Anda di halaman 1dari 8

Pemanfaatannya

Energi geotermal dapat dimanfaatkan secara tidak langsung dan langsung.


Pemanfaatan tidak langsung sebagai energi listrik, sedangkan secara langsung dalam
wujud pemanfaatan energi panas untuk berbagai keperluan seperti pemanasan
kolam renang, pengeringan hasil pertanian, perkebunan, pemanasan (penghangatan)
budi daya ikan, dan pemanfaatan panas untuk keperluan yang lain. Pemanfaatan
secara langsung ini dapat terus berkembang dan bervariasi tergantung inovasi yang
dibuat.

Pengembangan energi geotermal untuk pemanfaatan langsung di


Indonesia dilakukan untuk agroindustri, proses industri, dan pariwisata. Beberapa
contoh pemanfaatan langsung di negeri: tercatat untuk pemandian air panas,
pengeringan kopra, pengeringan teh, budidaya jamur, budidaya kentang, proses
produksi gula aren, dan pengilangan minyak akar wangi (Astiri).

Penggunaan energi geotermal mengeluarkan emisi rendah, karena setelah energi


dimanfaatkan untuk pembangkit listrik atau pemanfaatan secara langsung. Dalam
sistem pembangkit geotermal, fluida yang telah mendingin kemudian direinjeksi ke
bawah permukaan bumi menuju ke reservoir sehingga tidak ada fluida yang dibuang
yang mencemari lingkungan. Dengan demikian, terjadi siklus pemanasan,
pemanfaatan, dan reinjeksi kembali fluida di dalam reservoir.

Di Indonesia, pengembangan energi geotermal untuk pembangkit tenaga listrik


dimulai pada 1978 dengan pengembangan Monoblok 250 kW di Lapangan Kamojang,
Garut, Jawa Barat, sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi pertama di
Indonesia. Namun, lapangan/tempat panas bumi pertama yang beroperasi secara
komersial baru dibuka pada 1983 seiring dengan beroperasinya Unit I sebesar 30 MW
di Lapangan Kamojang.

Perkembangan berikutnya adalah pengembangan lapangan panas bumi di Dieng


Jawa Tengah (60 MW), Lahendong Sumatra Utara (60 MW), Salak Sukabumi (377 MW),
Darajat Garut (260 MW), Wayang Windu Bandung (227 MW) diikuti oleh
pengembangan lapangan-lapangan geotermal di Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Nusa
Tenggara Timur.

Total kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) saat ini
sebesar 1.948 MW. Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai negara produsen energi
geotermal terbesar kedua setelah Amerika Serikat (3.591 MW).
Rencana ke depan
Keberadaan area-area prospek geotermal di Indonesia yang kebanyakan di wilayah
pegunungan dan pulau-pulau kecil seperti di Indonesia timur, memungkinkan
pengembangan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan rakyat di daerah terpencil.

Selain di Pulau Jawa dan Sumatra, pengembangan energi geotermal juga dilakukan
oleh pemerintah di pulau-pulau kecil seperti di Halmahera dan Pulau Bacan (Maluku
Utara), Pulau Ambon (Maluku), Pulau Flores, Pulau Lembata (Nusa Tenggara Timur),
Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), dan pulau-pulau kecil lain. Saat ini, pemerintah aktif
menggelar survei pendahuluan di wilayah-wilayah tersebut, baik dilakukan sendiri
melalui Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral maupun survei
pendahuluan oleh BUMN maupun perusahaan swasta.

Untuk mengurangi risiko pengusahaan panas bumi (misalnya gagal menemukan


sumber uap yang memadai) pada tahap eksplorasi, pemerintah menggulirkan
strategi “government drilling alias pengoboran oleh pemerintah”. Melalui program ini,
daerah yang sudah dibor dan ditemukan uap, akan dijadikan Wilayah Kerja Panas
Bumi (WKP) yang siap ditenderkan ke publik. Pemenangnya yang harus mengganti
biaya pengeboran tersebut. Dana ini kemudian dapat digunakan untuk program
serupa di area prospek geotermal yang lain.
Jika rencana bauran energi baru terbarukan itu berhasil, akan jarang terdengar lagi
terjadinya krisis listrik di negeri ini karena sumber energi terbarukan begitu
melimpah.

Berikut beberapa pemanfaatan dari energi panas bumi (geothermal) yang


dapat diterapkan dalam sektor atau industri tertentu di Indonesia (Selain
Industri pembangkit listrik)

1. Argoindustri atau Sektor Pertanian, Perkebunan dan Perikanan

Energi panas bumi dapat diaplikasikan dalam sektor pertanian. Tidak perlu tekhnologi
yang canggih, karena energi panas bumi dapat langsung dimanfaatkan untuk proses
pengeringan hasil pertanian. Hanya membutuhkan tekhnologi yang sederhana dengan
menggunakan alat Heat Exchanger. Energi panas berupa air panas dengan suhu yang
sangat tinggi kemudian dialirkan melalui heat exchanger, kemudian alat ini akan
mengalirkan panas yang berguna untuk proses pengeringan. Pelaku industri hanya perlu
menyediakan ruangan pengering untuk mengeringkan hasil pertanian, perkebunan atau
perikanan.

geothermal untuk argoindustri

2. Sektor Pariwisata

Energi panas bumi di sektor pariwisata dapat memanfaatkan air panas maupun uap
airnya sebagai obyek wisata pemandian air panas. Manfaat air panas untuk pemandian
yang baik untuk tubuh, dijadikan pengelola pariwisata sebagai daya tarik untuk
mengembangkan bisnis pariwisata.

3. Pemanfaatan Energi Panas Lainnya

Selain bisa dimanfaatkan untuk Industri Argoindustri, sektor pariwisata dan


menghasilkan pembangkit tenaga listrik, energi panas ini juga sering dimanfaatkan
berbagai pihak sebagai sumber pemanas bagi ruangan, gedung, perkantoran atau
tempat yang membutuhkan panas.
geothermal energi untuk rumah
Foto: Dok.
Kementerian ESDM
Cara mengatasi limbah
Penggunaan energi panas bumi memiliki nilai positif karena dapat menekan penggunaan energi fosil, Namun
penggunaan panas bumi sebagai sumber energi juga memiliki dampat negatif yang dicari jalan keluarnya.
Salah satu dampak negatif penggunaan energi panas bumi adalah menghasilkan limbah B3. Secara umum
limbah yang dihasilkan industri PLTP berupa geothermal brine dan sludge. Jika limbah panas bumi tersebut
baik yang berupa limbah padat, cair maupun gas jika dibuang ke lingkungan akan mengakibatkan masalah
pencemaran lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Untuk mengatasi masalah limbah geothermal industri PLTP, dilakukan pengelolaan dengan m e m a n f a a k a
n l i m b a h g e o t h e r m a l tersebut. Limbah sludge dapat dimanfaatkan sebagai bahan pencampur semen,
selain itu juda dapat dibuat untuk pencampur batako ataupun paving. Sedangkan limbah cair (brine) yang
mengandung berbagai jenis mineral berupa silica (SiO2), kalium (K), magnesium (Mg), dapat dimanfaatkan
menjadi suatu produk yang bernilai ekonomi tinggi yaitu berupa pupuk multinutrien phosphate- base
seperti Mg- K- PO4, Mg3(PO4).

Efek geotermal bagi ekonomi


1) ada dampak positif dari keberadaan PT. Sarulla Operational Limited (SOL) Panas Bumi terhadap
ekonomi masyarakat seperti di bidang pekerjaan masyarakat memiliki peluang menambah
penghasilan seperti membuka warung, rumah makan, kontrakan/kos-kosan, jual jasa sopir dan
laundry sehingga dengan ini pendapatan masyarakat meningkat
2) Pengelolaan tempat rekreasi semakin meningkat sehingga semakin ramai wisatawan yang
berkunjung
3) Biaya modal yang tinggi. Pembangunan pembangkit listrik geothermal memerlukan biaya yang
besar terutama pada eksploitasi dan pengeboran.

Efek geotermal bagi lingkungan


1. Fracking
Hydraulic fracturing atau mungkin banyak yang menyebutnya dengan istilah lain
seperti hydrofracturing, hydrofracking, fracking atau fraccing adalah teknik stimulasi sumur
yang mana lapisan batuan di bawah diretakkan dengan fluida cair bertekanan. Proses ini
melibatkan injeksi larutan peretak bertekanan tinggi dan umumnya menggunakan air yang
mengandung pasir dan bahan kimia dalam volume yang besar ke dalam sumur untuk
membuat patahan/retakan di formasi batuan dalam yang akan membuat minyak, gas dan
panas bumi dapat mengalir lebih bebas melalui retakan tersebut
Segala sesuatu yang berhubungan dengan aktifitas penambangan tentu tidak bisa lepas dari
ancaman keselamatan. Tidak hanya bagi para pekerja tetapi juga kepada masyarakat di
sekitar pusat aktifitas tersebut. Salah satu ancaman tersebut timbul dari aktifitas yang disebut
dengan istilah fracking. Ancaman yang diakibatkan oleh aktifitas fracking tentu tidak bisa
dianggap sepele dan remeh. Tentu hal tersebut bukan tanpa alasan mengingat hasil riset
dari beberapa aktivis lingkungan hidup mencatat bahwa kasus akibat fracking ini telah terjadi
dibeberapa kawasan pertambangan. Beberapa kasus tersebut diantara: kontaminasi air oleh
bahan kimia, gempa bumi minor, amblesan tanah dan zat rumah kaca.
2. Gempa Bumi
Dalam konteks sistem geothermal (Enhanced Geothermal System/EGS), apabila terjadi slip, maka ia
akan menyebabkan gempa bumi meskipun dalam skala yang kecil (microearthquake), di bawah 4 atau 5
skala Richter. Selain kasus Basel pada 2006, ada beberapa kasus lain yang sudah terkenal di dalam jagad
pergeologian untuk kasus gempa bumi mikro yang dipicu oleh EGS ini. Yaitu di lapangan Geyser
Amerika Serikat, Cooper Basin di Asutralia, dan di Soultz-‐sous-‐Foréts, Perancis. Magintude gempa
bumi mikro yang terjadi secara berurutan berada pada kisaran angka 3.4, 4.6, 3.7, dan 2.9 pada skala
Richter.
Ada 4 mekanisme pembentukan gempabumi mikro yang terjadi karena adanya slip (Pergerakan) dalam
EGS, yaitu: 1)kenaikan tekanan pori; 2)penurunan suhu; 3)perubahan volume karena injeksi atau
produksi dan; dan 4)alterasi kimia pada permukaan rekahan.
Kenaikan tekanan pori batuan terjadi karena adanya injeksi fluida ke dalam reservoir
(batuan sarang). Penurunan suhu dapat memicu aktivitas seismik karena interaksi
fluida yang diinjekasikan dengan reservoir batuan panas. Hal ini dapat dipahami
karena terjadinya kontraksi pada permukaan rekahan di reservoir. Dalam sistem
injeksi, yang disuntikkan adalah fluida yang lebih dingin karena semua sistem dalam
energi panas bumi tujuan utamanya adalah mengekstraksi panas dari perut Bumi,
maka tidak mungkin disuntikkan fluida yang lebih panas dari resevoir.
3. Pencemaran Air
Sistem energi geothermal juga berdampak negatif terhadap kualitas air. Pencemaran ini dapat menimpa air
tanah dan kemudian bisa lebih lanjut juga menimpa air permukaan. Salah satu contoh untuk ini adalah kasus
dari Balcova, Turki (Aksoy et al. 2009).
Kontaminan di LGB adalah Arsenic, Antimon, dan Boron. Arsenik (As) sudah lama dikenal sebagai penyebab
terjadinya kanker pada manusia.

Ada empat permasalahan teknikal yang menyebabkan kontaminasi air terjadi dalam
kasus LGB di Turki. Pertama, ektraksi berlebihan air tanah telah menyebabkan
penyebaran air tanah yang terkontaminasi baik secara horizontal maupun vertikal.
Over ekstraksi ini, secara matematis, adalah fungsi dari total air yang diekstraksi dari
aquifer (batuan sarang yang menyimpan dan melalukan air) dan kedalaman sumur bor.
Kedua, jeleknya casing (selubung bor) beberapa sumur geothermal, baik sumur
produksi dan sumur injeksi. Casing yang jelek ini menyebabkan bagian-‐bagian
aquifer yang tidak terisolasi dari fluida yang ada di sumur produksi dan injeksi.
Ketiga, praktik re-‐injeksi yang tidak tepat dapat menyebabkan tersebarnya air yang
berasal dari proses hidrotermal di dalam lapisan aquifer, dan kemudian naik ke
permukaan melalui sumur-‐sumur pompa. Keempat, pembuangan air bekas geothermal
ke aliran permukaan adalah faktor lain yang menyebabkan beredarnya air yang sudah
terkontaminasi secara meluas di permukaan.

4. 4.
berdasarkan hasil penelitian mengenai lingkungan (pencemaran air) yang dilakukan
dengan uji laboratorium, hasil penelitian menunjukkan bahwa air Sungai Batang
Toru yang ada di sekitar PT. Sarulla Operational Limited (SOL) Panas Bumi
tergolong tercemar dengan parameter yang diuji yaitu pH, BOD, DO, Posfat dan
COD dan Nitrat tergolong tidak tercemar.

Anda mungkin juga menyukai