Anda di halaman 1dari 29

I.

PENDAHULUAN

Dermatofita merupakan golongan jamur yang melekat dan tumbuh pada

jaringan keratin, jamur menggunakan jaringan keratin sebagai sumber

makanannya. Jaringan yang mengandung keratin ialah jaringan seperti stratum

korneum kulit, kuku, dan rambut pada manusia. Kemungkinan besar terjadinya

infeksi pada daerah tersebut pada manusia. Selain menyerang jaringan keratin

pada manusia dermatofita juga menyerang kulit hewan, sehingga penularan jamur

dermatofita dapat terjadi jika berkontak dengan hewan yang terinfeksi.1 Saat

sekarang ini sudah ditemukan spesies dermatofita, terdiri spesies Microsporum,

spesies Trichophyton, spesies Epidermophyton.

Pertumbuhan jamur sangat mudah sesuai dengan kecocokan dengan sel

inang dan lingkungannya. Pada umumnya jamur tumbuh dan berkembang baik

pada lingkungan dengan suhu 25-280 C begitu juga dengan dermatofita. Selain

faktor lingkungan, infeksi pada kulit manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti; higiene individu yang rendah, tempat tinggal atau pemukiman yang padat,

pakaian yang tidak menyerap keringat, atau bagian tubuh yang sering tertutup

lama oleh pakaian, sepatu, maupun topi. Biasanya infeksi jamur sering terjadi

pada populasi dengan tingkat sosioekonomi yang rendah, hal ini terjadi karena

kurangnya pengetahuan dan sikap individual terhadap resiko timbulnya infeksi

dan transmisi dari jamur.

Penyakit kulit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita ini

disebut dengan dermatofitosis. Dermatofitosis disebut juga dengan tinea dan

memiliki variasi sesuai dengan lokasi anatominya seperti tinea kapitis, tinea
barbae, tinea kruris, tinea pedis dan tinea korporis. Penyakit ini sering terjadi pada

anak-anak dengan usia dominan 3 sampai 7 tahun, dapat juga mengenai neonatus

dan dewasa. Pada profil dermatofitosis di RSUP Prof. dr. RD. Kandou Manado

tahun 2012, didapatkan tinea kruris 55,38%, tinea korporis 26,16%, selanjutnya

tinea kapitis 9,23%.

Penularan dermatofitosis dapat secara langsung dari manusia ke manusia

(anthropophilic organisms), dari tanah ke manusia (geophilic organisms), dan

dari hewan ke manusia (zoophilic organisms). Transmisi dermatofita juga dapat

terjadi secara tidak langsung melalui benda lain yang dapat berperan menjadi

media penularan agen infeksi seperti handuk, topi, dan sisir yang digunakan

bergantian. Mikroba terdapat hampir di semua tempat. Di udara mulai dari

permukaan tanah sampai pada lapisan atmosfir yang paling tinggi. Di laut terdapat

sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air sungai,

selokan, kolam atau air sawah. Mikroba terdapat di tempat di mana manusia

hidup. Terdapat di udara yang kita hirup, pada makanan yang kita makan, juga

terdapat pada permukaan kulit, pada jari tangan, pada rambut, dalam rongga

mulut, usus, dalam saluran pernafasan dan pada seluruh permukaan tubuh yang

terbuka dan dianggap sebagai flora normal

Bakteri yang hidup bebas di alam sangat mudah untuk berpindah dari

tempat yang satu ke tempat yang lain. Perpindahan tersebut melalui berbagai

macam perantara seperti air, udara dan benda-benda padat. Perpindahan tersebut

dapat menyebabkan bakteri menempel pada benda-benda apa saja, sehingga


dengan mudah benda-benda mati ataupun mahluk hidup lainnya dapat

terkontaminasi bakteri dan bahkan bakteri tersebut dapat merusak atau

menginfeksi apa yang ditempatinya.

Untuk dapat meneliti mikroorganisme di laboratorium kita harus dapat

menumbuhkan mikroorganisme tersebut .  Mikroorganisme dapat berkembang

secara alami ataupun buatan. Substrat yang digunakan manusia dalam dalam

mengembangkan dan menumbuhkan mikroorganisme disebut media . Untuk itu

harus dipahami jenis – jenis nutrien yang diisyaratkan oleh bakteri dan lingkungan

fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya. Alat – alat yang

digunakan dalam perkembangbiakan ini harus disterilkan terlebih dulu , supaya

mikroorganisme yang tidak diinginkan tidak tumbuh , sehingga menghambat

pertumbuhan mikroorganisme .

Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh

suatu biakan yang murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah

pencemaran dari luar. Inokulasi dimaksudkan untuk menumbuhkan, meremajakan

mikroba dan mendapatkan populasi mikroba yang murni .  Inokulasi adalah

pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama dengan tingkat ketelitian

yang sangat tinggi . Agar biakan bakteri dapat dibuat , maka alat – alat harus

disterilisasi sebelum inokulasi. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk

mematikan semua organisme yang terdapat pada suatu benda . Proses sterilisasi

dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu , penggunaan panas ( pemijaran dan

udara panas ) , penyaringan , penggunaan bahan kimia ( etilena oksida , asam

perasetat , formal dehida dan glutaraldehida alkalin ) .


Pencemaran biasanya berasal dari udara yang mengandung banyak

mikroorganisme . Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-

hati dan mematuhi prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi .  Pada

praktikum ini akan dilakukan teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada

medium steril untuk mempelajari mikrobiologi dengan satu kultur murni saja . 

Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukanpemindahan ke biakan

segar tanpa terjadi pencemaran .  Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan

dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan selama

pemindahan berulangkali. Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali

memerlukan pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan

mikroorganisme ini dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan

kemurnian biakan selama pemindahan berulangkali.

  Jamur merupakan organisme yang bisa menyebabkan penyakit pada

tumbuhan dan manusia. Tetapi dari beribu ribu spesies jamur yang di kenal hanya

sekitar 100 spesies yang di kenal menyebabkan penyakit pada manusia dan

binatang

Infeksi mikotik manusia dikelompokkan dalam infeksi jamur superfisial

(pada kuku, kulit, dan rambut), subkutan, dan profunda (sistemik). Mikosis

superfisial disebabkan oleh jamur yang hanya menyerang jaringan keratin tetapi

tidak menyerang jaringan yang lebih dalam. Jamur yang sering menimbulkan

mikosis superfisial adalah golongan dermatofita. Salah satu spesies yang

termasuk di dalamnya adalah Microsporum.


Banyak binatang domestik dan binatang lainnya terinfeksi oleh dermatofita

dan dapat memindahkannya ke manusia (misalnya Microsporum canis dari kucing

dan anjing)

semua makhluk mikroskopik dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun

aselular seperti bakteri, microfungi, kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea.

Selain itu, virus merupakan makhluk mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam

ilmu mikrobiologi meskipun tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk

hidup. Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan berkembang

menjadi ilmu yang multidisipliner. Dalam penerapannya di masa kini,

mikrobiologi tidak dapat dipisahkan dengan ilmu yang lain dalam aplikasinya di

bidang farmasi, kedokteran, teknik kimia, arkeologi, pertanian, gizi dan kesehatan,

serta pangan.

Rambut terdapat hampir pada seluruh bagian tubuh dan memiliki berbagai

fungsi, antara lain fungsi estetika bagi manusia. Rambut sering disebut sebagai

mahkota bagi wanita, sedangkan bagi pria, rambut memengaruhi rasa percaya diri.

Kerontokan rambut yang dapat mengakibatkan kebotakan merupakan salah satu

problema yang paling dikhawatirkan setiap orang.

Rambut terdiri atas akar dan tangkai rambut. Akar rambut dialiri darah

melalui syaraf. Oleh karena itu, rambut sensitif terhadap lingkungan, cuaca atau

zat-zat kimia yang digunakan untuk tata rias rambut. Rambut tumbuh di atas kulit

dan akarnya tertanam di dalam kulit, sel, dan perubahan biologis lainnya terdapat

dalam akar yang menentukan pertumbuhan dan perontokkan rambut. Reaksi

biokimia yang mempengaruhi pertumbuhan rambut terletak di bagian bawah akar


Rambut mengalami daur pertumbuhan dan kerontokan yang berbeda pada

setiap helainya. Meskipun kerontokan merupakan daur alami dari rambut, namun

terkadang kuantitas dan frekuensi kerontokan menjadi meningkat sehingga terjadi

kebotakan. Hal ini umumnya disebabkan oleh gangguan hormonal, efek samping

obat, makanan yang dikonsumsi, dan stress.

penyebab kerontokan rambut ada dua kategori:

1. Malformasi, yang sangat berhubungan dengan kerusakan rambut, hal ini

yang menimbulkan kebotakan.

2. Kerusakan rambut karena stress normal sehari-hari dengan angka

kerontokan

rambut antara 0-40 helai/hari.

TUJUAN

Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk memperoleh isolat jamur

keratinolitik.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan

memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan

tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri

(inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya

dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi

(Dwijoseputro, 1998)

Rambut merupakan adneksa kulit (kelenjar kulit atau lapisan dermis) yang

tumbuh pada hampir seluruh permukaan kulit mamalia kecuali telapak tangan dan

telapak kaki (Wasitaatmadja, 1997). Jenis rambut pada manusia dapatdigolongkan

menjadi 2 jenis:

1. Rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen,

terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna. Rambut terminal

diproduksi oleh folikel-folikel rambut besar yang ada di lapisan subkutis, dengan

diameter rambut >0,03mm.

2. Rambut velus, rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat

hampir di seluruh tubuh. Rambut velus di produksi oleh folikel-folikel rambut

kecil yang ada di lapisan dermis, dengan diameter rambut < 3mm (Soepardiman,

2008).

Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut:

a. Folikel Rambut, yaitu suatu tonjolan epidermis ke dalam berupa tabung

yang meliputi: 1). Akar rambut (folliculus pili), yaitu bagian rambut
yang tertanam secara miring dalam kulit. 2). Umbi rambut (bulbus pili),

yaitu bagian terbawah akar rambut yang mengalami pelebaran. Bagian

terbawah umbi rambut adalah matriks rambut, yaitu daerah yang terdiri

dari sel-sel yang membelah dengan cepat dan berperan dalam

pembentukan batang rambut. Dasar umbi rambut yang melekuk ini

mencakup gumpalan jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf

b. Batang Rambut, yaitu bagian rambut yang berada diatas permukaan

kulit. Batang rambut terdiri atas 3 bagian, yaitu kutikula (selaput

rambut), yang terdiri atas lapisan keratin yang berguna untuk

perlindungan terhadap kekeringan dan pengaruh lain dari memanjang

dan saling berdekatan; dan medulla (sumsum rambut), terdiri atas 3-4

lapis sel kubus yang berisi keratohialin, badan lemak, dan rongga udara.

Rambut velus tidak memiliki medula (Soepardiman, 2008).

c. Otot Penegak Rambut (muskulus arector pili), merupakan otot polos

yang berasal dari batas dermo-epidermis dan melekat di bagian bawah

kandung rambut. Otot-otot ini dipersarafi oleh saraf-saraf 17drenergic

dan berperan untuk menegakkan rambut bila kedinginan serta sewaktu

mengalami tekanan emosional (Priskila, 2012).

Dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa

yang disebabkan infeksi jamur (Mawarli, 2000). Dermatomikosis mempunyai arti

umum, yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit (Djuanda, 2005).
Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang menjadi zat

tanduk, seperti kuku, rambut, dan sratum korneum pada epidermis yang

disebabkan oleh jamur dermatofita (Mawarli, 2000). Dermatofitosis (Tinea)

adalah infeksi jamur dermatofit (species microsporum, trichophyton, dan

epidermophyton) yang menyerang epidermis bagian superfisial (stratum

korneum), kuku dan rambut. Microsporum menyerang rambut dan kulit.

Trichophyton menyerang rambut, kulit dan kuku. Epidermophyton menyerang

kulit dan jarang kuku (Rook dan Dawber, 1991).

Menurut Emmons, 1994 (dalam Djuanda, 2005) dermatofita penyebab

dermatofitosis. Golongan jamur ini bersifat mencernakan keratin, dermatifita

termasuk kelas fungi imperfecti. Gambaran klinik jamur dermatofita

menyebabkan beberapa bentuk klinik yang khas, satu jenis dermatofita

menghasilkan klinis yang berbeda tergantung lokasi anatominya.

Komponen rambut terdiri dari keratin, asam nukleat, karbohidrat, sistin,

sistein, lemak, arginin, sistrulin, dan enzim (Rook dan Dawber, 1991). Rambut

terdiri dari 2 bagian yaitu batang rambut dan akar rambut seperti terlihat pada

Gambar 1 di bawah ini.


Gambar 1. Anatomi Rambut (Sumber: Mitsui, 1997)

Rambut mempunyai peranan yang penting dalam sejarah kehidupan

manusia. Rambut tidak hanya berfungsi sebagai pelindung sekujur tubuh dari

panas, dingin, atau sebab-sebab lain yang dapat melukai tetapi juga berpengaruh

pada segi estetika seperti untuk diurai, diikat, dibando, dikepang, diluruskan,

dikeriting, dan lain-lain. Rambut yang sehat akan cenderung memberikan kesan

positif pada seseorang misalnya tampak lebih cantik, tampan, muda, atau percaya

diri. Oleh karena itu banyak orang baik pria maupun wanita tidak segan-segan

melakukan perawatan rambut untuk menjaga kesehatan rambutnya (Trancik,

2000).

Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa masa hidup atau daur tiap helai

rambut berbeda dengan helai rambut lainnya, oleh karena itu secara berulang

mengalami pertumbuhan, kerontokan, dan pertumbuhan kembali. Daur ini dibagi

menjadi tiga bagian: anagen (pertumbuhan), katagen (terhentinya pertumbuhan),

dan telogen (periode istirahat) mekanismenya dijelaskan dalam Gambar 2.

(Mitsui, 1997).
Gambar 2. Siklus Pertumbuhan Rambut (Sumber: Mitsui, 1997)

Orang dewasa rata-rata mempunyai 90 ribu sampai 150 ribu helai rambut

di kepala. Walaupun ada rambut yang rontok setiap harinya namun masih

dianggap normal bila banyaknya rambut yang rontok kurang dari 50-100 helai

rambut per hari. Beberapa penyebab kerontokan rambut antara lain: stress, obat-

obatan, kondisi tubuh tertentu, perawatan rambut yang tidak tepat, dan pengaruh

genetik atau hormonal yang menghambat siklus masa hidup rambut. Mekanisme

atau proses kerontokan rambut dapat terjadi melalui kerontokan atau efluvium

(telogen efluvium (TE) adalah kerontokan rambut berlebih yang disebabkan

karena peningkatan proporsi folikel rambut fase telogendan anagen effluvium

(AE) adalah kerontokan rambut yang disebabkan oleh perawatan medis untuk

kanker.

