Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN PENYUSUN BETON


TEKNOLOGI BETON DAN BANGUNAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 KELAS A (2018)
1. Rifqi Nadhif Arrafid (10111810013012)
2. Ranu Saputra Dewa Manuputty (10111810013013)
3. Geralda Nurry Arifa (10111810013014)
4. Virly Shafira Nazuar (10111810013015)
5. Muhammad Nizar Farizky (10111810013016)
6. Aditya Tamateja Diputra (10111810013017)
7. Disan Anwari Saputro (10111810013018)
8. Onne Mutiara Ramadhini Asyah (10111810013019)
9. Bala Arizalu Putra Dinar (10111810013020)
10. Muhammad Jati Kusumo (10111810013021)

PROGRAM STUDI
D-IV TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2019
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi Beton dan
Bahan Bangunan ini.

Laporan ini dibuat berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dan perolehan
referensi dari internet yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan perkuliahan mahasiswa
pada mata kuliah Teknologi Beton dan Bahan Bangunan. Sehingga dengan adanya laporan
ini diharapkan dapat membantu kita untuk memahami lebih dalam tentang langkah-langkah
praktikum, perhitungan beberapa parameter yang dibutuhkan selama praktikum, dan
menganalisis kandungan beberapa bahan bangunan agar penggunaannya pada suatu
bangunan dapat disesuaikan dengan mutu bahan.

Kami menyadari bahwa meskipun kami telah berusaha sebaik mungkin dalam
menyelesaikan laporan ini, hasilnya belum sempurna dan tentu masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan laporan ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan materi dan arahan dalam mengerjakan laporan ini. Dan tidak lupa juga kepada
teman-teman yang telah melakukan praktikum dengan semangat, membantu proses
perhitungan, dan memberi sumbangan pemikiran dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat dan membantu para pembaca dalam memperoleh pengetahuan
mengenai teknologi beton dan bahan bangunan.

Surabaya, 6 Oktober 2019

Tim Penyusun Laporan


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB I
PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang
Beton adalah material konstruksi yang pada saat ini sudah sangat umum digunakan. Saat
ini berbagai bangunan sudah menggunakan material dari beton. Pentingnya peranan
konstruksi beton menuntut suatu kualitas beton yang memadai. Penelitian-penelitian telah
banyak dilakukan untuk memperoleh suatu penemuan alternatif penggunaan konstruksi beton
dalam berbagai bidang secara tepat dan efisien, sehingga akan diperoleh mutu beton yang
lebih baik. Beton merupakan unsur yang sangat penting, mengingat fungsinya sebagai salah
satu pembentuk struktur yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Keadaan ini dapat
dimaklumi, karena sistem konstruksi beton mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan
dengan bahan lain. Keunggulan beton sebagai bahan konstruksi antara lain mempunyai kuat
tekan yang tinggi, dapat mengikuti bentuk bangunan secara bebas, tahan terhadap api dan
biaya perawatan yang relatif murah.

Hal lain yang mendasari pemilihan dan penggunaan beton sebagai bahan konstruksi
adalah faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan pengisis (filler) beton
terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah (workability) dan mempunyai
keawetan (durability) serta kekuatan (strenght) yang sangat diperlukan dalam pembangunan
suatu konstruksi.

Beton yang bermutu baik mempunyai beberapa kelebihan diantaranya mempunyai


kuat tekan tinggi, tahan terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan,
tahan aus, dan tahan terhadap cuaca (panas, dingin, sinar matahari, hujan). Beton juga
mempunyai beberapa kelemahan, yaitu lemah terhadap kuat tarik, mengembang dan
menyusut bila terjadi perubahan suhu, sulit kedap air secara sempurna, dan bersifat getas
(Tjokrodimuljo, 1996).

.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti
ciri-ciri dari bahan penyusun beton hingga akhirnya dapat menghasilkan beton dengan
kualitas yang baik dan sesuai standard.

.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakannya praktikum teknologi beton ini secara umum adalah sebagai
berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat yang diperlukan dalam menguji material
penyusun beton tersebut dan prosedur penggunaannya.
2. Mahasiswa dapat mengenali sifat dan karakteristik/ciri khas dari setiap material
penyusun beton yang akan dibuat.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB II
LANDASAN TEORI

.1 Bahan Pengikat
Dalam beton bahan pengikat yang dimaksud adalah semen dan air. Semen adalah
serbuk atau tepung yang terbuat dari kapur dan material lainnya yang dipakai untuk membuat
beton, merekatkan batu bata ataupun membuat tembok (KBBI, 2008). Semen merupakan
suatu bahan yang bersifat hidrolis, yaitu bahan yang akan mengalami proses pengerasan pada
pencampurannya dengan air ataupun larutan asam. Bahan dasar semen terdiri dari tiga
macam, yaitu clinker/terak semen sebanyak 70% sd 95% (hasil olahan pembakaran batu
kapur, pasir silika, pasir besi dan tanah liat), gypsum 5% dan material tambahan lain (batu
kapur, pozzolan, abu terbang dan lain-lain).

Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu
mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat
pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Adapun bahan utama
yang dikandung semen adalah kapur (CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida
(Fe2O3), magnesit (MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Rahadja, 1990)

.1.1 Jenis-Jenis Semen


Terdapat lima jenis semen, yaitu:

1. Jenis Semen Portland Type I


Jenis semen portland type I mungkin yang paling familiar disekitar Anda karena
paling banyak digunakan oleh masyarakat luas dan beredar di pasaran. Jenis ini biasa
digunakan untuk konstruksi bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus untuk hidrasi panas dan kekuatan tekan awal. Kegunaan Semen Portland Type
I diantaranya konstruksi bangunan untuk rumah permukiman, gedung bertingkat, dan
jalan raya. Karakteristik Semen Portland Type I ini cocok digunakan di lokasi
pembangunan di kawasan yang jauh dari pantai dan memiliki kadar sulfat rendah.  

2. Jenis Semen Portland Type II


Kondisi letak geografis ternyata menyebabakan perbedaan kadar asam sulfat dalam
air dan tanah dan juga tingkat hidrasi. Oleh karena itu, keadaan tersebut
mempengaruhi kebutuhan semen yang berbeda. Kegunaan Semen Portland Type
II pada umumnya sebagai material bangunan yang letaknya dipinggir laut, tanah rawa,
dermaga, saluran irigasi, dan bendungan. Karakteristik Semen Portland Type II yaitu
tahan terhadap asam sulfat antara 0,10 hingga 0,20 persen dan hidrasi panas  yang
bersifat sedang.

3. Jenis Semen Portland Type III


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lain halnya dengan tipe I yang digunakan untuk konstruksi tanpa persyaratan
khusus, kegunaan semen portland type III memenuhi syarat konstruksi bangunan
dengan persyaratan khusus. Karakteristik Semen Portland Type III diantaranya adalah
memiliki daya tekan awal yang tinggi pada permulaan setelah proses pengikatan
terjadi, lalu kemudian segera dilakukan penyelesaian secepatnya. Jenis semen
Portland type III digunakan untuk pembuatan bangunan tingkat tinggi, jalan beton
atau jalan raya bebas hambatan, hingga bandar udara dan bangunan dalam air yang
tidak memerlukan ketahanan asam sulfat. Ketahananya Portland Type III menyamai
kekuatan umur 28 hari beton yang menggunakan Portland type I.      
        
