Anda di halaman 1dari 74

IMPLEMENTASI PEMASANGAN TUTUP FUSE CUT OUT

(FCO) PADA PENYULANG KRAPYAK 13 GUNA MENGATASI


GANGGUAN EKSTERNAL JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN
MENENGAH 20 kV

Laporan Kerja Praktik

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Program Studi Teknik Elektro Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro Semarang

Oleh :

BRYAN STEVEEN

NIM 21060115060009

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

DEPARTEMEN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan di PT. PLN (Persero) Rayon Semarang Barat yang
telah dilaksanakan mulai tanggal 03 Januari 2018 sampai dengan 03 Februari 2018,
disusun oleh :

Nama : Bryan Steveen


NIM : 21060115060009
Judul : IMPLEMENTASI PEMASANGAN TUTUP FUSE CUT OUT
(FCO) PADA PENYULANG KRAPYAK 13 GUNA
MENGATASI GANGGUAN EKSTERNAL JARINGAN
DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 kV

Telah disetujui untuk dilaporkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Teknik Elektro Departemen Teknologi
Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro Semarang.

Hari :

Tanggal :

Mengetahui Menyetujui

Manager Pembimbingan Lapangan

PT. PLN (Persero) PT. PLN (Persero)

Rayon Semarang Barat Rayon Semarang Barat

Yudi Dharyadi Andika Wahyu P


NIP. 8209124Z NIP. 8909118K
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan di PT PLN (Persero) Rayon Semarang Barat yang
telah dilaksanakan mulai tanggal 03 Januari 2018 sampai dengan 03 Februari 2018,
disusun oleh :

Nama : Bryan Steveen


NIM : 21060115060009
Judul : IMPLEMENTASI PEMASANGAN TUTUP FUSE CUT OUT
(FCO) PADA PENYULANG KRAPYAK 13 GUNA
MENGATASI GANGGUAN EKSTERNAL JARINGAN
DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 kV

Telah disetujui untuk dilaporkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Teknik Elektro Departemen Teknologi
Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro Semarang.

Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Menyetujui,
Ketua PSD III Teknik Elektro Departemen
Dosen Pembimbing
Teknologi Industri Sekolah Vokasi
Laporan Praktek Kerja
Universitas Diponegoro

Yuniarto,ST,MT Arkhan Subari, ST,M.Kom


NIP. 197106151998021001 NIP. 197710012001121002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktik ini tepat pada waktunya di PT. PLN (PERSERO) RAYON
SEMARANG BARAT dengan judul “IMPLEMENTASI PEMASANGAN TUTUP
FUSE CUT OUT (FCO) PADA PENYULANG KRAPYAK 13 GUNA
MENGATASI GANGGUAN EKSTERNAL JARINGAN DISTRIBUSI
TEGANGAN MENENGAH 20 kV”.
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
kegiatan kerja praktik yang merupakan mata kuliah wajib pada Program Studi
Diploma III Teknik Elektro Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro yang menjadi salah satu persyaratan akademik dan kelulusan
studi.
Dalam kerja praktek yang dijalani, penulis berusaha menimba pengalaman yang
tidak didapatkan di bangku kuliah. Penulis menyadari bahwa masih banyak hal yang
belum diketahui dan tidak didapatkan pada bangku kuliah. Oleh karena itu masih
banyak ditemui kekurangan pada penyusunan laporan ini. Tidak lupa penulis
sampaikan ucapan terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang telah didapatkan
selama menjalani kerja praktik ini kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam yang memberikan nikmat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan baik.
2. PT. PLN (PERSERO) RAYON SEMARANG BARAT, yang telah menerima
kami untuk melaksanakan praktik kerja lapangan.
3. Bapak Yudi Dharyadi selaku Manajer Rayon Semarang Barat yang telah
memberi kesempatan melakukan kerja praktek dan menimba ilmu di PT. PLN
(PERSERO) RAYON SEMARANG BARAT.
4. Bapak Arkhan, selaku dosen pembimbing kerja praktek yang tidak kenal
lelah memberikan ilmu, waktu untuk berbagi nasihat dan memberikan
semangat kepada penulis.
5. Ibu Fika sebagai Supervisor TE (Transfer Energi), Ibu Yuni, Ibu Yanti dan
Mba Mayang selama melaksanakan kerja praktek di Rayon Semarang Barat.
6. Team Pelayanan Teknik, Pak Andika, Mas Yogka, Mas Mahfud, Mas Dasa,
Pak Heri, Pak Budi, Pak Budiono, IbuTari, serta Mas Lucky yang selalu
membimbing dan mengajarkan banyak hal selama pelaksanaan kerja praktek.
7. Seluruh karyawan, outsorcing, karyawati, OJT, security dan cleaning tenaga
service di Rayon Semarang Barat.
8. Semua dan Bapak Ibu Dosen Pengajar Jurusan Teknik Elektro yang telah
memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama penulis berkuliah.
9. Teman seperjuangan D3 Teknik Elektro angkatan 2014 Bravo.

Dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan di sini. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah dilakukan. Penulis menyadari masih
banyak yang dapat dikembangkan pada laporan kerja praktek ini. Oleh karena itu,
penulis menerima setiap masukan dan kritik yang diberikan. Semoga laporan kerja
praktek ini dapat memberikan manfaat.

Semarang, 20 Februari 2017


Penulis

Bryan Steveen
ABSTRAK
Keandalan operasional jaringan merupakan kemampuan untuk
mengoperasikan jaringan demi meminimalisir jumlah listrik padam, salah satunya
kerusakan Fuse Cut Out (FCO) merupakan masalah yang harus diminimalisir ,
karena FCO merupakan peralatan pada JTM (Jaringan Tegangan Menengah) yang
sangat penting sebagai pengaman yang melindungi jaringan terhadap arus beban
lebih (over load current) yang mengalir melebihi dari batas maksimum, yang
disebabkan karena hubung singkat (short circuit) atau beban lebih (over load).
Oleh karena itu pemasangan tutup atas Fuse Cut Out (FCO) yang sesuai
dengan SOP menjadi sangat penting agar penyaluran tenaga listrik dapat andal dan
kontinyu serta peralatan tidak mudah mengalami kerusakan pada saat melakukan
pengamanan saat terjadi beban lebih atau saat terjadi hubungan singkat yang
disebabkan faktor eksternal seperti binatang, terutama pada penyulang yang di
prioritaskan dan sering mengalami gangguan baik pada FCO.

Kata kunci : FCO, pemasangan tutup FCO, dan keandalan.


ABSTRACT

The reliability of network operational is capability to operate network to


reduce the number of power lines fell One of them damage Air Break Switch (ABSW)
Is problems to be minimized, because absw is equipment on form JTM ( network
medium voltage ) very important to maneuver network.
Hence maintenance periodical and the operation of ABSW according to sop
is very important to reach electricity and continuous can reliable and equipment not
easily damaged in when making especially on feeder in prioritizing and often have
been affected by absw on contact main or on joint network.

Keywords: absw, maintenance and reliability.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN PLN...............................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN UNDIP.........................................................................iii

KATA PENGANTAR..................................................................................................iv

ABSTRACT..................................................................................................................vi

DAFTAR ISI..............................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan.............................................2

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan..................................................................3

1.4 Batasan Masalah..........................................................................................3

1.5 Metode Pengumpulan Data.........................................................................3

1.6 Sistematika Penulisan Laporan....................................................................4

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (Persero) RAYON SEMARANG BARAT

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Listrik Negara.................................................6

2.2 Visi Dan Misi Perusahaan Listrik Negara...................................................8

2.3 Makna Logo PLN........................................................................................9

2.4 Profil PT. PLN (PERSERO) RAYON SEMARANG BARAT.................10

2.5 Visi dan Misi Perusahaan..........................................................................11

2.5.1 Visi Perusahaan..............................................................................11

vii
i
2.5.2 Misi Perusahaan.............................................................................11

2.5.3 Moto perusahaan............................................................................11

2.6 Struktur Organisasi....................................................................................12

2.6.1 Jobs Diskripsi.................................................................................13

2.7 Wilayah Kerja............................................................................................15

2.7.1 Kecamatan Semarang Barat...........................................................15

2.7.2 Kecamatan Ngaliyan......................................................................16

2.7.3 Kecamatan Tugu............................................................................16

2.7.4 Penyulang PT. PLN (PERSERO) RAYON Semarang Barat.........17

2.8 Data Perusahaan PT. PLN (Persero) Rayon Semarang Barat....................18

2.9 Kegiatan operasional.................................................................................18

BAB III PERALATAN MATERIAL PADA AIR BREAK SWITCH (ABSW) DAN SOP
PENGGUNAANNYA

3.1 Pengertian Air Break Switch (ABSW)........................................................20

3.2 Bagian-bagian ABSW...............................................................................21

3.2.1 Stang ABSW..................................................................................21

3.2.2 Steel Cross Arm Besi.....................................................................21

3.2.3 Suspension Insulator......................................................................22

3.2.4 Pisau Kontak ABSW........................................................................22

3.2.5 Kawat Pentanahan...........................................................................23

3.2.6 Peredam Busur Api.........................................................................23

3.2.7 Pita Logam Fleksibel......................................................................24

ix
3.3 PENGOPERASIAN AIR BREAK SWITCH (ABSW).................................24

3.3.1 Petugas yang terkait........................................................................25

3.3.2 Peralatan Pekerja............................................................................25

3.3.3 Peralatan K3...................................................................................25

3.3.4 Langkah Kerja Pengoprasion ABSW...............................................25

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pemeliharaan AirBreak Switch (ABSW)....................................................28

