Anda di halaman 1dari 9

‫التربية االسالمية‬

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Keselarasan Antara Pendidikan Islam dan Pendidikan Umum di Sekolah

Amaliya Diyah Ismayati


Pendidikan Agama islam, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
amaliyadiyahismayati@gmail.com

Dzikrima Aulia Khairunnisa


Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
dzikrimaa@gmail.com

Raka Rahadian
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
rakarahadian1809@gmail.com

Muhammad Naufal
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
naufalhidayat2001@gmail.com

Abstract
This paper present two terms which have differences, namely islamicreligious
education. Two see these two terms the author reviews them froms two interrelated
aspects, namely the epistemologicial aspect as the theory of knowledge and aspect
content or material which is one of the important points in underasting the
curriculum. Meanwhile in terms of epistemologi, Religious Education is more
educationis more inclined to apply in educatingin the context of islam. While Islamic
education speaks at the source level, in theory, the principle recorded is the
forerunner of the Islamic Religious Education material it self. As for content or
material, basically between Islamic Education with Islamic education as in an
epistemologicial view, there is nodifference whice means that the terms contained in
Islamic Education include aqidah, worship, and morals whice are explained in terms
of introduction Allah SWT, potential, human function, and morals.
Key words :Education , Isamic Education, Epistemologi
‫التربية االسالمية‬
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Abstrak
Tulisan ini menyajikan dua istilah yang sementara memiliki perbedaan, yaitu
pendidikan islam dan pendidikan agama islam. Untuk melihat kedua istilah tersebut,
kita mengulasnya dari dua aspek yang saling terkait, yaitu aspek epistemologis
sebagai teori pengetahuan dan aspek isi atau materi yang merupakan salah satu poin
peting dalam memahami kurikulum. Sementara itu dalam aspek epistemologi,
Pendidikan agama lebih condong ke penerapan dalam mendidik dalam konteks islam.
Sementara pendidikan islam berbicara ditingkat sumber, secara teori, prinsip yang
dicatat menjadi cikal bakal materi Pendidikan Agama Islam itu sendiri. Adapun
konten atau materi, pada dasarnya antara Pendidikan Agama Islam dengan Pendidikan
islam seperti dalam pandangan epistemologis, tidak ada perbedaan yang berarti istilah
yang terkandung dalam pendidikan agama islam meliputi akidah, ibadah ,dan akhlak
yag dijelaskan dalam hal pengantar kepada Allah SWT.,fungsi manusi dan moral.

Kata Kunci: Pendidikan, Pendidikan islam, Epistimologi

A. Pendahuluan

Pendidikan bertujuan untuk membentuk suatu perilaku yang baik pada


generasi muda muslim, yang berdasarkan dengan aqidah islam serta
ketauhidannya kepada Allah SWT. Melalui pendidikan dan pengajaran akan
berdampak pada akhlak yang baik dan pendidikan juga sebagai sarana untuk
mempelajari aspek-aspek dalam kehidupan yang menjadikan para pelajar
mempunyai dasar pemikiran yang kokoh karena dengan itu seseorang menjadi
terbiasa dalam berfikir secara kritis dan dengan dasar-dasar pendidikan agama
islam seseorang dapat berfikir jernih dan tidak bingung apabila menghadapi
persoalan kehidupan. Banyaknya pendidikan islam yang belum mengimplikasikan
visi dan misinya secara nyata yang dalam kegiatan di sekolah kurang menerapkan
perilaku-perilaku yang telah dianjurkan pada agama islam.

Agama merupakan pedoman hidup serta menjadi tolok ukur yang mengatur
tingkah laku penganutnya dalam kehidupan sehari hari. pentingnya peran agama
dalam kehidupan manusia diantaranya. pertama, agama mengatur nilai budi pekerti
yang baik seperti keadilan,toleransi,kejujuran,serta tolong menolong. Abdul Qosim
‫التربية االسالمية‬
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Al-Khu'i menegaskan bahwa tanpa bantuan agama dapat dipastikan nilai nilai
kebaikan atau moralitas niscaya akan kehilangan maknanya dan hanya akan
menjadi nasihat belaka yang tidak terikat. Kedua, agama memberi kekuatan dalam
menghadapi kehidupan. ketika manusia sedang mendapat suatu ujian agama
berperan sebagai benteng kokoh yang melindunginya dari rasa keputusasaan dan
hilangnya harapan, dan memiliki keyakinan bahwa Allah SWT. Pasti memberinya
pertolongan. Alhasil, ia akan mampu menghindar dari rasa keputusasaan dan kesia-
siaan. Proses terbentuknya kehidupan manusia sepanjang sejarah hingga saat
ini,tidak dapat dilepaskan dari peran agama. Dengan keimanan, agama telah
mampu mengarahkan kehidupan manusia kepada kehidupan yang baik,
berkemajuan, dan keharmonisan.

B. Kajian Teoritik

1. Pengertian Pendidikan Islam


Pendidikan Islam yaitu suatu proses bimbingan dari pendidik terhadap
perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya
pribadi muslim yang baik. Karena ia merupakan sebagai alat yang dapat
difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia
(sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada titik optimal kemampuannya untuk
memperoleh kesejateraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Dalam
perkembangan pendidikan islam didalam sejarahnya menunjukan perkembangan
dalam subsistem yang bersifat operasional dan teknis terutama tentang metode,
alat-alat dan bentuk kelembagaan adapun hal yang menjadi dasar dan tujuan
pendidikan islam tetap dapat dipertahankan sesuai dengan ajaran islam dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah.

2. Sistem Pendidikan Nasional


Menurut Ryan, sistem adalah sejumlah elemen (objek, orang, aktivitas,
rekaman, informasi dan lain-lain) yang saling berkaitan dengan proses dan
‫التربية االسالمية‬
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

struktur secara teratur, dan merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk
mewujudkan hasil yang dapat diamati (dapat dikenal wujudnya) sedangkan tujuan
tercapai. (Ryans, 1982: 63-64). Sedangkan menurut Sanafiah Faisal “istilah sistem
menuju kepada totalitas yang bertujuan dan tersusun dari rangkaian unsur dan
komponen”. (Faisal, 1981: 25).
Pada umumnya sistem sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terdiri dari unsur-unsur yang saling berkaitan (interpendent) antara satu
sama lainnya;
2. Berorientasi kepada tujuan (goal oriented) yang telah ditetapkan;
3. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan tata tertib berbagai kegiatan dan
sebagainya.

Sistem adalah suatu kesatuan dari komponen-komponen yang masing-masing


berdiri sendiri tetapi saling terkait satu dengan yang lain, sehingga terbentuk suatu
kebulatan yang utuh dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Komponen-
komponen yang berada didalam sistem pendidikan sangat beragam. Noeng
Muhadjir (1987) mensistematisasi komponen tersebut dalam tiga kategori, yaitu:
1. Bertolak dari lima unsur dasar pendidikan, meliputi yang memberi, yang
menerima, tujuan, cara/jalan, dan konteks positif.
2. Bertolak dari empat komponen pokok pendidikan, meliputi kurikulum,
subjek didik, personifikasi, dan konteks belajar-mengajar.
3. Bertolak dari tiga fungsi pendidikan, meliputi pendidikan kreastifitas,
pendidikan moralitas dan pendidikan produktifitas.

Selanjutnya Ramayulis (2004: 4-5) membagi pula sistem pendidikan tersebut


atas empat unsur, yaitu:
1. Kegiatan pendidikan yang meliputi: pendidikan diri sendiri, pendidikan oleh
lingkungan, pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain.
2. Binaan pendidikan, mencakup: jasmani, akal, dan qalbu.
3. Tempat pendidikan, mencakup : rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.
4. Komponen pendidikan mencakup: dasar, tujuan pendidikan, peserta didik,
materi, metode, media dan evaluasi.
‫التربية االسالمية‬
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Secara umum bahwa pendidikan sebagai suatu sistem dapat diartikan sebagai
satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan kegiatan pendidikan yang
berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan terlaksananya proses
pendidikan secara optimal dan tercapainya tujuan pendidikan. Sebagai suatu
sistem, pendidikan terdiri dari beberapa unsur atau disebut juga dengan faktor-
faktor pendidikan. Adapun faktor-faktor pendidikan adalah pendidik, anak didik,
tujuan pendidikan, alat pendidikan, dan lingkungan (millieu). Semua faktor atau
unsur tersebut tidak bisa dipisahkan, karena salah satu faktor tidak akan berfungsi
dengan baik, manakala tidak didukung oleh berfungsinya faktor lain dalam
mencapai tujuan pendidikan.

3. Dunia Modern Memerlukan Sentuhan Islam


Dalam teori modernisasi, Tipps menyebutkan teori dikotomi. Tipe teori ini
adalah adanya proses transformasi masyarakat tradisional menjadi masyarakat
modern. Jadi, ada dikotomi antara masyarakat tradisional dan modern (Saed).
Menurut Herbert Spencer (Saed), masyarakat adalah sebuah organisme, sesuatu
yang hidup. Dengan kata lain, masyarakat selalu mengalami pertumbuhan,
perkembangan dan perubahan. Munculnya modernisasi seringkali dikaitkan
dengan perubahan sosial, sebuah perubahan penting dari struktur sosial (pola-pola
perilaku dan interaksi sosial). Dan sebaiknya kita melihat perubahan sosial
sebagai sesuatu yang melekat pada sifat sesuatu, termasuk di dalam sifat
kehidupan sosial. Ketika berbicara mengenai alam fisik, sejarah manusia atau
intelektualitas manusia, kita menemukan bahwa tidak ada yang tetap, melainkan
segala sesuatu selalu bergerak, dan berubah keadaannya. Realitas tidak statis,
seperti yang diamati oleh filusuf Yunani kuno, Heraclitus, bahwa semua makhluk
senantiasa mengalir, terus-menerus berubah, terus-menerus tercipta dan lenyap.
Sebagaimana juga yang diungkap oleh Ibnu Khaldun tentang teori siklus
peradaban, bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, selalu terjadi perpindahan
gaya hidup, dari nomadic ke arah sedentary. Atau seperti yang dikatakan oleh
Toynbee bahwa perpindahan (mutation) dari masyarakat primitif ke arah
masyarakat beradab (civilized), atau dari kondisi yang statis ke arah dinamis,
adalah suatu hal yang natural dalam sejarah peradaban kemanusiaan (Saed).
‫التربية االسالمية‬
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Perubahan itu dilalui dengan tiga proses: pertama, masa nomadic. Yaitu
sebuah bentuk kehidupan yang dialami oleh kaum nomad di padang pasir, kaum
Barbar di pegunungan, atau kaum Tartar di padang rumput. Kedua, masa
pembentukan organisasi, yaitu sebuah masa untuk membentuk suatu kekuatan
dalam bentuk ikatan (organisasi). Ketiga, masa peradaban (civilization). Sebuah
masa yang penuh dengan gaya hidup yang mewah, penuh dengan seni, pemikiran
yang terbuka, bahkan sekuler, materialistik. Semua itu terjadi dengan cepat karena
arus modernisasi. Dengan modernisasi yang dimunculkan oleh bangsa-bangsa
Barat diserap dengan cepat oleh bangsa-bangsa Asia. Benjamin Barber (Saed)
menyatakan bahwa McWorld merupakan penjajah kultural. Ia akan
menghancurkan segala bentuk kultur lokal dan merubah menjadi tatanan
pertokoan baru yang disebut dengan Mall.

C. Penyelarasan Agama di Sekolah

Berdasarkan pengamatan, dapat dikatakan bahwa aplikasi pendidikan agama


Islam di sekolah (umum) kurang maksimal. Hal ini terjadi karena beberapa faktor
eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi minimnya praktik
pendidikan agama di sekolah umum dapat berupa:
1. Timbulnya sikap orang tua di beberapa lingkungan sekitar sekolah yang
kurang menyadari pentingnya pendidikan agama;
2. Situasi lingkungan sekitar sekolah dipengaruhi godaan-godaan setan dalam
berbagai macam bentuknya, seperti: judi dan tontonan yang menyenangkan nafsu;
3. Dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi yang semakim melunturkan
perasaan religius dan melebarkan kesenjangan antara nilai tradisional dengan nilai
rasional teknologis. Sementara itu faktor internal yang menyebabkan pendidikan
agama kurang maksimal di sekolah umum antara lain:
1. Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga profesional pendidikan, atau
jabatan guru yang disandangnya hanya merupakan pekerjaan alternatif terakhir,
tampa ada rasa dedikasi sesuai tuntutan pendidikan;
2. Hubungan guru agama dengan murid hanya bersifat formal, tampa
berlanjut dalam situasi informal di luar kelas;
‫التربية االسالمية‬
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

3. Pendekatan metodologi guru masih terpaku pada orientasi tradisional


sehingga tidak mampu menarik minat murid pada pelajaran agama;
4. Belum mantapnya landasan perundangan yang menjadi dasar pijakan
pengelolaan pendidikan agama dalam sistem Pendidikan nasional, termasuk
pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan Islam.

Pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah-sekolah belum semuanya memenuhi


harapan umat Islam, terutama PAI di sekolah-sekolah umum. Mengingat kondisi
dan kendala yang dihadapi, maka diperlukan pedoman dan pegangan dalam
membina pendidikan agama Islam. Semua ini mengacu pada usaha strategis pada
rencana strategis kebijakan umum Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam
Departemen Agama, yaitu peningkatan mutu khusus mengenai pendidikan agama
Islam di sekolah umum. Peningkatan mutu itu sendiri terkait dengan bagaimana
kualitas hasil pembelajaran pendidikan agama Islam pada peserta didik yang
mengikuti pendidikan di sekolah. Mutu itu sendiri sebetulnya sesuatu yang
diharapkan dapat memenuhi harapan-harapan umat Islam.
‫التربية االسالمية‬
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

E. Penutup

1. Kesimpulan

Dari paparan di atas, dapat dikatakan bahwa aplikasi atau praktik pendidikan
agama Islam di sekolah (umum) amatlah minim atau kurang maksimal. Secara
umum, jumlah jam pelajaran agama di sekolah rata-rata 2 jam per minggu.
Dengan alokasi waktu seperti itu, jelas tidak mungkin untuk membekali peserta
didik dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agama yang memadai. Oleh
karena itu, harus dilakukan strategi alternatif dalam memenuhi kebutuhan peserta
didik akan pendidikan agama di sekolah umum, antara lain: melalui kegiatan
ekstra kurikuler berbasis keruhanian, tambahan-tambahan materi kegamaan di luar
jam pelajaran, menyisipkan muatan keagamaan kedalam semua bidang studi
umum, dan lain sebagainya. Sumber daya guru agama Islam juga perlu terus
ditingkatkan kualitasnya, baik dari segi content maupun metodologi.

2. Saran

Disetiap lembaga pendidikan memiliki metode pembelajarannya yanh


beragam, mulai dari pemberian materi sampai ber interaksi kepada siswa,
khususnya di pembelajaran agama di era 4.0 ini boleh saja memperbanyak inovasi
sertas kreasi dari tenaga pengajar untuk metodenya tetapi tidak menghilangkan
unsur utama dari ilmu agama yang sudah ada sejak zaman lampau, agar setiap
metode barunya ini tidak menciptakan kerusakan atau kesalapaham ilmu yang
nantinya akan berakibat fatal kepada seluruh tenaga pelajar.
‫التربية االسالمية‬
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Daftar Pustaka

Idris, Zahara, Dasar-Dasar Pendidikan. Padang: Angkasa.1982

Rahmat, Jalaluddin.Islam Alternatif, Bandung: Mizan, 1987.

Sukmadinata, Nana Syaodih.Kurikulum dan pembelajaran. Bandung: Karya


Kesuma, 2004.

Daiel Lerner, The Passing of Traditional Society, (Clencoe: Free Press, 1958), 50.

Fahmi, Muhammad, 2008, “Pengembangan Asesmen KSA dalam Pembelajaran


Sains di Sekolah Dasar”, El-Rohman, Jurnal Pendidikan Taruna (Surabaya: STIT
Taruna).

A. Mustafa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: CV Pustaka Setia,


1999, h. 11

Feisal, Jusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam.Jakarta: Gema Insani Press,


1995.

Anda mungkin juga menyukai