NIM : 1506013031 RMK AUDIT BAB 14 Kertas Kerja Pemeriksaan Modal
1. Sifat dan Contoh Modal
Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik perusahaan. Sedangkan dari segi pemilik perusahaan, modal adalah bagian hak pemilik atas kekayaan bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban). - Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:103) Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku. - Perseroan Terbatas Modal Perseroan Terbatas terdiri atas saham. Tanggung jawab persero terbatas pada jumlah modal saham yang disetor jika Perseroan Terbatas telah disahkan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. - Akuntansi Ekuitas untuk Badan Usaha Berbentuk PT Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa dan akun Tambahan Modal Disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor. - Unsur Penambahan Modal Disetor PT Akun tambahan Modal Disetor terdiri atas berbagai macam unsur penambahan modal, seperti agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah dari jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan sebagainya. Akun Tambahan Modal Disetor tidak boleh didebit atau dikreditkan dengan pos laba atau rugi. Dalam badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas (PT), permodalannya terdiri atas berikut : a) Modal menurut akta pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman : Modal dasar (authozid capital) Modal ditempatkan (issued capital) Modal disetor (paid-up/paid-in capital) b) Treasury stock (saham perusahaan yang sudah beredar lalu dibeli kembali oleh perusahaan) c) Premium (agio) atau discount (disagio) dari penjualan saham baik saham biasa (common stock) maupun saham preferen (preferred stock). d) Selisih kurs atas modal disetor. e) Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap, untuk perusahaan yang melakukan revaluasi asset tetap berdasarkan peraturan pemerintah. f) Retained earnings (saldo laba/sisa laba tahun lalu) atau deficit/accumulated losses (sisa rugi tahun lalu). 2. Tujuan Pemeriksaan Modal 1) Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas permodalan, termasuk internal control atas transaksi jual beli saham, pembayaran dividend an sertifikat saham. 2) Untuk memeriksa apakah struktur permodalan yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) sudah sesuai dengan apa yang tercantum di akta pendirian perusahaan. 3) Untuk memeriksa apakah izin-izin yang diperlukan dari pemerintahan yang menyangkut ekuitas (misalkan dari KemHumKam, BKPM, BKPMD, BAPEPAM- LK, KPP dan SK Presiden RI) telah dimiliki perusahaan. 4) Untuk memeriksa apakah perubahan terhadap ekuitas telah mendapat otorisasi baik dari pejabat perusahaan yang berwenang (direksi, dewan komisaris), Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) maupun dari instansi pemerintah. 5) Untuk memeriksa apakah setiap perubahan pada retained earnings atau accumulated losses didukung oleh bukti-bukti yang sah. 6) Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan dilaporan posisi keuangan (neraca) sesuai dengan SAK dan hal-hal yang penting sudah diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 3. Prosedur Pemeriksaan Modal 1) Pelajari dan evaluasi Internal Control atas ekuitas Untuk mempelajari dan mengevaluasi internal control atas ekuitas biasanya digunakan internal control questionnaires (ICQ) atau penjelasan narrative. 2) Minta salinan (copy) dari akta pendirian, SK Pengesahan Menteri Hukum dan HAM, SK BKPM/BKPMD, SK Bapepam-LK, SK Presiden, untuk disimpan dalam permanent file. 3) Cocokkan data yang ada dalam akta pendirian tersebut dengan modal yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) dan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan. 4) Periksa bukti setoran dan otorisasi untuk penambahan setoran modal. Caranya lihat buku besar untuk perkiraan modal, periksa apakah ada transaksi kredit dalam perkiraan tersebut, jika ada periksa voucher referencenya apakah journal voucher atau bukti penerimaan kas/bank. Jika referencenya bukti penerimaan kas/bank berarti setoran modal dilakukan dalam bentuk uang tunai (fresh money) dan auditor harus memeriksa bukti penerimaan kas atau kredit nota dari bank. Jika referencenya journal voucher, berarti setoran modal dilakukan dalam bentuk asset non-cash, misalnya asset tetap, persediaan, surat berharga dan lain-lain (dalam bentuk (Inbreng). Dalam hal ini auditor harus memeriksa journal voucher dan bukti pendukungnya, biasanya jika disetor dalam bentuk inbreng ada laporan dari appraisal nilai asset non cash yang dijadikan setoran modal. 5) Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan besarnya modal, jenis saham dan rincian pemegang saham. 6) Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan Retained Earning/Deficit. Caranya periksa buku besaruntuk perkiraan retained earnings/deficit, apakah ada transaksi debit dan transaksi kredit, jika ada periksa voucher referencenya dan bukti pendukungnya. Jika perusahaan membayar kekurangan penyetoran pajak untuk tahun-tahun yang lalu, berikut dendanya, berdasarkan SKP ( Surat Ketetapan Pajak), atau STP (Surat Tagihan Pajak), maka voucher reference-nya berupa bukti pengeluaran kas/bank dan bukti pendukungnya adalah SPP (Surat Setoran Pajak). Jika koreksi ke retained earnings/deficit berasal dari koreksi yang menyangkut pendapatan atau biaya tahun-tahun yang lalu, harus diperiksa kewajaran alasannya dan kelengkapan bukti pendukung serta otorisasinya dan jumlah harus material. Jika jumlah tidak material, harus dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi tahun berjalan. 7) Seandainya ada pembagian dividen, periksa apakah : Dividen dibagi dalam bentuk cash dividend, stock dividend atau property dividend. Pencatatannya sudah benar (pada waktu deklarasi dividen maupun pada saat pembayaran dividen) Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang (melalui notulen rapat direksi dan rapat umum pemegang saham). Aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 8) Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan sudah mencapai 75% dari modal disetor. Jika hal ini terjadi, auditor harus menjelaskan kepada klien bahwa hal ini memengaruhi keyakinan auditor terhadap kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dan diatur dalam KUHD bahwa secara hukum perusahaan harus bubar. 9) Pertimbangan konfirmasi ke pemegang saham atau Biro Administrasi Efek. Untuk perusahaan yang belum go public harus dipertimbangkan atau ditanyakan dulu ke klien apakah ada pemegang saham yang keberatan jika dikirimi konfirmasi. Sedangkan untuk perusahaan yang sudah go public, konfirmasi bias dikirimi ke Biro Administrasi Efek yang ditugaskan oleh klien untuk mengelola administrasi sahamnya. 10) Periksa treasury stock. Auditor perlu mengingat bahwa pembelian treasury stock biasanya dicatat dengan menggunakan cost method. 11) Periksa apakah penyajian permodalan di laporan posisi keuangan (neraca) dan catatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS. 12) Buatlah kesimpulan mengenai kewajaran ekuitas.