Sejarah Perkeretaapian Di Indonesia PDF
Sejarah Perkeretaapian Di Indonesia PDF
Kehadiran kereta api pertama di Indonesia mulai hadir sejak Tanam Paksa hingga saat ini.
Perusahaan yang dinasionalisasikan, Djawatan Kereta Api (DKA) berdiri setelah kemerdekaan
Indonesia, tepatnya pada tanggal 28 September 1945 atau sekitar sebulan setelah proklamasi. Di
bawah ini adalah sejarah perkeretaapian di Indonesia pada rentang tahun 1875-1925 dan dalam
bentuk sketsa.[1]
Daftar isi
1Pra-kemerdekaan
o 1.1Pembangunan pertama[3]
o 1.2Perkembangan di luar Jawa[3]
o 1.3Pendudukan Jepang[3]
2Jaringan rel
o 2.1Jaringan setelah tahun 1875 hingga tahun 1888
o 2.2Jaringan setelah tahun 1889 hingga tahun 1899
o 2.3Jaringan setelah tahun 1899 hingga tahun 1913
o 2.4Jaringan setelah tahun 1913 hingga tahun 1925
o 2.5Masa Pembangunan Stasiun
o 2.6Jaringan kereta listrik Batavia - Buitenzorg 1918
3Armada
o 3.1Berbagai lokomotif uap di Indonesia
o 3.2Jenis kereta 1876-1925
o 3.3Jenis kereta dan lokomotif listrik 1925
4Pasca-kemerdekaan
o 4.1Periode DKARI
4.1.1Perebutan kekuasaan
4.1.2KLB 3 Januari 1946
4.1.3Dieselisasi
o 4.2Perusahaan negara
4.2.1KA Bima
o 4.3Perusahaan jawatan
4.3.1Era lokomotif andalan kereta api
4.3.2Kemunduran
o 4.4Menjadi perum
4.4.1Semua berubah pada armadanya
o 4.5Persero
4.5.1Transformasi dan digitalisasi
5Perkembangan dan Pemeliharaan
o 5.1Penambahan jalur baru
5.1.1Koridor Pulau Sumatra
5.1.2Koridor Pulau Kalimantan
5.1.3Koridor Pulau Sulawesi
5.1.4Koridor Pulau Papua
6Galeri
7Referensi
8Lihat pula
9Pranala luar
Selain di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatra Utara (1886), Sumatra
Barat (1891), Sumatra Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga telah dibangun jalan KA
sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923,
sisanya Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun
belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian
juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.
Pendudukan Jepang[3][sunting | sunting sumber]
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada
tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan
karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan
KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan
600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan
Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan
Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya,
dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai
pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya
adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini,
banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro - Pekanbaru.
1875 - 1888,
1889 - 1899,
1900 - 1913
1914 - 1925.
Jaringan setelah tahun 1875 hingga tahun 1888[sunting | sunting sumber]
Pembangunan Tahap I terjadi tahun 1876-1888. Awal pembangunan rel adalah 1876, berupa
jaringan pertama di Hindia Belanda, antara Tanggung dan Gudang di Semarang pada tahun 1876,
sepanjang 26 km. Setelah itu mulai dibangun lintas Semarang - Gudang. Pada tahun 1880 dibangun
lintas Batavia (Jakarta) - Buitenzorg (Bogor) sepanjang 59 km, kemudian dilanjutkan ke Cicalengka
melalui Cicurug - Sukabumi - Cibeber - Cianjur - Bandung. Pada tahun 1877 dibangun lintas Kediri -
Blitar, dan digabungkan dengan lintas Surabaya - Cilacap lewat Kertosono - Madiun - Solo, dan juga
lintas Jogya - Magelang.
Hingga tahun 1888 jaringan rel terbangun adalah:
Batavia - Buittenzorg - Sukabumi - Bandung - Cicalengka
Batavia - Tanjung Priok dan Batavia - Bekasi
Cilacap - Kutoarjo - Yogya - Solo - Madiun - Sidoarjo - Surabaya
Kertosono - Kediri - Blitar
Sidoarjo - Malang dan Bangil - Pasuruan - Probolinggo
Solo - Purwodadi - Semarang dan Semarang - Rembang
Tegal - Balapulang
Jaringan setelah tahun 1889 hingga tahun 1899[sunting | sunting sumber]
Hingga tahun 1899 jaringan rel terbangun adalah:
Djogdja - Tjilatjap
Soerabaja - Pasoeroean - Malang
Madioen - Solo
Sidoardjo - Modjokerto
Modjokerto - Kertosono
Kertosono - Blitar
Kertosono - Madioen - Solo
Buitenzorg (Bogor) - Tjitjalengka
Batavia - Rangkasbitung
Bekasi - Krawang
Cicalengka - Cibatu (Garut) - Tasikmalaya - Maos - Banjarnegara
Cirebon - Semarang dan Semarang - Blora
Yogya - Magelang
Blitar - Malang dan Krian - Surabaya
Sebagian jalur Madura
Jaringan setelah tahun 1899 hingga tahun 1913[sunting | sunting sumber]
Hingga tahun 1913 jaringan rel terbangun adalah:
Tipe B
Tipe BB
Tipe C
Tipe CC
Tipe D
Tipe DD
Tipe F
Sebagian lokomotif uap yang pernah ada di Indonesia tersebut di atas (seri B, C, BB, CC, DD, D
dan F) telah dipajang di Museum Kereta Api Ambarawa dan Museum Transportasi Taman Mini
Indonesia Indah. Sebagian di antaranya sudah tidak diketahui lagi keberadaannya karena tersisa
fotonya saja.[4]
Jenis kereta 1876-1925[sunting | sunting sumber]
Kereta penumpang adalah sarana untuk mengangkut penumpang, sedangkan untuk mengangkut
barang disebut gerbong sedangkan untuk mengangkut barang cair disebut ketel.[5][6] Sejak dahulu,
kereta dibuat secara lokal, dengan sasis dan rangka baja sedangkan bodi dibuat dari kayu. Pada
waktu itu belum ada pendingin udara, sehingga kelas kereta dibedakan jenis kursi dan jumlah kursi
per kereta. Kelas 1 terdapat 3 tempat duduk per baris, kelas 2 terdapat 4 tempat duduk per baris
dan kelas 3 terdapat 5 tempat duduk per baris. Sehingga tiap kereta kelas 3 terdapat 60-72 tempat
duduk, sedangkan tiap kereta kelas 2 terdapat 24-32 tempat duduk dan kelas 1 terdapat 12 tempat
duduk. Biasanya kelas 1 dan kelas 2 menjadi satu, sedangkan kelas 3 tersendiri. Namun kelas 1,
kelas 2, dan kelas 3 dirangkai dalam satu rangkaian.
Jenis kereta dan lokomotif listrik 1925[sunting | sunting sumber]
Di Jabodetabek, KRL mulai dirintis tahun 1925. Awalnya, kereta tersebut ditarik oleh lokomotif listrik,
salah satunya seperti ESS 3201 yang kini masih terawat dengan baik karena dilestarikan oleh
Unit Heritage KAI sekarang.[7]
Pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka).
Pada masa ini, kerugian-kerugian seperti yang dialami PJKA pada beberapa tahun yang lalu dapat
ditekan. Seluruh pegawainya masih berstatus PNS yang diatur tersendiri dan diperbolehkan mencari
laba.
Semua berubah pada armadanya[sunting | sunting sumber]
KRL Rheostatik dan KRL Holec. KRL yang di sebelah kiri dicat hijau putih
Zaman Perumka biasa disebut "zaman merah biru" karena semua cat lokomotif yang dioperasikan
secara komersial diubah menjadi merah dan biru dengan logo Perumka putih di depan dan
belakangnya, serta di bawah kaca kabin masinis tepat di atas plat nomornya. Selain itu,
cat liverysemua kelas kereta juga diubah, yakni untuk eksekutif dicat biru muda-biru tua, bisnis dicat
hijau tua-biru tua, ekonomi dicat merah tua-biru tua, serta bagasi dicat biru tua polos. Semua kereta
memiliki garis putih dengan logo Perumka merah. Pada masa ini, lokomotif diesel elektrik merajai
perkeretaapian Indonesia sejak tenaga diesel hidraulik sudah tidak lagi cukup menarik kereta api
yang panjang.
Pada tahun 1995 lahir kereta api eksekutif argo buatan PT Inka Madiun, yang diberi nama Argo
Bromo dan Argo Gede. Semua kereta eksekutif dicat putih abu-abu dengan garis biru-biru tua
dengan logo PT KAI di kiri dan Departemen Perhubungan di kanan. Selain itu, diimpor
pula CC203 dari pabriknya, GE Transportation langsung. Lokomotif ini memiliki desain
yang aerodinamis.
Akibat hadirnya kereta argo ini, kereta bisnis dan sebagian KRL Rheostatik juga ikut dicat seperti
skema kereta Argo pada masa itu. Kereta bisnis dicat kuning-putih. Sedangkan KRL Rheostatik
dicat putih-hijau tua. Pada tahun 1997 muncul kereta api Argo Bromo Anggrek yang dicat warna
pink-putih. Sementara itu, CC201 dan kereta ekonomi tetap "merasa nyaman" dengan cat merah-
birunya.
Persero[sunting | sunting sumber]
Akhirnya, pada tanggal 1 Juni 1999 Perumka secara resmi berubah menjadi PT Kereta Api
(Persero (PT KA). Pada awal 1990-an dan 2000-an, PT KA tetap mempertahankan cat merah-biru
pada lokomotif-lokomotifnya, kecuali untuk CC203.
Pada tahun 2006 ke atas, CC201 dan sebagian besar lokomotif lainnya kemudian berganti cat
seperti CC203, yakni putih bergaris biru muda-biru tua. Sementara itu terjadi perubahan pada
seluruh rangkaian kereta penumpang mulai dari eksekutif, bisnis, maupun ekonomi, menjadi seperti
yang dapat dilihat saat ini. Untuk lokomotif heritage menggunakan livery PJKA.
Pada masa ini, PT KA memperkenalkan sistem PSO (public service obligation), terutama
untuk kereta api ekonomi.[20] PSO ini menggantikan sistem subsidi yang sebelumnya dilaksanakan.
Pada tahun 2007 disahkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 yang menghapus monopoli yang
dilakukan oleh PT KA.
Transformasi dan digitalisasi[sunting | sunting sumber]
Era digitalisasi perkeretaapian Indonesia sudah muncul sejak 1980-an. Digitalisasi mulai dirintis saat
diluncurkannya lokomotif BB204 pada tahun 1980-an di Sumatra Barat.
Selanjutnya CC204 dimodifikasi dari CC201 dengan menambahkan komputer BrightStar
Sirius sehingga dapat memitigasi kerusakan 45 menit sebelum kerusakan itu terjadi. Selain itu, pada
tahun 2006 hingga 2011, dibuatlah lokomotif dengan mendasarkan pada desain CC203 dengan
menambahkan komputer BrightStar Sirius di PT Inka sehingga terciptalah CC204 batch II.
Pada dekade 2010-an telah banyak terjadi transformasi pada PT KA, lebih-lebih saat dipimpin
oleh Ignasius Jonan. Pada tahun 2010 nama PT KA berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia
(Persero) (PT KAI). Keluhan masyarakat dengan tidak adanya AC pada kereta ekonomi, maka
pada tahun 2010 muncul kereta api ekonomi AC non-PSO dengan hadirnya kereta api
Bogowonto sebagai perintisnya.
Pada tanggal 28 September 2011, logo PT KAI berganti. Transformasi lain yang terletak pada
sistem pertiketan. Tiket yang semula hanya bisa dipesan di stasiun keberangkatan, kini sudah
dipesan di minimarket dan agen-agen tiket. Yang lebih hebatnya lagi, muncul sistem boarding
pass yang mengharuskan penumpang membawa bukti identitas diri. Selain itu, pengelolaan stasiun
kini sangat bagus. Semua kereta api jarak menengah maupun jauh telah dipasangi AC. Digitalisasi
lokomotif di Indonesia terus maju sejak CC205 dan CC206diimpor untuk memperkuat armada PT
KAI saat ini.
Binjai-Besitang
Padang Panjang-Bukit Tinggi-Payakumbuh
Pariaman-Naras-Sungai Limau
Muaro Kalaban-Muaro
Pembangunan Kereta Api Perkotaan/Jalur Ganda/Elektrifikasi/Jalur Baru Akses ke Pusat
Kegiatan:
Pelabuhan Lhokseumawe
Pelabuhan Belawan
Pelabuhan Kualatanjung
Pelabuhan Dumai
Pelabuhan Tanjung Api-Api
Pelabuhan Panjang
Pelabuhan Bakauheni
Koridor Pulau Kalimantan[sunting | sunting sumber]
Pembangunan KA Khusus/Batubara/Akses Pelabuhan (Skema KPS):
tahun lalu–
40117, Indonesia
Kereta model
l
b
s
PT Kereta Api Indonesia (Persero) (disingkat KAI atau PT KAI) adalah Badan Usaha Milik
Negara Indonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api. Layanan PT KAI meliputi
angkutan penumpang dan barang. Pada akhir Maret2007, DPR mengesahkan revisi Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1992, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007, yang menegaskan
bahwa investor swasta maupun pemerintah daerah diberi kesempatan untuk mengelola jasa
angkutan kereta api di Indonesia. Dengan demikian, pemberlakuan undang-undang tersebut secara
hukum mengakhiri monopoli PT KAI dalam mengoperasikan kereta api di Indonesia.[3]
Pada tanggal 12 Agustus 2008 PT KAI melakukan pemisahan Divisi Angkutan
Perkotaan Jabotabek menjadi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) yang pada tahun 2017 lalu
menjadi PT Kereta Commuter Indonesia untuk mengelola kereta api penglaju di daerah Jakarta dan
sekitarnya.[4]. Selama tahun 2015, jumlah penumpang kereta api mencapai 325,94 juta.[5]
Pada tanggal 28 September 2011, bertepatan dengan peringatan ulang tahunnya yang ke-66, PT
KAI meluncurkan logo baru.[6]Dan pada 29 Oktober 2014 PT KAI dipimpin oleh Edi Sukmoro yang
sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pengelolaan Aset Nonproduksi Railways, menggantikan
direktur utama sebelumnya, Ignasius Jonan.[7]
Daftar isi
1Sejarah
o 1.1Pra-kemerdekaan
o 1.2Pasca-kemerdekaan
2Galeri logo
3Jalur kereta api
4Layanan
o 4.1Kereta penumpang
4.1.1Kelas Eksekutif
4.1.2Kelas Campuran
4.1.3Kelas Ekonomi
4.1.4Kereta api lokal
4.1.5Komuter
4.1.6Kereta api bandara
4.1.7Kereta wisata
o 4.2Kereta barang
4.2.1Kereta barang peti kemas
4.2.2Kereta barang semen
4.2.3Kereta barang bahan bakar minyak
4.2.4Kereta barang pupuk
4.2.5Kereta barang cepat
5Lokomotif
o 5.1Kelas lokomotif diesel PT Kereta Api Indonesia[26]
6Armada
7Referensi
8Lihat pula
9Pranala luar
Logo Perumka, PT Kereta Api dan PT Kereta Api Indonesia (1990-28 September 2011)
PT KAI juga menggunakan logo Wahana Daya Pertiwi pada seragam pegawai KAI.
Makna logo
Tiga garis melengkung melambangkan gerakan yang dinamis PT KAI dalam mencapai Visi dan
Misinya.
Dua garis warna orange melambangkan proses Pelayanan Prima (Kepuasan Pelanggan) yang
ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal. Anak panah berwarna putih melambangkan
Nilai Integritas, yang harus dimiliki insan PT KAI dalam mewujudkan Pelayanan Prima.
Satu garis lengkung berwarna biru melambangkan semangat Inovasi yang harus dilakukan
dalam memberikan nilai tambah ke stakeholders. (Inovasi dilakukan dengan semangat sinergi di
semua bidang dan dimulai dari hal yang paling kecil sehingga dapat melesat.)
PT Kereta Api Indonesia mengoperasikan kereta api di wilayah provinsi Aceh, Sumatra
Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan Lampung serta semua provinsi di Jawa. Rencana PT
Kereta Api Indonesia juga akan mengoperasikan kereta api di wilayah Sulawesi.
Jalur-jalur utama ini menghubungkan
kota Medan dengan Rantauprapat, Padang dengan Pariaman, Bandar
Lampung dengan Lubuklinggau dan Palembang, Jakarta dengan Surabaya melalui Cirebon dan Se
marang maupun Bandung dan Yogyakarta, dan Surabaya dan Malang dan Banyuwangi.
Panjang keseluruhan jalur kereta api di Indonesia adalah 7.777,40 kilometer. 3.708 kilometer jalur
telah ditutup, sebagian besarnya adalah jalur cabang yang dianggap tidak menguntungkan bila tetap
dipergunakan. Pada saat ini, Kementerian Perhubungan sedang melakukan pembangunan jalur
ganda di Pulau Jawa, yang diharapkan akan selesai pada tahun 2025. Jalur yang sudah
diselesaikan adalah Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya, Cikampek-Purwakarta, Purwokerto-
Cirebon, dan Kutoarjo-Yogyakarta-Surakarta. Pada saat ini jalur Kutoarjo-Gombong-
Kroya, Surakarta-Madiun dan Kroya-Purwokerto sedang dikerjakan.
PT Kereta Api Indonesia memberikan layanan kereta api penumpang dan barang. Hampir semua
jalur yang beroperasi memiliki layanan angkutan kereta api penumpang yang dijalankan secara
teratur.
Kereta penumpang[sunting | sunting sumber]
Kapasitas angkut penumpang yang disediakan PT Kereta Api Indonesia
di Jawa dan Sumatra adalah sebanyak 106.638 tempat duduk per hari dengan rasio kelas eksekutif
(30%), bisnis (22%), dan ekonomi (59%). Bila tempat duduk dikaitkan dengan jarak tempuh, maka
total kapasitas melambung menjadi sebanyak 41.528.450 tempat duduk per kilometer per hari
dengan rasio kelas eksekutif (39%), kelas bisnis(25%), dan kelas ekonomi (58%).
Kelas Eksekutif[sunting | sunting sumber]
Kereta eksekutif yang khusus digunakan untuk Argo Bromo Anggrek.
Bagian dalam kereta eksekutif buatan INKA dengan cita rasa pesawat terbang.
Kelas Eksekutif adalah kelas layanan tertinggi PT Kereta Api Indonesia, yaitu dengan kereta
penumpang berkapasitas 50 orang per kereta. Layanan yang disediakan adalah tempat duduk yang
bisa diatur, pendingin udara, hiburan audio visual dan layanan makanan.
Awalnya, kelas eksekutif dibedakan menjadi dua, yaitu kelas Argo dan kelas Satwa. Perbedaan
antara dua kelas ini terletak pada nama kereta, jenis armada yang digunakan, dan tingkat
kenyamanan pada masing-masing layanan. Namun, saat ini layanan kelas Argo dan Satwa telah
disamakan sehingga hanya terdapat kelas Eksekutif saja.
Kereta api kelas eksekutif adalah:
Argo Bromo Anggrek yang melayani rute Gambir-Surabaya Pasar Turi.
Argo Muria yang melayani rute Gambir-Semarang Tawang.
Argo Lawu yang melayani rute Gambir-Yogyakarta-Solo Balapan.
Kereta api Argo Wilis. Kereta ini merupakan kereta dengan prioritas tertinggi di jalur selatan.
Kelas campuran adalah kelas layanan kedua tertinggi, dengan kereta penumpang kelas eksekutif
(50 penumpang), bisnis AC (64 Penumpang) dan ekonomi AC (80-106 Penumpang). Layanan kelas
campuran antara lain:
Dalam rangka pemerataan pelayanan kepada semua lapisan masyarakat, selain mengoperasikan
sejumlah kereta api komersial yang berfungsi sebagai subsidi silang pada pelayanan kereta api
kelas ekonomi, PT Kereta Api Indonesia juga mengoperasikan sejumlah rangkaian kereta api kelas
ekonomi unggulan, yaitu:
Kereta kelas Ekonomi AC Plus Generasi Ke 3, dengan kaca sambung seperti Kereta api Argo Bromo Anggrek,
sudah diterapkan di Kereta api Menoreh, Kereta api Ambarawa Ekspres, dan Kereta api Kaligunguntuk
rangkaian penuh.
Interior kereta kelas Ekonomi AC Plus generasi 1 dan 2 buatan PT INKA.
Kereta rel listrik (KRL) Commuter line seri 205 yang melayani rute Stasiun Jakarta Kota - Stasiun Depok -
Stasiun Bogor
Komuter adalah kereta api yang beroperasi dalam jarak dekat, menghubungkan kota besar dengan
kota-kota kecil di sekitarnya atau dua kota yang berdekatan. Penumpang kereta ini kebanyakan
adalah para penglaju bermobilitas tinggi yang pergi-pulang dalam sehari, misalnya ke tempat kerja
atau sekolah. Tidak mengherankan apabila frekuensi perjalanan komuter termasuk tinggi dan jumlah
penumpangnya juga paling banyak dibanding kereta jenis lainnya.
Di Indonesia, jaringan komuter masih menjadi satu dengan kereta api jarak jauh, bahkan
kebanyakan rangkaian kereta apinya juga diambil dari bekas kereta api jarak jauh. Walaupun
demikian, pemerintah saat ini sedang mempersiapkan pembangunan jaringan kereta api komuter
yang lebih canggih, seperti monorel, kereta bawah tanah, maupun Mass Rapid Transit (MRT) yang
rencananya akan dibangun di Jakarta dan Surabaya.
Komuter umumnya dilayani oleh rangkaian kereta api ekonomi, tetapi beberapa sudah ada yang
dilayani oleh kereta kelas bisnis bahkan kelas eksekutif, seperti kereta api Solo
Ekspres jurusan Solo-Kutoarjo. Jalur-jalur kereta komuter yang ada di Indonesia antara lain:
KRL Jabodetabek/Commuter Line, merupakan jalur komuter tertua di Indonesia yang melingkupi
daerah Jakarta Raya, melayani para penglaju dari Jakarta ke Bogor, Depok, Tangerang,
Serpong, Lebak, dan Bekasi (kota/kabupaten), yang dioperasikan oleh PT Kereta Commuter
Indonesia.
Kereta api Prambanan Ekspres relasi Kutoarjo-Yogyakarta-Solo yang menggunakan Kereta rel
diesel elektrik hasil modifikasi dari KRL BN-Holec PT INKA Madiun dan Kereta Rel Diesel
Indonesia.
Kereta api Solo Ekspres relasi Kutoarjo-Yogyakarta-Solo.
Kereta api Kedung Sepur relasi Semarang-Ngrombo. Sebelumnya KRD ini hampir dialokasikan
untuk Airport Railink Services dan kemudian dialokasikan untuk layanan kereta api Sri Wedari.
Kereta api Blora Jaya Ekspres relasi Semarang-Bojonegoro.
Kereta api Seminung relasi Tanjung Karang-Kota Bumi.
Kereta api Way Umpu relasi Tanjung Karang-Kota Bumi.
Kereta api Sri Lelawangsa relasi Medan-Binjai.
Kereta api bandara[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Kereta Ekspres Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Kereta api Airport Railink
Services Kualanamu, dan Kereta api Minangkabau Ekspres
PT Kereta Api Indonesia menyediakan layanan kereta bandara yang menghubungkan stasiun-
stasiun sekitar hingga ke bandara baik yang dioperasikan sendiri maupun yang dioperasikan
oleh PT Railink. Moda transportasi ini sangat berguna karena mengurangi jumlah kepadatan
kendaraan menuju bandara. Untuk saat ini sudah tersedia rute menuju ke Stasiun Bandara
Kualanamu, Bandar Udara Internasional Minangkabau dan Bandar Udara Internasional Soekarno-
Hatta. Nantinya akan terdapat rute menuju Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo.
Kereta wisata[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Kereta wisata komersial di Indonesia, Kereta api uap Jaladara, dan Museum Kereta
Api Ambarawa
Interior kereta wisata "Jawa"
PT Kereta Api Indonesia juga menyediakan layanan kereta wisata yang tarifnya disesuaikan dengan
harga tiket tertinggi pada kereta yang dirangkaikan dengan kereta wisata tersebut. Gerbong kereta
wisata diberi nama Nusantara, Bali, Toraja, Sumatra, Jawa, Imperial, dan Priority.[18] Selain itu,
di Ambarawa tersedia pula kereta wisata dengan lokomotif uap bergigi. Di Solo, kereta wisata
Punokawan jurusan Purwosari–Wonogiri menelusuri jalan Slamet Riyadi di Kota Solo. Adapun
di Sumatra Selatan, tersedia kereta wisata yang diberi nama Kereta Sultan, sedangkan di Sumatra
Barat tersedia pula kereta wisata yang bertujuan ke Lembah Anai dan Pantai Pariaman.[19]
Kereta barang[sunting | sunting sumber]
Khusus di Pulau Jawa, pemasaran angkutan barang semula kurang diminati pasar karena dalam
perjalanan kalah prioritas dengan kereta penumpang. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan
terakhir yang sudah melalui tahapan modernisasi sarana angkutan barang, telah dimungkinkan
hadirnya kereta barang dengan kecepatan yang tidak jauh berbeda dengan kereta penumpang
sehingga perjalanannya jauh lebih lancar.[20]
Layanan kereta barang yang dilayani saat ini sudah ada beberapa macam seperti kereta
pengangkut peti kemas, kereta pengangkut batu bara, kereta pengangkut semen, dan
sebagainya.[21]
Untuk mengoptimalkan layanan kereta berbasis barang pada saat ini PT Kereta Api Indonesia
membuat anak perusahaan yang bernama PT Kereta Api Logistik (Kalog) yang fungsi utamanya
adalah untuk melayani dan mengoperasionalkan layanan barang berbasis kereta api.
Kereta barang peti kemas[sunting | sunting sumber]
Kereta barang cepat yang diberi nama Over Night Service (ONS)[24] beroperasi di koridor Stasiun
Jakarta Gudang-Stasiun Surabaya Pasar Turi. Satu rangkaian kereta ONS terdiri dari 10-14 kereta
bagasi.
D301 68 70: Lokomotif diesel hidraulik generasi kedua dengan susunan roda D (empat gandar)
didinaskan pada tahun 1968 dengan nomor urut 70
CC203 01 05: Lokomotif diesel elektrik dengan susunan roda Co-Co generasi keempat
didinaskan pada tahun 2001 dengan nomor urut 05
Kelas lokomotif diesel PT Kereta Api Indonesia[26][sunting | sunting sumber]
Loko Diesel Hidraulik Loko Diesel Elektrik
Jika melihat dunia perkeretaapian masa kini yang sudah serba canggih dan otomatis,
mungkin kita tak akan pernah membayangkan jika kereta api masa lalu jauh dari hal
tersebut. Kereta api masa lalu bahkan ada yang ditarik dengan tenaga kuda untuk
kereta penumpang, dan tenaga lembu untuk kereta barang.
Kereta api masa lalu ditarik oleh empat ekor kuda dan
juga lembu
Kereta yangditarik dengan kuda. Foto: syahbari
Pada awal 1900-an, kereta penumpang ditarik oleh empat ekor kuda. Trayek untuk
kereta penumpang adalah dari Purwosari hingga Boyolali. Rangkaian keretanya hanya
berjumlah satu atau dua gerbong. Sedangkan kereta barang ditarik dengan tenaga
lembu. Kereta barang ini digunakan untuk mengangkut tebu milik pabrik gula, bukan
kereta penunpang untuk umum.
Kontur jalan dari Purwosari ke Boyolali naik-turun. Saat melewati jalan mendaki, kereta
akan ditarik oleh kuda. Akan tetapi, dari Boyolali-Banyudono yang jalanannya menurun,
kereta akan didorong dan selanjutnya bisa bergerak sendiri hingga Banyudono.
Baca juga: Perubahan Kereta Api dari Masa ke Masa, Ternyata Pernah
Jadi Ambulans Juga
Kuda yang digunakan untuk menarik kereta diangkut dengan gerbong khusus. Saat
kembali dari Banyudono ke Purwosari, kuda-kuda ini akan kembali bertugas menarik
kereta dari Boyolali hingga Purwosari. Cara ini terus dilakukan hingga sekitar tahun
1912-an.
Suasana stasiun Maos tahun 1919 dan lokomotif SS600. Foto: sepurwagen
Setelahnya, peran kuda digantikan dengan lokomotif. Lokomotif yang digunakan pada
awal kemunculannya disebut mirip stoomwels yang digunakan untuk mengeraskan
jalan, dan dilengkapi dengan handel maju mundur.
Lokomotif ini berbentuk persegi, tanpa stokker, dan hanya dijalankan oleh masinis.
Lokomotif seperti ini membuat kereta api masa lalu sulit menghindar jika terjadi bahaya
dalam perjalanan. Alasan tersebutlah yang akhirnya membuat pengelola menambahkan
personel tukang rem dan personel lain yang akan membantu saat kereta beroperasi.
Lokomotif ini diberi nomor seri 201 sampai 210.
Lokomotif dan rel “bergigi gelap” satu-satunya di Trayek
Bedono-Gemawang
Saat kondisi jalur kereta menanjak, loko bergigi gelap akan diletakkan di belakang, jika
jalanan turunan maka akan dipindah ke depan.
Berbagai perusahaan kereta api dengan trayek di Pulau
Jawa
Gedung Lawang Sewu yang dulu jadi kantor pusat NIS di Semarang. Foto: luk.staff.ugm.ac.id
Kala itu masih ada sekitar 10 perusahaan yang mengelola perjalanan kereta api. Salah
satu perusahaan kereta api masa lalu yang paling kuat dan mempunyai jarak trayek
yang paling panjang adalah NIS atau Nederland Indische Stoomtram Mi. Persuhaan ini
berpusat di Jogja, namun akhirnya pindah ke Semarang.
Suasana kesibukan pembangunan jaur kereta api Semarang-Tanggung. (Sumber: Koleksi Album
NISM)
Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara
melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Rute pertama SS meliputi Surabaya-
Pasuruan-Malang. Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta membangun jalur kereta
api seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram
Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost Java Stoomtram
Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM), Kediri Stoomtram
Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM), Modjokerto Stoomtram
Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram
Maatschappij (Mad.SM), Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).
Jalur kereta api Surabaya-Pasuruan sepanjang 63 km menjadi jalur kereta api pertama milik
perusahaan Negara Staatssporwegen (SS). (Sumber: media-kitlv.nl)
Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889),
Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922). Sementara itu di
Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel,
belum sampai tahap pembangunan. Sampai akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di
Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan
swasta sepanjang 3.375 km.
Staatssporwegen meresmikan jalur trem pertama di Sulawesi. Jalur yang menghubungkan
Pasarbutung-Takalar sejauh 12 km.
Pada tahun 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Semenjak itu,
perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas
Kereta Api). Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api hanya diutamakan untuk
kepentingan perang. Salah satu pembangunan di era Jepang adalah lintas Saketi-Bayah dan
Muaro-Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang batu bara guna menjalankan mesin-mesin
perang mereka. Namun, Jepang juga melakukan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang
diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta api disana.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa hari
kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang.
Puncaknya adalah pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September
1945 (kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia). Hal ini sekaligus menandai berdirinya
Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI). Ketika Belanda kembali ke Indonesia
tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia
bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh
perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM).
Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan
pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda. Pengalihan dalam bentuk
penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950. Pada
tanggal 25 Mei DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun tersebut
mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi
Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan
bangsa tanah air. Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan
Kereta Api (PJKA) tahun 1971. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA
berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991. Perumka berubah
menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api (Persero) tahun 1998. Pada tahun 2011 nama
perusahaan PT. Kereta Api (Persero) berubah menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan
meluncurkan logo baru.
Logo Perusahaan dari masa ke masa. (Sumber: Lokomotif & Kereta Rel Diesel, Hartono)
Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki tujuh anak perusahaan yakni PT Reska Multi
Usaha (2003), PT Railink (2006), PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek (2008), PT
Kereta Api Pariwisata (2009), PT Kereta Api Logistik (2009), PT Kereta Api Properti Manajemen
(2009), PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (2015).
Staatssporwegen (SS)
1963-1971 Perusahaan Nasional Kereta Api (PNKA) Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 1963
1971-1991 Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) Peraturan Pemerintah RI No. 61 Tahun 1971
1991-1998 Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA) Peraturan Pemerintah RI No. 57 Tahun 1990
1998-
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 1998
sekarang
Selamat Hari Kereta Api
Nasional! Ini Uraian Sejarah
Perkeretaapian Indonesia
Ahmad Sahroji, Jurnalis · Kamis 28 September 2017 08:08 WIB
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
Share on linkedin
Share on Pinterest
whatsapp
Share on mail
copy link
Toggle
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google
whatsapp
Toggle
1TOTAL SHARE
Share on Pinterest
Share on linkedin
Share on mail
copy link
AAA
0 Komentar
BERITA TERKAIT+
16 KA Jarak Jauh Dapat Berhenti di Jatinegara Antisipasi Tablig Akbar di Monas
Ketika Dokter-Dokter Cantik Layani Pengobatan Gratis di Kereta Api
Daop 1 Jakarta Memohon Maaf atas Dampak Aktifasi Jalur Ganda Lintas Kroya-
Purwokerto
Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik
Indonesia (DKARI). Ketika Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda
membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde
Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta
(kecuali DSM).
Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949,
dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda. Pengalihan
dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api
(DKA) tahun 1950.
Pada tanggal 25 Mei DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA).
Pada tahun tersebut mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang
mencerminkan transformasi Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi
andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa tanah air.
Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan
Kereta Api (PJKA) tahun 1971. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa
angkutan, PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka)
tahun 1991.
Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api (Persero) tahun 1998.
Pada tahun 2011 nama perusahaan PT. Kereta Api (Persero) berubah menjadi PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) dengan meluncurkan logo baru.
Bagaimana sejarah kereta api di indonesia
Oleh gitgitaDiposting pada Januari 13, 2018
Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta
api di Semarang, Jumat tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, LAJ Baron Sloet
van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh “Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische
Spoorweg Maatschappij” (NV NISM) yang dipimpin oleh JP de Bordes dari Samarang menuju desa
Tanggung (26 kilometer) dengan lebar sepur 1435 milimeter. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum
hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
Perkeretaapian di Indonesia adalah negara kedua di Asia (setelah India) yang mempunyai jaringan
kereta api tertua. Cina dan Jepang baru menyusul kemudian. Setelah Tanam Paksa (1830-1850), hasil
pertanian di Jawa tidak lagi sekadar untuk memenuhi kebutuhan sendiri tapi juga untuk pasar
internasional. Karena itu diperlukan sarana transportasi untuk mengangkut hasil pertanian dari
pedalaman ke kota-kota pelabuhan. Yang ada waktu itu hanya Jalan Raya Pos yang dirasa sudah tidak
memadai lagi, sehingga muncul gagasan untuk membangun jalan kereta api. Namun, tidak semua orang
setuju dengan rencana itu. Ada sebagian pihak yang berpendapat volume produk masih terlalu sedikit,
sehingga tidak efisien apabila diangkut dengan kereta api, sementara jumlah penumpang, kalaupun ada,
diperkirakan akan sangat sedikit. Di masa itu orang Jawa dianggap sebagai bangsa yang tidak suka
bepergian jauh, sedangkan orang Eropa yang diharapkan paling-paling hanyalah para pegawai negeri.
Muncul pula perdebatan tentang peran yang sebaiknya dimainkan pemerintah dalam pengembangan
perkeretaapian di Hindia Belanda. Pihak yang menentang keterlibatan langsung pemerintah
berpendapat, bahwa dana untuk membangun jalan rel sebaiknya dipakai untuk hal-hal yang lebih penting
dan mendesak, sebaiknya mereka yang menentang keterlibatan swasta merasa, bahwa jalan kereta api
mempunyai nilai strategis, sehingga resikonya terlalu besar apabila diserahkan pada swasta. Perdebatan
bahkan muncul tentang tenaga penggerak. Menteri Urusan Jajahan JC Baud, misalnya, mengusulkan
pembangunan jalan rel dengan kerbau atau kuda sebagai penarik kereta.
Baru pada tahun 1862 disetujui rencana pembangunan jalan kereta api pertama di Jawa, yaitu jalur
Semarang-Vorstelanden (daerah Kerajaan Yogyakarta dan Surakarta yang ketika itu merupakan daerah
pertanian paling produktif, tapi sekaligus juga paling sulit dijangkau), dan jalur antara Batavia (Jakarta) –
Buitenzorg (Bogor), tempat kedudukan pemerintah Hindia Belanda dan daerah penghasil teh dan kopi.
Kedua jalur ini dibangun dari sebuah perusahaan swasta, yaitu Nederlandsch – Indische Spoorweg
Maatschappj (NIS). Setelah diadakan berbagai persiapan termasuk bentuk konsesi yang akan diberikan,
maka pada hari Jumat tanggal 7 Juni 1864 di Kota Semarang diselenggarakan upacara sebagai tanda
pekerjaan pemasangan jalan rel dimulai. Sebagai puncak upacara ditandai pencangkulan tanah pertama
yang dilakukan oleh JAJ Baron Sloet van den Beele (Subarkah, 1987, halaman 3). Berbagai masalah
mewarnai pembangunan jalan rel ini, baik yang berupa hambatan kondisi alam yang sulit maupun
masalah keuangan, silih berganti muncul.
Meski demikian pada 10 Agustus 1867 jalan kereta api pertama di Indonesia bisa diresmikan, yaitu dari
Samarang sampai ke Tangoeng (sekarang Tanggung, Kabupaten Grobogan) sejauh sekitar 25 kilometer.
Tapi bukan berarti kesulitan telah bisa diatasi. Bahkan tidak lama kemudian pekerjaan terpaksa
dihentikan, karena Algemene Maatschappj voor Handel en Nijverheld Amsetrdam, pemegang saham
utama NIS, mengalami kesulitan keuangan dan nyaris bangkrut. Pembangunan baru bisa dilanjutkan lagi
setelah pemerintah turun tangan memberikan pinjaman lunak.
Stasiun pertama NIS di Semarang berada di Tambaksasi (Kemijen), bernama Stasiun Samarang di dekat
Pelabuhan Semarang. Stasiun Tambaksari ini adalah stasiun ujung, atau dalam bahasa Belanda disebut
kopstation. Tahun 1914 stasiun Tambaksari dibongkar untuk memungkinkan pembangunan jalan rel ke
stasiun NIS yang baru di Tawang. Sebagian bangunan stasiun Tambaksari masih dipakai untuk gudang,
sehingga kemudian dikenal sebagai stasiun Semarang Gudang.
Kedua jalur ini dibangun dari sebuah perusahaan swasta, yaitu Nederlandsch – Indische Spoorweg
Maatschappj (NIS). Setelah diadakan berbagai persiapan termasuk bentuk konsesi yang akan diberikan,
maka pada hari Jumat tanggal 7 Juni 1864 di Kota Semarang diselenggarakan upacara sebagai tanda
pekerjaan pemasangan jalan rel dimulai. Sebagai puncak upacara ditandai pencangkulan tanah pertama
yang dilakukan oleh JAJ Baron Sloet van den Beele (Subarkah, 1987, halaman 3). Berbagai masalah
mewarnai pembangunan jalan rel ini, baik yang berupa hambatan kondisi alam yang sulit maupun
masalah keuangan, silih berganti muncul.
Meski demikian pada 10 Agustus 1867 jalan kereta api pertama di Indonesia bisa diresmikan, yaitu dari
Samarang sampai ke Tangoeng (sekarang Tanggung, Kabupaten Grobogan) sejauh sekitar 25 kilometer.
Tapi bukan berarti kesulitan telah bisa diatasi. Bahkan tidak lama kemudian pekerjaan terpaksa
dihentikan, karena Algemene Maatschappj voor Handel en Nijverheld Amsetrdam, pemegang saham
utama NIS, mengalami kesulitan keuangan dan nyaris bangkrut. Pembangunan baru bisa dilanjutkan lagi
setelah pemerintah turun tangan memberikan pinjaman lunak.
Stasiun pertama NIS di Semarang berada di Tambaksasi (Kemijen), bernama Stasiun Samarang di dekat
Pelabuhan Semarang. Stasiun Tambaksari ini adalah stasiun ujung, atau dalam bahasa Belanda disebut
kopstation. Tahun 1914 stasiun Tambaksari dibongkar untuk memungkinkan pembangunan jalan rel ke
stasiun NIS yang baru di Tawang. Sebagian bangunan stasiun Tambaksari masih dipakai untuk gudang,
sehingga kemudian dikenal sebagai stasiun Semarang Gudang.
Dengan berbagai masalah yang timbul, akhirnya pada 10 Februari 1870 selesailah jalur sampai ke Solo,
setahun kemudian pembangunan jalan rel telah sampai ke Yogyakarta. Akhirnya, pada 21 Mei 1873 jalur
Semarang-Surakarta-Yogyakarta, termasuk cabang Kedungjati-Willem I (Ambarawa) diresmikan
pemakainnya. Pada tahun itu selesai pula alur Batavia-Buitenzorg.
Melihat besarnya kesulitan yang dihadapi NIS, tidak ada investor yang tertarik untuk membangun jalan
kereta api. Terpaksa pemerintah terjun langsung. Pemerintah mendirikan perusahaan Staat Spoorwagen
(SS). Jalur rel pertama yang di bangun oleh SS adalah antara Surabaya-Pasuruan sepanjang 115
kilometer yang diresmikan pada 16 Mei 1878.
Setelah NIS maupun SS kemudian terbukti mampu meraih laba, bermunculan belasan perusahaan-
perusahaan kereta api swasta besar maupun kecil. Umumnya mereka membangun jalan rel ringan atau
tramwagen yang biaya pembangunannya lebih murah. Tramwagen biasanya di bangun di sisi jalan raya.
Dan karena konstruksinya yang ringan, kecepatan kereta api tidak bisa lebih dari 35 kilometer per jam. Di
antara perusahaan-perusahaan tersebut yang mempunyai jaringan terpanjang adalah Semarang Joana
Stoomtram Maatschappij (SJS) sepanjang 417 kilometer dan Semarang Cheribon Stoomtram
Maatschappij (SCS) sepanjang 373 kilometer. Yang terpendek adalah Poerwodadi-Goendih Stoomtram
Maatschappj (PGSM) yang hanya mempunyai jaringan sepanjang 17 kilometer.
Keberhasilan swasta, NV NISM membangun jalan KA antara Samarang-Tanggung, yang kemudian pada
tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang – Surakarta (110 kilometer), akhirnya
mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau
pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864-1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25
kilometer, tahun 1870 menjadi 110 kilometer, tahun 1880 mencapai 405 kilometer, tahun 1890 menjadi
1427 kilometer dan pada tahun 1900 menjadi 3338 kilometer.
Selain di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera
Barat (1891), (1914). Bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47
kilometer antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923. Sisanya
Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat
dibangun, studi jalan KA rute Pontianak-Sambas (220 kilometer) sudah diselesaikan. Demikian juga di
pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.
Rel kereta api pertama kali diletakkan di bumi Sumatera Utara oleh Perusahaan Kereta Api Swasta
Belanda yang bernama Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) di tahun 1883 yang menghubungkan Kota
Medan dan Labuan (laboean) yang merupakan cikal bakal jalur kereta api Medan-Belawan.
Sejak dulunya Pelabuhan Belawan merupakan pelabuhan utama Sumatera Utara untuk membawa hasil
bumi seperti tembakau ke luar negeri. Dulu, Labuan merupakan sentral keramaian, bahkan sebelum kota
Medan berdiri. Pelabuhan Labuan di Sungai Deli inilah yang menjadi pusat perdagangan, transportasi
dan bongkar muat barang perkebunan (khususnya tembakau) di Sumatera bagian Timur, akan tetapi
karena Labuan seringkali kebanjiran dan tidak mampu mengakomodasi kapal-kapal uap besar maka
transportasi usaha perkebunan mulai dikonsentrasikan ke Pelabuhan Belawan
Sejak dulunya Pelabuhan Belawan merupakan pelabuhan utama Sumatera Utara untuk membawa hasil
bumi seperti tembakau ke luar negeri. Dulu, Labuan merupakan sentral keramaian, bahkan sebelum kota
Medan berdiri. Pelabuhan Labuan di Sungai Deli inilah yang menjadi pusat perdagangan, transportasi
dan bongkar muat barang perkebunan (khususnya tembakau) di Sumatera bagian Timur, akan tetapi
karena Labuan seringkali kebanjiran dan tidak mampu mengakomodasi kapal-kapal uap besar maka
transportasi usaha perkebunan mulai dikonsentrasikan ke Pelabuhan Belawan.
Jalur kereta api Medan-Belawan yang berjarak sekitar 21 kilometer, pada saat itu memiliki beberapa
stasiun, yaitu Stasiun Medan – Gloegoer – Poeloebraijan – Mabar – Titi Papan – Kampong Besar –
Laboean – Belawan – Pasar Belawan – dan Pelabuhan Belawan (Oceaanhaven I – II dan III).
Akan tetapi seiring perkembangan waktu, bertambahnya transportasi jalan raya dan berkurangnya tingkat
okupansi penumpang, maka pada saat ini Jalur Medan-Belawan tidak lagi digunakan untuk mengangkut
penumpang, melainkan hanya digunakan hanya untuk jalur KA Barang saja, yakni KA Barang
pengangkut CPO (Crude Palm Oil), PKO (Palm Kernel Oil), getah karet (lateks), BBM dan pupuk. Dulu,
saking ramainya jalur Medan-Belawan ini dilayani oleh double track (triple track dari Medan-Pulubrayan
dan double track dari Pulubrayan-Belawan). Sekarang sisa satu track, tinggal bekas-bekasnya yang
berserakan di beberapa lokasi. Stasiun KA yang saat ini masih digunakan pun tidak lagi sebanyak pada
zaman DSM masih berjaya.
Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro – Pekanbaru diprogramkan selesai
pembangunannya selama 15 bulan yang mempekerjakan 27500 orang, 25000 di antaranya adalah
Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak
menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro-Pekanbaru.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung
dalam “Angkatan Moeda Kereta Api” (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak
Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan
sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan mulai tanggal 28 September 1945
kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi
campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia.
Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta
dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).
Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) namanya diubah sejak tanggal 15 September 1971 menjadi
Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA diubah menjadi
Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), dan sejak tanggal 1 Juni 1999 menjadi PT Kereta Api
Indonesia (Persero).
Meskipun jalur Semarang-Tanggung, baru diresmikan pada 10 Agustus 1867, pada tahun 1863, NIS
telah memesan dua buah lokomotif dari Pabrik Borsig di Berlin, Jerman. Kedua lokomotif itu dirancang
untuk nantinya melayani jalur antara Kedungjati dan Willem I (Ambarawa) yang di beberapa tempat
mempunyai kemiringan sampai 2,8 persen.
Ketika itu lokomotif buatan Borsig banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan kereta api di Belanda.
Setahun kemudian dua lokomotif dikirim ke Semarang, tapi baru pada 22 Juni 1865 mulai dioperasikan,
masing-masing dengan nomor seri NIS 1 dan NIS 2. Karena jalur kereta api pada saat itu baru dalam
tahap pembangunan, NIS 1 dan NIS 2 dimanfaatkan untuk mempercepat pemasangan rel, sekaligus
untuk melatih petugas yang akan mengoperasikan dan memelihara lokomotif-lokomotif tersebut.
Sementara itu kedatangan lokomotif uap tersebut disambut masyarakat dengan rasa kagum tapi
sekaligus tajut. Seperti dikatakan Liem Thian Joe dalam buku ’Riwayat Semarang’ (1933), “Publiek
Priboemi dan Tionghoa pertjaja, itoe kepala spoor didjalanken dengan kekoeatan …….. setan” Pada
akhir 1866, empat lokomotif buatan Beyer Peacock, Manchester, Inggris itu tiba di Semarang dan diberi
nomor seri NIS 3-6. selain nomor seri keempat lokomotif itu mendapatkan nama, masing-masing ’JP de
Bordes’ (nama seorang pejabat NIS), ’Merapi’, ’Merbaboe’ dan ’Lawoe’. Nama-nama tersebut pada satu
sisi ditulis dalam aksara latin, pada sisi lain dalam aksara Jawa. Namun penggunaan keempat lokmotif
secara resmi baru pada 10 Agustus 1867, bersamaan dengan pembukaan jalur Semarang-Tanggung.
Saat itu seluruh jalur kereta api di Indonesia mempunyai lebar sepur (jarak antara rel) 1067 milimeter
(kecuali di Aceh yang menggunakan lebar sepur 750 milimeter). Namun jalan rel yang pertama di
Indonesia, antara Semarang dan Yogyakarta melalui Solo, tadinya mempunyai lebar sepur 1435
milimeter (4 kaki 8 inchi), sama dengan lebar sepur standar di Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Melihat kesulitan yang dihadapi ketika membangun jalan rel pertama itu, pemerintah Hindia Belanda
pada tahun 1869 meminta JA Kool and NH Henket untuk membuat studi tentang lebar sepur yang sesuai
untuk Jawa. Kool dan Henket melaporkan bahwa dari segi teknis maupun ekonomis lebar sepur 1067
milimeter (3 kaki 6 inchi) milimeter lebih sesuai untuk topografi Jawa yang berbukit-bukit. Karena itu
pemerintah Hindia Belanda kemudian menetapkan bahwa harus digunakan lebar sepur 1067 milimeter
untuk semua jaringan baru.
Jalan rel dengan lebar sepur 1067 milimeter yang pertama kali dibangun adalah jalur Batavia-Buitenzorg
(Jakarta-Bogor) yang diresmikan pada 31 Januari 1873. jalur ini semula milik NIS, tapi kemudian dibeli
SS. NIS sendiri ketika membangun jalan rel Semarang-Surabaya, melalui Gundih, Cepu dan Bojonegoro,
tidak lagi memakai lebar sepur 1435 milimeter, tapi menggunakan lebar sepur 1067 milimeter. Saat itu
seluruh jalur kereta api di Indonesia mempunyai lebar sepur (jarak antara rel) 1067 milimeter (kecuali di
Aceh yang menggunakan lebar sepur 750 milimeter). Namun jalan rel yang pertama di Indonesia, antara
Semarang dan Yogyakarta melalui Solo, tadinya mempunyai lebar sepur 1435 milimeter (4 kaki 8 inchi),
sama dengan lebar sepur standar di Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Sampai invasi Jepang ke Indonesia tahun 1942-1945, rel-rel NIS / SS banyak dibongkar, terutama gauge
1435 milimeter, dipindah bangun ke Sumatera – dibangun rel dari Sumatra Barat ke Riau – jalur rel
sudah selesai dibangun namun Jepang sudah kalah Perang Dunia II, sehingga rel itu belum pernah
sempat terpakai.
Menilik Perkembangan
Kereta Api Indonesia dari
Masa ke Masa
Jumat, 9 Maret 2018 09:41 WIB
dok. KAI
Bicara tentang transportasi publik, kereta api adalah salah satu yang paling
memiliki nilai sejarah berhubungan dengan Indonesia. Keberadaan kereta api di
Tanah Air sudah ada jauh sebelum kemerdekaan. Dalam catatan sejarah, kereta
api telah membantu mobilitas masyarakat bahkan sejak era kolonial, tepatnya
pada masa Tanam Paksa.
Sesuai semboyan “Jasmerah” pada pidato Bung Karno (Ir. Soekarno) dalam
rangka HUT RI tahun 1966, kita “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah” apalagi
sejarah kereta api yang telah banyak memajukan kehidupan masyarakat di
Tanah Air. Oleh karena itu, kini sempatkan waktu untuk menilik perkembangan
kereta api Indonesia dari masa lampau hingga masa sekarang.
1. Tahun 1867, operasional perdana kereta api di Indonesia
Berdasarkan catatan sejarah, kereta api Indonesia pertama kali beroperasi untuk
umum pada Sabtu, 10 Agustus 1867. Perjalanan perdana ini menghubungkan
Desa Kemijen di Semarang Timur dengan Desa Tanggungharjo di Kabupaten
Grobogan, Jawa Tengah, melalui relasi Stasiun Samarang – Stasiun Tanggung.
Panjang lintasan saat itu mencapai 27 kilometer. Pada operasi perdana, kereta
api ini singgah di Stasiun Alas Tua dan Stasiun Brumbung sebelum akhirnya
berhenti di tujuan akhirnya. Pengoperasian kereta api perdana ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan militer dan mobilitas hasil bumi Belanda di Kota
Semarang pada masa itu.
2. Jawa punya jalur transportasi terlengkap pada masa kolonial Belanda
Pulau Jawa merupakan kawasan Nusantara yang dapat dikatakan “paling
dijajah” dibanding pulau lainnya. Selama masa penjajahan, pemerintah kolonial
rajin membuka jalur kereta api di sepanjang Pulau Jawa untuk memudahkan
mobilisasi hasil bumi dan keperluan militer.
Hal tersebut menjadikan Pulau Jawa punya jalur transportasi paling lengkap
pada masanya. Kota-kota di Jawa terhitung sudah terhubung melalui jalur kereta
api, bahkan jauh sebelum proklamasi diresmikan. Sementara itu, di masa yang
sama pembukaan jalur kereta untuk Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi, dan
sekitarnya barulah sebatas rencana.
3. Tahun 1925, kereta listrik pertama di Tanah Air beroperasi
Teknologi kereta api listrik masuk di Indonesia pertama kalinya pada tahun 1925.
Kereta api tersebut menggunakan lokomotif listrik seperti ESS 3201 dan
beroperasi pertama kali di kawasan Jabodetabek. Elektrifikasi jaringan rel
keretanya sendiri telah dibangun pada tahun 1923 oleh perusahaan Electrische
Staats Spoorwegen (ESS) yang merupakan bagian perusahaan kereta
api Batavia khusus mengelola sarana, prasarana, dan operasional kereta listrik.
Awal mulanya, kereta listrik pertama memiliki julukan “si Bon-Bon” atau
“Djokotop”. Sepanjang tahun 1926 hingga tahun 1970-an, si Bon-Bon melayani
relasi Tanjung Priok – Jatinegara (dulunya bernama Meester Cornelis) dan
berlanjut melayani relasi Depok – Bogor (dulunya bernama Buitenzorg).
Menariknya, pengoperasian kereta listrik di Jakarta pada saat itu menjadi salah
satu tonggak bermulanya sistem transportasi massal modern di Asia.
4. Tahun 1953, dieselisasi meramaikan industri kereta api Indonesia
Perkembangan teknologi kereta api di Tanah Air selanjutnya tercatat di tahun
1953. Pada masa itu, terjadi dieselisasi di mana lokomotif uap beralih menjadi
lokomotif diesel. Peralihan tersebut ditandai dengan datangnya lokomotif
CC200 ke Indonesia dari Amerika Serikat.
Lokomotif produksi General Electric tahun 1953 ini menjadi kereta diesel elektrik
dengan kabin ganda pertama di Tanah Air. Kereta ini juga berjasa mengangkut
rombongan peserta Konferensi Asia Afrika tahun 1955 yang terlaksana di Kota
Bandung. Saat ini, lokomotif bersejarah tersebut menjadi salah satu koleksi
unggulan Museum Kereta Api Ambarawa di Semarang.
5.Industri kereta api Tanah Air semakin berkembang di usia 1,5 abad
Saat ini, industri perkeretaapian Tanah Air sudah memasuki usia 150 tahun. Di
usia sepuh tersebut, eksistensi kereta api kita malah semakin berkembang. Hal
tersebut terlihat dari gencarnya pembukaan jalur baru di berbagai pulau di Tanah
Air dan proyek peningkatan infrastruktur.
Di sisi lain, perkembangan yang juga semakin pesat adalah sistem pemesanan
tiket. Saat ini, proses pemesanan tiket kereta api menjadi sangat mudah dan
cepat berkat adanya kecanggihan teknologi. Salah satu bukti nyata dapat Anda
lihat dari kehadiran fitur-fitur di aplikasi mobile Traveloka, yang menawarkan tiga
fitur yang menjadikan proses pemesanan tiket kereta api semakin mudah.
Fitur Passenger Quick Pick memungkinkan pengguna untuk mengisi data
penumpang dengan cepat, karena informasi tersebut dapat disimpan di sistem
Traveloka sehingga pembeli tiket tak perlu lagi mengetik data secara manual.
Hadir pula fitur Kartu Saya (My Cards), yang dapat digunakan untuk menyimpan
data hingga tiga kartu kredit, menjadikan transaksi dengan kartu kredit lebih
praktis.
Kini, Traveloka juga hadir dengan Saldo UANGKU, sebuah dompet online yang
dapat Anda top-up hingga nominal Rp1 juta dan menjadi alat pembayaran untuk
transaksi, termasuk saat membeli tiket kereta api.
Tentunya, kemudahan tersebut juga sangat pas Anda gunakan untuk
menyambut musim mudik Lebaran yang semakin dekat. Di Traveloka, tiket
kereta api tersedia hingga 90 hari atau tiga bulan sebelum tanggal
keberangkatan, sehingga Anda tak perlu khawatir kehabisan tiket, karena dapat
memesan sedini mungkin. Pastikan Anda memanfaatkan fitur-fitur canggih yang
ada di Traveloka demi proses membeli tiket kereta yang lebih cepat, mudah, dan
aman. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Menilik Perkembangan Kereta Api Indonesia dari
Masa ke Masa, http://www.tribunnews.com/travel/2018/03/09/menilik-perkembangan-kereta-api-
indonesia-dari-masa-ke-masa.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Inilah 10 Kereta Tercepat di Dunia, Mana
Juaranya?, http://jogja.tribunnews.com/2016/05/13/inilah-10-kereta-tercepat-di-dunia-mana-juaranya.
Editor: mon