Sebelum kita membahas tentang pengaruh daya tahan tubuh seseorang (imun)
terhadap kamampuan dalam menghadapi serangan Virus COVID-19 kita harus mengatahui
apa itu Virus COVID-19 (CoronaVirus Disease 2019). Menurut situs WHO, virus corona
adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia.
Pada manusia corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga
penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe
Acute Respiratory Syndrme (SARS). Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam,
kelelahan, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung
tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala ini bersifat ringan dan terjadi
secara bertahap. Namun, beberapa orang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala apa
pun dan tak merasa tidak enak badan. Kebanyakan orang (sekitar 80%) pulih dari penyakit
tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang yang mendapatkan COVID-19
sakit parah dan mengalami kesulitan bernapas. Orang yang lebih tua, dan mereka yang
memiliki masalah medis seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung atau diabetes, lebih
mungkin terkena penyakit serius. Orang dengan demam, batuk dan kesulitan bernapas harus
mendapat perhatian medis. Menurut WHO, virus corona COVID-19 menyebar orang ke
orang melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut yang menyebar ketika seseorang batuk
atau menghembuskan nafas. Tetesan ini kemudian jatuh ke benda yang disentuh oleh orang
lain. Orang tersebut kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut. Berdasarkan studi yang
ada saat ini belum ditemukan penyebaran COVID-19 melalui udara bebas.
Setelah kita mengetahui tentang CoronaVirus atau COVID-19 kita juga harus
mengetahui tentang apa itu imun atau daya tahan tubuh seseorang. Sistem imun atau sistem
kekebalan adalah sel-sel dan banyak struktur biologis lainnya yang bertanggung jawab atas
imunitas, yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis
luar dengan mengenali dan membunuh patogen. Sementara itu, respons kolektif dan
terkoordinasi dari sistem imun tubuh terhadap pengenalan zat asing disebut respons imun.
Agar dapat berfungsi dengan baik, sistem ini akan mengidentifikasi berbagai macam
pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri, virus sampai parasit, serta menghancurkan
zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel dan jaringan organisme yang sehat agar
tetap berfungsi secara normal.
Selanjutnya kita harus memahami apa hubungan antara imun dengan COVID-19.
Menurut Immune Deficiency Foundation, virus yang menyerang sistem pernapasan ini
mudah menular melalui kontak perorangan secara langsung. Apalagi bagi orang yang
memiliki imunitas sangat rendah, maka berisiko tinggi terinfeksi Covid-19. Untuk itu, bagi
setiap orang saatnya mulai menjaga sekaligus meningkatkan imunitas tubuh untuk mencegah
penularan Covid-19. Sistem kekebalan tubuh manusia terdiri atas berbagai jenis sel dan
molekul, seperti antibodi. Garis pertahanan pertama adalah apa yang dikenal sebagai sistem
kekebalan tubuh bawaan.Setiap sel dalam tubuh kita dipersiapkan untuk membuat interferon,
yakni molekul antivirus, ketika mereka mendeteksi adanya penyusup. "Sel-sel ini akan mulai
membuat molekul antivirus bawaan sendiri yang akan menghentikan virus untuk bereplikasi,"
jelas Prof Pellegrini. Respons bawaan ini langsung muncul, menghasilkan zat yang disebut
sitokin, yang menyebabkan demam dan peradangan jaringan ketika sel-sel mulai mati. "Itu
mekanisme alami dari sel-sel ini, untuk melawan dan bunuh diri jika mereka sudah
terinfeksi," ujarnya. Ada juga sel darah putih, yang dikenal sebagai sel pembunuh alami, yang
mendeteksi sel yang terinfeksi dan membunuhnya. Garis pertahanan kedua terjadi dalam
spektrum sel darah putih lainnya seperti monosit, makrofag dan neutrofil. Sel-sel ini
memantau lingkungan dan mencoba mengenali infeksi, kemudian melepaskan hormon
kekebalan untuk menyiapkan sel-sel lain dari kemungkinan terinfeksi. Lalu, garis pertahanan
ketiga adalah sistem adaptif, yang membutuhkan beberapa hari untuk bekerja. Pada tahap
ketiga ini, sel darah putih seperti sel-T akan berusaha membunuh sel yang terinfeksi, dan sel-
B akan menghasilkan antibodi yang dapat menetralisir virus atau melapisi mereka dengan zat
sehingga mereka dapat dikenali oleh sel-T. Yang jadi masalah dengan virus corona baru ini
adalah kita tidak memiliki antibodi atau sistem kekebalan adaptif. Artinya, tidak ada garis
pertahanan ketiga dalam tubuh kita.Jika sistem kekebalan tidak dapat menghentikan replikasi
virus, hal itu akan meningkatkan peradangan, terutama di paru-paru. Inilah yang
menyebabkan viral pneumonia.
Di sisi lain, dalam kasus-kasus tertentu, respons berlebihan dari imun tubuh justru
berujung petaka. Ketika infeksi sudah amat parah, sistem imun tubuh bisa saja “panik” dan
tak hanya menghabisi sel-sel mati atau terinfeksi. Ia secara tak sengaja menggempur sel dan
bagian tubuh yang sehat-sehat saja.
Dengan penjabaran di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sistem imun
sangat penting bagi tubuh karena dapat membunuh virus, bakteri, dan sebagainya yang dapat
menyababkan munculnya sebuah penyakit pada tubuh seseorang. Oleh karena itu,
meningkatkan imunitas dalam tubuh sangat penting bagi tubuh sehingga sistem imun menjadi
semakin kuat dan tidak menyerang sel-sel tubuh yang sehat karena panic saat terdapat bakteri
atau virus yang menyarang tubuh.
Nama : Rieska Dian Uthami
Kelas : XI MIA