4. Jenis Semen Portland Type IV
Karakteristik Semen Portland IV adalah jenis semen yang dalam penggunaannya
membutuhkan panas hidrasi rendah.  Jenis semen portland type IV diminimalkan pada
fase pengerasan sehingga tidak terjadi keretakkan. Kegunaan Portland Type IV
digunakan untuk dam hingga lapangan udara.

5. Jenis Semen Portland Type V


Karakteristik Semen Portland Type V untuk konstruksi bangunan yang membutuhkan
daya tahan tinggi terhadap kadar asam sulfat tingkat tinggi lebih dari 0,20
persen. Kegunaan Semen Potrtland Type Vdirancang untuk memenuhi kebutuhan di
wilayah dengan kadar asam sulfat tinggi seperti misalnya rawa-rawa, air laut atau
pantai, serta kawasan tambang. Jenis bangunan yang membutuhkan jenis ini
diantaranya bendungan, pelabuhan, konstruksi dalam air, hingga pembangkit tenaga
nuklir.

.1.1 Bahan Baku Semen


Bahan pembuatan semen, antara lain:
1. Batu Kapur (Limer Stone) 
Batu Kapur merupakan sumber utama senyawa Kalsium. Batu kapur murni umumnya
merupakan kalsit atau aragonit yang secara kimia keduanya dinamakan CaCO3.
Kalsium karbonat (CaCO3) di alam sangat banyak terdapat di berbagai tempat.
Kalsium karbonat berasal dari pembentukan geologis yang pada umumnya dapat
dipakai untuk pembuatan semen Portland sebagai sumber utama senyawa Ca. Batu
kapur murni biasanya berupa Calspar (kalsit) dan aragonite. Senyawa Karbonat dan
Magnesium dalam batu Kapur umumnya berupa dolomite (CaMg(CO3)2. Dalam
proses pembuatan Semen, CaCO3 akan berubah menjadi oksida Kalsium (CaO) dan
dolomite berubah bentuk menjadi kristal oksida magnesium (MgO) bebas/Periclase.

2. Tanah Liat (Tanah Liat) 


Tanah Liat (Al2O3.K2O.6SiO2.2H2O) merupakan bahan baku semen yang
mempunyai sumber utama senyawa silikat dan aluminat dan sedikit senyawa besi.
Tanah liat memiliki berat molekul 796,40 g/gmol dan secara umum mempunyai
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

warna cokelat kemerah-merahan serta tidak larut dalam air. Dalam jumlah amat kecil
kadang-kadang juga didapati senyawa-senyawa alkali (Na dan K) yang dapat
mempengaruhi mutu semen.

3. Bahan Baku Penunjang 


Bahan baku penunjang adalah bahan mentah yang dipakai hanya apabila terjadi
kekurangan salah satu komponen pada pencampuran bahan mentah. Pada umumnya,
bahan baku korektif yang digunakan mengandung oksida silika, oksida alumina dan
oksida besi yang diperoleh dari pasir silika (silica sand) dan pasir besi (iron sand).

4. Bahan Tambahan 
a. Gypsum. Di dalam proses penggilingan terak ditambahkan bahan tambahan
Gipsum sebanyak 4-5%. Gipsum dengan rumus kimia CaSO4.2H2O merupakan
bahan yang harus ditambahkan pada proses pengilingan klinker menjadi semen.
Fungsi gypsum adalah mengatur waktu pengikatan daripada semen atau yang
dikenal dengan sebutan retarder.
b. Abu Terbang (Fly Ash). Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran
batubara pada boiler pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk partikel halus
amorf dan bersifat Pozzolan yang dapat bereaksi dengan kapur pada suhu kamar
dengan media air membentuk senyawa yang bersifat mengikat.

.2 Bahan Pengisi
Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan
besarnya. Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat
dengan ukuran butiran antara 0,063 mm — 150 mm. Agregat menurut asalnya dapat dibagi
dua yaitu agregat alami yang diperoleh dari sungai dan agregat buatan yang diperoleh dari
batu pecah. Dalam hal ini, agregat yang digunakan adalah agregat alami yang berupa coarse
agregat (kerikil ), coarse sand ( pasir kasar ), dan fine sand ( pasir halus ). Dalam campuran
beton, agregat merupakan bahan penguat (strengter) dan pengisi (filler), dan menempati 60%
— 75% dari volume total beton.

.21 Pasir
Pasir adalah contoh bahan material yang berbentuk butiran. Butiran pada pasir,
umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah
silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu
kapur. 

Nah, untuk kali ini kami akan membahas tentang bahan material yang satu ini. seperti
yang kita ketahui pasir ini adalah bahan bangunan yang cukup berpengaruh untuk bahan
bangunan bisa dikatakan banyak dipergunakan dari struktur paling bawah hingga struktur
paling atas suatu bangunan. Berikut ini adalah 5 jenis pasir menurut tingkat kualitasnya :
1. Pasir Merah
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Pasir merah atau suka disebut Pasir Jebrod kalau di daerah Sukabumi atau Cianjur
karena pasirnya diambil dari daerah Jebrod Cianjur. Pasir Jebrod biasanya
digunakan untuk bahan Cor karena memiliki ciri lebih kasar dan batuannya agak
lebih besar.

2. Pasir Elod
Ciri ciri dari pasir elod ini adalah apabila dikepal dia akan menggumpal dan tidak
akan puyar kembali. Pasir ini masih ada campuran tanahnya dan warnanya hitam.
Jenis pasir ini tidak bagus untuk bangunan. Pasir ini biasanya hanya untuk
campuran pasir beton agar bisa digunakan untuk plesteran dinding, atau untuk
campuran pembuatan batako.

3. Pasir Pasang
Yaitu pasir yang tidak jauh beda dengan pasir jenis elod lebih halus dari pasir
beton. Ciri-cirinya apabila dikepal akan menggumpal dan tidak akan kembali ke
semula. Pasir pasang biasanya digunakan untuk campuran pasir beton agar tidak
terlalu kasar sehingga bisa dipakai untuk plesteran dinding.

4. Pasir Beton
Yaitu pasir yang warnanya hitam dan butirannya cukup halus, namun apabila
dikepal dengan tangan tidak menggumpal dan akan puyar kembali. Pasir ini baik
sekali untuk pengecoran, plesteran dinding, pondasi, pemasangan bata dan batu.

5. Pasir Sungai
adalah pasir yang diperoleh dari sungai yang merupakan hasil gigisan batu-batuan
yang keras dan tajam, pasir jenis ini butirannya cukup baik (antara 0,063 mm – 5
mm) sehingga merupakan adukan yang baik untuk pekerjaan pasangan. Biasanya
pasir ini hanya untuk bahan campuaran saja .

