Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GESTASIONAL

TROPOBLASTIK NEPOLASIA (GTN)

1. Definisi
Penyakit GTN (Gestasional Troploblastik Neoplasia) atau PTG (Penyakit
Trofoblas Ganas) atau Koriokarsinoma adalah tumor ganas yang berasal dari sel –sel
sitotrofoblastik dan sinsitio trofoblas (pembentuk plasenta) yang menginvasi
miometrium, menyebabkan kerusakan jaringan disekitarnya dan perdarahan
(Bambang, 2009).
Korio merupakan istilah yang diambil dari vili korionik yaitu salah satu jenis
selaput pada rahim manusia. Kanker korio atau PTG berasal dari salah satu plasenta
sehingga menyebabkan hormon HCG (Human Chorrionic Gonadotropia) dalam
plasenta dalam keadaan yang tinggi. Koriokarsinoma dapat menyerang semua wanita
yang pernah hamil dan wanita yang pernah mengalami kehamilan mola
(molahidatidosa) yaitu hamil anggur. GTN bisa juga menyebar sampai ke organ
lainnya.
2. ETIOLOGI

Menurut Cunningham (2005) penyebab dari GTN masih belum jelas diketahui
secara pasti, tetapi dapat meningkat resikonya pada :

1) Faktor ovum, ovum yang patologis dan mengalami kematian, sehingga


terlambat untuk dikeluarkan
2) Imunoselektif Trofoblast (kematian fetus, pembuluh darah pada stroma vili
menjadi jarang dan memicu terjadi hiperplasia sel)
3) Wanita hamil dibawah usia 15 tahun dan diatas 40 tahun
4) Kehamilan ganda dan inseminasi buatan dapat meningkatkan terjadi
kehamilan mola dan hiperplasia
5) Kelainan kromosom NLRP7 yang berperan dalam oogenesis dan
perkembangan endometrium saat invasi kehamilan
6) Faktor gaya hidup : merokok, jamu – jamu an, makanan dan gaya hidup yang
tidak sehat
7) Riwayat hamil dan paritas yang tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya
abnormalitas pada kehamilan berikutnya.
3. KLASIFIKASI
Berdasarkan staging FIGO 1982 yaitu :
Stadium I : Tumor sebatas uterus saja
Stadium II : Tumor ke adneksa atau vagina, namun terbatas pada struktur
genetalia saja
Stadium III : Tumor bermetastase ke paru dengan atau tanpa metastase ke organ
yang lebih jauh
Stadium IV : Tumor bermestastase ke organ lain : otak, hepar, saluran cerna dll.
Faktor Resiko GTN menurut FIGO (WHO) dapat diklasifikasikan menjadi :
a) Resiko Rendah (Low Risk) jika skor ≤ 6
b) Resiko Tinggi (High Risk) jika skor ≥ 7
Faktor Resiko 0 1 2 4
Usia < 40 ≥ 40
Kondisi Kehamilan mola abortus aterm
Interval Kehamilan < 4 bulan 4-6 bulan 7-12 bulan >12 bulan
HCG 103 103-104 >104-105 >105
Tumor dalam uterus Limfa, Ginjal GI tract Otak, hati
bermetastase
Jumlah organ metastase 1-4 5-8 >8
Kegagalan kemoterapi Single drug Two/ more
drug

4. PATOFISIOLOGI
Selama beberapa minggu pertama perkembangan plasenta, terdapat
pertumbuhan proliferasi vili korion yang masing – masing akan berakhir dengan
berisi cairan. Pertumbuhan cepat dari trofoblast maka akan mengobservasi massa sel
dan fetus tidak akan bisa berkembang. Kehamilan mola akan lebih besar, jauh lebih
besar dari perkembangan fetu, ukuran uterus juga akan mmebesar lebih dari pada
takaran HPHT. Karena adanya proliferasi vili korion, kadar gonadotropin akan
meningkat, sehingga disebut mola hidatidosa.
Bentuk tumor trofoblast yang ganas dapat disebut karsinoma dari epitel
korion. Faktor yang berperan tidak diketahui secara pasti dan dapat menyebabkan
manifestasi yang tidak baik, salah satunya perdarahan. Apabila mengenai
endometrium, akan menyebabkan perdarahan, peluruhan dan infeksi permukaan
endometrium. Masa jaringan yang ada di miometrium dapat meluas keluar dan dapat
menembus ke peritonium (Cunningham, 2005).
GTN dapat terjadi setelah kehamilan mola, abortus, ektopik atau bisa juga
pada kehamilan normal. Tandanya adalah perdarahan irreguler setelah nafas dan
disertai subinvolusi uterus. Perdarahan dapat berlangsung sedikit, intermitten maupun
perdarahan yang mendadak (massive).

5. MANIFESTASI KLINIK
1) Terjadinya perdarahan pervagina, bisa flek, intermitten maupun massive
2) Hiperemesis kadang disertai penurunan nafsu makan
3) Pembesaran uterus yang berlebihan dibandingkan saat usia kehamilan dari
HPHT
4) Tidak ada bunyi jantung janin
5) Tidak terpalpasinya bagian – bagian janin
6) Peningkatan kadar HCG lebih dari normal saat kehamilan dan post partum
7) Gejala metastase jika ada metastase ke organ lain.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan HCG
HCG adalah hormon yang dihasilkan plasenta β-HCG akan meningkat dan
keadaan normal (82,5 IV / 24 jam) jika ada keganasan.
2) Vagina Touche untuk pemeriksaan involusi uterus
3) Foto Thoraks jika diketahui atau dicurigai adanya metastase GTN ke paru
4) CT Scan dan MRI jika diketahui ada metastase jarak jauh ke organ – organ
yang lainnya.
7. PENCEGAHAN
1) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan rutin selama
kehaliman berlangsung, jangan merencanakan kehamilan dibawah usia 18
tahun dan diatas 40 tahun, tidak langsung hamil setelah partus, menunggu 6
bulan – 1 tahunan, mengkonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, dan
menjauhi faktor lingkungan yang banyak polusi, radikal bebas, dan zat kimia.
2) Penapisan
Dilakukan pemeriksaan antenatal care secara berkala dan setelah partus (masa
nifas) juga harus melakukan pemeriksaan agar tidak muncul proliferasi
abnormal dari sel – sel plasenta yang akan berkembang menjadi GTN, jika
selama pemeriksaan tidak ditemukan kelainan dapat dilanjutkan untuk
perencanaan kehamilan berikutnya
3) Deteksi Dini
Cara pendeteksian dini adalah dengan pemeriksaan yang paling sederhana
yaitu anamnesa dan pemeriksaan fisik, pengukuran kadar HCG, pemeriksaan
pelvic dan pemeriksaan kesehatan lengkap.
8. PENATALAKSANAAN
1) GTN Resiko Rendah (GTN – LR) skor WHO <6, penatalaksanaannya adalah :
a) Methothreksate 0,4 mg/kg BB IM setiap hari selama 5 hari, diulang
setiap 2 minggu
b) Methothreksate 1 mg/kg BB IM selang 1 hari dosis 4 ditambah
Leukovorin 0,1 mg/kg BB 24 jam setelah MTX, diulang setiap 2
minggu
c) Actinomycin – D 1,25 mg/ m2 diberikan tiap 2 minggu
d) Actinomycin – D 12 mg/ kg BB IV tiap hari selama 5 hari, diulang tiap
2 minggu
e) Kemoterapi dilanjutkan 1 atau 2 kali setelah HCG treatment
2) GTN Resiko Tinggi (GTN-HR) skor WHO ≥ 7, penatalaksanaan yaitu :
a) Terapi primer EMA – CO (Etoposide, MTX, Actinomycin,
Chyclophosphamide, dan Oncoviu/Vincistrin)
b) Jika resisten, alternatifnya :
EMA – PA (Etoposide, MTX, Actinomycin, Cisplatin, dan
Adriamisin)
EMA – EP (Etoposide, MTX, Actinomycin, Etoposide, Platinum)
c) Jika EMA –EP resisten dapat diberikan alternatif :
Paklitaxel – Cisplatin
Paklitaxel – Etoposide
Paklitaxel – 5 FU
ICE (Iphosphamid, Cisplatin dan Etoposide)
BEP Regimen
3) Plasental Site of Trophoblastik Tumor (PSTT)
Pengelolaannya terpisah dari PTG yang lain, terapi dilakukan secara
kombinasi tidak dengan operasi, maupun kemoterapi
4) Penatalaksanaan Suportif
Menjaga pola makan yang sehat dan teratur, menjaga pola tidur dan istirahat
yang baik, menjaga psikologis dan mengurangi stress, edukasi klien untuk
tetap rutin menjalani pengobatan, tidak ada putus pengobatan dan support dari
keluarga untuk meningkatkan motivasi klien.
A. PENGKAJIAN
1) Anamnesa Identitas Klien
2) Keluhan utama
Biasanya terdapat pembesaran pada perutnya, merasa hamil tapi tidak
merasakan erakan bayi, perdarahan terus menerus yang abnormal per
vaginam.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Perjalanan penyakit klien dari awal hingga MRS, riwayat penyakit yang
memunculkan keluhan utama
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang pernah di derita, riwayat alergi, riwayat operasi,
riwayat kehamilan mola, riwayat keguguran, riwayat kematian janin, riwayat
hamil sebelumnya, riwayat pernikahan dan usia kehamilan
5) Riwayat Obstetri
Riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, anak hidup, anak meninggal, persalinan
cukup bulan, abortus, prematur, riwayat kehamilan ganda, kehamilan mola
dan riwayat mual muntah.
6) Genogram keluarga untuk menentukan adanya faktor genetik yang terlibat
7) Riwayat Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Riwayat konsumsi obat, riwayat penggunaan alkohol, riwayat merokok,
penggunaan NAPZA, jamu penggugur atau paparan zat kimia toksik.
8) Observasi klien
Keadaan umum, kesadaran, BB, TB, TTV, CRT, akral, GCS dan lainnya
9) Kepala dan Leher
Cek konjungtiva, sklera, pupil, edema, penglihatan, mukosa bibir, lidah,
kebersihan mulut, cloasma, kelenjar tiroid, vena jugularis dan tanda – tanda
kurang tiudr
10) Dada/ Thoraks
Cek irama nafas, irama jantung, nyeri dada atau tidak, ada metastase paru,
sesak, pola nafas, suara nafas, inspeksi payudara, nyeri tekan
11) Perut/ Abdomen
Ada pembesaran, benjolan, asites, luka, nyeri tekan, fundus uteri, leopold jika
diduga hamil, kontraksi uterus, konsistensi
12) Genitalia
Ada keputihan abnormal atau tidak perdarahan, laserasi , ganguan berkemih,
nyeri tekan gangguan saat berhubungan seksual, nyeri coitus, kemampuan
defekasi, ada rasa hamil tapi tidak ada gerakan bayi.
13) Tangan dan Kaki
Kekuatan otot, kemampuan pergerakan sendi, refleks fisiologis dan patologis,
adanya edema, luka atau nyeri tekan
14) Pengetahuan dan Psikologis
Respon klien terhadap penyakitnya, perawatan diri, obat yang pernah
dikonsumsi, kepatuhan ANC selama kehamilan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan pola nafas berhubungan dengan metastase penyakit ke paru – paru
2) Gangguan citra diri berhubungan dengan pembesaran abdomen dan kehamilan
anggur
3) Ansietas berhubungan dengan kondisi psikologis terhadap penyakit dan stress
hospitalisasi
4) Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan rasa mual dan muntah akibat
peningkatan β-HCG
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan jumlah sel darah merah
(anemia)
6) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O 2
ke jaringan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Gangguan Pola Nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pola nafas
klien kembali normal
Kriteria Hasil :
a. RR klien dalam rentang normal (12-16 x/menit), tidak ada sesak nafas
b. Irama nafas normal, tidak ada penggunaan otot bantu nafas
c. Tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Tidak ada retraksi dada, tidak ada dada yang tertinggal saat bernafas
e. Tidak ada hambatan ekspansi paru

