“Diare”
Keperawatan Anak
Disusun Oleh:
P07220216023
Kalimantan Timur
Tahun 2020/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE
1. Pengertian
Menurut WHO (2013a) Diare merupakan suatu kondisi dimana
individu mengalami buang air dengan frekuensi sebanyak 3 atau lebih per hari
dengan konsistensi tnja dalam bentuk cair. Ini biasanya merupakn gejala
infeksi pencernaan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus
dan parasit.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010b), diare adalah suatu
kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering ( biasanya
tiga kalia atau lebih) dalam satu hari. Diare terdiri dari dua jenis yaitu diare
akut dan diare persisten/kronik.
2. Etiologi
Menurut Kemenkes RI, penyebab diare secara klinis dapat
dikelompokkan menjadi 6 golongan yaitu infeksi ( disebabkan oleh bakteri,
virus, atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan,
immunodefesiensi, dan sebab-sebab lainnya. Diare yang disebabkan infeksi
dan keracunan merupakan penyebab yang sering ditemukan di masyarakat
atau secara klinis. Penyebab diare dapat dibagi mejadi 2 kelompok yaitu ifeksi
dan non infeksi (cleveland, 2013; CDC, 2011; Healthline, 2013;dan Kasper et
al, 2005).
Penyebab infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan protozoa.
Penyebab non infeksi bisa disebabkan oleh karena adanya luka/peradangan,
penyakit inflamasi usus dan iritasi pada usus.
1. Infeksi. Hal ini biasanya ditularkan melalui rute fecal-oral.
Beberapa jeni diare karena infeksi yaitu:
a. Diare secara umum
1) Virus (misalnya adenovirus, astrovirus, rotavirus,
Norwalk virus) merupakn penyebab paling umum dari
diare di Amerika Serikat. Yang paling umum pad anak-
anak yaitu rotavirus dan pada orang dewasa yaitu
norovirus.
2) Escherichia coli (E-coli), clostridium difficile
(C.difficile, dan Campylobacter, Salmonella dan
Shigella spp., merupakan bakteri penyebab diare. B-
cereus, C. prefingens, S. aureus,Salmonella spp., dan
lain-lain menyebabkn keracunan makanan.
3) E. histolytica, Giardia, Cryptosporidium dan
Cyclospora spp., merupakan agen parasit (protozoa)
yang menyebabkan diare.
7. Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana diare adalah dengan lintas diare atau lima langkah
tuntaskan diare.Pemberian cairan bukan satu-satunya cara untuk mengatasi
diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat
diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Menurut Depkes RI (2011), program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang.Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru
dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah.Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang.Bila penderita tidak minum harus segera di
bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan.
Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi.
1. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret Umur 1 – 4
tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1
– 1½ gelas setiap kali anak mencret
2. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
3. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas.Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan
dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit.
Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak yang lebih besar
dapat minum langsung dari gelas.Bila terjadi muntah hentikan dulu
selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1
sendok setiap 2-3 menit.Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai
dengan diare berhenti.
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.
Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),
dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus
yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare
pada 3 bulan berikutnya.Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus
diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada
balita:
o Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
o Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang
atau air susu ibu, sesudah larut berikan pada anak diare.
d. Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), dan suspek kolera.
e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang:
Cara memberikan cairan dan obat di rumah
Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila
Diare lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan/minum sedikit
Timbul demam
Tinja berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari.
8. Komplikasi
Menurut Nelwan (2014),“Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis
(terjadi sekitar 1% pada diare akut pada wisatawan). Bisa timbul
pertumbuhan bakteri diusus secara berlebihan, sindrom
malabsorbsi.Merupakan tanda awal pada inflammatory bowel
disease.Menjadi predisposisi sindroma raiter’s atau sindrom hemolitik-
uremikum” .
9. Pengkajian
Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengenal
keadaan umum dan perilaku bayi atau anak, menurut Wong (2009), keadaan
umum bayi yang dapat diperiksa meliputi mengkaji dehidrasi seperti
berkurangnya haluran urin, menurunnya berat badan, membran mukosa yang
kering, turgor kulit yang jelek, ubun- ubun yang cekung, dan kulit yang pucat,
dingin serta kering. Pada dehidrasi yang lebih berat gejala meningkatnya
dehidrasi nadi, dan respirasi, menurunnya tekanan darah dan waktu pengisian
ulang kapiler yang memanjang (>2 detik) dapat menunjukan syok yang
mengancam). Riwayat penyakit akan memberikan informasi penting
mengenai kemungkinan agen penyebabnya seperti pengenalan makanan yang
baru, kontak dengan agen yang menular, berwisata kedaerah dengan
suseptibilitas tinggi, kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber
infeksi enterik. Riwayat alergi, pengunaan obat dan makanan dapat
menunjukan kemungkinan alergi, terhadap makanan yang banyak
mengandung, sorbitol dan fruktosa( misalnya jus apel).
Menurut Hidayat (2008), pengkajian tentang permasalahan diare
dapat dilihat tanda dan gejala sebagai berikut, frekuensi buang air besar pada
bayi lebih dari 3 kali sehari, pada neonatus lebih dari 4 kali. Bentuk cair
kadang-kadang disertai dengan darah atau lendir, nafsu makan menurun,
warna kelaman kehijauan karena bercampur dengan empedu, muntah rasa
haus, adanya lecet didaerah anus, adanya tanda-tanda dehidrasi.Pada
pengkajian faktor penyebab dapat disebabkan oleh faktor bakteri, atau faktor
makanan, faktor obat-obatan, dan juga faktor psikologi. Pada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan adanya turgor kulit buruk, membran mukosa kering,
pada bayi ubun- ubun cekung, bising usus meningkat, kram abdomen,
penurunan berat badan, perubahan tanda- tanda vital, yaitu peningkatan nadi
dan pernapasan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antaralain seperti
kadar kalium, natrium, dan klorida.
10. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Diare menurut SDKI 2016, adalah :
1. Diare berhubungan dengan risiko Infeksi (D.0020)
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif (diare).(D.0003)
3. Risiko Syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan (D.0039)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.
0111)
11. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan
dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi
pasien.Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit diare
menurut NIC NOC (2015) adalah sebagai berikut:
Tabel 11,1 Intervensi Keperawatan pada diare
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
WHO, UNICEF. Oral Rehydration Salt Production of the new ORS. Geneva. 2006
WHO. Persistent diarrhea in children in developing countries: memorandum from a
WHO meeting. Bull World Health Organ. 1988; 66: 709-17