Anda di halaman 1dari 14

Konsep Dasar Penyakit

Hepatitis A
1. ETIOLOGI
Hepatitis A disebabkan oleh virus HAV. Virus hepatitis A merupakan virus RNA
dalam famili Picornaviridae. Virus hepatitis A (HAV) menginfeksi hati, infeksi ini
dapat menyebabkan ikterik maupun non-ikterik. Ada tidaknya tanda klinis ikterik
tergantung oleh usia pasien yang mengalami hepatitis A. Pada anak berusia
kurang dari 6 tahun, lebih dari 90 % yang menderita infeksi HAV bersifat
asimtomatik. Kontrasnya, lebih dari dua pertiga anak yang lebih besar dan orang
dewasa mengalami tanda klinis ikterik setelah infeksi HAV (Committee on
Infectious Disease Pediatrics, 2007).
Beberapa karakteristik HAV diantaranya:
 RNA virus
 Dikenal sebagai enterovirus 72, namun sekarang digolongkan menjadi
heptovirus
 Hanya memiliki 1 serotif
 Susah dikultur
 Empat genotif
 Transmisi melalui Close personal contact, kontaminasi air dan makanan
(fecal oral), darah (jarang)
(Committee on Infectious Disease Pediatrics, 2007).

2. FAKTOR RESIKO & PATOGENESIS


Faktor resiko penularan HAV yaitu:
- Sanitasi yang buruk
- Daerah padat seperti poliknik dan rumah sakit jiwa
- Jasa boga terinfeksi
- Pekerja layanan kesehatan
- Wisatawan internasional
- Pengguna obat
- Hubungan seksual dengan orang terinfeksi
- Daerah endemis (seperti suku bangsa Indian Amerika atau pedesaan asli
Alaska) beresiko tinggi
(Price&Wilson, 2006).
Transmisi HAV terbanyak melalui fecal oral. Pada anak-anak penyebaran
virus yang banyak terjadi lewat close contact dan kontaminasi makanan dan
minuman yang mengandung HAV. Virus ini merupakan RNA virus. Feses dari
anak yang terinfeksi hepatitis A virus sangat infeksius dari 14-21 sebelum dan 8
hari setelah munculnya ikterus (Committee on Infectious Disease Pediatrics,
2007).
Masa inkubasi hepatitis A berkisar antara 15-45 hari, atau rata-rata 30 hari.
Masa penularan tertinggi adalah pada minggu kedua segera setelah timbulnya
ikterus (Price& Wilson, 2006).
Pada
3. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum, gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu:
- Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase
ini pada hepatitis A berkisar antara 15-50 hari (rata-rata: 30 hari), dan berbeda-
beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung pada dosis
inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin
pendek fase inkubasi ini.
- Fase Prodromal (Pra Ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus.
Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum, mialgia,
atralgia, mudah lelah, gejala saluran napas atas, dan anoreksia. Mual, muntah dan
anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Diare atau
konstipasi dapat terjadi. Demam derajat rendah umumnya terjadi pada hepatitis A
akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau
epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan
kolesistitis.
- Fase Ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah timbul
ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru terjadi perbaikan
klinis yang nyata.
- Fase Konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan
abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan
kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3
minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam
9 minggu dan 16 minggu untuk hepatitis B. pada 5-10% kasus perjalanan
klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminan
(Sudoyo, 2006).
HAV resisten terhadap asam, sehingga memungkinkan virus ini untuk bisa
melewati lambung dan masuk ke dalam usus halus. Setelah masa inkubasi selama
28 hari (antara 15-50 hari), orang yang terinfeksi dapat mengalami vague dan
gejala-gejala non-spesifik. Salah satu gejala awal yang sering menjadi perhatian
medis yaitu terlihatnya urine yang berwarna gelap, yang biasanya didahului oleh
penyakit prodromal ringan selama 1-7 hari, yaitu meliputi anoreksia, malaise,
demam, mual, dan muntah. Dalam beberapa hari setelah onset bilirubinemia, feses
mulai clay colored, dan sklera, kulit, serta membran mukosa mulai menjadi
jaundice (kuning). Hepatomegali dapat ditemukan dalam pemeriksaan fisik. Tidak
adanya pewarnaan feses dapat kembali normal dalam 2 hingga 3 minggu, yang
sering mengindikasikan adanya perbaikan dari penyakit. Pruritus jarang terjadi.