Intervensi Keperawatan :

1. Monitoring jumlah RR, irama nafas, kedalaman pernafasan, suara nafas dan
penggunaan otot bantu nafas
2. Berikan oksigenasi tambahan, minimal dengan nasa kanul untuk
mengurangi sesak nafas
3. Auskultasi suara nafas klien secara berkala
4. Berikan posisi yang nyaman untuk klien agar ekspansi paru dapat secara
maksimal
5. Edukasi klien untuk tidak merasa cemas dan stress agar pola nafas tidak
semakin cepat dan mengganggu kenyamanan
2) Gangguan citra diri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien
tidak mengalami gangguan citra diri
Kriteria Hasil :
a. Klien merasa nyaman dan menerima kondisi tubuhnya
b. Klien dpaat memberikan respon adaptif dan kooperatif dengan kondisi
dirinya
c. Koping klien adaptif
d. Tidak muncul tanda – tanda depresi
e. Keluarga klien dapat menerima kondisi klien

Intervensi Keperawatan

1. Monitoring tanda – tanda klien merasa penurunan citra diri atau tanda
depresi
2. Motivasi klien untuk tetap bersemangat dalam menjalani pengobatan
3. Ajak klien untuk saling terbuka dan mau menyampaikan keluh
kesahnya dengan orang lain
4. Alihkan rasa kecemasan yang berlebihan dengan hal yang disukai klien
5. Tunjukkan beberapa video inspiratif kepada klien
6. Libatkan keluarga dan suami untuk mengambil keputusan tentang
kondisi klien
3) Defisit Nutrisi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam, nutrisi
klien dapat terpenuhi dengan baik dan mengalami peningkatan
Kriteris Hasil :
a. Nutrisi klien terpenuhi dengan kebutuhan kalori pasien
b. BB klien tetap atau tidak mengalami penurunan
c. Hemoglobin dan Albumin klien dalam rentang normal (Hb : 11 -14,7
gr/dl) (Albumin : 3,4 – 5,6 gr/dl)
d. Tidak muncul tanda – tanda anemia
e. Tidak ada mual muntah dan nafsu makan klien mengalami peningkatan

Intervensi Keperawatan

1. Monitoring tanda – tanda kekurangan nutrisi pada klien pastikan BB


dan TB serta IMT diukur
2. Edukasi klien untuk meningkatkan asupan makanan dan melawan rasa
mual
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang sesuai
4. Edukasi keluarga untuk meningkatkan dan memastikan klien makan
tepat waktu
5. Edukasi klien untuk meningkatkan pola makan agar mendukung proses
kesembuhan dan peningkatan energi
6. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian anti emetik
DAFTAR PUSTAKA

Cunning ham, F. Gary, Gunt. 2005. Obstetri Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2003. Penuntun Kepamiteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi
Edisi 2. Jakarta : EGC

Sharley E. Otto. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai