dan pemanfaatan ruang yang
2. sebagai acuan diatur dalam RTRW
pemerintah kabupaten kabupaten;
dalam penyusunan RTRW 3. sebagai acuan bagi
kabupaten dan rencana kegiatan pengendalian
rincinya. pemanfaatan ruang; dan
4. sebagai acuan dalam
pemberian izin lokasi.
Manfaat terakomodasinya nilai-nilai terjaganya keberlanjutan
strategis provinsi yang nilai strategis kawasan
terpadu dalam rencana tata
ruang wilayah kabupaten
dan rencana rincinya;

2.3 Peran Masyarakat Dalam Penyusunan RTR KSP dan RTR KSK
Peran masyarakat dalam penyusunan RTR KSP dan RTR KSK mengacu
pada Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang Bentuk dan
Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.

2.4 Masa Berlaku RTR KSP dan RTR KSK


1. RTR KSP/KSK berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.
2. Peninjauan kembali RTR KSP/KSK dilakukan 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.
3. Peninjauan kembali RTR KSP/KSK dapat dilakukan lebih dari 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun dalam hal:
a. terdapat kondisi strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana
alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan;
b. terapat kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
batas wilayah daerah yang termasuk dalam deliniasi RTR KSP/KSK;
atau
c. apabila terjadi perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
yang berkaitan dengan RTR KSP/KSK.

Kementerian Pekerjaan Umum 4


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

BAB III
KETENTUAN TEKNIS MUATAN RTR KSP DAN RTR KSK

3.1. Sudut Kepentingan Kawasan Strategis Provinsi/Kabupaten


RTR KSP/KSK disusun berdasarkan pertimbangan sudut kepentingan,
KSP/KSK dapat dikelompokkan meliputi:
1. Sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
2. Sudut kepentingan pendayagunaan dan pengembangan sosial dan
budaya;
3. Sudut kepentingan pendayagunaan dan pengembangan teknologi;
dan
4. Sudut kepentingan pemberdayaan dan perlindungan lingkungan.

Dalam kasus-kasus tertentu pada KSP/KSK dapat mengandung lebih


dari satu sudut kepentingan, namun prioritas pengaturan KSP/KSK
tersebut berdasarkan sudut kepentingan yang telah ditetapkan dalam
RTRWP/RTRWK.
Pembagian sudut kepentingan dalam penyusunan RTR KSP dan KSK
dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Kementerian Pekerjaan Umum 5


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

Tabel 3.1
RTR KSP dan KSK Berdasarkan Sudut Kepentingannya

Kawasan Strategis Berdasarkan Sudut Kepentingan Kawasan


Pendayagunaan dan Pengembangan Pendayagunaan dan Pengembangan Pemberdayaan dan Perlindungan
Pertumbuhan Ekonomi
Sosial dan Budaya Teknologi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Kawasan yang mempunyai potensi Kawasan yang mempunyai potensi cagar Kawasan yang mempunyai potensi Kawasan yang memiliki potensi
ekonomi, sumber daya alam dan budaya, adat istiadat dan lingkungan yang sebagai tempat penelitian, perlindungan bagi flora, fauna,
sektor-sektor unggulan yang dapat memiliki ciri kearifan lokal serta pengembangan ilmu pengetahuan dan keanekaragaman hayati dan non hayati,
dikembangkan dan dimanfaatkan mempunyai nilai sejarah, ilmu teknologi yang dapat menciptakan keseimbangan ekosistem dan tingkat
menjadi kawasan pusat-pusat pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau peluang usaha produktif berbasis ilmu kerawanan bencana.
pertumbuhan sudah mampu kebudayaan yang perlu dilestarikan. pengetahuan.
mendorong perkembangan daerah
sekitar.
Ciri-ciri yang dipertimbangkan dalam Ciri-ciri yang dipertimbangkan dalam Ciri-ciri yang dipertimbangkan dalam
menentukan KSP/KSK dari sudut menentukan KSP/KSK dari sudut menentukan KSP/KSK dari sudut
Ciri-ciri yang dipertimbangkan kepentingan pendayagunaan dan kepentingan pendayagunaan dan kepentingan pemberdayaan dan
dalam menentukan KSP/KSK dari pengembangan sosial dan budaya: pengembangan teknologi: perlindungan sumber daya alam dan
sudut kepentingan pertumbuhan a. Pusat kegiatan pelestarian dan a. Pusat kegiatan pengembangan ilmu lingkungan:
ekonomi: pengembangan adat istiadat; pengetahuan dan teknologi strategis; a. Pusat kegiatan perlindungan
a. Pusat Kegiatan perdagangan b. Pusat kegiatan warisan budaya yang dan keanekaragaman hayati dan non
dan jasa; bersifat kebendaan berupa benda, b.Pusat kegiatan pengembangan dan hayati;
b. Pusat kegiatan yang bangunan, struktur dan situs cagar pengendalian antariksa, tenaga atom b. Pusat kegiatan aset nasional berupa
mempunyai pengaruh terhadap budaya; dan dan nuklir. kawasan lindung yang ditetapkan bagi
pertumbuhan sektor dan c. Pusat kegiatan cagar budaya yang perlu perlindungan ekosistem, flora dan/atau
pengembangan wilayah; dilestarikan keberadaanya baik yang fauna yang hampir punah atau
c. Pusat kegiatan yang dilengkapi terletak di darat dan/atau di perairan diperkirakan akan punah yang harus
oleh prasarana dan sarana yang (sungai, danau, waduk, situ, dilindungi dan/atau dilestarikan;
memadai; pesisir/pantai, laut). c. Pusat kegiatan yang memberikan
d. Pusat kegiatan pengelolaan, perlindungan dan keseimbangan
pengolahan dan distribusi sumber daya air;
bahan baku menjadi bahan d. Pusat kegiatan yang memberikan
jadi; perlindungan terhadap perubahan iklim
e. Pusat budidaya pangan; dan dan bentang alam; dan
f. Pusat pengembangan produk e. Pusat kegiatan pada kawasan rawan
unggulan. bencana dan mempunyai resiko
bencana alam.

Antara lain Dapat berupa : Antara lain Dapat berupa kawasan Contoh: Contoh:
1. kawasan perkotaan konservasi cagar budaya (b dan c) 1. kawasan teknologi tinggi, terapan, 1. kawasan pengembangan sumber daya
2. kawasan koridor ekonomi 1. kawasan konservasi sederhana (a dan b) alam (a, b, c, d dan e)
kawasan perdesaan permukiman/komunitas adat (a dan b) 2. kawasan perlindungan dan pelestarian
3. kawasan ekonomi cepat lingkungan hidup (a, b, c, d dan e)

Kementerian Pekerjaan Umum 6


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

Kawasan Strategis Berdasarkan Sudut Kepentingan Kawasan


Pendayagunaan dan Pengembangan Pendayagunaan dan Pengembangan Pemberdayaan dan Perlindungan
Pertumbuhan Ekonomi
Sosial dan Budaya Teknologi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
tumbuh 3. kawasan rawan bencana (a, b, c, d dan
4. kawasan tertinggal/terisolir e)
4. kawasan kritis lingkungan (a, b, c, d
dan e)
5. kawasan perlindungan pesisir dan
pulau-pulau kecil (a, b, c, d dan e)

Kementerian Pekerjaan Umum 7


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

3.2. Bentuk RTR Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten


Penentuan bentuk RTR KSP dan KSK mencakup:
1. Berbentuk kawasan: merupakan kawasan yang memiliki luasan
tertentu yang berada dalam satu wilayah administratif atau lebih.
Dapat berbentuk koridor yang memanjang/berkesinambungan dalam
satu kawasan.
2. Berbentuk objek: merupakan kawasan yang bercirikan objek strategis
yang tersebar maupun terpusat yang berada dalam satu wilayah
administratif atau lebih.
3. Berbentuk kawasan dan objek: merupakan gabungan antara
kawasan dan objek yang tersebar maupun terpusat yang berada
dalam satu wilayah administratif atau lebih.

Ilustrasi bentuk kawasan strategis provinsi dan kabupaten dapat dilihat


pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.

Gambar 3.1
Ilustrasi Bentuk Kawasan Strategis
Berbasis Kawasan dan Obyek Strategis