Gradasi atau susunan butir adalah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini
bervareasi dapat di bedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi menerus
(continous grade) dan gradasi seragam (uniform grade). Untuk mengetahui gradeasi tesebut
dilakukan pengujian melalui analisa ayak sesuai dengan standard dari BS 812, ASTM C-33,
C 136, ASHTO T.26 ataupun Standard Nasional Indonesia.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Pengaruh susunan butir terhadap sifat aduk/beton segar adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai sifat mampu dikerjakan (workability)
2. Mempengaruhi sifat kohesif campuran agregat, semen dan air.
3. Mempengaruhi keseragaman/homogenitas adukan sehingga akan berpengaruh pada
cara pengecoran dan pewadahan.
4. Mempengaruhi sifat segregasi (pemisahan butir) atau juga bleding.
5. Mempengaruhi hasil pekerjaan finishing permukaan beton dan adukan.

Pengaruh susunan butir terhadap sifat aduk/beton keras adalah seagai berikut :
1. Mepengaruhi porositas
2. Berpengaruh terhadap sifat kedap air
3. Berpengaruh terhadap keadatan

2.2.2 Agregat Kasar


Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan
butirannya berukuran antara 4,76 mm — 150 mm.. Ketentuan agregat kasar antara lain:
a. Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori. Aggregat kasar
yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir pipihnya tidak
melampaui 20% berat agregat seluruhnya.
b. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat keringnya.
Bila melampaui harus dicuci.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti zat yang
relatif alkali.
d. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu pecah.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

e. Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji Rudeloff dengan beban
uji 20 ton.
f. Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum 5%.
g. Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate antara 6–7,5.

Jenis agregat kasar yang umum adalah:


1. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang digali.
2. Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun
dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.
3. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk
beton berbobot ringan.
4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar yang diklasifikasi
disini misalnya baja pecah, barit, magnatit dan limonit.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB III
PEMBAHASAN

.1 SEMEN

.1.1 Konsistensi Normal Portland Semen


.1.1.1 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mendapatkan nilai konsistensi
normal semen portland dengan alat vicat untuk menentukan mutu semen portland
tersebut.

.1.1.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan praktikum ini, antara lain:
1. Alat Vicat
2. Jarum Vicat Besar diameter 10 mm
3. Cincin Obonite
4. Plat Kaca
5. Loyang
6. Gelas Ukur
7. Timbangan
8. Stopwatch
9. Semen
10. Air suling

.1.1.3 Langkah Kerja


Langkah-langkah dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menimbang semen seberat 250 gram. Kemudian mencampur semen
dengan air suling ±28% (70 cc) dan diaduk selama 3 menit.

2. Setelah tercampur rata, pasta semen dibentuk menjadi bola. Dan kemudian
melemparkan bola pasta semen 6 kali dari tangan ke tangan.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

3. Mencetak bola pasta semen pada cincin obonite alat vicat yang dialasi oleh
plat kaca.

4. Meltakkan bola pasta semen yang telah dicetak pada alat vicat dan
mengatur jarum vicat berada diatas pasta semen, dan mengatur penunjuk
tepat pada angka 0.

5. Mencatat penurunan yang terjadi selama 30 detik.


6. Apabila penurunan belum terbaca 10 mm, maka percobaan diatas diulang,
jika kurang dari 10 mm air ditambah dan jika lebih dari 10 mm air
dikurangi.

.1.1.4 Hasil Praktikum

Uji Konsistensi Normal Semen Portland


No SEMEN (gram) AIR (ml) PENURUNAN (mm)
1. 250 80 0,5
2. 250 85 0,6
3. 250 85 16
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

KONSISTENSI NORMAL SEMEN


18
16
14
12
KONSISTENSI NORMAL
10 SEMEN
8
6
4
2
0
79 80 81 82 83 84 85 86

Volume Air ( ml )
K= x 100 %
massa semen( gram)
80
 K= x 100 % = 32%
250

85
 K= x 100 %=34 %
250

.1.1.5 Kesimpulan
Konsentrasi normal semen menurut ASTM-C187 adalah 26-29%. Namun
pada praktikum konsistensi normal semen portland yang telah di lalukan untuk
mendapat kan penurunan mendekati 10 mm membutuhkan air sebanyak 85 ml dengan
penurunan 16 mm sehingga mendapatkan nilai konsentrasi 34%. Hasil ini tidak
memenuhi standar uji yang telah ditetapkan oleh ASTM-C187, Nilai ini tergantung
dari kehalusan semen, komposisi senyawa dalam semen, suhu udara dan kelembaban
disekitarnya. Beberapa faktor yang menyebabkan konsistensi normal berada diatas
standar diantaranya adalah volume air yang digunakan, banyaknya lemparan pada saat
membuat bola pasta semen yang tidak konsisten, ketelitian dalam membaca alat dan
stopwatch, dan sebagainya.

.1.2 Waktu Pengikatan Semen dengan Vicat


.1.2.1 Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lamanya waktu
pengikatan (awal dan akhir) yang terjadi pada semen.

.1.2.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk mendukung praktikum ini adalah
sebagai berikut :
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

1. Alat Vicat
2. Jarum Vicat Kecil diameter
3. Cincin Obonite
4. Plat Kaca
5. Loyang
6. Gelas Ukur
7. Timbangan
8. Stopwatch
9. Semen
10. Air suling

.1.2.3 Langkah Kerja


Langkah kerja untuk melakukan praktikum ini adalah:
1. Menimbang semen seberat 250 gram, lalu menambahkan air dengan
jumlah yang sama pada saat praktikum konsistensi normal setelah itu
mencampurkan dengan portland semen selama 3 menit.

2. Membentuk pasta semen menjadi bola dan kemudian melemparkan bola


pasta semen 6 kali dari tangan ke tangan.
3. Kemudian mencetak bola pasta semen pada cincin obonite alat vicat yang
dialasi oleh plat kaca.

4. Mendiamkan bola pasta semen selama 45 menit


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

5. Meletakkan bola pasta semen yang telah dicetak pada alat vicat dan
mengatur jarum vicat berada diatas pasta semen, dan mengatur penunjuk
tepat pada angka 0.

6. Mencatat penurunan yang terjadi setiap 15 menit


.

.1.2.4 Hasil Praktikum

Uji Waktu Pengikatan Semen dengan Vicat


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Percobaan 1 Percobaan 2
Waktu Penurunan (mm) Waktu Penurunan (mm)
45’ 20 45’ 1
60’ 13 60’ 0
75’ 11 75’
90’ 6 90’
105’ 3 105’
120’ 1 120’
135’ 0 135’
150’ 150’
165’ 165’

WAKTU IKAT SEMEN


25

20 20
PENURUNAN (mm)

15
13 Percobaan 1
10 11 Percobaan 2

5 6
3
0 1 0 1 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
WAKTU PENGERASAN (mm)

.1.2.5 Kesimpulan
Waktu pengikatan awal semen sesuai dengan standar uji ASTM C-191 yang
menyatakan bahwa nilai minimum ikat awal adalah 45 menit sedangkan waktu ikat
akhir maksimum 360 menit. Waktu ikat awal tercapai apabila masuknya jarum
vicat ke dalam sampel sedalam 25 mm. Waktu ikat akhir tercapai apabila pada saat
jarum vicat diletakkan diatas sampel pada permukaan sampel tidak berbekas atau
tidak tercetak. Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan, waktu ikat
awal semen terjadi pada menit kurang dari 45 dengan penurunan pada 45 menit
sebesar 20 mm untuk percobaan pertama dan sudah mongering pada 45 menit awal
untuk percobaan kedua dan jumlah total waktu ikat yang diperlukan semen untuk
mengeras adalah 135 menit. Hal ini telah memenuhi syarat sesuai standar ASTM
C-191 dan tidak melebihi waktu ikat akhir (final setting) maksimum yang telah
ditentukan yakni selama 360 menit.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

.1.3 Berat Jenis Semen Portland


.1.3.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu menentukan dan mengetahui berat jenis
semen.

.1.3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Labu takar 500 cc
2. Timbangan digital
3. Semen
4. Minyak Tanah

.1.3.3 Langkah Kerja


Langkah-langkah dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menimbang semen seberat 250 gram, dan menimbang lalu labu takar 500
cc.

2. Memasukkan semen kedalam labu takar dan menimbang lagi


menggunakan timbangan digital.

3. Menuangkan minyak tanah pada labu takar yang sudah terisi semen sampai
batas garis.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

4. Memegang labu takar dengan posisi miring dan memutar labu takar hingga
gelembung udara keluar, jika minyak tanah berkurang, maka
menambahkan lagi sampai batas kapasitas lalu menimbang beratnya.

5. Mengeluarkan semen dan minyak tanah dari labu takar hingga bersih
6. Mengisi labu takar dengan minyak tanah sampai pada batas kapasitas dan
menimbang beratnya.

.1.3.4 Hasil Praktikum

Uji Berat Jenis Semen Portland


PERCOBAAN 1 PERCOBAAN 2
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Semen (A) 250 gram Semen (A) 250 gram


Labu Takar 181,1 gram Labu Takar 181,1 gram
Semen+Labu Takar 431,1 gram Semen+Labu Takar 431,1 gram
Semen+Minyak Tanah (B) 755,4 gram Semen+Minyak Tanah (B) 755,3 gram
Minyak Tanah (C) 578,1 gram Minyak Tanah (C) 577,4 gram

Berat jenis semen dapat dihitung dengan rumus berikut


A
Bj semen=
A−B+C

250
Bj semen= =3,438789
250−755,4+578,1
250
Bj semen= =3,467406
250−755,3+577,4

3,0978934+3,2679738
Berat jenis semen rata-rata: = 3,453097
2

.1.3.5 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, didapatkan hasil berat jenis
semen rata-rata adalah sebesar 3,453097 gram/cm3. Berat jenis semen yang
diperoleh tidak memenuhi standar SK SNI 15-2531-1991 yang mengisyaratkan
bahwa berat jenis semen portland adalah berkisar antara 3,00 – 3,20 gram/cm3.

.2 PASIR

.2.1 Analisa Saringan Pasir


.2.1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan gradasi butiran tanah (grain size
distribution) dari suatu sampel pasir dengan menggunakan ayakan.

.2.1.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Pasir kering oven sebanyak 1000 gram
2. Saringan pasir berdiameter 4,76; 2,38; 1,19; 0,59; 0,297; 0,149; pan.
3. Alat penggetar
4. Timbangan digital
5. Wadah atau loyang
6. Stopwatch

.2.1.3 Langkah Kerja


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Langkah kerja dalam melakukan praktikum ini adalah:


1. Menimbang pasir kering oven sebanyak 1000 gram menggunakan wadah atau
loyang.
2. Menyusun saringan pasir dari diameter terbesar sampai yang terkecil dan pan
sebagai yang paling dasar.
3. Memasukkan pasir yang telah ditimbang ke susunan saringan dengan hati-hati dan
kemudian penutup saringan pasir.

4. Meletakkan saringan ke mesin penggetar dan kemudian melakukan pengayakan


selama 10 menit.

5. Menimbang pasir yang tertinggal di masing-masing ayakan menggunakan


timbangan digital.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

6. Mengulangi percobaan untuk sampel pasir yang lain.

.2.1.4 Hasil Praktikum


Data percobaan : 
 Percobaan 1 : 
Analisa Saringan 
No Diameter (mm) Tertinggal (gr) Persen Tertinggal (%) Lolos (%)

1 4,75 62,2 6,23 6,24 93,76


2 2,36 32,3 3,24 9,48 90,52
3 1,18 90,4 9,06 18,5 81,42
4 0,6 193 19,36 37,91 62,09
5 0,3 212,3 21,30 59,20 40,80
6 0,5 270,3 27,11 86,32 13,68
Pan 0 136,4 13,68 100 0
Total 996,9 100 317,69

% Tertinggal 317,69
Modulus kehalusan= = =3,18
100 100
 
 Percobaan 2 :
Analisa Saringan 
No Diameter (mm) Tertinggal (gr) Persen Tertinggal (%) Lolos (%)
1 4,75 53,7 5,38 5,38 94,62
2 2,36 33,4 3,348 8,72 91,28
3 1,18 103,9 10,40 19,12 80,87
4 0,6 209,2 20,95 40,07 59,93
5 0,3 218,8 21,91 61,98 38,02
6 0,5 271,4 27,17 89,15 10,84
Pan 0 108,3 10,84 100 0
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Tota
998,7 100 324,43
l
 
% Tertinggal 324,43
Modulus kehalusan= = =3,24
100 100
 

.2.1.5 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sampel pasir 1 memiliki 
modulus kehalusan sebesar 3,17 sedangkan sampel 2 sebesar 3,24. Menurut SII  0052-
80, modulus kehalusan butir pasir ialah berkisar antara 1,5 – 3,8 jadi kedua  sampel pasir
tersebut telah memenuhi standar uji coba material beton.  
  
.2.2 Kelembaban Pasir
.2.2.1 Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan adalah untuk mengukur kelembaban pasir
(kadar air dalam butiran pasir).

.2.2.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan praktikum ini adalah:
1. Pasir kondisi asli sebanyak 500 gram
2. Wadah atau Loyang
3. Timbangan digital
4. Oven

.2.2.3 Langkah Kerja


Langkah kerja dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menimbang pasir kondisi asli sebanyak 500 gram menggunakan timbangan
digital.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2. Memasukkan pasir kondisi asli sebanyak 500 gram kedalam oven selama 24 jam
dengan temperature 100o ± 5oC.
3. Mengeluarkan pasir dari oven dan kemudian mendinginkannya.
4. Menimbang pasir kering oven dalam keadaan dingin menggunakan timbangan
digital.

.2.2.4 Hasil Praktikum


Kelembaban pasir dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

B− A
Prosentase resapan air= × 100 %
A
Dimana : A = Berat pasir SSD setelah dioven (gram)
B = Berat pasir mula-mula (gram)

 Data percobaan : 
a. Data percobaan 1  : 
Berat wadah (pan)              : 247,9 gram 
Berat pasir mula-mula (B)  : 500 gram 
Berat pasir + wadah setelah dioven   : 747,9 gram 
Berat pasir setelah dioven  : 500 gram 

b. Data percobaan 2  : 
Berat wadah (pan)              : 247,9 gram 
Berat pasir mula-mula (B)  : 500 gram 
Berat pasir + wadah setelah dioven : 747,8 gram 
Berat pasir setelah dioven  : 499,9 gram 

 Hasil Percobaan : 
Prosentase kelembapan pasir percobaan 1 =  
500−500
× 100 %=0 %
500

Prosentase kelembapan pasir percobaan 2 = 


500−499,9
×100 %=0,02 %
499,9

.2.2.5 Kesimpulan
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Berdasarkan praktikum dan hasil perhitungan yang telah kami lakukan, kelembaban
(kadar air) yang didapatkan dari pasir sampel 1 adalah sebesar 0% dan untuk pasir sampel 2
adalah sebesar 0,02%. Hal ini menunjukkan bahwa pasir yang kami uji telah memenuhi
standar karena tidak melebihi kadar air maksimum untuk agregat halus (pasir) yang
disyaratkan oleh SNI 032461-1991 yakni sebesar 2%. Adapun untuk kejanggalan data yang
ada pada sampel pasir pertama, kami beragumentasi dikarenakan terlalu lamanya kelompok
kami membiarkan pasir terpapar udara luar setelah dikeluarkan dari oven.  

.2.3 Berat Jenis Pasir


.2.3.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui berat jenis pasir.

.2.3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Pasir kondisi SSD (Saturated Surface Dry) sebanyak 500 gram
2. Air
3. Labu ukur 1000cc
4. Wadah atau loyang
5. Kerucut logam
6. Timbangan digital
7. Alat tumbukan

.1.3.3 Langkah Kerja


Adapaun langkah-langkah dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mencampurkan pasir kondisi asli dan pasir kering oven.
2. Memasukkan campuran pasir kondisi asli dan kering oven kedalam kerucut logam
sebanyak 1/3 bagian dan menumbuknya sebanyak 9 kali.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

3. Memasukkan lagi campuran pasir kondisi asli dan kering oven sebanyak 1/3
bagian dan menumbuk sebanyak 8 kali.
4. Mengisi kerucut logam sampai penuh kemudian menumbuk sebanyak 8 kali dan
mengisi lagi sampai penuh.
5. Mengangkat kerucut logam dan apabila tinggi pasir mencapai 2/3 dari tinggi
kerucut logam maka pasir tersebut merupakan pasir dalam keadaan SSD
(Saturated Surface Dry).

6. Menimbang labu takar 1000cc dan mencatat hasilnya.

7. Memasukkan pasir kondisi SSD kedalam labu takar dan menimbang beratnya
menggunakan timbangan digital.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

8. Mengisi air kedalam labu takar sampai batas kapasitas.


9. Memutar-mutar labu takar dengan posisi miring sampai gelembung udara dalam
labu takar keluar.
10. Mengeluarkan pasir dan air dari dalam labu takar kemudian mengisi labu takar
dengan air saja sampai batas kapasitas.
11. Menimbang berat labu takar dan air kemudian mencatat hasilnya.

.2.3.4 Hasil Praktikum


Percobaan ini akan didapatkan hasil dengan perhitungan sebagai berikut : 
500
Berat Jenis Pasir SSD=
500+C−B
Dimana :  
B : berat pasir dan air 
C : berat air 

 Data Percobaan  :  


a. Percobaan 1   
Berat labu takar 1000 cc  : 264,5 
Pasir SSD  : 500 
Labu takar + SSD + Air  : 1574,7 
Labu takar + air : 1260,3 

b. Percobaan 2  
Berat labu takar 1000 cc  : 267,3 
Pasir SSD  : 500 
Labu takar + SSD + Air  : 1573,4 
Labu takar + air : 1260,6 

 Hasil percobaan  : 
a. Percobaan 1  
500
Berat Jenis Pasir SSD=
500+1260,3−1574,7
¿ 2,68

b. Percobaan 2 
500
Berat Jenis Pasir SSD=
500+1260,6−1573,4
¿ 2,67

.2.3.5 Kesimpulan
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan yang telah kami lakukan, diperoleh 
data berat jenis pasir SSD sampel 1 adalah sebesar 2,68 dan sampel 2  sebesar 2,67 
sedangkan berat jenis rata-ratanya yaitu 2,675.  Maka, dapat disimpulkan bahwa  pasir yang
diuji di laboratorium telah memenuhi standar ASTM C 12878 dan PUBI  1982 Pasal 11
“Pasir Beton” yang mensyaratkan angka berat jenis pasir berkisar  antara 2,4 – 2,9 sehingga
sampel pasir yang diuji layak digunakan sebagai campuran  material pembuat beton. 

.2.4 Air Resapan Pasir


.2.4.1 Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar air resapan pada pasir
dalam kondisi SSD.

.2.4.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum ini adalah:
1. Pasir dalam kondisi SSD sebanyak 500gram
2. Oven
3. Timbangan digital
4. Wadah atau loyang

.2.4.3 Langkah Kerja


Langkah kerja dalam melakukan praktikum ini adalah:
1. Menyiapkan pasir SSD.
2. Menimbang pasir dalam kondisi SSD sebanyak 500 gram menggunakan
timbangan digital.
3. Memasukkan pasir dalam kondisi SSD sebanyak 500 gram kedalam oven dengan
temperature 100o ± 5oC selama 24 jam.
4. Mengeluarkan pasir dari oven dan mendinginkannya.
5. Menimbang pasir yang sudah dingin menggunakan timbangan digital dan
mencatat hasilnya.

.2.4.4 Hasil Praktikum


Percobaan ini akan didapatkan hasil dengan perhitungan sebagai berikut : 
500− A
Air resapan pasir= ×100 %
A

Dimana :
A = Berat pasir SSD setelah dioven (gram)

 Data Percobaan        
a. Percobaan 1       
Berat pasir mula-mula  = 500 gram
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Berat pasir kering oven = 498,5 gram 

b. Percobaan 2
Berat pasir mula-mula  = 500 gram 
Berat pasir kering oven = 498,6 gram 

 Hasil Percobaan: 
a. Percobaan 1
500−498,5
X= ×100 %=0,3 %
498,5
               

b. Percobaan 2
500−498,6
X= ×100 %=0,28 %
498,6

.2.4.5 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan (2 kali percobaan), diperoleh kadar air
resapan pasir sampel 1 adalah sebesar 0,3% dan sampel 2 sebesar 0,38%. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa air resapan pasir yang didapat telah memenuhi standar dan tidak melebihi
syarat penyerapan air maksimum untuk agregat halus (pasir) yakni sebesar 2%.

.2.5 Pengembangan Volume Pasir (Bulking)


.2.5.1 Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur presentase volume udara yag
terkandung dalam rongga antar pasir.

.2.5.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum ini adalah:
1. Pasir kondisi asli
2. Gelas ukur 500cc
3. Air
4. Pengaduk
5. Wadah atau Loyang

.2.5.3 Langkah Kerja


Langkah-langkah dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
3
1. Mengisi gelas ukur 500cc dengan pasir sebanyak bagian (375cc) dan membaca
4
volumenya.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2. Meletakkan pasir pada wadah dan membersihkan gelas ukur agar tidak ada pasir
yang tertinggal.
1
3. Mengisi gelas ukur dengan air ± bagian.
2
4. Memasukkan kembali pasir kedalam gelas ukur dan mengaduk perlahan kemudian
membaca volume pasirnya.

.2.5.4 Hasil Praktikum


Faktor pengembangan pasir dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
A−B
Faktor pengembangan= ×100 %
B
Dimana :
A = Volume pasir pada gelas ukur (cc)
B = Volume endapan pasir yang terjadi pada gelas ukur (cc)

 Data Percobaan        
Volume Pasir pada gelas ukur (A)  = 375 cc 
               Volume air awal = 250 cc 
               Volume pasir yang di tambah air (B) = 470 cc 
 
 Hasil Percobaan: 
375−470
Faktor Pengembangan= × 100 %=20,2 %
470

.2.5.5 Kesimpulan
Dari hasil praktikum, didapatkan data faktor pengembangan pasir adalah sebesar
20,2%. Berdasarkan ASTM C 29-97 pengembangan volume pasir (bulking) yang disyaratkan
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

yaitu tidak lebih dari 65% sehingga dapat disimpulkan bahwa pasir yang diuji di laboratorium
memenuhi standar dan layak digunakan sebagai material penyusun beton.

.2.6 Kebersihan Pasir Terhadap Bahan Organik


.2.6.1 Tujuan Praktikum
Praktikum ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui kandungan bahan organic
yang ada dalam pasir.

.2.6.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Botol atau wadah bening
2. Pasir kondisi asli sebanyak
3. Larutan NaOH 3% sebanyak 200cc
4. Parameter warna
5. Penggaris

.2.6.3 Langkah Kerja


Langkah kerja dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengisi botol dengan pasir kondisi asli setinggi 3 cm.
2. Mengisi botol yang berisi pasir dengan larutan NaOH 3% sebanyak 200cc.
3. Menutup rapat botol dan kemudian mengocok dan mendiamkan selama 24 jam.

4. Mengamati perubahan warna dan membandingkannya dengan parameter warna.

.2.6.4 Hasil Praktikum


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

(sampel 1) (sampel 2)
Berdasarkan hasil praktikum, campuran larutan NaOH dan pasir (sampel 1 dan 2)
yang didiamkan selama 24 jam dengan kondisi tertutup mengalami perubahan warna. Untuk
larutan pasir sampel 1 dan sampel 2 berwarna kuning keruh , sesuai dengan indikator warna
nomor 2.

.2.6.5 Kesimpulan
Setelah melalui proses pengujian dan pendiaman selama 24 jam pada campuran
larutan NaOH dan pasir, didapatkan perubahan warna yang sesuai dengan indikator warna
nomor 2. Itu artinya, terdapat sedikit kandungan bahan organik di dalam pasir yang diuji
namun masih diizinkan untuk dijadikan bahan campuran beton dan memenuhi syarat
berdasarkan ASTM C- 40-90. Untuk itu, perlu diadakan uji pengaruh bahan organik didalam
agregat tersebut menurut standar ASTM C-87. Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur

.2.7 Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur


.2.7.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui besarnya kadar lumpur
didalam pasir.

.2.7.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Botol bening atau wadah
2. Pasir kondisi asli
3. Penggaris
4. Air

.2.7.3 Langkah Kerja


Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan percobaan ini yaitu:
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

1. Mengisi botol dengan pasir setinggi 6cm.


2. Mengisi air secukupnya kedalam botol kemudian mengocoknya perlahan.
3. Mendiamkan botol berisi pasir dan air selama 24 jam.

4. Mengukur tinggi endapan lumpur menggunakan penggaris.

.2.7.4 Hasil Praktikum


Kadar lumpur dalam pasir dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
A
Kadar Lumpur = x 100 %
B
Dimana A = Tinggi endapan lumpur (mm)
B = Tinggi pasir (mm)

Berikut data hasil pengukuran dan perhitungan yang telah kami lakukan.
o Pasir Sampel 1

o Tinggi endapan lumpur (A) = 0,01 cm = 0,1 mm


o Tinggi pasir (B) = 5,7 cm = 57 mm
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

0,1
Kadar Lumpur = x 100 %=0,17 %
57

o Pasir Sampel 2

o Tinggi endapan lumpur (A) = 0,01 cm = 0,1 mm


o Tinggi pasir (B) = 5,7 cm = 57 mm

0,1
Kadar Lumpur = x 100 %=0,17 %
57
.2.7.5 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang dilakukan, diperoleh data kadar lumpur untuk
pasir sampel 1 dan 2 adalah sebsesar 0,17%. Hasil tersebut telah memenuhi SNI 03-1750-
1990 yang mensyaratkan bahwa batas maksimum kadar lumpur dalam pasir pada kondisi
basah adalah sebesar 5% agar layak digunakan dalam campuran beton. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pasir yang kami uji dapat dikatakan cukup bersih dari lumpur dan layak
digunakan dalam campuran material penyusun beton.

.2.8 Berat Volume (Berat Isi) Pasir


.2.8.1 Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya volume lepas pasir
dan besar volume pasir setelah dirojok.

.2.8.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum ini adalah:
1. Pasir kondisi asli
2. Takaran besi 3 liter
3. Timbangan digital
4. Besi perojok
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

.2.8.3 Langkah Kerja


Langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Berat Volume Lepas
1. Menimbang takaran menggunakan timbangan digital.
2. Memasukkan pasir kedalam takaran besi kemudian meratakannya.

3. Menimbang takaran berisi pasir menggunakan timbangan digital dan


kemudian mencatat hasilnya.

b. Berat Volume Rojok


1. Menimbang takaran menggunakan timbangan digital.
2. Mengisi pasir sebanyak 1/3 bagian kemudian merojoknya sebanyak 25 kali
menggunakan besi perojok.

3. Mengisi kembali sebanyak 1/3 bagian dan merojok kembali sebanyak 25 kali.
4. Mengisi besi takaran dengan pasir sampai penuh dan dirojok kembali 25 kali.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

5. Meratakan pasir pada besi takaran.


6. Menimbang berat besi takaran dan pasir kemudian mencatat hasilnya.

.2.8.4 Hasil Praktikum


Berat volume pasir lepas dapat dihitung menggunakan rumus di bawah ini :

B− A
Berat Volume Lepas =
C

Dimana : A = Berat takaran (kg)


B = Berat takaran + pasir (kg)
C = Volume takaran pasir (liter atau dm3)

Sedangkan rumus untuk menghitung berat volume pasir setelah dirojok, yaitu :

B− A
Berat Volume Rojok =
C

Dimana : A = Berat takaran (kg)


B = Berat takaran + pasir setelah dirojok (kg)
C = Volume takaran pasir (liter atau dm3)

Berikut adalah data hasil praktikum dan perhitungan yang kami lakukan :
1. Berat Volume Lepas
a) Pasir sampel 1

o Berat takaran (A) = 2,6443 kg


o Berat takaran + pasir (B). = 6,799 kg
o Volume takaran (C) = 3 liter = 3 dm3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

6,799−2,6443
Berat Volume Lepas = =1,3849 kg /dm ³
3

b) Pasir sampel 2

o Berat takaran (A) = 2,6443 kg


o Berat takaran + pasir (B) = 6,7647 kg
o Volume takaran (C) = 3 liter = 3 dm3

6 ,7647−2 , 6443
Berat Volume Lepas = =1 ,3734 kg/dm ³
3

2. Berat Volume Rojok


a) Pasir sampel 1

o Berat takaran (A) = 2,6443 kg


o Berat takaran + pasir setelah dirojok (B) = 7,0476 kg
o Volume takaran (C) = 3 liter = 3 dm3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

7,0476−2,6443
Berat Volume Rojok = =1,4677 kg /dm ³
3

b) Pasir sampel 2

o Berat takaran (A) = 2,6443 kg


o Berat takaran + pasir setelah dirojok (B) = 7,0304 kg
o Volume takaran (C) = 3 liter = 3 dm3

7 , 0304−2, 6443
Berat Volume Rojok = =1 , 4620 kg /dm³
3
.2.8.5 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan data hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan berat
volume pasir lepas untuk pasir sampel 1 adalah sebesar 1,3849 kg/dm3 dan sampel 2 sebesar
1,3734 kg/dm3 sedangkan berat volume rata-rata pasir lepas yaitu 1,3792 kg/dm3. Pada
pengujian dengan metode pasir dirojok, didapatkan berat volume pasir setelah dirojok untuk
sampel 1 adalah sebesar 1,4677 kg/dm3 dan sampel 2 sebesar 1,4620 kg/cm3 sedangkan
berat volume rata-rata pasir dirojok yaitu 1,4648 kg/dm3. Berdasarkan data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa berat volume pasir setelah dirojok lebih besar dibandingkan berat volume
pasir lepas. Menurut ASTM C-29, hal ini disebabkan oleh pemadatan butiran yang terjadi
akibat pengaruh rojokan dari besi. Proses perojokan menambah ruang baru pada takaran
pasir, sehingga takaran akan mampu menampung lebih banyak butiran pasir dan
menyebabkan berat pasir dalam takaran bertambah.

.3 KERIKIL

.3.1 Analisa Saringan Kerikil atau Batu Pecah


.3.1.1 Tujuan Praktikum
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk menentukan gradasi maksimum


butiran kerikil (grain size distribution) dengan menggunakan suatu saringan.

.3.1.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk mendukung praktikum ini, antara lain:
1. Timbangan
2. Saringan 1 ½”, ¾”, 3/8”, pan
3. Wadah (timba)
4. Loyang
5. Kerikil atau batu pecah

.3.1.3 Langkah Kerja


Langkah-langkah dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menimbang kerikil seberat 16 kg lalu dimasukkan kedalam susunan
saringan 1 ½”, ¾”, 3/8” dan pan lalu mengayak secara manual dengan
cara menggoyangkan ayakan atau mengaduk dengan tangan.

2. Menimbang kerikil yang tertinggal pada masing-masing ayakan.

.3.1.4 Hasil Praktikum

Hasil Praktikum Analisa Saringan Kerikil Percobaan 1


Lubang Ayakan Tertinggal Komulatif
No/ (inchi)(“) mm Gram % %tertinggal %lolos
1 (1 ½) 38 0 0 0 100%
2 (3/4) 9,6 1409,7 17,466% 17,466% 82,534%
3 (3/8) 2,4 6627,8 82,119% 99,585% 0,415%
Pan 0,0 33,4 0,413% 99,998% 0,002%
∑ 8070,9 99,998% 217,049%

% tertinggal 217,049
Modulus Kehalusan = = =2,17 %
100 100

Hasil Praktikum Analisa Saringan Kerikil Percobaan 2


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lubang Ayakan Tertinggal Komulatif


No/ (inchi)(“) mm Gram % %tertinggal %lolos
1 (1 ½) 38 0 0 0 100%
2 (3/4) 9,6 2008,9 25,063% 25,063% 74,937%
3 (3/8) 2,4 5916,2 73,812% 98,875% 1,125%
Pan 0,0 90,1 1,124% 99,999% 0,001%
∑ 8015,2 99,999% 223,937%

% tertinggal 223,937
Modulus Kehalusan = = =2,24 %
100 100

.3.1.5 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil praktikum dan perhitungan yang dilakukan, nilai
modulus kehalusan rata-rata kerikil adalah sebesar 2,205. Berdasarkan SII 0052-80
nilai modulus kehalusan agregat kasar berkisar antara 5-7,1. Hal ini menunjukkan
bahwa kerikil yang kami uji tidak memenuhi standar.

.3.2 Kelembapan Kerikil


.3.2.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengukur kelembaban kerikil.

.3.2.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk mendukung praktikum ini antara lain:
1. Timbangan digital
2. Loyang
3. Kerikil

.3.2.3 Langkah Kerja


1. Menimbang loyang atau wadah menggunakan timbangan digital.

2. Menimbang kerikil pada kondisi asli seberat 1000 gram atau 1 kg.
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

3. Dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan temperature 110º ± 5º


C.

4. Setelah 24 jam, kerikil dikeluarkan dari oven dan ditimbang dalam


keadaan dingin.

.3.2.4 Hasil Praktikum

B− A
Kelembaban (kadar air) = × 100 %
A

Keterangan:
A= Berat kerikil sesudah dioven
B= Berat kerikil sebelum dioven

Perhitungan:
a. Percobaan 1
1. Berat pasir sebelum dioven (B) = 1000 gram
2. Berat pasir sesudah dioven (A) = 989,7 gram
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

1000−989,7
Kelembaban (kadar air) = ×100 %=1,04 %
989,7

b. Percobaan 2
1. Berat pasir sebelum dioven (B) = 1000 gram
2. Berat pasir sesudah dioven (A) = 993,6 gram
Kelembaban (kadar air) =
1000−9 93,6
×100 %=0,644 %
9 93,6

.3.2.5 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan sebanyak 2 kali percobaan,
didapatkan data kelembaban kerikil sampel 1 sebesar 1,04% dan sampel 2 sebesar
0.644%,. Berdasarkan ASTM-C566 kelembaban agregat kasar (kerikil) yang
disyaratkan berkisar 0%-1%. Sehingga dapat disimpulakn pada sampel kerikil yang
pertama tidak memenuhi standar tetapi untuk sampel kerikil yang kedua memenuhi
standar.

.3.3 Berat Jenis Kerikil/Batu Pecah


.3.3.1 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis kerikil atau batu pecah
dalam kondisi kering permukaan (SSD).

.3.3.2 Alat dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya yaitu :
1. Timba (wadah)
2. Lap
3. Timbangan
4. Loyang
5. Oven
6. Kerikil

.3.3.3 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja yang kami lakukan dalam praktikum ini yaitu :
1. Merendam kerikil selama 24 jam, kemudian mengelap kerikil sehingga
dalam kondisi SSD (kering permukaan).
2. Menimbang kerikil yang telah kering sebanyak 3000 gram atau 3 kg.
3. Menimbang kerikil dalam air.

.3.3.4 Hasil Praktikum


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

3000
Berat Jenis Pasir SSD =
3000−C

Keterangan:
B= Berat kerikil SSD
C= Berat kerikil dalam air

Perhitungan:
a. Percobaan 1
1. Berat kerikil SSD = 3000,8 gram
2. Berat kerikil ditimbang dalam air = 1881,0 gram

3000
Berat Jenis Pasir SSD = =2,68 kg/dm3
3000−1881

b. Percobaan 2
1. Berat kerikil SSD = 3000,8 gram
2. Berat kerikil ditimbang dalam air = 1875,8gram

3000
Berat Jenis Pasir SSD = = 2,667 % kg/dm3
3000−1875,8

.3.3.5 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan sebanyak 2 kali percobaan,
didapatkan data berat jenis kerikil sampel 1 sebesar 2,67976 kg/dm3 dan sampel 2
sebesar 2,667 kg/dm3. Berdasarkan ASTM C-127-15, nilai berat jenis agregat kasar
(kerikil) yang disyaratkan berkisar 2,4 – 2,7 kg/dm3. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kerikil pada percobaan yang telah dilakukan memenuhi standard dan layak
digunakan sebagai material campuran beton.

.3.4 Kadar Air Resapan Kerikil/Batu Pecah


.3.4.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan besarnya kadar air resapan
pada kerikil atau batu pecah.

.3.4.2 Alat dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya :
1. Oven
2. Timbangan
3. Loyang
4. Kerikil
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

.3.4.3 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu :
1. Kerikil dari uji berat jenis diangkat dari air kemudian dimasukkan ke oven
selama 24 jam dengan temperature 110º ± 5º C.
2. Setelah 24 jam, kerikil kering oven ditimbang dalam keadaan dingin.

.3.4.4 Hasil Perhitungan

3000− A
Resapan = ×100 %
A

Keterangan:
A= Berat kerikil setelah di oven

Perhitungan:
a. Data Percobaan 1
1. Berat pasir mula-mula = 3000 gram
2. Berat pasir setelah dioven = 2943,2 gram

3000− A 3000−2943,2
Resapan = ×100 %= × 100 %=2,278 %
A 2943,2

b. Data Percobaan 2
1. Berat pasir mula-mula = 3000 gram
2. Berat pasir setelah dioven = 2925,1 gram
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

3000− A 3000−2925,1
Resapan = ×100 %= × 100 %=2,56 %
A 2925,1

.3.4.5 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar air resapan kerikil
sampel 1 sebesar 2,278% dan sampel 2 sebesar 2,56%. Berdasarkan SNI-03-2461-
1991 mengenai “Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktural”, penyerapan air
maksimal dari agregat kasar (kerikil) yang disyaratkan adalah kurang dari 3%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel kerikil pada percobaan yang telah
dilakukan memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai material campuran beton.

.3.5 Kebersihan Kerikil terhadap Lumpur


.3.5.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui kandungan (kadar)
lumpur pada kerikil.

.3.5.2 Alat dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya yaitu :
1. Loyang
2. Timbangan
3. Oven
4. Kerikil
.3.5.3 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang kami lakukan dalam praktikum ini yaitu :
1. Menimbang kerikil seberat 1000 gram.

2. Mencuci kerikil sampai bersih lalu meletakkannya ditempat yang bersih.


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

3. Setelah bersih, memasukkan kerikil kedalam oven selama 24 jam dengan


temperature 110º ± 5º C.
4. mengeluarkan kerikil setelah dioven selama 24 jam kemudian menimbang
keirkil dalam keadaan dingin.

.3.5.4 Hasil Praktikum

1000− A
Kadar Lumpur = ×100 %
1000

Keterangan:
A= Berat kerikil sesudah di oven

Perhitungan:
a. Percobaan 1
1. Berat kerikil sebelum di oven = 1000 cm
2. Berat kerikil sesudah di oven = 985,3 cm

1000− A 1000−985,3
Kadar Lumpur = ×100 %= × 100 %=1,47 %
1000 1000
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

b. Percobaan 2
1. Berat kerikil sebelum di oven = 1000 cm
2. Berat kerikil sesudah di oven = 988,7 cm

1000− A 1000−988,7
Kadar Lumpur = ×100 %= ×100 %=1,13 %
1000 1000

.3.5.5 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh prosentase kebersihan
kerikil terhadap lumpur sampel 1 sebesar 1,47% dan sampel 2 sebesar 1,13%.
Berdasarkan ASTM C-117-13, kadar lumpur pada kerikil yang disyaratkan yaitu
kurang dari 1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel kerikil pada percobaan
yang dilakukan tidak memenuhi standar karena melebihi batas yang disyaratkan.

.3.6 Berat Volume (Berat Isi) Lepas Kerikil


.3.6.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan menghitung
berat volume kerikil lepas dan berat volume kerikil setelah dirojok.

.3.6.2 Alat dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai
berikut:
1. Takaran volume 10 liter
2. Alat perojok
3. Timbangan
4. Kerikil

.3.6.3 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja yang kami lakukan pada praktikum ini yaitu :

a. Berat Volume Kerikil Lepas


1. Mengisi takaran dengan kerikil hingga penuh dan meratakannya
2. Menimbang takaran yang berisi kerikil menggunakan timbangan.

b. Berat Volume Kerikil Rojok


1. Mengisi takaran dengan kerikil sebanyak 1/3, kemudian merojok
sebanyak 25 kali, lalu mengisi lagi 1/3 bagian dan merojok lagi 25 kali,
mengisi sampai penuh dan merojok kembali sebanyak 25 kali, kemudian
meratakan permukaannya.
2. Menimbang takaran
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

.3.6.4 Hasil Praktikum


B− A
Berat volume kerikil lepas=
C
Keterangan:
A= Berat Takaran
B= Berat Takaran+kerikil
C= Berat Kerikil

Perhitungan:
a. Percobaan 1
1. Berat takaran (A) = 5,390 kg
2. Berat takaran+kerikil (B) = 17,595 kg
3. Berat kerikil =10 liter

17,595−5,390
Berat Volume Kerikil = =1,2205kg/dm3
10

b. Percobaan 2
1. Berat takaran (A) = 5,390 kg
2. Berat takaran+kerikil (B) =17,74 kg
3. Berat kerikil =10 liter

17,74−5,39
Berat Volume Kerikil = = 1,235 kg/dm3
10

B− A
Berat volume kerikil rojok=
C
Keterangan:
A= Berat Takaran
B= Berat Takaran+kerikil
C= Berat Kerikil

Perhitungan:
a. Percobaan 1
1. Berat takaran (A) = 5,390 kg
2. Berat takaran+kerikil (B) = 19,685 kg
3. Berat kerikil =10 liter

19,685−5,390
Berat Volume Kerikil = =1,4295 kg/dm3
10

b. Percobaan 2
1. Berat takaran (A) = 5,390 kg
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2. Berat takaran+kerikil (B) = 19,62 kg


3. Berat kerikil =10 liter

19,6 2−5,390
Berat Volume Kerikil = = 1,423 kg/dm3
10

.3.6.5 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan,
diperoleh berat volume kerikil lepas yaitu sebesar 1,227 kg/dm3 dan berat volume
kerikil setelah dirojok yaitu sebesar 1,426 kg/dm3. Berat volume kerikil setelah
dirojok lebih besar dibandingkan berat volume kerikil lepas. Hal ini disebabkan
proses perojokan atau pemadatan akan menambah ruang yang ada dalam takaran,
sehingga lebih banyak kerikil yang dapat ditampung dan berat nya pun bertambah.
Berdasarkan ASTM C-29, prosedur/metode yang digunakan dalam melakukan tes
untuk mengukur berat volume dan kadar rongga agregat ini tidak mengalami
penyimpangan, karena nilai-nilai untuk berat volume dan kadar rongga hanya dapat
ditetapkan dalam hal metode uji (tidak memiliki standar nilai tertentu). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kerikil uji layak digunakan sebagai material penyusun
campuran beton.

Anda mungkin juga menyukai