Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak secara etimologi, menurut pendekatan etimologi, perkataan
“Akhlak” berasal dari bahasa Arab jama dari bentuk mufradnya “khuluqun”
yang menurut logat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
khalkun yang berarti kejadian, serta erat hubungan khaliq yang berarti
pencipta dan makhluk yang berarti yang diciptakan. Pengertian akhlak adalah
kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu
disebut akhlak.
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara
hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan
moral yang terdapat didalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah,sehingga
ia mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang bermanfaat
dan tidak.
Diantara banyak sekali jenis tata kelakuan kita, semuanaya adalah
akhlak yang mencerminkan kita. Baik buruknya kita bisa terlihat dalam
akhlak yang selalu kita gunakan dalam sendi-sendi kehidupan kita. Untuk
itulah kita perlu dan sangatlah butuh untuk mengatur segala bentuk tatanan
akhlak kita sebagai muslim yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian ahlak sosial?
2. Bagaimana pandangan islam terhadap kehidupan sosial?
3. Bagaimana masyarakat dambaan islam?

1
4. Bagaimana toleransi inter dan anatar umat beragama?
5. Bagaiman penjelasan prinsip-prinsip islam dalam mewujudkan
kesejahteraan sosial?
6. Bagaimana pandangan islam terahadap persoalan, kemiskinan, kebodohan
dan pengangguran?
C. Tujuan
1. Untuk pengertian ahlak sosial
2. Agar memahami pandangan islam terhadap kehidupan sosial
3. Untuk mengetahui bagaimana masyarakat dambaan islam
4. Untuk memamahami toleransi inter dan antar umat beragama
5. Agar mengetahui dan memahami bagaimana penjelasan prinsip-prinsip
islam dalam mewujudkan kesejahteraan sosial
6. Untuk mengetahui pandangan islam terahadap persoalan, kemiskinan,
kebodohan dan pengangguran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ahlak Sosial


Menurut bahasa akhlak berasal dari kata al- khuq yang artinya tabiat,
kelakuan perangai, tingkah laku, adat kebiasaan dan akhlak juga bisa berarti
agama itu sendiri. Perkataan al-khuq ini di dalam Al- qur’an hanya terdapat
pada dua tempat saja, antaranya ialah: “dan bahwa sesungguhnya engkau
(muhammad) mempunyai ahlak yang sangat mulia”. (Al-Qalam:4)
Menurut istilah ahlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri yang
dapat mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa pemikiran,
penelitian, dan paksaan, ibnu miskawaih, ahli falsafah islam yang terkenal
mentakrifkan, ahlak itu sebagai keadaan jiwa yang mendorong kearah untuk
melahirkan perbuatan tanpa pemikiran dan penelitian.

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia


memiliki rasa saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain
sehingga mereka pun saling berinteraksi agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup berdampingan dengan
manusia yang lain. Manusia tidak dapat menjalani hidupnya secara
individual. Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak
dapat terlepas dari interaksi, sosialisasi, dan komunikasi yang pada akhirnya
membentuk sebuah kelompok. 8 akhlak sosial islami sbb:
1. Saling menyayangi
2. Beramal saleh
3. Saling menghormati
4. Berlaku adil
5. Menjaga persaudaraan
6. Berani membela kebenaran
7. Tolong menolong

3
8. Musyawarah
B. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Sosial
Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan
kebaikan dengan sesama seperti dengan tetangga maupun anggota masyarakat
lainnya masing - masing dengan memelihara dan kehormatan baik dengan
sesama muslim maupun dengan non-muslim, dalam hubungan ketetanggaan
bahkan Islam memberikan perhatian sampai ke area 40 rumah yang
dikategorikan sebagai tetangga yang harus dipelihara hak-haknya.  Seperti
yang dinyatakan pada surat Al hujuraat ayat 10
( Q.S. Al hujuraat : 10)
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Dalam bertetangga dengan yang berlainan agama juga diajarkan untuk
bersikap baik dan adil, mereka berhak memperoleh hak-hak dan kehormatan
sebagai tetangga, memberi makanan yang halal dan boleh pula menerima
makanan dari mereka berupa makanan yang halal, dan memelihara toleransin
sesuai dengan prinsip-prinsi yang diajarkan oleh Agama Islam.
Dalam hubungan-hubungan sosial yang lebih luas setiap orang baik
sebagai individu, keluarga maupun jama'ah (warga) dan jam'iyyah
(organisasi) haruslah menunjukkan sikap-sikap sosial yang didasarkan atas
prinsip menjunjung tinggi nilai kehormatan manusia, memupuk persaudaraan
dan kesatuan kemanusiaan, mewujudkan kerjasama umat manusia menuju
masyarakat sejahtera lahir dan batin, memupuk jiwa toleransi, menghormati
kebebasan orang lain, menegakkan budi baik, menegakkan amanat dan
keadilan, perlakuan yang sama, menepati janji, menanamkan kasih sayang
dan mencegah kerusakan, menjadikan masyarakat yang shalih dan utama,
bertanggung jawab atas baik dan buruknya masyarakat dengan melakukan
amar makruf dan nahi munkar, berusaha untuk menyatu dan berguna /
bermanfaat bagi masyarakat, memakmurkan masjid, menghormati dan
mengasihi antara yang tua dan yang muda, tidak merendahkan sesama, tidak