Kementerian Pekerjaan Umum 8


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

Gambar 3.2
Ilustrasi Lokasi Kawasan Strategis Provinsi/Kabupaten

No Lokasi KSP/KSK Ilustrasi


1. KSP berhimpit KSN pada
dua provinsi

2. KSP berhimpit KSN pada


satu provinsi

3. KSP lintas kabupaten


dan/atau kota

4. KSP berhimpit KSK lintas


kabupaten

Kementerian Pekerjaan Umum 9


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

No Lokasi KSP/KSK Ilustrasi


5. KSP berbentuk koridor

6. KSP berbentuk obyek


menyebar

7. KSP berbentuk deliniasi di


pesisir

8. KSP berbentuk obyek di


pesisir

Kementerian Pekerjaan Umum 10


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

No Lokasi KSP/KSK Ilustrasi


9. KSP berbentuk koridor di
pesisir

10. KSK berhimpit KSN pada


dua kabupaten atau lebih

11. KSK berhimpit KSN dalam


satu kabupaten

12. KSK dalam satu wilayah


kecamatan

Kementerian Pekerjaan Umum 11


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

No Lokasi KSP/KSK Ilustrasi


13. KSK lintas kecamatan

14. KSK berhimpit KSP dalam


satu kabupaten

15. KSK berhimpit KSP dan


RDTR

16. KSK berhimpit RDTR

Kementerian Pekerjaan Umum 12


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

No Lokasi KSP/KSK Ilustrasi


17. KSK berbentuk koridor

18. KSK berbentuk obyek


menyebar

19. KSK berbentuk deliniasi di


pesisir

20. KSK berbentuk obyek di


pesisir

Kementerian Pekerjaan Umum 13


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

No Lokasi KSP/KSK Ilustrasi


21. KSK berbentuk koridor di
pesisir

3.3. Penentuan Deliniasi RTR Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten


 Deliniasi kawasan harus memiliki titik koordinat yang jelas.
 Batas deliniasi dapat berupa batas administrasi wilayah (desa,
kecamatan, dll), mengikuti bentang alam (sungai, dll) dan batas
buatan (jalan, dll).
 Dapat berhimpitan sebagian atau seluruhnya antara KSN-KSP-KSK,
KSN-KSP, KSN-KSK, KSP-KSK. Pengaturan pada kawasan tersebut
diatur berdasarkan pada masing-masing tingkat kewenangan.
 Dalam hal pada sebuah KSK tercakup wilayah perencanaan RDTR
maka yang merupakan wilayah RDTR dapat tidak diatur dalam RTR
KSK melainkan mengacu pada perda tentang RDTR dimaksud.
 Deliniasi KSP ditetapkan oleh Surat Keputusan Gubernur dan
Deliniasi KSK ditetapkan oleh Surat Keputusan Bupati atau Surat
Keputusan Walikota atau Sekretaris Daerah atau Kepala Bappeda,
dilakukan sebelum penyusunan RTR kawasan strategis dimulai.
 Deliniasi kawasan strategis dapat mencakup kawasan inti dan
kawasan penyangga. Jika tidak diperlukan kawasan penyangga, maka
tidak perlu penetapan deliniasi kawasan penyangganya.
Pertimbangan dalam penentuan delineasi untuk masing-masing sudut
kepentingan diuraikan dalam Tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2
Penentuan Delineasi KSP/KSK
Pembagian Kawasan Kriteria Penentuan Deliniasi
Kawasan Inti  Kawasan inti merupakan objek utama
perencanaan/pembangunan.
 Kawasan inti dapat berada di daratan dan/atau
wilayah perairan/laut
Kawasan Penyangga  Kawasan penyangga merupakan kawasan yang
memiliki pengaruh, pelindung dan berdampak
langsung terhadap kawasan inti.
 kawasan penyangga dapat ditentukan dengan
radius tertentu dari batas terluar kawasan inti.
 Kawasan penyangga dapat berada di daratan
dan/atau wilayah perairan/laut

3.4. Skala Peta


Penetapan skala peta RTR KSP/KSK dilakukan dengan
mempertimbangkan kebutuhan informasi yang diperlukan dalam proses
perencanaan tata ruang KSP/KSK, serta mempertimbangkan luasan
geografis dan nilai strategis KSP/KSK.

Kementerian Pekerjaan Umum 14


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

Skala peta RTR KSP/KSK dapat berbeda antara kawasan inti dan
penyangga dimana skala peta pada kawasan inti lebih detail dari
kawasan penyangga. Pembedaan skala tersebut tidak harus berlaku
universal untuk semua sudut kepentingan kawasan strategis. Skala peta
RTR KSP/KSK untuk masing-masing sudut kepentingan kawasan
strategis dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Skala Peta RTR KSP/KSK


KSP KSK
Kawasan Inti Minimal 1:10.000 – 1:5.000 Minimal 1:10.000 – 1:5.000
Kawasan Minimal 1:50.000 – 1:25.000 Minimal 1:25.000
Penyangga

3.5. Muatan RTR KSP/KSK Berdasarkan Sudut Kepentingan Kawasan


1.5.1 Pertumbuhan Ekonomi
Muatan yang diatur dalam RTR KSP/KSK pertumbuhan ekonomi
dirumuskan dengan mempertimbangkan:
a. Orientasi pasar;
b. Daya saing nasional dan internasional;
c. Menyerap tenaga kerja tinggi;
d. Ada keterkaitan antara industri hilir dan hulu;
e. Mobilitas tinggi; dan
f. Kegiatan yang dapat mendorong sektor ekonomi (primer
berupa pertambangan, pertanian, perikanan; sekunder berupa
manufaktur; tersier berupa jasa).
A. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan
pengaturan tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai
berikut:

a) Tujuan
Perumusan tujuan difokuskan pada perwujudan
pengembangan kawasan yang memiliki sektor unggulan
sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah.

b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka
mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) kebijakan penetapan sektor-sektor unggulan;
(2) kebijakan penyediaan prasarana dan sarana;
(3) kebijakan moda transportasi terpadu;
(4) kebijakan pengembangan antar sektor ekonomi secara
terpadu;
(5) kebijakan pengembangan ekonomi berbasis
pengembangan ekonomi lokal dan spesifik;
(6) kebijakan pengembangan ramah lingkungan; dan
(7) kebijakan pembangunan kawasan berbasis mitigasi
bencana.
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan
kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai
berikut :
(1) arahan penyediaan permukiman;
(2) arahan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan;
(3) arahan penyediaan sistem jaringan energi dan
kelistrikan;
(4) arahan penyediaan sistem jaringan telekomunikasi;

Kementerian Pekerjaan Umum 15


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

(5) arahan penyediaan sistem jaringan transportasi


terintegrasi;
(6) arahan penyediaan sistem jaringan sumber daya air;
(7) arahan penyediaan sistem penyediaan air minum;
(8) arahan penyediaan sistem persampahan;
(9) arahan penyediaan sistem jaringan air limbah; dan
(10) arahan penyediaan sistem perlindungan lingkungan
melalui konsep 4R (Reuse, Reduce, Recycle, Replace).

B. Rencana Struktur Ruang


Rencana struktur ruang terdiri atas:
(1) sistem permukiman:
a) Penentuan pusat-pusat permukiman;
b) Penentuan pusat-pusat pelayanan permukiman;
c) penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum; dan
d) dll
(2) sistem prasarana dan sarana lingkungan:
a) penyediaan RTH dan taman bermain;
b) penyediaan kolam pengendali banjir;
c) penyediaan fasilitas pejalan kaki;
d) dll
(3) sistem jaringan energi dan kelistrikan:
a) perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan jenis
energi (panas, mekanika, cahaya, kimia dan
elektromagnet) yang bersumber dari energi terbarukan,
tidak terbarukan dan hasil dari teknologi baru; dan
b) perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan fungsi
pembangkit listrik, transmisi tenaga listrik dan
distribusi listrik.
(4) sistem jaringan telekomunikasi:
pemanfaatan dan pengembangan prasarana dan sarana
informasi telekomunikasi terintegrasi.
(5) sistem jaringan transportasi:
a) penyelenggaraan sistem lalu-lintas dan angkutan jalan
dan jembatan, penerbangan, pelayaran dan
perkeretaapian terintegrasi;
b) penyediaan sistem lalu-lintas dan angkutan jalan:
1) prasarana lalu-lintas dan angkutan jalan (terminal,
halte, dll);
2) ruang lalu-lintas jalan (jalan dan jembatan).
c) penyediaan sistem penerbangan:
1) penyelenggaraan tatanan kebandarudaraan
terintegrasi; dan
2) perlindungan dan pemanfaatan ruang udara diatas
bandar udara, disekitar bandar udara dan jalur
penerbangan.
d) penyediaan sistem pelayaran:
1) penyelenggaraan kepelabuhanan terintegrasi; dan
2) perlindungan dan pemanfaatan ruang alur pelayaran
nasional dan internasional.
e) penyediaan sistem perkeretaapian:
1) penyelenggaraan perkeretaapian terintegrasi; dan
2) perlindungan dan pemanfaatan ruang sekitar jalur
kereta api.
(6) sistem jaringan sumber daya air:
a) perlindungan, pelestarian, pemanfaatan wilayah sungai,
daerah aliran sungai dan cekungan air tanah (CAT); dan
b) penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya
rusak air.
(7) sistem penyediaan air minum:

Kementerian Pekerjaan Umum 16


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

a) penyediaan jaringan perpipaan dan jaringan bukan


perpipaan; dan
b) perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber air
minum.
(8) sistem persampahan:
a) penyediaan prasarana dan sarana tempat penampungan
sementara, tempat penampungan sampah terpadu dan
tempat pemrosesan akhir sampah;
b) perlindungan lingkungan dari bahaya pencemaran
tanah, air dan udara;
c) penerapan teknologi pengolahan sampah ramah
lingkungan; dan
d) perlindungan lingkungan melalui konsep 4R (Reuse,
Reduce, Recycle, Replace).
e) sistem jaringan air limbah:
1) penyediaan jaringan perpipaan dan jaringan bukan
perpipaan;
2) penyediaan prasarana dan sarana Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL);
3) perlindungan lingkungan dari bahaya pencemaran
tanah, air dan udara termasuk limbah bahan
berbahaya beracun (B3), limbah rumah sakit, dan
limbah nuklir; dan
4) perlindungan lingkungan melalui konsep recycle.

C. Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang dapat terdiri atas:
(1) Kawasan inti merupakan kawasan yang dikembangkan
sesuai dengan produk-produk unggulan yang dapat
mendorong investasi dan sesuai dengan daya tampung
dan daya dukung lingkungannya; dan
(2) Kawasan penyangga merupakan kawasan yang
dikembangkan untuk mempertahankan fungsi strategis
kawasan inti.

D. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah KSP/KSK


Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang
dijabarkan ke dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun perencanaan.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
berfungsi:
a. sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam
pemrograman penataan/pengembangan wilayah;
b. sebagai arahan untuk sektor dalam program;
c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahunan;
d. sebagai dasar estimasi penyusunan program tahunan
untuk setiap jangka 5 (lima) tahun; dan
e. sebagai acuan bagi masyarakat untuk melakukan
investasi.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
disusun berdasarkan:
a. rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
b. ketersediaan sumber daya dan sumber dana
pembangunan;
c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan
yang ditetapkan;
d. prioritas pengembangan dan pentahapan rencana
pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD; dan
e. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Kementerian Pekerjaan Umum 17


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten


disusun dengan kriteria:
a. realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu perencanaan;
b. konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang
disusun; dan
c. sinkronisasi antar program harus terjaga dalam satu
kerangka program terpadu.

E. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah


KSP/KSK
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
dan kabupaten berfungsi:
a. menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana
tata ruang;
b. menghindari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang;
c. menjaga keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
d. sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;
e. mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan
f. melindungi kepentingan umum.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
disusun dengan kriteria:
a. terukur, realistis, dan dapat diterapkan; dan
b. penetapannya melalui kesepakatan antar pemangku
kepentingan.

1.5.2 Pendayagunaan dan Pengembangan Sosial dan Budaya


Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan
dengan mempertimbangkan:
a) Nilai keunikan dan kearifan lokal baik yang berada di daratan
maupun di perairan;
b) Warisan budaya dan adat istiadat;
c) Kondisi Lingkungan non terbangun, terbangun dan kegiatan di
sekitar kawasan; dan
d) Kondisi lingkungan dari potensi ancaman bencana alam dan
kegiatan manusia.

A. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi


Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan
pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah sebagai
berikut:
a) Tujuan
Perumusan tujuan difokuskan pada perwujudan
pengembangan kawasan dan/atau obyek yang memiliki
nilai sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan dan
penelitian, agama dan/atau kebudayaan.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka
mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) kebijakan terkait dengan kawasan dan/atau obyek
warisan budaya yang harus dilindungi;
(2) kebijakan terkait dengan komunitas adat yang harus
dilestarikan; dan
(3) kebijakan terkait dengan penetapan jenis dan standar
pelayanan minimum kawasan.
c) Strategi
strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam
langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan Perumusan strategi difokuskan pada :

Kementerian Pekerjaan Umum 18


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

(1) strategi perlindungan kawasan dan/atau obyek


warisan budaya:
a) arahan penyediaan prasarana dan sarana
pendukung obyek budaya;
b) arahan pengelolaan, pelestarian, perlindungan,
penyelamatan, pengamanan, pemeliharaan,
pemugaran dan pengembangan kawasan dan/atau
obyek warisan budaya; dan
c) arahan revitalisasi, adaptasi, pemanfaatan dan
perbanyakan kawasan dan/atau obyek warisan
budaya.
(2) strategi pelestarian komunitas adat:
a) arahan penyediaan prasarana dan sarana
pendukung kegiatan komunitas adat; dan
b) arahan penetapan pusat kegiatan komunitas adat.
(3) strategi penetapan jenis dan standar pelayanan
minimum kawasan:
a) arahan penyediaan prasarana dan sarana
minimum berbasis kearifan lokal dan warisan
budaya; dan
b) arahan pemanfaatan ruang kawasan.

