BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1.1
Kedudukan Pedoman terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Bidang Penataan Ruang
b. Manfaat
Manfaat pedoman ini yaitu:
BAB II
KETENTUAN UMUM MUATAN RTR KSP DAN RTR KSK
Gambar 2.1
Kedudukan RTR KSP dan KSK dalam Sistem Penataan Ruang
Tabel 2.1
Tabel Fungsi dan Manfaat RTR KSP dan RTR KSK
2.3 Peran Masyarakat Dalam Penyusunan RTR KSP dan RTR KSK
Peran masyarakat dalam penyusunan RTR KSP dan RTR KSK mengacu
pada Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang Bentuk dan
Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
BAB III
KETENTUAN TEKNIS MUATAN RTR KSP DAN RTR KSK
Tabel 3.1
RTR KSP dan KSK Berdasarkan Sudut Kepentingannya
Antara lain Dapat berupa : Antara lain Dapat berupa kawasan Contoh: Contoh:
1. kawasan perkotaan konservasi cagar budaya (b dan c) 1. kawasan teknologi tinggi, terapan, 1. kawasan pengembangan sumber daya
2. kawasan koridor ekonomi 1. kawasan konservasi sederhana (a dan b) alam (a, b, c, d dan e)
kawasan perdesaan permukiman/komunitas adat (a dan b) 2. kawasan perlindungan dan pelestarian
3. kawasan ekonomi cepat lingkungan hidup (a, b, c, d dan e)
Gambar 3.1
Ilustrasi Bentuk Kawasan Strategis
Berbasis Kawasan dan Obyek Strategis
Gambar 3.2
Ilustrasi Lokasi Kawasan Strategis Provinsi/Kabupaten
Tabel 3.2
Penentuan Delineasi KSP/KSK
Pembagian Kawasan Kriteria Penentuan Deliniasi
Kawasan Inti Kawasan inti merupakan objek utama
perencanaan/pembangunan.
Kawasan inti dapat berada di daratan dan/atau
wilayah perairan/laut
Kawasan Penyangga Kawasan penyangga merupakan kawasan yang
memiliki pengaruh, pelindung dan berdampak
langsung terhadap kawasan inti.
kawasan penyangga dapat ditentukan dengan
radius tertentu dari batas terluar kawasan inti.
Kawasan penyangga dapat berada di daratan
dan/atau wilayah perairan/laut
Skala peta RTR KSP/KSK dapat berbeda antara kawasan inti dan
penyangga dimana skala peta pada kawasan inti lebih detail dari
kawasan penyangga. Pembedaan skala tersebut tidak harus berlaku
universal untuk semua sudut kepentingan kawasan strategis. Skala peta
RTR KSP/KSK untuk masing-masing sudut kepentingan kawasan
strategis dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut:
a) Tujuan
Perumusan tujuan difokuskan pada perwujudan
pengembangan kawasan yang memiliki sektor unggulan
sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka
mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) kebijakan penetapan sektor-sektor unggulan;
(2) kebijakan penyediaan prasarana dan sarana;
(3) kebijakan moda transportasi terpadu;
(4) kebijakan pengembangan antar sektor ekonomi secara
terpadu;
(5) kebijakan pengembangan ekonomi berbasis
pengembangan ekonomi lokal dan spesifik;
(6) kebijakan pengembangan ramah lingkungan; dan
(7) kebijakan pembangunan kawasan berbasis mitigasi
bencana.
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan
kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai
berikut :
(1) arahan penyediaan permukiman;
(2) arahan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan;
(3) arahan penyediaan sistem jaringan energi dan
kelistrikan;
(4) arahan penyediaan sistem jaringan telekomunikasi;
B. Struktur Ruang
Konsepsi rencana struktur ruang (sampai dengan batas
wilayah penyangga) terdiri atas:
(1) penentuan aksesibilitas dan moda transportasi
terintegrasi; dan
(2) penentuan fasilitas sosial dan fasilitas umum.
C. Pola Ruang
(1) kawasan inti:
a. zona pemanfaatan terbatas yang ditujukan untuk
pengelolaan, pelestarian, perlindungan, penyelamatan,
pengamanan, pemeliharaan, pemugaran dan
pengembangan kawasan warisan budaya/adat tertentu
dan/atau objek warisan budaya/adat tertentu dengan
mempertimbangkan kearifan lokal dan nilai-nilai
warisan budaya; dan
b. zona publik yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan
prinsip-prinsip fungsi pendukung pengelolaan,
pelestarian, perlindungan, penyelamatan,
pengamanan, pemeliharaan, pemugaran dan
pengembangan kawasan warisan budaya/adat tertentu
dan/atau objek warisan budaya/adat tertentu.
(2) kawasan penyangga:
a. zona pemanfaatan terbatas yang jika dibutuhkan
dukungan terhadap kawasan warisan budaya/adat
tertentu dan/atau objek warisan budaya/adat tertentu
berupa ruang nonterbangun pada radius tertentu; dan
b. zona publik dan jasa wisata yang berada pada kawasan
yang diperbolehkan untuk digunakan kegiatan publik
dan jasa wisata terbatas.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka
mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) kebijakan penerapan dan pengembangan teknologi;
(2) kebijakan peruntukan lokasi pembangunan teknologi;
dan
(3) kebijakan pengelolaan teknologi.
c) Strategi
Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam
langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Perumusan strategi difokuskan pada:
(1) strategi penerapan dan pengembangan teknologi:
a) arahan penetapan teknologi yang harus dilindungi
sesuai persyaratan teknis; dan
b) arahan pengembangan teknologi.
(2) strategi peruntukan lokasi pembangunan teknologi:
a) arahan penetapan jenis kegiatan;
b) arahan penetapan intensitas kegiatan;
c) arahan penetapan pengelolaan kegiatan; dan
d) arahan penetapan zonasi dan kegiatan kawasan
penyangga.
(3) strategi pengelolaan teknologi:
a) arahan pengendalian sistem jaringan prasarana
utama yang berpotensi mengganggu operasionalisasi
teknologi tinggi; dan
b) arahan pengendalian sistem pusat pelayanan yang
berpotensi mengganggu operasionalisasi teknologi
tinggi.
b) Kebijakan
Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka
mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:
(1) kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan yang berkelanjutan;
(2) kebijakan zonasi dan pengaturan kegiatan pada
kawasan inti dan penyangga; dan
(3) kebijakan pembangunan sistem jaringan prasarana
dan sarana kawasan (disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan terkait).
c) Strategi
Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan
kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai
berikut:
(1) strategi perlindungan dan pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan yang berkelanjutan:
- arahan perlindungan terhadap tata guna air,
keseimbangan iklim makro dan ekosistem kawasan;
- arahan tempat perlindungan keanekaragaman
hayati; dan
- arahan peningkatan kualitas lingkungan hidup.
(2) strategi zonasi dan pengaturan kegiatan pada kawasan
inti dan penyangga:
- arahan pengendalian pemanfaatan ruang di dalam
kawasan inti dan penyangga yang berpotensi
mengurangi fungsi lindung kawasan;
- penetapan batas kawasan penyangga, khususnya
pertimbangan pengaruh negatif kegiatan sekitar
kawasan.
- arahan mitigasi bencana pada kawasan rawan
bencana alam; dan
- arahan rehabilitasi/revitalisasi fungsi konservasi
dan lindung yang menurun akibat dampak
pemanfaatan ruang yang berkembang didalam dan
disekitar kawasan inti.
(3) strategi pembangunan sistem jaringan prasarana dan
sarana kawasan:
- arahan pengendalian pengembangan prasarana dan
sarana di kawasan inti dan penyangga yang dapat
memicu perkembangan kegiatan budi daya yang
tidak sesuai dengan fungsi kawasan; dan
- arahan penyediaan prasarana dan sarana minimum
berbasis mitigasi bencana.
BAB IV
PROSES DAN PROSEDUR PENYUSUNAN
RTR KAWASAN STRATEGIS PROVINSI DAN KABUPATEN
Tabel 4.1
Jadwal Rencana Kerja Penyusunan RTR KSP/KSK
TAHAPAN TAHAPAN PENYUSUNAN RTR KSP/KSK
Uraian Pengolahan
Pengumpulan Perumusan
Kegiatan dan Penyusunan Penyusunan
Persiapan Data dan Konsep
Analisis Materi Teknis Raperda
Informasi Rencana
Data
Perkiraan 1 bulan 2 bulan 3-6 bulan 3-6 bulan 2 bulan 2 bulan
Waktu yang
12 bulan
Dibutuhkan
Tabel 4.2
Proses Legislasi RTR KSP/KSK
Legislasi RTR KSK
No Legislasi RTR KSP
Non Dekonsentrasi Dekonsentrasi
1 Pembahasan di tingkat Pembahasan di tingkat Pembahasan di tingkat
tim teknis tim teknis tim teknis
2 Pembahasan di tingkat Pembahasan di tingkat Pembahasan di tingkat
BKPRD provinsi/daerah BKPRD kabupaten BKPRD kabupaten
istimewa
3 Konsultasi publik Konsultasi publik Konsultasi publik
4 Pembahasan di tingkat Pembahasan di tingkat
Gambar 4.1
Bagan Alir Proses Legislasi RTR KSP/KSK
BAB V
PENUTUP