Durasi penyakit bervariasi, tetapi sebagian besar pasien secara signifikan
membaik dalam 3 hingga 4 minggu, termasuk perbaikan dari meningkantnya
konsentrasi enzim-enzim hepatoseluler (Committee on Infectious Disease
Pediatrics, 2007).
Efek patologik hepatitis A terhadap hati terbatas. Saat HAV bereplikasi
dalam sel-sel hati, virions dilepaskan ke dalam sinusoid hepatik dan kanalikuli
bilier, kemudian menuju ke usus dan diekskresikan ke dalam feses. Puncak
infektivitas terjadi selama 2 minggu sebelum onset jaundice atau peningkatan
kadar enzim-enzim hepar dalam serum. Viremia terjadi segera setelah infeksi
terjadi dan muncul selama periode meningkatnya konsentrasi enzim hepatoseluler,
tetapi konsentrasi virus dalam darah lebih sedikit dibandingkan yang berada
dalam feses (Committee on Infectious Disease Pediatrics, 2007).
Infeksi Hepatitis A selama masa kanak-kanak sebagian besar
asimptomatik dan menimbulkan imunitas seumur hidup, sedangkan infeksi setelah
masa kanak-kanak akan disertai dengan peningkatan keparahan dari gejala dan
dapat menimbulkan kematian (Committee on Infectious Disease Pediatrics, 2007).
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Serologi untuk mengetahui kadar immunoglobulin M Hepatitis-A Virus
(IgM HAV) dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi virus hepatitis A
serta untuk menentukan apakah infeksi terjadi akut atau tidak. Tes Serologi ini
penting untuk screening anak-anak yang rentan terkena penyakit ini. Para penulis
jurnal menyatakan biaya vaksinasi dengan screening 3 kali lebih murah
dibandingkan biaya vaksinasi tanpa adanya screening dan menyarankan pula
bahwa screening sebelum vaksinasi lebih murah, aman, dan rasional (Roohi,
2010).
Diagnosis hepatitis A ditegakkan dengan tes darah. Tes darah ini mencari dua
jenis antibodi terhadap virus, yang disebut sebagai IgM dan IgG . Pertama, dicari
antibodi IgM, yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh lima sampai sepuluh hari
sebelum gejala muncul, dan biasanya hilang dalam enam bulan. Tes juga mencari
antibodi IgG, yang menggantikan antibodi IgM dan untuk seterusnya melindungi
terhadap infeksi HAV.
 Bila tes darah menunjukkan negatif untuk antibodi IgM dan IgG, kita
kemungkinan tidak pernah terinfeksi HAV, dan sebaiknya
mempertimbangkan untuk divaksinasi terhadap HAV.
 Bila tes menunjukkan positif untuk antibodi IgM dan negative untuk IgG,
kita kemungkinan tertular HAV dalam enam bulan terakhir ini, dan sistem
kekebalan sedang mengeluarkan virus atau infeksi menjadi semakin parah.
 Bila tes menunjukkan negatif untuk antibodi IgM dan positif untuk
antibodi IgG, kita mungkin terinfeksi HAV pada suatu waktu sebelumnya,
atau kita sudah divaksinasikan terhadap HAV. Kita sekarang kebal
terhadap HAV.
Peneliti menyatakan screening infeksi HAV secara dini pada anak-anak
(adopsi) memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi anak dengan IgM HAV
positif sehingga status kekebalan dari anggota keluarganya dan adanya kontak
langsung lainnya dapat diketahui. Jika anak dinyatakan IgM HAV positif,
anggota keluarga yang tanpa riwayat imunisasi sebelumnya harus di vaksinasi.
Akan terdapat beberapa anak tidak melakukan test IgM, karena anak tersebut
dalam masa periode inkubasi sehingga belum menampakan hasil test IgM yang
positif (Roohi, 2010).
5. TERAPI
Tidak ada terapi yang spesifik yang dapat meringankan penyakit pada
hepatitis A. Bed rest atau tirah baring mungkin dapat membantu meringankan.
Jika pasien mengalami vomiting yang frekuent, perlu diperhatikan bila ada gejala
dehidrasi (Fantry, 2001).
Pasien harus menghindari alcohol dan obat-obatan yang dimetabolisme di
hepar atau dapat memperparah hepar. Untuk itu, aspirin dapat digunakan sebagai
alternative untuk demam daripada acetamenofen, tetapi aspirin tidak dapat
diberikan pada anak kurang dari 18 tahun yang beresiko terkena reye syndrome
(Fantry, 2001)
6. PENCEGAHAN
Vaksin Hepatitis A
Vaksin Hepatitis A yang dilisensi di Amerika Serikat tidak aktif, whole-cell virus
vaccine yang diproduksi dari virus hepatitis A tumbuh dalam human diploid
fibroblast cells. Terdapat 2 single-antigen vaccines, Vaqta dan Havrix, dan a
combined hepatitis A/hepatitis B vaccine, Twinrix (GlaxoSmithKline) (Committee
on Infectious Disease Pediatrics, 2007).

