Dari segi bahasa Ijtihad (‫ )اجتهاد‬adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh atau

mencurahkan segala kemampuan (jahada).

Secara bahasa Ijma’ berarti kebulatan tekad terhadap suatu persoalan atau kesepakatan
tentang suatu masalah. Ijma’ secara bahasa juga bisa diartikan ‫واالتفاق‬ ‫ العزم‬niat yang kuat
dan kesepakatan.

Penjelasan :

1) (‫“ )اتفاق‬kesepakatan” aitu khilaf walaupun dari satu orang, maka tidak bisa
disimpulkan sebagai ijma’.

2) (‫“ ) مجتهدي‬para mujtahid” berarti orang awam dan orang yang bertaqlid,
maka kesepakatan dan khilaf mereka tidak dianggap sebagai ijma’.

3) (‫األمة‬ ‫هذه‬ ) "Ummat ini" adalah  Ijma' selain mereka (ummat Islam), maka
ijma' selain mereka tidak dianggap.

4) ( ‫" ) بعد النبي صلّى هللا عليه وسلّم‬Setelah wafatnya Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam adalah kesepakatan mereka pada zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam, maka tidak dianggap sebagai ijma' dari segi keberadaannya sebagai
dalil, karena dalil dihasilkan dari sunnah nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
baik dari perkataan atau perbuatan atau taqrir (persetujuan), oleh karena itu
jika seorang shahabat berkata : "Dahulu kami melakukan", atau "Dahulu
mereka melakukan seperti ini pada zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ",
maka hal itu marfu' secara hukum, tidak dinukil sebagai ijma'.

5) ( ‫شرعي‬ ‫" ) على حكم‬terhadap hukum syar'i" yaitu kesepakatan mereka dalam
hukum akal atau hukum kebiasaan, maka hal itu tidak termasuk disini, karena
pembahasan dalam masalah ijma' adalah seperti dalil dari dalil-dalil syar'i.

Menurut Imam Al-Ghazali ijma’ dengan “kesepakatan umat Muhammad secara khusus
tentang atas urusan agama.” Rumusan Al-Ghazali ini memberikan batasan bahwa ijma’ harus
dilakukan umat Muhammad saw. yaitu seluruh umat Islam. Dari hal tadi jelaslah bahwa ijma’
itu ialah kesepakatan mujtahid muslim yang berlaku dalam suatu masa tertentu sesudah
wafatnya Nabi.

Dengan demikian ijma’ ialah kesepakatan seluruh mujtahid Islam dalam suatu
masa sesudah wafat Rasulullah saw. akan suatu hukum syariat.