4
berprasangka buruk kepada sesama, peduli kepada orang miskin dan yatim,
tidak mengambil hak orang lain, berlomba dalam kebaikan, dan hubungan-
hubungan sosial lainnya yang bersifat ishlah menuju terwujudnya masyarakat
utama yang diridhoi Allah SWT. Melaksanakan gerakan jama'ah dan dakwah
jamaah sebagai wujud dari melaksanakan dakwah Islam di tengah-tengah
masyarakat untuk perbaikan hidup baik lahir maupun batin sehingga dapat
mencapai cita - cita masyarakat utama yang diridlai Allah SWT.
1. Masyarakat Dambaan Islam
Yang dimaksud dengan masyarakat dambaan Islam adalah
masyarakat dengan semangat Islam sebagai penyatunya. Masyarakat Islam
mempunyai sebutan khusus yaitu ummat. Masyarakat dambaan Islam
merupakan masyarakat yang memiliki semangat Islam untuk membentuk
tatanan-tatanan yang bersumber dari hukum yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw. Tatanan- tatanan tersebut yang dimaksud yaitu minimal
bersendikan:
a. Tauhidullah
Artinya setiap individu yang merasa menjadi anggota masyarakat
islam semestinya mendasarkan hidupnya pada prinsip tauhid yaitu
mengesakan Allah  dan tercermin dalam segi kehidupannya seperti
pada:
1) Ibadah dan doa yaitu tidak ada yang patut disembah dan tidak ada
yang patut dimintai pertolongan kecuali Allah(Al-fatihah ayat 5).
2) Tauhid dalam mencari nafkah dan berekonomi yaitu keyakinan
tidak ada zat yang memberi rizki dan pemilik mutlak dari seluruh
alam semesta kecuali Allah(Al-Baqarah ayat 204 dan An-Nur ayat
33).
3) Tauhid dalam kegiatan dakwah dan pendidikan yaitu keyakinan
tidak ada zat yang dapat memberi petunjuk kecuali Allah (Al-
qasas ayat 56 dan An-nahl ayat 37).
4) Kegiatan berpolitik yaitu suatu keyakinan tidak ada pengusa yang
paling mutlak dan maha adil kecuali Allah,juga kekuasaan dan

5
kemulyaan yang diperoleh semata-mata hanyadatang dari
Allah(Al-imran ayat 26 dan Yunus ayat 65).
5) Pelaksanaan hukum yaitu keyakinan bahwa hukum yang mutlak
benar dan adil adalah hukum yang datang dari Allah (yusuf ayat
40 dan 67).
6) Sikap hidup secara keseluruhan termasuk ucapan-ucapan sebagai
ungkapan hati dalam  menerima pristiwa sehari-hari. Tidak ada
yang patut ditakuti kecuali Allah (At-taubah ayat 18).
7) Seorang anggota masyarakat islam akan senantiasa mengikhlaskan
seluruh hidupnya intuk beribadah kepadanya serta tetap mnjaga
kesucian amaliahnya baik lahir maupun batin(Al-Anam ayat 162
dan Al bayyinah ayat 5).
2. Ukhuwah Islamiyyah
Dengan sendi tauhidullah anggota-anggota masyarakat islam
berpandangan hidup yang sama sehimgga terjelmalah pertautan hati satu
sama lain yang melahirkan ikatan persaudaraan diatas budi pekerti akhlak
yang mulia. Dan terkikislah penyakit egoisme, individualisme, serta
materialisme yang hanya mementingkan diri sendiri.
Firman Allah menegaskan dalam Al-quran”sesungguhnya orang-
orang mukmin itu bersaudara”(QS.Al-hujurat ayat 10)
Dan Allah mempersatu padukan di antara hati mereka yang andai
kata engkau belanjakan seluruh isi bumi tidaklah engkau mampu
mempersatukan diantara mereka sesungguhnya Allah Maha Kuasa dan
Maha Bijaksana(QS.Al-anfal ayat 63).
Lebih jauh islam mengajarkan berbeda bangsa,berbeda kulit,
berbeda bahasa, dan berbeda budaya diupayakan untuk saling mengenal
dan memperkaya batin masing-masing ibadah-ibadah khusus dalam islam
bila kita simak secara teliti ternyata ujungnya adalah kebaikan untuk
bernasyarakat.
3. Persamaan dan Kesetiakawanan

6
Bila hidup menyadari sebagai hamba Allah maka hanya Allahlah
yang maha kuasa dan maha mulia, dirinya hanya sebagai hamba, tidak
akan terbetik dari hatinya perasaan perasaan lebih mulia dari sesamanya.
Perasaan ini akan menumbuhkan persamaan dan kebersamaan serta
menumbuhkan kesetiakawanan yang bersumber dari  dalam lubuk hati
ynag ditedui iman.
Cintanya kepada sesama  manusia merupakan wujud kecintaan
pada Allah.Maka perbedaan-perbedaan yang nampak akan dijadikan
sarana untuk saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan bukan untuk
saling menghancurkan.
4. Musyawarah dan Tasamuh
Apabila persamaan dan persaudaraan yang berdasar keimanan telah
tumbuh dengan subur.maka segala usaha serta tindakan-tindakan dalam
masyarakat senantiasa akan dilihat dari segi kepentingan umum dan untuk
kepentingan bersama. Berbagai pendapat yang berbeda tidak akan
menimbulkan konflik yang akan menjadi gangguan ketentraman bersama.
Karena musyawarah menjadi tradisinya dan saling menghormati menjadi
hiasan pergaulannya. Seorang mukmin tidak akan merasa benar sendiri
karena ia menyadari dirinya tidak mungkin sempurna da ia akan mencari
kebenaran serta mempertimbangkan nasihat dan pendapat orang lain.
5. Jihad dan Amal shaleh
Jihad mengandung arti bekerja dengan kesungguhan hati, berusaha
mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Itulah jihad yang merupakan karakter
seorang mukmin. Ia terus bekerja dan berusaha menciptakan kesejahteraan
untuk dirinya, keluarganya, dan masyarakatnya serta bangsa dan
negaranya sebagai wujud amal shalehnya.
6. Istiqamah
Istiqamah artinya lurus terus. Maksudnya setiap muslim akan tetap
memegang dan memperjuangkan kebenaran yang datang dari Allah. Ia
tidak akan meleleh karena panas dan tidak beku karena dingin. Tidak akan
lapuk karena hujan dan tak akan lekang di teriksinar  matahari. Ketguhan

7
hati serta kepercayaan diri yang mantap merupakan faktor yang sangat
menentukan keberhasilan dalam mengayuh serta meniti hidup yang penuh
rintangan.
C. Toleransi Inter Dan Antar Umat Beragama Dalam Islam
Kaidah toleransi dalam Islam berasal dari ayat Al-Qur'an laa ikraaha fi
al-diin yang berarti tidak ada paksaan dalam agama. Toleransi mengarah
kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan.
Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat
13:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah
satu risalah penting yang ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan
senantiasa mengingatkan kita akan keragaman manusia, baik dilihat dari sisi
agama, suku, warna kulit, adat-istiadat, dsb.  Toleransi beragama harus
dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain
selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya
dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-
masing. Keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan
para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga
dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela
tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi dalam
Islam bukanlah “barang baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan
sejak agama Islam itu lahir.

  ‫أَ َحبٌّ ال ِّد ْي ِن إِل َى هللاِ ال َحنِ ْيفِيَّةُ ال َّس ْم َحة‬ 

8
Artinya: “agama yang paling dicintai di sisi Allah adalah agama yang
berorientasi pada semangat  mencari kebenaran secara toleran dan
lapang”.
1. Toleransi Antar Sesama Muslim
Dalam firman Allah SWT QS. Al-Hujurat ayat 10
Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab
itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Dalam surat diatas Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min
bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan
hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman diantara 2 orang
atau kelompok kaum muslim.
Dalam mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat
kita mulai terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan kita
mengelola dan menyikapi perbedaan (pendapat) yang (mungkin)
terjadi pada keluarga kita atau pada keluarga/saudara kita sesama
muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun
kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan.
Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka akan
timbul rasa kasih sayang, saling pengertian dan pada akhirnya akan
bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan
pengamalan agama, al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-
orang mu’min untuk kembali kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul
(sunnah).
2. Toleransi Antar Umat Beragama
Toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk
dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan
memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan
(ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik
untuk beribadah maupun tidak beribadah, dari satu pihak ke pihak
lain. Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup

9
bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak.
Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati,
saling memuliakan dan saling tolong-menolong. Jadi sudah jelas,
bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan
Allah SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalamnya.
Sedangkan kita bermu’amalah dari sisi kemanusiaan kita.
Allah juga menjelaskan tentang prinsip dimana setiap pemeluk
agama mempunyai system dan ajaran masing-masing sehingga tidak
perlu saling menghujat.
Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik
singgung antar pemeluk agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam
interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan, hendaknya masing-
masing mengakui keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling
menyalahkan.
Firman Allah SWT pada QS. Saba:24-26:
24. Artinya: Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki
kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan
Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada
dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.
25. Artinya: Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya
(bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak
akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat".
26. Artinya: Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita
semua, Kemudian dia memberi Keputusan antara kita dengan benar.
dan Dia-lah Maha pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui".
3. Contoh Sikap Toleransi
Contoh toleransi dalam kehidupan di masyarakat antara lain, yaitu:
a. Adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara
pemeluk agama.
b. Tidak membeda-bedakan suku, ras atau golongan.

10
Adapun toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara
lain:
a. Menciptakan persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan atau
nasionalisme.
b. Mengakui dan menghargai hak asasi manusia.
c. Membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.
d. Menghindari Terjadinya Perpecahan
e. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam
Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip
kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi
Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan
toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama
yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota
yang terikat dalam Piagam Madinah.
D. Prinsip-Prinsip Islam Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial
Idealisasi “kesejahteraan hidup” dalam Islam khususnya, dan agama
samawi pada umumnya, adalah “kehidupan surgawi” yaitu kehidupan di
surga nanti, yang selalu digambarkan sebagai :

1. Serba kecukupan pangan yang berkalori dan bergizi

2. Kecukupan sandang yang bagus-bagus

3. Tempat tinggal yang indah dan nyaman 

4. Lingkungan hidup yang sehat dan segar

5. Hubungan sosial yang tentram dan damai

6. Dikeilingi pelayan-pelayan yang trampil dan menggairahkan

7. Hubungan yang selalu dekat dengan Allah, Tuhan Maha Pemurah

Kunci keberhasilan unruk mencapai kehidupan sejahtera yang ideal itu,


ditegaska bahwasannya harus melalui yang panjang, yakni :

11
1. Keimanan yang mantap kepda Allah, kepada Rasul-Nya, dan rukun iman
lainnya.
2. Ketekunan melakukan amal-amal saleh, baik amalan yang bersifat ritual,
seperti shalat, zakat, puasa dan lain-lain; dan amalan yang bersifat sosial,
seprti pendidikan, ksehatan, dan masalah-masalahkesejahteraan lainnya,
maupun amalan yang bersifat kultural, yang lebih luas lagi seperti
pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam, penanggulangan
bencana, penelitian dan sebagainya.
3. Kemampuan menangkal diri dri kemaksiatan dan perbuatan yang merusak
kehidupan (almuhlikat).
Gambaran kesejahteran “kehidupan surgawi” itu tadi yang
diidentifikasika sebagai kebahagiaan akhirat (fil akhirati hasanah). Tapi
disamping kesejahteraan kehidupan surgawi tersebut, Islam juga
memberikn perntah agar terwujudnya kesejahteraan kehidupan duniawi
(fiddunya hasah), dengan kuci keberhasilan yang tidak berbeda dengan
kunci keberhasilan untuk kesejahteraan kehidupan surgawi.
Jika orang memperhatikan ajaran-ajaran Islam dengan cermat, akan
mendapatknnya selalu mengacu kepada perwujudan kemaslahatan
manusia dan pencpaian-pencapaian kebutuhan dasarnya maupun
kesejahteraannya, baik kesejahteraan duniawi maupun ukhrawi.
Semua ulama dan cendikiawan muslim sepenapat tentang masalah
ini, hanya dalam aktualisasinya kadangkala terdapat perbedaan yang tidak
prinsipil diantara mereka. Dari wawasan demikian itu lahirlh konsep al-
Mashalih al-Mursalah (kemashlahatan umum) yang dijadikan salah satu
acuan dalam sistematika hukum fiqih Islam.
A-Syathiby mngatakan, bahwa penetapan hukum-hukum syara’
selalu berorientasi kepada kepentingan hidup manusia. Kepentingan atau
kebutuhan hudup manusia itu dibagi menjadi tiga kategori :

Prioritas pertama : “ad-Dhoruriyat” ialah kebutuhan pokok, yakni


kebutuhan pangan, kebutuhan sandang, kebuthan perumahan atau papan
dan semua kebutuhan pokok yang tidak dapat dihindari bagi minimum.

12
Prioritas kedua: “Al-Hajiyat” ialah kebutuhan-kebutuhan yang wajar,
sperti kebutuhan penerangan, kebutuhan pendidikan dan lain sebagaianya.

Prioritas ketiga : “Al-Tahsinat” atau dapat disebut juga sebagai


kesempurnaan yang lebih berfungsi sebagai kesenangan daripada kebutuha
hidup.

Imam Al-Ghozali seperti halnya juga As-Yathiby, berpendapat


bahwa yang jelas masuk dalam kategoi ad-Dhoruriyat yang menjadi
prioritas garapan Islam adalah yang menjalin kemaslahatan :

-          Ad-Dienu         (agama).

-          An-Nafsu          (jiwa).

-          An-Naslu          (keturunan).

-          Al-Malu              (harta benda).

-          Al-Aqlu               (akal atau fikiran).

Lima masalah tersebut dikenal dengan istilah lima kebutuhan dasar (ad-
dhoruriyat al-homs).

Dalam hubungan konsep tersebut diatas, dapat difahamai lebih lanjut,


mengapa Islam melarang perbuatan-perbuatan
kufur,kemaksiatan,pembunuhan, zina, pencurian dan mabuk-mabukan.
Karena perbuatan semacam itu mengancam kemaslahatan dan
keslestarian lima kebutuhan dasar tersebut. Demikian pula Islam
memerintahkan usaha-usaha yang dapat menanggulangi kemiskinan,
melalui kerja keras, pemerataan kemakmuran dengan cara menunaikan
zakat, waqaf, sodaqah, hibah, wari, wasiyat dan lain sebagainya, agar
tidak terjadi akumulasi kekayaan hanya kepada beberapa orang kaya saja.
Masalah kesehatan, diperlihatkan mulai dari makanan yang bergizi,
kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan, sampai pengobatan dan olah
raga.

13
Dalam hal pencerdasan masyarkat, Islam memandang usaha
pecerdasa itu sebagai kewajiban, dalam waktu seumur hidup. Membaca
dan menulis menjadi perintah skriptural (dicantumkan langsung dalam
kitab suci), disamping itu Islam memandang penyebaran ilmu sebagai
amal jariyah. Kecerdasan (al-fathonah) dalam teologi Islam dipandang
sebagai sifat wajib bagi para Rasul, dan keillmuan dipandang sebagai
salah satu indikator kualitas umat. Seperti ang tercantum dalam surat al-
Mujadillah ayat 11 :

 . ‫ والذين أثوا العلم درجت وهللا يما تعلمون خبير‬ ‫يرفع هللا الذين أمنوا منكم‬

“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantarau dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

              Menolong fakir miskin dan menyantuni anak yatim menjadi
ukuran pembuktian kualitas agama seseorang, dan mengusahakan
kebutuhan hidup mayarakat dinilai sebagai ibadah amal jariyah.

Pada waktu nabi Muhammad s.a.w pertama kali datang di madinah


dalam rangka hijrah beliau, maka ceramh perdana beliu lakukan waktu
itu antara lain adalah sebagai berikut :

‫ا الليــل و النــاس نــيام تــدخلـوا‬vv‫أفيسوا السالم وأطعمـوا الـطعام وصلوا االرحـام وصـــلوا ب‬
.‫الـجنة بــسالم‬

"Wahai manusia, sebarluaskanlah salam atau ucapan damai, cukupilah


kebutuhan makanan, lakukanlah hubungan kekeluargaan, dan shalatlah
pada waktu malam pada saat orang lain sedang tidur. Kalian akan
masuk surga dengan penuh kedamaian

Butir-butir sabda Nabi terebut mengandung nilai agung secara mendasar


berhubungan dengan kesejahteraan sosial.

E. Pandangan Islam Terhadap Beberapa Persoalan


1. Pandangan  Islam Terhadap Kemiskinan

14
Kemiskinan adalah salah satu sebab kemunduran dan kehancuran
suatu bangsa. Bahkan Islam memandang kemiskinan merupakan suatu
ancaman dari setan. Allah Swt.. berfirman:
َ َ‫ال َّش ْيطَانُ يَ ِع ُد ُك ُم ْالف‬
‫ق‬

Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan (QS. Al-


Baqarah [2]: 268)
Alquran menggambarkan kemiskinan dengan 10 kosakata yang
berbeda, yaitu al-maskanat (kemiskinan), al-faqr (kefakiran), al-’ailat
(mengalami kekurangan), al-ba’sa (kesulitan hidup), al-imlaq
(kekurangan harta), al-sail (peminta), al-mahrum (tidak berdaya), al-qani
(kekurangan dan diam), al-mu’tarr (yang perlu dibantu) dan al-dha’if
(lemah). Kesepuluh kosakata di atas menyandarkan pada satu arti/makna
yaitu kemiskinan dan penanggulangannya.Karena itulah, Islam sebagai
risalah paripurna dan sebuah ideologi yang shahih,
sangat consen terhadap masalah kemisikinan dan upaya-upaya untuk
mengatasinya. Dalam fiqih, dibedakan antara istilah Fakir dan Miskin.
Menurut pengertian syara’, Fakir adalah orang yang tidak mempunyai
kecukupan harta untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti makanan,
pakaian dan tempat tinggal. Sedangkan Miskin adalah orang yang sama
sekali tidak mempunyai apa-apa. Karena itulah dalam pembahasan
selanjutnya, kedua istilah tersebut dilebur dalam satu istilah yaitu miskin,
dengan pengertian orang-orang yang tidak mempunyai kecukupan harta
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, berupa pangan, sandang dan
papan. Kemiskinan, menurut Islam, disebabkan oleh beberapa faktor, di
antaranya karena keterbatasan untuk berusaha (Q.S. Al-Baqarah/2: 273),
penindasan (QS Al-Hasyr/59: 8), cobaan Tuhan (QS Al-An’am/6: 42),
dan pelanggaran terhadap hukum-hukum Tuhan (QS Al-Baqarah/2: 61).
Syariat Islam telah menetapkan kebutuhan pokok (primer) bagi
setiap individu adalah pangan, sandang, dan papan. Allah Swt. berfirman:

15
ْ ‫َو َعلَى ا ْل َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُهنَّ َو ِك‬
ِ ‫س َوتُ ُهنَّ بِا ْل َم ْع ُر‬
‫وف‬
Kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma’ruf. (QS. al-Baqarah [2]: 233
a. Cara Islam Mengatasi Kemiskinan
Allah Swt. sesungguhnya telah menciptakan manusia,
sekaligus menyediakan sarana-sarana untuk memenuhi
kebutuhannya. Bahkan tidak hanya manusia; seluruh makhluk yang
telah, sedang, dan akan diciptakan, pasti Allah menyediakan rizki
baginya. Tidaklah mungkin, Allah menciptakan berbagai makhluk,
lalu membiarkan begitu saja tanpa menyediakan rizki bagi mereka.
Allah Swt. berfirman:
‫هللاُ الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ثُ َّم َر َزقَ ُك ْم‬
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberikan rizki.(QS.
ar-Rum [30]: 40)
ِ ‫]و َما ِمنْ دَابَّ ٍة فِي ْاألَ ْر‬
[‫ض إِالَّ َعلَى هللاِ ِر ْزقُ َها‬ َ
Tidak ada satu binatang melata pun di bumi, melainkan Allah yang
memberi rizkinya. (QS. Hud [11]: 6)
Jika demikian halnya, mengapa terjadi kemiskinan? Seolah-
olah kekayaan alam yang ada, tidak mencukupi kebutuhan manusia
yang populasinya terus bertambah. Dalam pandangan ekonomi
kapitalis, problem ekonomi disebabkan oleh adanya kelangkaan
barang dan jasa, sementara populasi dan kebutuhan manusia terus
bertambah. Akibatnya, sebagian orang terpaksa tidak mendapat
bagian, sehingga terjadilah kemiskinan. Pandangan ini jelas keliru,
bathil, dan bertentangan dengan fakta.
Secara i’tiqadiy, jumlah kekayaan alam yang disediakan oleh
Allah Swt. untuk manusia pasti mencukupi. Hanya saja, apabila
kekayaan alam ini tidak dikelola dengan benar, tentu akan terjadi
ketimpangan dalam distribusinya. Jadi, faktor utama penyebab
kemiskinan adalah buruknya distribusi kekayaan. Di sinilah

16
pentingnya keberadaan sebuah sistem hidup yang shahih dan
keberadaan negara yang menjalankan sistem tersebut.
Islam adalah sistem hidup yang shahih. Islam memiliki cara
yang khas dalam menyelesaikan masalah kemiskinan. Syariat Islam
memiliki banyak hukum yang berkaitan dengan pemecahan masalah
kemiskinan; baik kemiskinan alamiyah, kultural, maupun sruktural.
Hanya saja, hukum-hukum itu tidak berdiri sendiri, melainkan
memiliki hubungan sinergis dengan hukum-hukum lainnya. Jadi,
dalam menyelesaikan setiap masalah, termasuk kemiskinan, Islam
menggunakan pendekatan yang bersifat terpadu. Bagaimana Islam
mengatasi kemiskinan yaitu sebagai berikut:
1) Jaminan Pemenuhan Kebutuhan Primer
2) Pengaturan Kepemilikan
3) Penyediaan Lapangan Kerja
4) Penyediaan Layanan Pendidikan
2. Pandangan Islam terhadap Kebodohan
Bodoh di sini tidak dapat memahami agama Islam bukan karena IQ
rendah, namun karena seseorang tidak mau menggali ilmu agama yang
dapat menguatkan imannya. Bisa juga karena belum sampainya hidayah
Allah kepadanya. Uwes Al-Qorni mengatakan ada dua kebodohan dalam
agama :
a. Bodoh Basith, yaitu kebodohan seseorang dalam meyakini sesuatu
yang diyakininya, karena dia benar-benar tidak tahu. Seperti orang-
orang jaman jahiliyyahmemilih Tuhan yang mereka sembah serta
keyakinan mereka tentang benar-tidaknya hukum yang mereka
ciptakan sendiri.
Dalam Al-Quran, orang-orang yang bodoh dalam memahami agama
Islam disebut sebagai orang-orang yang tidak berakal. 
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi
Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli[604] yang tidak
mengerti apa-apapun.(QS. Al-Anfal : 22)  

17
b. Bodoh Murakkab, yaitu kebodohan seseorang dalam meyakini
sesuatu yang diyakininya dan dia benar-benar meyakini
kebenarannya itu sehingga sangat sulit
diluruskan. Bodoh Murakkab artinya bodoh yang tersusun dari dua
materi: pertama, dalam keyakinannya, dan kedua, dalam meyakini
sesuatu yang salah. Contohnya para Yahudi dalam meyakini
bahwa Uzair adalah anak Allah, sedangkan orang Nasrani dengan
akidahnya bahwa Isa adalah anak Allah juga, dan Majusi dengan
keyakinan sesatnya bahwa api Tuhan adalah sumber segala
kekuatan. Kebodohan kategori ini amat berbahaya, karena
termasuk penyakit hati yang harus di jauhi oleh para Mukmin agar
terhindar dari penyimpangan akidah.
c. Solusi Islam Mengatasi Kebodohan
Semoga umat Islam cepat sadar dari keadaan dan penyakit yang
berbahaya dan mengerikan ini untuk kemudian meraih kehidupan
yang diridhoi Allah SWT.Segala penyakit mempunyai penawarnya.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika kita ingin menghindari
atau ingin menyembuhkan kebodohan dalam diri yakni dengan :
1) Menuntut Ilmu dan Banyak Bertanya
Jalan terbaik untuk menghilangkan keadaan bodoh adalah
mempelajari ilmu-ilmu yang bermanfaat. Karena kebodohan
adalah penyakit hati yang tidak ada obatnya kecuali dengan
ilmu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Tidak lain obatnya
kebodohan selain bertanya“ (HR Ibnu Majjah dan Ahmad). Ada
banyak sekali ilmu yang berkembang saat ini, pelajarilah
sebanyak mungkin ilmu-ilmu yang membawa kemaslahatan
bagi manusia dan diridhai Allah SWT. Carilah guru atau orang-
orang pandai yang bisa menjadi tempat kita bertanya. Janganlah
berhenti setiap kali menemukan kesulitan. Ketekunan
mempelajari banyak ilmu akan membawa kita pada kedewasaan

18
berpikir dan bertindak, sehingga kita bisa menjadi umat yang
bisa membangun masyarakat yang maju dan adil.
2) Menjadikan Al quran sebagai Obat
Oleh karena itu Allah SWT menurunkan Quran sebagai
obat bagi segala penyakit hati, sebagaimana firman Allah
SWT :“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
nasihat dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
panyakit dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-
orang yang beriman” (QS Yunus 10:57) Al Quran tak lain
adalah dokter yang kita butuhkan yaitu dokter hati. Perlunya
hati terhadap ilmu seperti perlunya nafas terhadap udara
bahkan lebih besar. Ilmu bagi hati laksana air bagi ikan,
apabila hilang air, maka matilah ikan. Jadi kedudukan ilmu
bagi hati tak ubahnya cahaya bagi mata, mendengarnya
telinga terhadap ucapan lisan. Apabila semua ini hilang
maka hati itu laksana mata yang buta, telingan yang tuli dan
lisan yang bisu.
3. Pandangan Islam Tentang Pengangguran
Islam  telah memperingatkan  agar umatnya jangan sampai ada
yang menganggur dan terpeleset kejurang kemiskinan, karena ditakutkan
dengan kemiskinan tersebut seseorang akan berbuat apa saja termasuk
yang merugikan orang lain demi terpenuhinya kebutuhan pribadinya, ada
sebuah hadist yang mengatakan “ kemiskinan akan mendekatkan kepada
kekufuran. Namun kenyataannya, tingkat pengangguran di negara –
negara yang mayoritas berpenduduk muslim relatif tinggi. Meningkatnya
pemahaman masyarakat tentang buruknya pengangguran, baik bagi
individu,  masyarakat ataupun negara, akan meningkatkan motivasi untuk
bekerja lebih serius.
Walaupun Allah telah berjanji akan menaggung rizqi kita semua,
namun hal itu bukan berarti tanpa ada persyaratan yang perlu untuk
dipenuhi. Syarat yang paling utama adalah kita harus berusaha untuk

19
mencari rizqi yang dijanjikan itu, karena Allah SWT telah menciptakan
“sistem”  yaitu siapa yang bekerja maka dialah yang akan mendapatkan
rizqi dan barang siapa yang berpangku tangan  maka dia akan kehilangan
rizqi.Artinya, ada suatu proses yang harus dilalui untuk mendapatkan
rizqi tersebut. Oleh karena itu semua potensi yang ada harus dapat
dimanfaatkan untuk mencari, menciptakan dan menekuni pekerjaan.
Menurut Qardhawi (2005:6-18) pengangguran dapat dibagi
menjadi dua kelompokkan, yaitu:
a. Pengangguran jabariyah (terpaksa)
suatu pengangguran diamana seseorang tidak mempunyai hak
sedikitpun memilih status ini dan terpaksa menerimanya.
Pengangguran seperti ini umunya terjadi karena seseorang tidak
mempunyai keterampilan sedikitpun, yang sebenarnya bisa dipelajari
sejak kecil sebagai modal untuk masa depannnya atau seseorang
telah mempunyai suatu keterampilan tetapi keterampilan ini tidak
berguna sedikitpun karena adanya perubahan lingkungan dan
perkembangan zaman.
b. Pengangguran khiyariyah
Seseorang yang  memilih untuk menganggur padahal dia
pada dasarnya adalah orang yang mampu untuk bekerja, namun pada
kenyataanya dia memilih untuk berpangku tangan dan bermalas-
malasan hingga menjadi beban bagi orang lain. Dia memilih hancur
dengan potensi yang dimilki dibandingkan  menggunakannya untuk
bekerja . Dia tidak pernah mengusahakan suatu pekerjaan dan
mempunyai pribadi yang lemah hingga menjadi “ sampah
masyarakat”.
Adanya pembagian kedua kelompok ini mempunyai kaitan
erat dengan solusi yang ditawarkan islam untuk mengatasi suatu
pengangguran. Kelompok pengangguran jabariyah perlu
mendapatkan perhatian dari pemeintah agar mereka dapat bekerja.
Sebaliknya, Islam tidak mengalokasikan  dana dan bantuan untuk

20
pengangguran khiyariyah karena pada prinsipnya mereka memang
tidak memerlukan bantuan karena pada dasarnya mereka mampu
untuk bekerja hanya saja mereka malas untuk memanfaatkan
potensinya dan lebih memilih menjadi beban bagi orang lain.
Dampak Bagi Pengangguran Qardhawi (2005:4-5) telah
merinci dampak buruk pengangguran dalam dua tingkatan, yaitu:
a. Dampak buruk pengangguran bagi individu:
1) secara ekonomi tidak memiliki pemasukan ataupun
penghasilan.
2) secara kesehatan akan mengurangi gerak tubuh
3) secara kejiwaan seseorang akan hidup dalam kekosongan
waktu dan  akan menimbulkan perasaan dengki dan iri
terhadap keberhasilan orang lain.
4) dampak buruk pengangguran bagi kehidupan
keluargannya.`
b. Dampak buruk pengangguran bagi masyarakat sekitarnya:
1) perkembangan ekonomi akan terhambat karena dalam
masyarakat terdapat  kerusakan dan kekurangan daya
produksi.
2) dampak terhadap interaksi sosial dimana seseorang yang
pengangguran akan merasa kehilangan semua
kemampuannya dan akan selalu merasa pesimis dalam
hidupnya.
3) dampak terhadap moralitas dalam masyarakat yaitu
munculnya kecenderungan atau indikasi untuk berbuat
kriminalitas karena seseorang yang
menganggur  pada umumnya akan memiliki banyak
kekosongan dan kekhawatiran.
c. Kebijakan yang Perlu Lakukan
Untuk aplikasinya ada baiknya pemerintah tetap mendata
pengangguran dan kemiskinan secara tepat tanpa kepentingan

21
apapun dan sekaligus mencari jalan keluar untuk masalah ini.
Mungkin banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah
mengatasi masalah pengangguran.
1) menjaga stabilitas politik dan ekonomi. Keadaan politik
dan ekonomi yang stabil harus terus dipertahankan agar
dunia usaha baik pengusaha dalam dan luar negri merasa
nyaman dalam menjalankan usahanya. Bangkitnya dunia
usaha (sektor riil) akan menyerap pengangguran yang ada.
Administrasi birokrasi harus seefesian mungkin. Jangan
jadikan biriksasi yang bertele-tele membuat pengusaha
jadi enggan dalam memulai suatu usaha. Apalagi cara ini
akan meningkatkan biaya produksi perusahaan.
2) meningkatkan kemampuan kerja. Pengangguran di
Indonesia disebabkan salah satunya karena kemampuan
tenaga kerja (skill) kita yang rendah. Untuk hal ini
pemerintah harus terus menjaga kualitas pendidikan dan
pelatihan yang baik.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia sejak lahir membutuhkan orang lain, oleh sebab itu manusia perlu
bersosialisasi dengan orang lain dalam hidup bermasyarakat. Dalam
pandangan islam sebuah masyarakat adalah kumpulan individu yang
berinteraksi secara terus-menerus, yang memiliki satu pemikiran, satu
perasaan dan di bawah aturan yang sama. Sehingga diantara kita semua akan
terjalin hubungan yang harmonis.
B. Saran
Setelah menulis makalah ini kelompok berharap makalah ini bisa jadi sumber
bacaan dan bermanfaat bagi kita semua, kelompok memahami makalah ini
masih banyak kekurangan, maka dari itu kelompok mohon saran dan kritik
yang membangun untuk untuk pembelajaran selanjutnya.

23

Anda mungkin juga menyukai