 Efikasi & Efektivitas


Dua penelitian besar telah dilakukan untuk mengevaluasi efikasi dari vaksin
hepatitis A pada anak-anak. Satu penelitian, yang dilaksanakan di Thailand,
melibatkan 38.000 anak berumur 1 sampai 16 tahun yang secara acak dipilih
untuk menerima 2 dosis dengan jarak 1 bulan baik dengan vaksin hepatitis A
atau vaksin hepatitis B. Efikasinya telah dikalkulasi dimana terjadi
peningkatan antibodi hepatitis A lebih dari 21 hari setelah menerima vaksin.
97% anak mengalami titer protektif dalam 1 bulan selama imunisasi, dan
efikasinya melebihi periode 1 tahun observasi setelah imunisasi terhitung
94%. Penelitian lain telah dilakukan pada 1037 anak berusia 2 sampai 16
tahun yang tinggal di area New York dengan sejarah adanya high rates
transmisi hepatitis A. Partisipasi penelitian yang diimunisasi dengan 1 dosis
Vaqta, dan selama periode observasi, efikasi vaksin dikalkulasi sebesar
100%. Walaupun penilaian jangka panjang terhadap efikasi vaksin
diperlukan, mathematical models telah memprediksikan bahwa konsentrasi
protektif antibodi akan tetap ada lebih dari 25 tahun setelah melengkapi
rekomendasi serial 2 dosis (Committee on Infectious Disease Pediatrics,
2007).
 Keamanan
Vaksin Hepatitis A telah terbukti sangat aman. Pada clinical trials terhadap
vaksin Havrix dan Vaqta, efek samping tidak umum terjadi dan ringan jika
ada, dengan perbaikan terjadi kurang dari 1 hari. Efek samping yang paling
umum terjadi, dilaporkan pada 10-15% subjek, yaitu nyeri, kemerahan dan
bengkak pada tempat injeksi (Committee on Infectious Disease Pediatrics,
2007).
Daftar Pustaka

Buti, et all. 2008. Prevalence of Hepatitis E Virus Infection in Children in the


Northeast of Spain. Vol. 15, No.4. DOI:10.1128/CVI.00014-08/Clinical and
Vaccine immunology, Apr.2008,p.732-734. American Society For Microbiology.

Committee on Infectious Disease Pediatrics. 2007. Hepatitis A Vaccine


Recommendations, DOI: 10.1542/peds.2007-1088 2007; 120; 189-199.
Pediatrics, Official Journal of the American Academy of Pediatrics. Available at:
http://pediatrics.aappublications.org/cgi/reprint/120/1/189 [Accessed on
November, 1, 2010]

Fantry, Lory. 2001. Hepatitis A. The Health Care of Homeless Persons. Available
at: www.nhchc.org/HepatitisA.pdf. Accessed at: November 01 2010.

Price & Wilson, 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,


Volume 2, Edisi 6. Jakarta : EGC.

Roohi Y. Abdulla, Marilyn A. Rice, Stephanie Donauer, Kelly R. Hicks, Dustin


Poore and Mary Allen Staat. 2010. Hepatitis A in Internationally Adopted
Children: Screening for Acute and Previous Infections. 2010;126;e1039-e1044;
originally published online Oct 11, 2010; www.pediatric.org

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. 2006. Buku
Ajar: Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta
Pemantaun Terapi Obat

Deskripsi Pasien

1. NamaPasien : M. Hasanudin Abdul


2. Umur : 6 tahun
3. JenisKelamin : Laki-laki
4. Masuk RS :16 desember 2019
5. Keluar RS :23 desember 2019
6. NO. RM :1698xxxx
7. Ruang : Melati Lt.5
8. Dokter : dr. H
9. JenisPasien : UMUM

RiwayatPenyakit

1. Keluhan utama: Nyeri ulu hati


2. Riwayat penyakit sekarang: pasien datang dengan keluhan Nyeri ulu hati,
Lemas, Mual, Muntah, Demam, Mata kuning
Penyakit yang pernah dialami: -
3. Riwayat keluarga :-

Pemeriksaan Yang Dilakukan


1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Nilai Normal Tgl 16-12-19 Tgl 17-12-19

Anti HAV IgM Non-Reaktif

HbSag Rapid Non-Reaktif


Bilirubin total 0.2 – 1,0 4,62

Bilirubin direk < 20 3,68

Trombosit 150.000-350.000 378.000

SGPT 9-40 784

SGOT 10-38 777

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaa Nilai 16/12/19 17/12/19 18/12/19 19/12/19 20/12/19
n normal

Nadi 60-80x 85x /mnt


/mnt
Pernafasan 20x/mnt 20x/mnt

Suhu 36,6oC 34,8oC 37oC 36,4oC 37,0oC 36,7oC

Diagnosa Penyakit
Hasil diagnosa dokter menyatakan pasien mengalami Hepatitis A (HAV)
Terapi Obat
Terapi obat yang digunakan pasien M.Hasanudin perawatan di Ruang Melati Lt.5
RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Pengobatan yang Dilakukan
Tanggal
Nama Obat Rute Regimen 17/1 18/ 19/ 20/ 21/ 22/1
2 12 12 12 12 2
Infus D5% IV 5 tpm      
Ondansetron
IV 3 x 2mg      
inj
Curcuma Oral 3 x 1 cth      
Paracetmol syr Oral 3 x 1 cth 
Hepamax Oral 1 x 1 cth      
Urdohex Oral 2 x 150mg      
Cefixime Oral 2 x 75mg     

Uraian Obat Yang Diberikan

1. Infus D5%
a. Komposisi : Dextrose 5%
b. Golongan : Glukosa
c. Indikasi : Menangani hipoglikemia, mengatasi kekurangan
cairan
d. Digunakan : Dewasa dan Anak-anak
e. Pemberian : Cairan suntik atau infus
2. Ondansetron
a. Komposisi : Ondansetron
b. Indikasi : Mual dan muntah akibat kemoterapi, pencegahan
mual dan muntah pasca oprasi
c. Dosis : Dosis anak : Pencegahan dan pengobatan mual
muntah kemoterapi dan radioterapi: (6-18 tahun) infus iv lebih dari 15
menit. 5mg/m2 segera menjelang terapi atau oral 150mcg/kgBB segera
menjelang terapi(maksimal dosis 8mg diulang setiap 4 jam untuk 2 dosis
berikutnya, kemudian dilanjutkan oral untuk berat badan <10kg setiap 4 jam
sampai 5 hari (maksimal dosis perhari 32mg)
d. Efek samping : sangat umum: sakit kepala; umum: sensasi hangat
atau kemerahan, konstipasi, reaksi lokasi injeksi; tidak umum: kejang,
gangguan gerakan, aritmia, nyeri dada dengan atau tanpa depresi segmen
ST, cegukan.
e. Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, sindroma perpanjangan interval
QT bawaan
f. Interaksi Obat : Phenytoin, carbamazepin dan rifamfisin
meningkatkan metabolisme ondansetron. Ondansetron menurunkan efek
tramadol
3. Paracetamol
a. Komposisi : Paracetamol
b. Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, demam
c. Dosis : Anak <12 tahun : 10mg/kgBB/kali(bila ikterik:
5mg/kgBB/kali) diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum 4 dosis per hari
d. Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan hati
e. Efek Samping :Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema atau
urtikaria, kelainan darah, hipotensi, kerusakan hati.
f. Interaksi Obat : Kolestramin menurukan absorpsi paracetamol

4. Urdohex
a. Komposisi : Asam ursodeoksikolat
b. Indikasi :Melarutkan batu empedu kolesterol dengan
diameter <10mm
c. Dosis : Dewasa: 6-12mg/kgBB/hari dalam dosis tunggal
atau 2-3 dosis terbagi, selama 6-24 bulan. Pengobatan dianjurkan setelah
batu empedu tidak terlihat secara radiologis.
d. Kontra Indikasi :batu kolesterol yang mengalami kalsifikasi, batu
radiolusen, pigmen empedu; kolestitis akut yang tidak mengalami remisi,
kolangitis, obstruksi biliar, batu pankreas atau vistula biliar
gastreoestostinal; kehamilan
e. Interaksi Obat : Obat estrogenik meningkatkan kolesterol empedu.
Obat yang mengikat asam empedu. Contoh : antasid, kolestramin
5. Cefixime
a. Komposisi : Cefixime
b. Indikasi :Infesksi yang disebebkan oleh patogen yang
sensitif terhadap cefixime pada penyakit ISK tanpa komplikasi, infeksi
saluran nafas atas, infeski saluran nafas bawah.
c. Dosis : Anak BB < 30kg ; 2 x 1,5 – 3mg/kgBB/hari
selama 2 pekan
d. Efek Samping :Gangguan saluran cerna, gangguan SSP, gangguan
hematologi
e. Kontra Indikasi :Hipersensitifitas terhadap chepalosporin

Perbandingan Dosis yang Digunakan dengan Dosis Dalam Literatur


Dosis yang
No NamaObat Dosis literature Keterangan
digunakan
Ondansetron 3x2mg Dosis yang
1 Maksimal dosis 8mg
digunakan
sesuai

2 Curcuma 3x1 cth


Dosis yang
Paracetamol
3 3x1 cth 10mg/kgBB/kali digunakan
(120mg/5mL)
sesuai
Hepamax
4 1x1 cap

Dewasa: 6-
5 Urdohex 2x150 mg
12mg/kgBB/hari
Dosis yang
2x1,5-3mg/kgBB/hari
6 Cefixime 2x75mg digunakan
selama 2 pekan
sesuai

Analisis Pemantauan Terapi Obat

1. Subjektif: pasien datang dengan keluhan Nyeri ulu hati, mual, muntah,
demam, mata kuning
2. Objectif
IV.6 Tanda-tanda vital pasien pada hari pertama masuk

No Pemeriksaan Hasil Keterangan


1 Hemoglobin 16,3 g/dL Tinggi
2 Hematokrit 46 % Tinggi
3 19000 Turun
Trombosit
/mm3
4 Suhu 35oC Rendah

3. Assesment :Kesesuaiandosis yang dgunakandapatdilihatpada table

Tabel IV.5 Assesment


No Keterangan
Jenis DRPs Penilaian
.

1. Ada Indikasi Tidak Diobati -


Pemberian Obat Tanpa
2. -
Indikasi

3. Dosis Rendah -

4. Dosis Tinggi -

5. Efek Samping -

6. Interaksi Obat -

7. Ketidak patuhan Pengobatan Patuh

8. Pemilihan Obat Tidak Tepat -

4. Plans :
a. Memberiinformasikepadapasiententangpenyakit yang dideritanya,
tujuanpengobatan, memotivasi agar
pasienmengusahakanminumdanmakandalamkuantitas yang
cukupmeskipunbiasanyaminatmakanmenurundrastis.
Denganasupanmakandanminum yang
cukupakanmempercepatpemulihanterutamauntukmenaikkanjumlahtrombosi
t
b. Memberitahukankepadakeluargauntukbanyakistirahat
c. Banyakminum jus yang mengantung banyak vitamin C.
d. Mulai pola hidup bersih dengan cara menutup bak sampah, menguras bak
mandi, tuput tempat yang berisi air dan kubur barang bekas yang sudah
tidak terpakai

Anda mungkin juga menyukai