Menganalisis dan menyimpulkan para Nabi dan rasul penerima shuhuf dan kitab Suci
A. Kitab-Kitab Allah
1. Kitab Taurat
Kitab ini diturunkan kepada Nabi Musa as sebagai pedoman dan petunjuk bagi Bani Israel.
Sesuai firman Allah swt yang artinya: “Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan
Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah kamu
mengambil penolong selain Aku” (QS. Al-Isra’ [17]: 2).
Artinya: “Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. Al-Isra’ [17]: 55)
Kitab Zabur (Mazmur) berisi kumpulan nyanyian dan pujian kepada Allah atas segala nikmat
yang telah dikaruniakan-Nya. Selain itu berisi zikir, doa, nasihat, dan kata-kata hikmah.
Menurut orang-orang Yahudi dan Nasrani, kitab Zabur sekarang ada pada Perjanjian Lama
yang terdiri atas 150 pasal.
3. Kitab Injil
Kitab ini diturunkan kepada Nabi Isa as sebagai petunjuk dan tuntunan bagi Bani Israel.
Allah swt berfirman QS. Al Maidah (5) 46
Artinya: “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa putera
Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami telah memberikan
kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi),
dan membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah [5]: 46
Kitab Injil memuat beberapa ajaran pokok, antara lain:
Artinya: “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-
Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al-Furqan [25]: 1)
Secara keseluruhan, isi al-Qur’an meliputi hal-hal berikut:
Allah berfirman : “Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasannya atas orang-
orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya. Sesungguhnya
kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi
pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah”.[An
Nahl : 99, 100].
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Rabb) Yang Maha Pemurah (Al
Qur`an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang
menjadi teman yang selalu menyertainya” [Az Zukhruf : 36].
3. Berlindung Kepada Allah Dari Gangguan Setan.
Memohon perlindungan ini dilakukan secara umum pada setiap waktu, setiap
diganggu setan, dan juga dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang dituntunkan
Allah dan RasulNya.
4. Membaca Al Qur`an.
Di antara hikmah Allah menurunkan kitab suci Al Qur`an ialah sebagai obat dan
penawar bagi orang yang beriman.
Allah berfirman, “Dan Kami turunkan dari Al Qur`an suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al Qur`an itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian”. [Al Isra` : 82]
5. Memperbanyak Dzikrullah.
Dzikrullah merupakan benteng yang sangat kokoh untuk melindungi diri dari
gangguan setan. Sebagaimana hal ini diketahui dari pemberitaan Allah melalui
para rasulNya. Antara lain melalui lisan Nabi Yahya Alaihissallam,
“Dari Abu Darda’, dia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada tiga orang di suatu desa atau padang, tidak
didirikan shalat jamaah pada mereka, kecuali setan menguasai mereka. Maka
bergabunglah dengan jamaah, karena sesungguhnya serigala itu akan memakan
kambing yang menyendiri” [HR Abu Dawud, no. 547]
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan selalu mengampuninya. “Dari Abu Sa’id
Al Khudri, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Iblis berkata kepada Robbnya,’Demi kemuliaan dan keagunganMu,
aku senantiasa akan menyesatkan anak-anak Adam selama ruh masih ada pada
mereka’. Maka Allah berfirman,’Demi kemuliaan dan keagunganMu, Aku
senantiasa akan mengampuni mereka selama mereka mohon ampun kepadaKu”.
[HR Ahmad].
6. Membuat urutan proses terjadinya Kiamat dari kehidupan dunia hingga manusi mendapatkan
balasan untuk semua jiwa
“Perubahan takdir (‘umri, sanawi dan yaumi) ini tertulis dalam takdir azali di lauhil
mahfudz.”
Contohnya: bisa saja dalam takdir ‘umri tertulis dia seorang yang celaka, tetapi karena dia
bersungguh-sungguh mencari hidayah, maka ia menjadi orang yang beruntung. Perubahan
takdir ‘umri ini tertulis dalam lauhil mahfudz.
Yaitu takdir yang berlaku tahunan dan ditulis kejadian setahun ke depan setiap
malam lailatul qadar.
Allah berfirman,
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” [Ad-Dukhaan/44 : 4]
“Pada malam itu turun para Malaikat dan juga Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya
untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
[Al-Qadr/97 : 4-5]
Yaitu takdir yang ditulis malaikat ketika meniupkan roh ke dalam janin.
Yaitu takdir yang ditulis dalam lauhil mahfudz 50.000 tahun sebelum penciptaan
langit dan bumi. Takdir azali ini adalah takdir yang merupakan takdir utama yang pasti
terjadi bagi semua mahkluk.
Allah berfirman:
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang
ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab
(Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”. (Al-Hajj/22
: 70)