Menurut Soedibyo dan Dalimartha (1998), faktor-faktor yang berperan

pada pertumbuhan rambut terdiri atas yang pertama yaitu faktor intrinsik

(sirkulasi darah ke folikel dan hormon) dengan mekanisme yang dimulai dari

sekitar dan bawah batang rambut di kulit, folikel rambut merawat dan mengontrol

pertumbuhan rambut serat rambut. Sejak pertama kali terbentuk folikel rambut
mengalami siklus pertumbuhan yang berulang. Fase pertumbuhan dan fase

istirahat bervariasi berdasarkan umur dan regio tempat rambut tersebut tumbuh

dan juga dipengaruhi faktor fisiologis maupun patologis. Siklus pertumbuhan

yang normal adalah masa anagen, masa katagen, dan masa telogen. Folikel rambut

yang dikelilingi oleh jaringan yang rumit dari pembuluh darah memasok nutrisi

yang dibutuhkan dan oksigen ke folikel rambut. Kedua yaitu faktor ekstrinsik

(perubahan cuaca ekstrim, paparan ultraviolet, sinar-X, radioaktif, iritasi zat kimia

atau penutupan dan penekanan rambut serta kulit kepala). Selain kondisi

lingkungan, faktor nutrisi juga berperan pada pertumbuhan rambut. Faktor nutrisi

meliputi protein, vitamin A, vitamin E, vitamin B kompleks, vitamin C, yodium,

zat besi, dan sistein melalui sistem metabolisme tubuh.

Menurut Soedibyo dan Dalimartha (1998), rambut mengandung protein

sekitar 98 %, vitamin A berperan memberikan kelembutan dan kesehatan kulit

kepala tetap terjaga, vitamin E berperan dalam kesehatan rambut dan kuku,

vitamin B kompleks penting untuk mempertahankan sirkulasi dan warna rambut,

vitamin C berperan dalam kekuatan, kelenturan, serta menjaga rambut agar tak

rusak dan bercabang, yodium untuk kelangsungan fungsi kelenjar tiroid yang

normal agar sintesis hormon tiroid terjaga dan tidak menurunkan kadar tiroksin

bebas di dalam darah yang dapat menyebabkan rambut kusam dan ujung pecah-

pecah. Zat besi merupakan mineral penting untuk menjaga kesehatan rambut

karena memengaruhi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dan zat

makanan ke seluruh jaringan termasuk rambut dan kulit kepala, terakhir sistein

merupakan asam amino yang terdapat dalam jumlah besar pada rambut dan kuku.
Menurut Mitsui (1997), kandungan kimia utama rambut adalah protein

keratin yang terdiri dari 18 jenis asam amino, sedangkan kandungan

sampingannya yaitu pigmen melanin (3% dari total), elemen kecil (besi, mangan,

kalsium, magnesium, seng, dan tembaga selain komponen anorganik seperti fosfor

dan silikon), dan lemak (1-9%, contohnya squalane, monogliserida, digliserida,

trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol, ester kolesterol, dan ester lemak).

Kekurangan kandungan kimia tersebut akan menyebabkan kerontokan.

Perawatan rambut dengan bahan herbal telah dikenal sejak suku-suku di

Indonesia seperti suku Wajak, suku Baduy, suku Jawa, suku Batak, suku Melayu,

suku Betawi, dan suku Papua mulai bermunculan, boleh diakui Indonesia memang

terkenal kaya akan keanekaragaman hayati. Berdasarkan pengetahuan umum yang

sejak lama telah berkembang di masyarakat dan adanya slogan “back to nature”

para peneliti tergerak untuk memanfaatkan bahan herbal, bukan hanya dalam

bidang obat-obatan seperti bahan sintetis antara lain minoksidil, tapi juga dalam

bidang kosmetik (Sawaya, 1998).

Menurut Arlene (2013), minyak kemiri digunakan sebagai penyubur

rambut, serta menurut Elevitch dan Manner (2006), kemiri juga digunakan

sebagai perangsang pertumbuhan rambut atau sebagai bahan aditif dalam

perawatan rambut. Protein kedelai telah ditunjukkan untuk memainkan peran

dalam pertumbuhan rambut dalam banyak penelitian sebelumnya. Ekstrak kedelai

bahkan dapat meningkatkan atribut kosmetik. Ini termasuk kulit yang lebih sehat
tampan dan kuku serta pengurangan rambut rontok khususnya laki-laki dan pola

kebotakan perempuan (Adams 2004).

Bentuk – Bentuk gejala klinis Dermatofitosis

1) Tinea Kapitis

Adalah kelainan kulit pada daerah kepala rambut yang disebabkan jamur

golongan dermatofita. Disebabkan oleh species dermatofita trichophytondan

microsporum Gambaran klinik keluhan penderita berupa bercak pada kepala, gatal

sering disertai rambut rontok ditempat lesi. Diagnosis ditegakkan berdasar

gambaran klinis, pemeriksaan lampu wood dan pemeriksaan mikroskopis dengan

KOH, pada pemeriksaan mikroskopis terlihat spora diluar rambut atau didalam

rambut. Pengobatan pada anak peroral griseofulvin 10-25 mg/kg BB perhari, pada

dewasa 500 mg/hr selama 6 minggu.

2) Tinea Favosa Adalah infeksi jamur kronis terutama oleh trychophiton

schoenlini, trychophithon violaceum, dan microsporum gypseum. Penyakit ini

mirip tinea kapitis yang ditandai oleh skutula warna kekuningan bau seperti tikus

pada kulit kepala, lesi menjadi sikatrik alopecia permanen. Gambaran klinik mulai

dari gambaran ringan berupa kemerahan pada kulit kepala dan terkenanya folikel

rambut tanpa kerontokan hingga skutula dan kerontokan rambut serta lesi menjadi

lebih merah dan luas kemudian terjadi kerontokan lebih luas, kulit mengalami

atropi sembuh dengan jaringan parut permanen. Diagnosis dengan pemeriksaan

mikroskopis langsung, prinsip pengobatan tinea favosa sama dengan pengobatan

tinea kapitis, hygiene harus dijaga.


3)Tinea Korporis

Adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus (globurus skin) di daerah muka,

badan, lengan dan glutea. Penyebab tersering adalah T. rubrum dan

T.mentagropytes. Gambaran klinik biasanya berupa lesi terdiri atas bermacam-

macam efloresensi kulit, berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar, atau

polisiklik.

Masalah kerontokan rambut menurut para peneliti diatasi dengan cara

inovasi menemukan formula yang efektif. Hal ini berefek pada banyaknya

kosmetika rambut yang dipasarkan, baik produk sintetis maupun produk herbal.

Penggunaan bahan yang bersifat sintetis maupun produk herbal sudah banyak

diproduksi. Penggunaan bahan yang bersifat sintetis pada produk kosmetika

dinilai kurang aman karena dapat menimbulkan efek samping pada penggunaan

jangka panjang seperti efek alergi (eksim ringan), patogenik, hingga karsinogenik

(kanker) (Priskila, 2012).

III. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah test tube, petridish,

jarum ose, spritus.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah rambut yang

telah steril, medium.

IV. SKEMA KERJA

DIBUAT MEDIUM

DIMASUKKAN MEDIUM KEDALAM PETRIDISH

DITUNGGU SETENGAH MENGERING

DIMASUKKAN RAMBUT PADA MEDIUM

DIINKUBASI

DIAMATI

V. HASIL PEMBAHASAN
1. Hasil

Pada praktikum kali ini, didapatkan hasil jamur pada rambut yang

diduga adalah jamur Microsporum gypseum.

Hasil Sumber

Keterangan :
Struktur : 1) Hifa bersepta
2) Mikrokonidia berdinding halus
3) Makrokonidia berbentuk spindel
Perbesaran : 10 x 0,25
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Eurotiomycetes
Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae
Genus : Microsporum
Spesies` : Microsporum gypseum

2. Pembahasan
Identifikasi isolat fungi dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama

yaitu, pengamatan fungi secara makroskopis yang meliputi pengamatan terhadap !arna dan

bentuk koloni. Tahapkedua yaitu, pengamatan secara mikroskopis yang

dilakukan dengan membuat slide kutur y a n g m e l i p u t i p e n g a m a t a n

terhadap bentuk hifa, bentuk, dan ukuran konidia.

T a h a p  pembuatan slide kultur Pada percobaan inokulasi mikroorganisme

menggunakan medium padat, pertama yang harus dilakukan adalah mensterilkan

alat-alat yang akan digunakan. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan

mikroorganisme yang akan diinokulasi tidak terkontaminasi mikroorganisme

lain yang akan menganggu hasil pengamatan. Mikroorganisme memiliki ukuran

yang sangat kecil dan terdapat dimana-mana sehingga kita harus menjaga

kesterilan alat dan bahan yang akan digunakan . Semua pekerjaan pada

praktikum ini harus memperhatikan prosedur teknik aseptis.

Alat-alat yang tahan akan pemanasan sebelum digunakan terlebih

dahulu harus difalmbir (dipanaskan sampai pijar) untuk menjaga kesterilannya.

Ujung jarum ose diflambir sampai membara.Untuk tabung reaksi,flambir hanya

cukup dilakukan dengan melewatkan mulut tabung reaksi beberapa kali di atas

spiritus.Kemudian, alat-alat tersebut didiamkan terlebih dahulu selama beberapa

detik agar suhunya sedikit turun agar bakteri tidak mati akibat suhu yang terlalu

tinggi .Apabila tidak digunakan , jarum ose harus disimpan terlebih dahulu di

dalam alcohol 70% agar terhindar dari kontaminasi dan tetap dalam keadaan

steril.Sedangkan untuk spoit yang telah selesai digunakan harus direndam di

dalam desinfektan yang telah disediakan agar mikroorganisme yang tertinggal

tidak berpindah ke tempat lain.


Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba

tertentu dari lingkungan, sehingga diperoleh kultur murni. Dalam praktikum ini

menggunakan sampel rambut dan medianya, PDA. Media berfungsi untuk

menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat

fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya

harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari

kontaminasi pada media.

Potato Dextrose Agar (PDA) digunakan untuk menumbuhkan atau

mengidentifikasi yeast dan kapang. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam

jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga

baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk

pertumbuhan bakteri. Dari media ini juga dapat mengindikasi ketombe atau bahan

(sisik) kering dari epidermis kulit kepala yang mengelupas secara normal.

