Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Zacky Jamali

XI IBB 3
Antropologi

1. Sejarah Tangkuban Perahu


Asal-usul Gunung Tangkuban Perahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang
dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi/Rarasati. Untuk menggagalkan
niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang
membuat sebuah telaga dan sebuah perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal,
Sangkuriang marah dan menendang perahu itu sehingga mendarat dalam keadaan
terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.
Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi
terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan
tanda tanda keaktifan gunung ini. Di antara tanda aktivitas gunung berapi ini adalah
munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunungnya, di
antaranya adalah di kasawan Ciater, Subang. Gunung Tangkuban Parahu pernah
mengalami letusan kecil pada tahun 2006, yang menyebabkan 3 orang luka ringan.
Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan
bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga besar
yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa
kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m di atas
permukaan laut merupakan sisa dari danau besar yang terbentuk dari pembendungan
Ci Tarum oleh letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan
Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif.
Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan
kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Sehingga legenda Sangkuriang yang
merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan sebuah dokumentasi
masyarakat kawasan Gunung Sunda Purba terhadap peristiwa pada saat itu.

2. Legenda Tangkuban Perahu


Di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bandung terdapat sebuah tempat rekreasi yang
sangat indah yaitu Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu artinya adalah
perahu yang terbalik. Diberi nama seperti karena bentuknya memang menyerupai
perahu yang terbalik. Konon menurut cerita rakyat parahyangan gunung itu memang
merupakan perahu yang terbalik.
Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan
seorang ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi.
Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang
menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia
menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali. Saat pintalannya jatuh untuk
kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi marah lalu bersumpah, dia akan menikahi
siapapun yang mau mengambilkan pintalannya itu. Tepat setelah kata-kata sumpah itu
diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang dan menyerahkan
pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau, sesuai dengan sumpahnya,
Dayang Sumbi harus menikahi Anjing tersebut.

Dayang Sumbi dan Tumang hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak
yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini
diberi nama Sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuring se lalu ditemani
bermain oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai
anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi seorang
pemuda yang tampan dan gagah perkasa.

Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya untuk
berburu rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah beberapa lama mencari tanpa hasil,
Sangkuriang merasa putus asa, tapi dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka
dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada
Tumang. Setibanya di rumah dia menyerahkan daging Tumang pada ibunya. dayanng
Sumbi yang mengira daging itu adalah daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan
anaknya.
Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada
pada anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tapa
akhirnya dia mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi
sangat murka, dalam kemarahannya dia memukul Sangkuriang hingga pingsan tepat
di keningnya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh
ayahnya. Untungnya Sangkuriang sadar kembali tapi pukulan ibunya meninggalkan
bekas luka yang sangat lebar di keningnya.Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi
mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.

Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang sangat
cantik. Segera saja dia jatuh cinta pada wanita tersebut. Wanita itu adalah ibunya
sendiri, tapi mereka tidak saling mengenali satu sama lainnya. Sangkuriang
melamarnya, Dayang Sumbi pun menerima dengan senang hati. Sehari sebelum hari
pernikahan, saat sedang mengelus rambut tunangannya, Dayang Sumbi melihat bekas
luka yang lebar di dahi Sangkuriang, akhirnya dia menyadari bahwa dia hampir
menikahi putranya sendiri. Mengetahui hal tersebut Dayang Sumbi berusaha
menggagalkan pernikahannya. Setelah berpikir keras dia akhirnya memutuskan untuk
mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin dikabulkan oleh Sangkuriang.
Syaratnya adalah: Sangkuriang harus membuat sebuah bendungan yang bisa menutupi
seluruh bukit lalu membuat sebuah perahu untuk menyusuri bendungan tersebut.
Semua itu harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Sangkuriang


memberinya suatu kekuatan aneh. Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia
dapat dari ayahnya untuk memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan lumpur dan
tanah mereka membendung air dari sungai dan mata air. Beberapa saat sebelum fajar,
Sangkuriang menebang sebatang pohon besar untuk membuat sebuah perahu. Ketika
Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia
berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi pekerjaan anaknya dan mempercepat
datangnya pagi.

Ayam jantan berkokok, matahari terbit lebih cepat dari biasanya dan Sangkuriang
menyadari bahwa dia telah ditipu. Dengan sangat marah dia mengutuk Dayang Sumbi
dan menendang perahu buatannya yang hampir jadi ke tengah hutan. Perahu itu
berada disana dalam keadaan terbalik, dan membentuk Gunung Tangkuban
Perahu(perahu yang menelungkub). Tidak jauh dari tempat itu terdapat tunggul pohon
sisa dari tebangan Sangkuriang, sekarang kita mengenalnya sebagai Bukit Tunggul.
Bendungan yang dibuat Sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan
membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan
diri dan tidak terdengar lagi kabarnya hingga kini.

3. Nilai yang dapat diinternalisasikan dalam legenda


Tangkuban perahu

Hikmah yang dapat dipetik dari cerita legenda legenda Tangkuban Perahu ialah
jangan pernah merusak kepercayaan yang diberikan, apalagi dengan cara membunuh
kawan setia yang terus menemani untuk dikorbankan demi kepentingan pribadi.
Sangkuriang merupakan contoh yang tidak patut ditiru, sifatnya yang tega,
mendapatkan balasan murka ibunya. Pesan yang dpat disampaikan dari legenda
Tangkuban Perahu ialah senangkan lah orang tua anda dengan cara yang baik dan
tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai