Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

INJEKSI INTRACUTAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar

Program Studi D-III Keperawatan

DOSEN PENGAMPU :

Ibu Hj. Setia Perwati.,S.Kep.,Ners.,M.M.Kep

Disusun oleh :

1. Aldi Hiadayat

2. Anggi Rosmawati

3. Iis Ismayanti

4. Sultan Zorgi

5. Sofi Nur Wahidah

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

STIKes MUHMMADIYAH CIAMIS

JL.KH.Ahmad Dahlan No.20 Ciamis

2019/2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan kita sebagai umatnya.

Dengan izin Allah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Injeksi
Intracutan”. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar.
Dengan segala kerendahan hati kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
makalah ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan-kekurangan yang disebabkan
oleh keterbatasan kami, baik dalam bidang pengetahuan maupun dalam bidang pengalaman.
Walaupun demikian kami telah berusaha seoptimal mungkin agar makalah ini dapat memberikan
manfaat, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Ciamis, 25 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian obat kepada klien ada beberapa cara, yaitu melalui rute oral, parenteral, rektal,
vagina, kulit, mata, telinga dan hidung. Pemberian obat secara parenteral adalah pemberian
obat selain melalui saluran pencernaan. Pemberian obat parenteral ada empat cara yaitu,
intracutan (IC), subcutan (SC atau SQ),intramuscular (IM), dan intravena (IV).

Pemberian obat secara parenteral lebih cepat diserap dibandingkan dengan obat oral
tetapi tidak dapat diambil kembali setelah diinjeksikan.Oleh karena itu perawat harus
menyiapkan dan memberikan obat tersebut secara hati – hati dan akurat. Pemberian obat
parenteral memerlukan pengetahuan keperawatan yang sama dengan obat – obat dan topikal
(lokal pada kulit). Namun karena injeksi merupakan prosedur invasif, teknik aseptik harus
digunakan untuk meminimalkan resiko injeksi.

Tujuan dari pemberian obat secara parenteral adalah mencegah penyakit dengan jalan
memberikan kekebalan atau imunisasi (misalnya memberikan suntikan vaksin DPT, ATS,
BCG, dan lain – lain), mempercepat reaksi obat dalam tubuh untuk mempercepat proses
penyembuhan, melaksanakan uji coba obat, dan melaksanakan tindakan diagnostik. Indikasi
pemberian obat secara parenteral adalah kepada klien yang memerlukan obat dengan reaksi
cepat, klien yang tidak dapat diberi obat melalui mulut, dan klien dengan penyakit tertentu
yang harus mendapat pengobatan dengan cara suntik, misalnya Streptomicin atau Insulin.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa definisi injeksi IC (Intracutan) ?

1.2.2 Apa tujuan injeksi IC (Intracutan) ?

1.2.3 Apa indikasi injeksi IC (Intracutan) ?

1.2.4 Apa kontraindikasi injeksi IC (Intracutan) ?

1.2.5 Cara kerja injeksi IC (Intracutan) ?

1.2.6 Apa keuntungan dan keunggulan injeksi IC (Intracutan) ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk menjelaskan definisi injeksi IC (Intracutan)

1.3.2 Untuk menjelaskan tujuan injeksi IC (Intracutan)

1.3.3 Untuk menjelaskan indikasi injeksi IC (Intracutan)

1.3.4 Untuk menjelaskan kontraindikasi injeksi IC (Intracutan)

1.3.5 Untuk menjelaskan cara pemberian injeksi IC (Intracutan)

1.3.6 Untuk menjelaskan keuntungan dan kerugian injeksi IC (Intracutan)

1.4 Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kebutuhan Dasar serta untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa
tentang injeksi intrakutan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi injeksi IC(intracutan)

Memberikan obat melalui suntikan intracutan dan intrademal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau indra dermis.
Istila intradermal (ID) berasal dari kata “ intra” yang berarti lapis dan “dermis “ yang
berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit ketika sisi anatominya mempunyai
derajat pembuluh darah tinggi pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari
injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena
absorsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat
yang sensitif atau untuk menentukan sensitifitas terhadap organisme.

Injeksi intracutan dimasukan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah


startumkorneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air volume yang disuntikan
sedikitnya ( 0,1-0,2ml) digunakan untuk tujuan diagnosa. (Alimul, 2006).

2.2 Tujuan injeksi IC(intracutan)

a. Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan

b. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter

c. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari pemberian obat

d. Membantu menentukan diagnosaterhadappenyakit tertentu misalnya (tuberculin test)

e. Menghindarkan pasin dari efek alergi obat (dengan skin test)

f. Digunakan untuk test tuberculin atau test alergi terhadap obat-obatan

g. Pemberian vaksinasi.
Lokasi Injeksi Intracutan :

a. Lengan bawah bagian atas

b. Dada bagian atas

c. Punggung bagian atas di bawah scapula

d. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam, dan pungguang bagian atas.

2.3 Indikasi injeksi IC(intracutan)

a. Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test )

b. Pasien yang akan melakukan vaksinasi

c. Mengalihkan diagnosa penyakit

d. Sebelum memasukkan obat

e. pasien yang tidak sadar

2.4 Kontraindikasi injeksi IC(intracutan)

a. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit

b. Pasien dengan kulit terluka

c. Pasien yang sudah dilakukan skin test

d. Pasien yang alergi


2.5 Tindakan (Cara Kerja) Injeksi Intracutan

2.5.1 Persiapan Alat Dan Bahan

a. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat

b. Obat daam tempatnya

c. Spuit 1 cc/spuit insuin/sesuai kebutuhan

d. Kapas akohol dalam tempatnya

e. Cairan pelarut

f. Bak steril diapisi kasa steril (tempat spuit)

g. Jarum sesuai kebutuhan

h. Perlak dan alas dan nierbeken/bengkok

i. Handscoon

2.5.2 Pemberian obat/penyuntikkan melalui IC (Intracutan)

1) Prinsip :

1) Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien,


indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar
yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar
cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar
tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi
obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang
berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian
obat.
2) Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali
24 jam dari saat penyuntikan obat

3) Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.

4) Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada


penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab
penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani
pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah
pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang
bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk pembuktian
penolakan therapi.

5) Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik,
dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu
mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam
spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.

6) Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD di ambil 0,1 cc
dalam spuit, untuk angsung disuntikan pada pasien (Potter & Perry 2010)

2) Prosedur kerja

1) Persiapan :

a. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian obat

b. Menjaga privasi pasien

c. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien.

2) Tindakan :

a. Cuci tangan

b. Berdiri di sebelah kanan pasien


c. Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan
panjang , buka dan naikan

d. Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang di suntik

e. Buka obat dengan cara :

 Flakon/Vial : buka tutup metal, lakukan disinfeksi tutup karet


dengan kapas alkohol. Apabila sediaan obat dalam flakon masih
berupa bubuk larutkan dengan aquabidest sebanyak yang tercantum
pada petunjuk penggunaan obat

 Flakon/vial : isap udara sebanyak cairan yang diperlukan. Tusuk


jarum dengan posisi bavel tegak. Suntikkan udara kedalam flakon.
Balik flakon, dengan tangan kiri memegang flakon dengan ibu jari
dan jari tengah. sedangkan tangan kanan memegang ujung barrel
dan plugger. Jaga ujung jarum dibawah cairan. Biarkan tekanan
udara membantu mengisi obat dalam keadaan spuit. Setelah selesai,
tarik jarum dari flakon

 Ampul : ketuk obat yang ada di ujung ampul, patahkan leher ampul
dengan tangan menggunakan kain kasa.

f. Ampul : masukkan jarum kedalam ampul. Isap obat. Jaga ujung jarum
berada di bawah cairan setelah selesai tarik jarum dari ampul

g. Buang udara dalam spuit,tutup kembali kemudian masukkan ke dalam


bak injeksi.

h. Desinfeksi dengan kapas akohol pada daerah yang akan disuntik

i. Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri

j. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap keatas yang sudutnya


15-20º terhadap permukaan kulit

k. Semprotkan obat hingga menjadi gelembung


l. Tarik spuit dan tidak boleh dilakuan massage

m. Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh didesinfeksi.

n. Rapikan pasien.

o. Rapikan alat.

p. Cuci tangan

q. Dokumentasikan tindakan. (Sigalingging, 2012)

r. Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan


penandaan pada area penyutikan dengan melingkari area penyuntikan
dengan diameter kira kira 1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi
dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif jika terdapat
tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai,
artinya pasien alergi dengan antibiotik tersebut

s. Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test tuberkulin test, dapat dinilai
hasilnya dalam 2 sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat rubor dolor
kalor melebihi diameter 1 cm pada area penyuntikan.

t. Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat/tes obat, tanggal, waktu,


dan jenis obat.

u. Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit)

3) Evaluasi

1) Evaluasi respon klien terhadap zat uji. Berapa obat yang digunakan
dalam pengujian dapat menyebabkan alergi. Obat antidot (mis:
epinefrin) mungkin perlu diberikan.
2) Evaluasi keadaan lokasi injeksi dalam 24 atau 48 jam, bergantung
pada uji yang dilakukan. Ukur area kemerahan dan indurasi dalam
milimeter pada diameter terlebar dan dokumentasikan.

2.6 Keuntungan injeksi IC (intracutan)

a. Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat

b. Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.

c. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat

Kerugian injeksi IC(intracutan)

a. Apabila obat sudah disuntikkan maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi ini berarti
pemusnahan obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksit maupun kelebihan dosis
karena ketidak hati-hatian dan sukar dilakukan.

b. Tuntutan sterilitas sangat ketat.

c. Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.

d. Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.

Kondisi Rawat Jalan dan Komunitas

Memberikan injeksi intracutan pada orang dewasa :

a. Pastikan klien mengerti perlunya kunjungan tindak lanjut untuk memeriksa lokasi injeksi.
Jadwalkan pertemuan selanjutnya.

b. Jelaskan kepada klien untuk tidak mencuci, menggosok, atau menggaruk lokasi injeksi.
Memberikan injeksi pada anak – anak :

a. Anak kecil atau bayi perlu sedikit direstrein selama prosedur. Hal ini untuk mencegah
cedera karena gerakan yang tiba – tiba.

b. Pastikan anak mengerti bahwa prosedur tersebut bukanlah suatu hukuman.

c. Minta anak untuk tidak menggosok atau menggaruk lokasi injeksi. Pasang stockinet
(pembalut dari bahan yang halus dan elastis) atau pembalut kasa untuk menutupi lokasi
injeksi dapat memengaruhi hasil pemeriksaan karena mengiritasi jaringan dibawahnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau intradermis.
Injeksi intracutan dimasukkan langsung kelapisan epidermis tepat dibawah startum korneum.
Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air volume yang disuntikan sedikit (0,1 – 0,2
ml) digunakan untuk tujuan diagnosa.

Indikasi untuk injeksi intracutan yaitu pasien yang membutuhkan test alergi, pasien yang
akan melakukan vaksinasi, menegakkan diagnose penyakit, dan dilakukan sebelum
memasukan obat. Kontraindikasinya ialah pasien yang mengalami infeksi pada kulit, pasien
dengan kulit terluka dan pasien yang sudah dilakukan skin test.Keuntungan injeksi intracutan
yaitu suplai darah sedikit, sehingga absorbs lambat bias mengetahui adanya alergi terhadap
obat tertentu dan memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam
pemberian obat. Sedangkan, kerugiannya yaitu tuntutan sterilitas sangat ketat, memerlukan
petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi dan adanya resiko toksisitas
jaringan dan akan terasasakit saat penyuntikan.

Prinsipnya sebelum memberikan obat, perawat harus mengetahui diagnose medis pasien,
indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar, setelah dilakukan
injeksi, juga tidak boleh dilakukan pemijatan pada area yang telah diinjeksi karena akan
mempengaruhi hasil test. Sebelum dilakukan prosedur injeksi, terlebih dahulu dilakukan
persiapan alat, persiapan pasien, dan persiapan lingkungan. Setelah tindakan perawat juga
harus melakukan dokumentasi, mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan,
hasil tindakan, reaksi/respon klien terhadap obat perawat yang melakukan) pada catatan
keperawatan.
3.2 Saran

Pada saat melakukan injeksi intracutan, hendaknya terjalin hubungan terapeutik antara
perawat dan pasien, karena biasanya pasien berubah menjadi cemas ketika akan dilakukan
injeksi. Kerjasama antara perawat dan pasien juga sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan agar
tindakan yang dilakukan lancar dan mendapat hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz.H. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba Medika Widyatun, D.
(2012).Pemberian Obat Melalui Intracutan . Yogyakarta: Salemba Medika.
http://diasmutiarab.blogspot.co.id/2017/04/injeksi-ic.html
http://dhitaalfan.blogspot.co.id/2017/04/injeksi-intracutan_10.html

Anda mungkin juga menyukai