Banyak faktor yang memudahkan seseorang berketombe, diantaranya

karena faktor genetik, hiperproliferasi epidermis, produksi sebum, stress, nutrisi,

iritasi mekanis dan kimia atau karena kontak dengan jamur penyebab ketombe.

Ketombe dapat menular melalui kontak langsung dengan mikroba Pityrosporum

ovale, biasanya melalui penggunaan alat bersamaan dengan seseorang yang

berketombe seperti sisir atau handuk kepala.

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA

juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak


selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media

sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Untuk komposisi

nutrien agar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml

dan 15 g agar/L. Nutrisi-nutrisi atau kadungan yang ini menunjang pertumbuhan

bakteri.

Fungsi rambut adalah untuk melindungi kulit kepala dari sengatan

matahari dan hawa dingin. Hal ini menyebabkan bakteri. Bakteri (dari kata Latin

bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki

membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan

berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam

kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab

infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat

dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana:

tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria

dan kloroplas (Matsui 1997).

Karena terbukti dalam tubuh manusia memiliki banyak bakteri, oleh

karena itu harus menjaga kebersihan . Agar meminimalisir bakteri pathogen

tumbuh dalam tubuh kita dan tubuh selalu sehat. Dalam praktikum Isolasi bakteri

dapat menghasilkan hasil yang berbeda-beda, ada yang berbentuk membran,

cincin, flokulen, dll. Hal ini dapat terjadi karena faktor-faktor luar yang dapat

mempengaruhi. Misalnya adanya kontaminasi dengan bakteri dari udara atau

kepekatan suspensi yang digunakan. Kontaminasi mungkin dapat terjadi saat

proses memindahan bakteri dari suspensi, atau saat inkubasi, yang kesemuanya
dilakukan tidak dalam keadaan yang benar-benar aseptis, sehingga kontaminan

dapat ikut menempel pada alat-alat ataupun tempat pengerjaan kloroplas (Matsui

1997).

Dari hasil pengamatan tersebut terbukti bahwa proses yang dilakukan

harus sangat teliti sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Kesalahan-

kesalahan yang biasa terjadi adalah sterilisasi medium yang kurang sempurna,

medium memenuhi semua kebutuhan nutrient, proses praktikum yang tidak

aseptis, dan lingkungan laboratorium yang kurang steril. Oleh karena itu dalam

setiap prosedur kerja, baik saat pengenceran ataupun saat menyebar mikrobia ke

dalam medium perlu kehati-hatian agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat

merusak hasil percobaan.

Microsporum gypseum merupakan fungi yang umum menginfeksi kulit

dan rambut. Kurniati dan Rosita (2008) melaporkan bahwa penyakit yang

disebabkan infeksi fungi ini antara lain tinea kapitis (infeksi jamur pada kulit

kepala dan rambut) dan tinea favosa (infeksi jamur pada kulit kepala dan kulit

muda).

M. gypseum tumbuh dengan cepat dan matang dalam 6 hingga 10 hari.

M. gypseum menghasilkan hifa, makronidia dan mikronidia. Makronidia tersebar

banyak, fusiform dan berbentuk simetris dengan ujung bulat, sedangkan

mikronidia berjumlah sedikit, bergerombol dan terdapat di sepanjang hifa

(Ostrosky-Zeichner 2012). Koloni dari M. gypseum tumbuh dengan cepat;

menyebar dengan permukaan yang mendatar dan sedikit berserbuk merah coklat

hingga kehitam-hitaman (Brooks et al, 2005) terkadang dengan warna ungu.


Serbuk yang berada di permukaan koloni mengandung makrokonidia (Rippon,

1974).

Microsporum gypseum merupakan cendawan yang umum menginfeksi

kulit manusia, cendawan ini merupakan penyebab utama penyakit Tinea kapitis.

Infeksi cendawan pada kulit kepala yang muda seperti kulit kepala balita,

Microsporum gypseum juga merupakan cendawan imperfecti (tidak sempurna)

atau Deutromycotina karena perkembangbiakannya hanya secara aseksual.

Cendawan ini sering menginfeksi kulit kepala dan leher (Jawetz dkk, 1991).

Microsporum gypseum memiliki dinding sel yang mengandung kitin,

bersifat heterotrof, menyerap nutrient melalui dinding selnya dan mengeksresikan

enzim-enzim ekstraseluler ke lingkungannya. Cendawan ini dapat ditularkan

secara langsung melalui epitel kulit dan rambut yang mengandung spora

cendawan baik dari manusia, binatang maupun dari tanah. Disamping cara

penularannya, untuk menimbulkan kelainan dikulit tergantung faktor trauma (kulit

yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang cendawan) serta faktor

suhu dan kelembaban. Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi

cendawan, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti

lipatan paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit cendawan kulit

(Indrawati dkk, 2006).


Makrokonidia dihasilkan dalam jumlah yang besar. Dindingnya tipis

dengan ketebalan 8-16 X 20 μ, kasar dan memiliki 4-6 septa, dan berbentuk oval.

Makrokonidia terdiri dari 4-6 sel. Mikrokonidia juga dapat nampak, meskipun

jarang dihasilkan, terkadang pula mudah tumbuh pada subkultur setelah beberapa

kali berganti media pada laboratorium. Mikrokonidianya memiliki ciri-ciri antara

lain: berukuran 2,5-3,0 X 4-6 μ

Dermatofitosis adalah infeksi oleh cendawan

pada b a g i a n kutan superfisial atau bagian dari jaringan lain yang

mengandung keratin (bulu, kuku, rambutdan tanduk). Trichopyton spp dan

Microsporum spp, merupakan jenis kapang yang menjadi penyebab utama

ringworm pada hewan. Di Indonesia yang menonjol diserang adalah anjing,

kucing. Penyebab ringworm ialah cendawan dermatofit yaitu

sekelompok cendawan darig e n u s Epidermophyton, Microsporum

d a n Trichophyton Cendawan dermatofit penyebab ringworm

menurut taksonomi tergolong fungi imperfekti

Deuteromycetes k a r e n a  pembiakannya dilakukan secara aseksual, namun ada

juga yang secara seksual tergolong Ascomycetes.

  M. gypseum bersifat ectothri dan zoofilik yang terdapat pada kucing,

anjing, kuda, dankelinci, gambaran mikroskopis dari kultur adalah macroconidia

berbentuk spindle, berdindingt e b a l d a n k a s a r . M i c r o c o n i d i a b e r b e n t u k

clubbing dan berdnding halus, sedangkan M . gypseum bersifat

ectothri- dan geofilik. 5ambaran makroskopisnya makrokonidia


berbentuk spindle, dinding tipis 3-6 septa, dan mikrokonidianya sedikit dan

berbentuk clubbing (Pobao A. 2009)

Beberapa jenis Microsporum antara lain :

1. Microsporum gypseum merupakan fungi yang umummenginfeksi kulit

dan rambut. Kurniati dan Rosita (2008) melaporkan bahwa penyakit

yang disebabkan infeksi fungi ini antara lain tinea kapitis (infeksi

jamur pada kulit kepala dan rambut) dan tinea favosa (infeksi jamur

pada kulit kepala dan kulit muda).

2. Microsporum canis termasuk ke dalam organisme fungi dermotatif

zoofilik yaitu organisme fungi mengyerang kulit (terutamakulit kepala

dan rambut) dan merupakan fungi yang umumnya hidupdan tumbuh

pada hewan (kucing dan anjing ).Penyebarannya meluasdi seluruh

dunia .Microsporus canis ini merupakan fungi dan memiliki hifa yang

bersepta,dan maksokonidia serta mikrokonidia sebagai alat

reproduksinya

Di negara-negara yang beriklim subtropik atau dingin,

k e j a d i a n r i n g ! o r m l e b i h sering, karena dalam bulan-bulan musim dingin

menerima sinar  matahari secara langsung, juga sering bersama-sama di kandang,

sehingga kontak langsung diantara sesama individu lebih banyak terjadi.

Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung.

Penularan langsung dapat secara fomiti s, epitel, rambut-rambut

yangmengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan
tak langsung dapatmelalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-

barang atau pakaian, debu atau air. D i s a m p i n g c a r a p e n u l a r a n

tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di

k u l i t tergantung dari beberapa faktor seperti faktor virulensi dari dermatofita,

faktor trauma, kulityang utuh tanpa lesi-lesi kecil, factor suhu dan kelembaban,

kurangnya kebersihan dan faktor umur dan jenis kelamin (Ahmad,R.Z. 2009).

Cara mendiagnosa melalui pemeriksaan laboratorium diperlukan

sampel kerokan kulit, serpihan kuku, rambut. Kemudian dapat diperiksa dengan

Wood light, atau pemeriksaan langsung dengan mikroskop dengan KOH,

atau pewarnaan, atau dengan membuat biakan  pada media. Penyakit ini

dapat dikelirukan dengan lesi yang diperlihatkan seperti gigitan serangga,

urtikaria, infeksi bakteri dan dermatitis lainnya, namun dengan adany a

bentuk cincin pada derah yang terinfeksi dan peneguhan diagnose dengan

pemeriksaan laboratoriumakan memastikan bahkan he!an tersebut menderita

penyakit (Ahmad,R.Z. 2009).

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sanitasi kesehatan,

lingkungan maupunhe!annya. Terdapat 5 kelompok macam obat dengan

berbagai cara dapat dipakai untuk m e n g h i l a n g k a n d e r m a t o f i t , y a i t u

i r i t a n , d i l a k u k a n u n t u k m e m b u a t r e a k s i r a d a n g sehingga tidak

terjadi infeksi dermatofit. Keratolitik, digunakan untuk

menghilangkandermatofit yang hidup pada stratum korneum.

Fungisidal, secara langsung merusak dan membunuh dermatofit


Merubah dari stadium aktif menjadi tidak aktif pada rambut. Salah satu

cara yang efektif untuk penanggulangan adalah mencegah penyebara

nsehingga tidak terjadi endemik, peningkatkan masalah kebersihan,

perbaikan gizi dan tata laksana pemeliharaan. Hewan kesayangan

harus terawat dengan cara memandikan secara t e r a t u r , p e m b e r i a n

makanan yang sehat dan bergiz i sangat diperlukan untuk anjing

d a n kucing. Haksinasi adalah pencegahan yang baik. Di Indonesia pemakaian

vaksin dermatofit belum dilaksanakan. Pengobatan dapat dilakukan secara

sistemik dan topikal. Secara sistemik dengan preparat Griseofulvin,

Natamycin, dan azole peroral maupun intravena dengan cara t o p i k a l

menggunakan fungisida topikal dengan berulang kali, setelah

i t u k u l i t h e w a n  penderita tersebut disikat sampai keraknya bersih$ setelah itu

dioles atau digosok pada tempatyang terinfeksi. selain itu, dapat pula dengan obat

tradisional seperti daun ketepeng, Euphorbia prostate dan E. thyophylia

(Ahmad,R.Z. 2009).
VI. DAFTAR PUSTAKA

Adams, RD, Victor, M & Rapper, AH. 2004. Cerebrovascular Disease, In:
Principles of Neurology, 6thed, MC Graw-Hill Book. New York

Ahmad, R.Z. 2009. Permasalahan dan Penanggulangan Ringworm pada


hewan. Lokarya Nasional. Balai Penelitian Velereiner. Bogor.

Arlene, A., 2013. Ekstraksi Kemiri dengan Metode Soxhlet dan


Karakterisasi Minyak Kemiri.http://jurnal.usu.ac.id/index.php/vol 2, hal 6

Azis, S., dan Muktiningsih. S.R. (1999). Studi Kegunaan Sediaan Rambut.
Puslitbang Farmasi Badan Litbangkes. 9 (1): 6-13.

Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M. 2005. Jawetz, Melnick and
Adelbergs, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) Buku I, Alih
Bahasa oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M.,
Harsono, S., dan Alimsardjono, L. Jakarta : Salemba Medika. pp. 317-25, 358-
60.

Dalimartha, S dan Soedibyo, M., 1999, Awet Muda Dengan Tumbuhan


Obat dan Diet Suplemen, Jakarta : Trubus Agriwidya.

Djuanda, Adhi., 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,. Ed.4. Jakarta ;
FKUI.

Dwidjoseputro. (1998). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit


Djambatan. Halaman 38,77.

Elevitch, C.R. dan Manner, H.I., 2006. Aleurites moluccana (kukui),


species profiles for Pacific Island Agroforestry. www.traditionaltree.org.

Emmons, R.A. 1994. Methods Of Procrastinations And TheirRelation To


Self-Control And Self-Reinforcement: An ExploratoryStudy.JournalOf Social
Behaviour And Personality, Vol 10, 135-142.

Harahap Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates.pp.6-


14,75.

Henkel W. 2000. A concept for seed orchard based on isoenzim gene


marker. Elsever : Forest Ecology and Management
Hoffman, D.J., Sawaya, A.L., Verreschi, I., Tucker, K.L., Roberts, S.B.
(1998). Why arenutritionally stunted children at increased risk of obesity?
Studies of metabolic rateand fat oxidation in shantytown children from São
Paulo, Brazil. Am J ClinNutr ;72:702–7.

Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A., 1991, Microbiology For


Medicine,14th. Ed., Mc. Graw Hill, New York

Kurniati., Rosita, C.,2008. Etiopatogenesis Dermatofitosis. Surabaya ;


Fakultas Kedokteran UNAIR.

Manner, H. I., R. S. Buker, V. E. Smith, D. Ward,andC. R. Elevitch.


2006.Species profiles for pacific island agroforestry.Citrus(citrus)
andFortunella(kumquat).Hawai’i,http://agroforestry.net/tti/Citruscitrus.pdf.

Mitsui, T. 1997.New Cosmetic Science.Tokyo : Shiseido Co., Ltd

Ostrosky-Zeichner, L., Rex, J. H., Pappas, P. G., Hamill, R.J., Larsen,


R.A., Harold, W., et al., 2003. Antifungal susceptibility survey of 2,000
bloodstream Candida isolates in the United States. Antimicrob. Agents
Chemother.,47:3149–3154.

Priskila, Vany. 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Pertumbuhan
Rambut Tikus Putih Jantan dari SediaanHair Tonicyang Mengandung
Ekstrak Air Bongol Pisang Kepok (Musa balbisiana) [Skripsi]. Depok.
Fakultas MIPA Universitas Indonesia.Depok.

Rippon, Jhon W. 1974. Medical Mycology The Pathogenic Fungi and The
Pathogenic Actinomycetes.Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Roger, Trancik. 2000. Finding Lost Space, Theories of urband design.


New York: Van Nostrand Reindhold Co

Rook A, Dowber R, ed. Diseases of the Scalp and Skin Diseases Involving
the Scalp. Dalam: Diseases of the Hair and Scalp, ed. ke-2. Oxford: Blackwell
Scientific Publications, 1991: 493-505

Soepardiman, L., 2008. Kelainan Rambut. Dalam: Djuanda, Adhi, dkk.


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Wasitaatmadja, 1997, Penuntun Kosmetik Medik, Jakarta : Universitas


Indonesia.
MAKALAH MIKROBIOLOGI

KERATINOLITIK

OLEH :

TASYIA PUTI BRIGITA

1810422032

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2019

Anda mungkin juga menyukai