B. Struktur Ruang
Konsepsi rencana struktur ruang (sampai dengan batas
wilayah penyangga) terdiri atas:
(1) penentuan aksesibilitas dan moda transportasi
terintegrasi; dan
(2) penentuan fasilitas sosial dan fasilitas umum.

C. Pola Ruang
(1) kawasan inti:
a. zona pemanfaatan terbatas yang ditujukan untuk
pengelolaan, pelestarian, perlindungan, penyelamatan,
pengamanan, pemeliharaan, pemugaran dan
pengembangan kawasan warisan budaya/adat tertentu
dan/atau objek warisan budaya/adat tertentu dengan
mempertimbangkan kearifan lokal dan nilai-nilai
warisan budaya; dan
b. zona publik yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan
prinsip-prinsip fungsi pendukung pengelolaan,
pelestarian, perlindungan, penyelamatan,
pengamanan, pemeliharaan, pemugaran dan
pengembangan kawasan warisan budaya/adat tertentu
dan/atau objek warisan budaya/adat tertentu.
(2) kawasan penyangga:
a. zona pemanfaatan terbatas yang jika dibutuhkan
dukungan terhadap kawasan warisan budaya/adat
tertentu dan/atau objek warisan budaya/adat tertentu
berupa ruang nonterbangun pada radius tertentu; dan
b. zona publik dan jasa wisata yang berada pada kawasan
yang diperbolehkan untuk digunakan kegiatan publik
dan jasa wisata terbatas.

D. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah KSP/KSK


Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang
dijabarkan ke dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun perencanaan.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
berfungsi:

Kementerian Pekerjaan Umum 19


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

a. sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam


pemrograman penataan/pengembangan wilayah;
b. sebagai arahan untuk sektor dalam program;
c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahunan;
d. sebagai dasar estimasi penyusunan program tahunan
untuk setiap jangka 5 (lima) tahun; dan
e. sebagai acuan bagi masyarakat untuk melakukan
investasi.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
disusun berdasarkan:
a. rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
b. ketersediaan sumber daya dan sumber dana
pembangunan;
c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan
yang ditetapkan;
d. prioritas pengembangan dan pentahapan rencana
pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD; dan
e. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
disusun dengan kriteria:
a. realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu perencanaan;
b. konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang
disusun; dan
c. sinkronisasi antar program harus terjaga dalam satu
kerangka program terpadu.

E. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah


KSP/KSK
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
dan kabupaten berfungsi:
a. menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana
tata ruang;
b. menghindari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang;
c. menjaga keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
d. sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;
e. mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan
f. melindungi kepentingan umum.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
disusun dengan kriteria:
a. terukur, realistis, dan dapat diterapkan; dan
b. penetapannya melalui kesepakatan antar pemangku
kepentingan.

1.5.3 Kawasan Pendayagunaan Dan Pengembangan Teknologi


Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan
dengan mempertimbangkan:
a. teknologi ramah lingkungan;
b. teknologi tinggi strategis; dan
c. teknologi tepat guna.
A. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan
tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang yaitu sebagai
berikut:
a) Tujuan
Perumusan tujuan difokuskan pada perwujudan kawasan
yang mempunyai nilai strategis pemanfaatan dan
pengembangan teknologi.

Kementerian Pekerjaan Umum 20


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka
mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) kebijakan penerapan dan pengembangan teknologi;
(2) kebijakan peruntukan lokasi pembangunan teknologi;
dan
(3) kebijakan pengelolaan teknologi.
c) Strategi
Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam
langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Perumusan strategi difokuskan pada:
(1) strategi penerapan dan pengembangan teknologi:
a) arahan penetapan teknologi yang harus dilindungi
sesuai persyaratan teknis; dan
b) arahan pengembangan teknologi.
(2) strategi peruntukan lokasi pembangunan teknologi:
a) arahan penetapan jenis kegiatan;
b) arahan penetapan intensitas kegiatan;
c) arahan penetapan pengelolaan kegiatan; dan
d) arahan penetapan zonasi dan kegiatan kawasan
penyangga.
(3) strategi pengelolaan teknologi:
a) arahan pengendalian sistem jaringan prasarana
utama yang berpotensi mengganggu operasionalisasi
teknologi tinggi; dan
b) arahan pengendalian sistem pusat pelayanan yang
berpotensi mengganggu operasionalisasi teknologi
tinggi.

B. Rencana Struktur Ruang


Konsepsi rencana struktur ruang (sampai dengan batas
wilayah penyangga dikoordinasikan dengan sektor terkait)
terdiri atas:
(1) penentuan aksesibilitas dan moda transportasi
terintegrasi; dan
(2) penentuan fasilitas sosial dan fasilitas umum.

C. Rencana pola ruang


Rencana pola ruang terdiri atas:
(1) pola ruang pada kawasan inti yang penetapannya
dikoordinasikan dengan sektor terkait; dan
(2) pola ruang pada kawasan penyangga yang dapat berupa
zona larangan kegiatan, zona hijau dengan tegakan, zona
hijau (tidak disyaratkan dengan tegakan), zona tanpa
hunian, dan zona dengan hunian terbatas yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan:
- perlindungan terhadap kawasan inti yang dapat
terutama berupa pelindungan dari potensi gangguan
sosial, cahaya, suara, getaran, kebakaran, banjir,
bencana akibat posisi geografis;
- penetapan radius kawasan penyangga sesuai
kebutuhan kawasan inti; dan
- perlindungan keselamatan masyarakat di kawasan inti
dan kawasan penyangga.

D. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah KSP/KSK


Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang

Kementerian Pekerjaan Umum 21


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

dijabarkan ke dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)


tahunan sampai akhir tahun perencanaan.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
berfungsi:
a. sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam
pemrograman penataan/pengembangan wilayah;
b. sebagai arahan untuk sektor dalam program;
c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahunan;
d. sebagai dasar estimasi penyusunan program tahunan
untuk setiap jangka 5 (lima) tahun; dan
e. sebagai acuan bagi masyarakat untuk melakukan
investasi.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
disusun berdasarkan:
a. rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
b. ketersediaan sumber daya dan sumber dana
pembangunan;
c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan
yang ditetapkan;
d. prioritas pengembangan dan pentahapan rencana
pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD; dan
e. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
disusun dengan kriteria:
a. realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu perencanaan;
b. konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang
disusun; dan
c. sinkronisasi antar program harus terjaga dalam satu
kerangka program terpadu.

E. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah


KSP/KSK
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
dan kabupaten berfungsi:
a. menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana
tata ruang;
b. menghindari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang;
c. menjaga keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
d. sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;
e. mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan
f. melindungi kepentingan umum.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
disusun dengan kriteria:
a. terukur, realistis, dan dapat diterapkan; dan
b. penetapannya melalui kesepakatan antar pemangku
kepentingan.

1.5.4 Pemberdayaan dan Perlindungan Sumber Daya Alam dan


Lingkungan
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan
dengan mempertimbangkan:
a) Fungsi kawasan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup terkait besarnya manfaat perlindungan setempat dan
perlindungan kawasan bawahnya serta kekayaan
keanekaragaman hayati;
b) Pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan dan pengawasan
pada kawasan yang memiliki potensi sumber daya alam dan
lingkungan; dan

Kementerian Pekerjaan Umum 22


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

c) Pengembangan jaringan prasarana pada kawasan sumber daya


alam dan lingkungan yang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan.

A. Tujuan Kebijakan dan Strategi


Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan
pengaturan tujuan, kebijakan dan strategi adalah sebagai
berikut:
a) Tujuan
Perumusan tujuan difokuskan pada perwujudan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan serta konservasi
sumber daya alam yang berkelanjutan pada jangka
panjang.

b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka
mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan yang berkelanjutan;
(2) kebijakan zonasi dan pengaturan kegiatan pada
kawasan inti dan penyangga; dan
(3) kebijakan pembangunan sistem jaringan prasarana
dan sarana kawasan (disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan terkait).

c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan
kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai
berikut:
(1) strategi perlindungan dan pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan yang berkelanjutan:
- arahan perlindungan terhadap tata guna air,
keseimbangan iklim makro dan ekosistem kawasan;
- arahan tempat perlindungan keanekaragaman
hayati; dan
- arahan peningkatan kualitas lingkungan hidup.
(2) strategi zonasi dan pengaturan kegiatan pada kawasan
inti dan penyangga:
- arahan pengendalian pemanfaatan ruang di dalam
kawasan inti dan penyangga yang berpotensi
mengurangi fungsi lindung kawasan;
- penetapan batas kawasan penyangga, khususnya
pertimbangan pengaruh negatif kegiatan sekitar
kawasan.
- arahan mitigasi bencana pada kawasan rawan
bencana alam; dan
- arahan rehabilitasi/revitalisasi fungsi konservasi
dan lindung yang menurun akibat dampak
pemanfaatan ruang yang berkembang didalam dan
disekitar kawasan inti.
(3) strategi pembangunan sistem jaringan prasarana dan
sarana kawasan:
- arahan pengendalian pengembangan prasarana dan
sarana di kawasan inti dan penyangga yang dapat
memicu perkembangan kegiatan budi daya yang
tidak sesuai dengan fungsi kawasan; dan
- arahan penyediaan prasarana dan sarana minimum
berbasis mitigasi bencana.

Kementerian Pekerjaan Umum 23


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

B. Rencana Struktur Ruang


Konsepsi rencana struktur ruang (sampai dengan batas
wilayah penyangga dikoordinasikan dengan sektor terkait)
terdiri atas:
(1) penentuan aksesibilitas dan moda transportasi
terintegrasi; dan
(2) penentuan fasilitas sosial dan fasilitas umum.
(3) struktur ruang berbasis pada tata ruang mitigasi bencana.

C. Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang terdiri atas:
(1) pola ruang pada kawasan inti yang penetapannya
dikoordinasikan dengan sektor terkait; dan
(2) pola ruang pada kawasan penyangga yang dapat berupa
zona larangan kegiatan, zona hijau dengan tegakan, zona
hijau (tidak disyaratkan dengan tegakan), zona tanpa
hunian, dan zona dengan hunian terbatas yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan:
- perlindungan terhadap kawasan inti yang dapat
terutama berupa pelindungan dari potensi bencana
alam;
- penetapan radius kawasan penyangga sesuai
kebutuhan kawasan inti; dan
- perlindungan keselamatan masyarakat di kawasan inti
dan kawasan penyangga.

D. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah KSP/KSK


Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang
dijabarkan ke dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun perencanaan.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
berfungsi:
a. sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam
pemrograman penataan/pengembangan wilayah;
b. sebagai arahan untuk sektor dalam program;
c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahunan;
d. sebagai dasar estimasi penyusunan program tahunan
untuk setiap jangka 5 (lima) tahun; dan
e. sebagai acuan bagi masyarakat untuk melakukan
investasi.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
disusun berdasarkan:
a. rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
b. ketersediaan sumber daya dan sumber dana
pembangunan;
c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan
yang ditetapkan;
d. prioritas pengembangan dan pentahapan rencana
pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD; dan
e. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupaten
disusun dengan kriteria:
a. realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu perencanaan;
b. konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang
disusun; dan
c. sinkronisasi antar program harus terjaga dalam satu
kerangka program terpadu.

Kementerian Pekerjaan Umum 24


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

E. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah


KSP/KSK
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
dan kabupaten berfungsi:
a. menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana
tata ruang;
b. menghindari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang;
c. menjaga keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
d. sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;
e. mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan
f. melindungi kepentingan umum.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
disusun dengan kriteria:
a. terukur, realistis, dan dapat diterapkan; dan
b. penetapannya melalui kesepakatan antar pemangku
kepentingan.

Kementerian Pekerjaan Umum 25


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

BAB IV
PROSES DAN PROSEDUR PENYUSUNAN
RTR KAWASAN STRATEGIS PROVINSI DAN KABUPATEN

Pelaksanaan penyusunan rencana tata ruang KSP/KSK meliputi serangkaian


proses dan prosedur penyusunan dan penetapan (legislasi) rencana tata ruang.
Proses merupakan tahapan penyusunan materi teknis rencana tata ruang
KSP/KSK, sedangkan prosedur merupakan proses penetapan raperda hingga
ditetapkan menjadi perda.

4.1. Proses Penyusunan RTR KSP dan KSK


Proses penyusunan materi teknis RTR KSP/KSK dilakukan melalui
tahapan: (1) persiapan, (2) pengumpulan data dan informasi, (3)
pengolahan dan analisis data, (4) penyusunan materi teknis (5)
perumusan konsep rencana, dan (6) penyusunan naskah rancangan
peraturan daerah.

4.1.1 Tahap Persiapan


Penyusunan kerangka acuan kerja (KAK). Kerangka acuan kerja
harus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku,
setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut:
a) perumusan kebijakan peraturan perundang-undangan yang
ada;
b) pengumpulan informasi fakta dan data (minimal lima tahun
terakhir);
c) pengumpulan informasi permasalahan dan potensi strategis
saat ini dan kemungkinan yang akan timbul dimasa datang;
d) pengumpulan hasi-hasil studi dan literatur;
e) perumusan maksud, tujuan, ruang lingkup dan metodologi;
f) penyajian keluaran yang diharapkan; dan
g) penyusunan jadwal rencana kerja dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1
Jadwal Rencana Kerja Penyusunan RTR KSP/KSK
TAHAPAN TAHAPAN PENYUSUNAN RTR KSP/KSK
Uraian Pengolahan
Pengumpulan Perumusan
Kegiatan dan Penyusunan Penyusunan
Persiapan Data dan Konsep
Analisis Materi Teknis Raperda
Informasi Rencana
Data
Perkiraan 1 bulan 2 bulan 3-6 bulan 3-6 bulan 2 bulan 2 bulan
Waktu yang
12 bulan
Dibutuhkan

4.1.2 Tahap Pengumpulan Data dan Informasi


Pengumpulan data dan informasi melipui:
a) pengumpulan data primer (data hasil wawancara, pengukuran
dan hasil identifikasi di lapangan); dan
b) pengumpulan data sekunder (data yang diperoleh dari data
statistik, data sektoral, NSPK, literatur dan data lainnya sesuai
karakteristik RTR KSP/KSK).

4.1.3 Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data


Tahapan pengolahan data dan analisis data meliputi:
a) penentuan metode;
b) pelingkupan; dan
c) penyiapan peta dasar.

Kementerian Pekerjaan Umum 26


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

4.1.4 Tahap Penyusunan Materi Teknis


Penyusunan rencana tata ruang:
a) penyiapan daftar kebutuhan data dan kuesioner;
b) penyiapan perangkat survey (piranti lunak dan piranti keras),
pelaksanaan survey (kunjungan lapangan) dan investigasi;
c) identifikasi kajian awal;
d) pengolahan, analisa data, dan proyeksi;
e) penyusunan peta tematik;
f) penentuan alternatif dan rekomendasi rencana tata ruang; dan
g) penyusunan konsep rencana tata ruang.

4.1.5 Tahap Penyusunan Naskah Akademik Raperda


Penyusunan naskah akademik rancangan peraturan daerah
mengikuti kaidah-kaidah penyusunan naskah akademik peraturan
daerah yang berlaku.

4.2. Prosedur Penyusunan RTR KSP dan KSK


Prosedur penyusunan RTR KSP/KSK meliputi (1) persiapan dan (2)
pelaksanaan.

4.2.1. Tahap Persiapan


Tahap persiapan legislasi raperda RTR KSP/KSK meliputi:
a) pembentukan tim teknis provinsi untuk KSP dan tim teknis
kabupaten untuk KSK;
b) pembentukan tim teknis ditetapkan oleh Surat Keputusan
Gubernur atau Sekretaris Daerah Provinsi/Daerah Istimewa
atau Kepala Bappeda Provinsi/Daerah Istimewa atau Kepala
Dinas Provinsi/Daerah Istimewa yang membidangi penataan
ruang untuk penyusunan RTR KSP.
c) pembentukan tim teknis ditetapkan oleh Surat Keputusan
Bupati/Walikota atau Sekretaris Daerah Kabupaten atau Kepala
Bappeda Kabupaten atau Kepala Dinas Kabupaten yang
membidangi penataan ruang untuk penyusunan RTR KSK.
d) Pembentukan tim teknis dapat terdiri dari unsur dinas yang
membidangi tata ruang Provinsi atau Bappeda Provinsi
dan/atau lintas instansi/lembaga ditingkat provinsi/daerah
istimewa untuk KSP;
e) Pembentukan tim teknis dapat terdiri dari unsur dinas yang
membidangi tata ruang kabupaten atau Bappeda kabupaten
dan/atau lintas instansi/lembaga ditingkat kabupaten untuk
KSK; dan
f) Penyusunan rencana kerja legislasi raperda RTR KSP/KSK.

4.2.2. Tahap Pelaksanaan


Tahap pelaksanaan legislasi raperda RTR KSP/KSK dapat dilihat
pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.1.

Tabel 4.2
Proses Legislasi RTR KSP/KSK
Legislasi RTR KSK
No Legislasi RTR KSP
Non Dekonsentrasi Dekonsentrasi
1 Pembahasan di tingkat Pembahasan di tingkat Pembahasan di tingkat
tim teknis tim teknis tim teknis
2 Pembahasan di tingkat Pembahasan di tingkat Pembahasan di tingkat
BKPRD provinsi/daerah BKPRD kabupaten BKPRD kabupaten
istimewa
3 Konsultasi publik Konsultasi publik Konsultasi publik
4 Pembahasan di tingkat Pembahasan di tingkat

Kementerian Pekerjaan Umum 27


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

Legislasi RTR KSK


No Legislasi RTR KSP
Non Dekonsentrasi Dekonsentrasi
BKPRD provinsi/daerah BKPRD provinsi/daerah
istimewa istimewa
5 Rekomendasi gubernur
6 Pembahasan di tingkat Pembahasan di tingkat
BKPRN BKPRN
7 Persetujuan Substansi Persetujuan Substansi
Menteri Pekerjaan Umum Menteri Pekerjaan Umum
8 Evaluasi raperda oleh Evaluasi gubernur Persetujuan gubernur
Kementerian Dalam
Negeri
9 Pembahasan dengan Pembahasan dengan Pembahasan dengan
DPRD Provinsi DPRD kabupaten DPRD kabupaten
10 Penetapan Perda RTR Penetapan Perda RTR Penetapan Perda RTR
KSP KSK KSK

Gambar 4.1
Bagan Alir Proses Legislasi RTR KSP/KSK

4.3. Kelengkapan Dokumen Untuk Persetujuan Substansi Tentang RTR


KSP/KSK
Kelengkapan dokumen untuk persetujuan substansi terdiri atas:
a. raperda RTR KSP/KSK yang telah mendapat rekomendasi/persetujuan
gubernur untuk KSP dan KSK;
b. materi teknis RTR KSP/KSK yang memuat:
1. rumusan tujuan, kebijakan, dan srategi;
2. rumusan struktur ruang dan pola ruang;
3. rumusan pemanfaatan ruang dan indikasi program (program jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang beserta pelaksana
program);
4. rumusan pelaksana pemanfaatan ruang dan indikasi program; dan

Kementerian Pekerjaan Umum 28


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

5. rumusan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang.


c. album peta (peta tematik, peta struktur ruang dan pola ruang eksisting
dan rencana disusun mengikuti peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan penyusunannya berkonsultasi dengan instansi yang
berwenang);
d. dokumen KLHS (disusun mengikuti peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan penyusunannya dapat dilakukan secara terpisah atau
terintegrasi dalam materi teknis/bab tersendiri serta penyusunannya
berkonsultasi dengan instansi yang berwenang);
e. dokumen data dan analisis.

4.4. Kelengkapan Dokumen Pendukung untuk Persetujuan Substansi


Tentang RTR KSP/KSK
Kelengkapan dokumen pendukung untuk persetujuan substansi terdiri
atas:
a. Berita Acara Konsultasi/ Komunikasi Publik;
b. Berita Acara Pembahasan BKPRD Provinsi dan/atau Kabupaten;
c. Surat-surat yang diperlukan (Surat keputusan Gubernur dan/atau
Surat keputusan Bupati);
d. Berita Acara Pembahasan BKPRN (non-DEKON).

4.5. Kelengkapan Dokumen Untuk Penetapan Rancangan Peraturan


Daerah tentang RTR KSP/KSK
Kelengkapan dokumen untuk penetapan rancangan Peraturan Daerah
tentang RTR KSP/KSK yang berupa naskah akademik dengan
melampirkan Raperda RTR KSP/KSK.

Kementerian Pekerjaan Umum 29


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten

BAB V
PENUTUP

Pedoman ini telah disusun dengan memperhatikan peraturan perundang-


undangan terkait dan perkiraan penambahan ataupun perkembangan
KSP/KSK di masa datang.
Pedoman ini telah menyertakan NSPK yang telah ada dan akan diikuti oleh
NSPK-NSPK lainnya, tergantung kebutuhan daerah yang bersangkutan. Istilah
dan definisi dalam pedoman ini disesuaikan dengan NSPK yang berlaku. Jika
istilah dan definisi tidak tercantum dalam NSPK yang ada (bidang penataan
ruang dan sektor lainnya), maka dapat diinterpretasikan sesuai referensi yang
ada (referensi dapat berupa hasil penelitian, kajian ilmiah, dll).

Kementerian Pekerjaan Umum 30

Anda mungkin juga menyukai