4.1.1 Tujuan Pemeliharaan......................................................................28

4.1.2 Jenis Pemeliharaan..........................................................................28

4.1.3 Pemeliharaan Rutin.........................................................................28

4.2 Permasalahan pada ABSW..........................................................................30

4.3 Pemeliharaan Intensi pada Air Break Switch (ABSW)..............................32

4.4 Peralatan dan Bahan pada Pemeliharaan ABSW........................................32

4.5 Tahap-tahan Pemeliharaan ABSW..............................................................41

4.5.1 Sebelum Pemeliharaan....................................................................41

4.5.2 Pelaksanaan Pemeliharaan..............................................................44

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan................................................................................................48

5.2 Saran..........................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyaluran tenaga listrik yang aman, andal dan kontinyu merupakan prioritas
utama PT. PLN (persero). Pada jaringan listrik distribusi 20 kv, demi mewujudkan
penyaluran tenaga listrik yang aman dan andal, PLN harus selalu melakukan
pemeliharaan dan perbaikan terhadap peralatan-peralatan pada listrik jaringan
tegangan menengah 20 kv, karena apabila peralatan-peralatan yang meghantarkan
tenaga listrik sampai mengalami gangguan atau berkerja tidak maksimal, maka
penyaluran listrik ke konsumen bisa terhambat dan akan memengaruhi kinerja
penyulang mapun target SAIDI dan SAIFI yang ditentukan oleh PLN. Pemeliharaan
pada peralatan peralatan jaringan tegangan menengah 20 kv juga di gunakan agar
manuver dan pengoperasian dari peralatan tersebut dapat lancar dan tidak mengalami
masalah.
Salah satu peralatan pada jaringan 20 kv yang selalu dipelihara adalah FCO
(Fuse Cut Out), karena fungsi FCO sangat krusial yaitu untuk pengaman yang
melindungi jaringan terhadap arus beban lebih (over load current) yang mengalir
melebihi dari batas maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat (short
circuit) atau beban lebih (over load), terutama gangguan hubungan singkat karena
faktor eksternal akibat binatang yang merangkak ke FCO yang dapat menyebabkan
hubungan singkat Setiap FCO. Untuk mengatasi gangguan yang disebabkan
hubungan singkat akibat hewan yang naik ke tiang listrik dan melintasi FCO yang
menyebabkan hubungan singkat. Pemasangan tutup atas FCO ini ditujukan untuk
mencegah hewan yang merayap melewati FCO yang dapat menyebabkan hubungan
singkat karena tubuh hewan yang menyentuh fasa yang terpasang pada FCO, hewan
mau pun benda asing menempel pada jumper atau komponen kontak FCO yang tidak
terisolasi oleh tutup atas FCO yang terbuat dari bahan isolator
Penggunaan Fuse Cut Out ini merupakan bagian yang terlemah di dalam
1
jaringan distribusi. Sebab Fuse Cut Out boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat
yang memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya arus maksimum yang
diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut, maka perlunya backup terhadap
FCO. Pemasangan tutup atas FCO berguna untuk mencegah hubungan singkat yang
disebabkan binatang atau benda lain dan meningkatkan keandalan jaringan distribusi
yang tetap menyalurkan listrik tanpa ada gangguan terutama pada FCO dan menjadi
jaringan yang memberikan pelayanan kepada pelanggan dan keuntungan bagi
perusahaan.

2
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan
A. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1) Memperoleh pengalaman dan wawasan baru di dunia kerja yang mana
tidak kita dapatkan dibangku perkuliahan.
2) Mempraktekkan langsung teori yang didapat diperkuliahan pada
kondisi sebenarnya di lapangan.
3) Memenuhi syarat kelulusan sebagai syarat lulus pada jurusan PSD III
Teknik Elektro Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro agar
mendapat gelar Ahli Madya.
4) Membantu melaksanakan pekerjaan serta mencoba mencari solusi dari
masalah yang ada di PT. PLN (Persero) Rayon Semarang Barat.

B. Manfaat Praktek Kerja Lapangan


1) Memperoleh pengalaman nyata tentang dunia kerja dan iklim kerja di
PT. PLN (Persero).
2) Memperoleh pengalaman nyata dan lebih mengetahui bagaimana
dunia kerja yang sesungguhnya.
3) Mengetahui bagaimana cara pemeliharaan dan pengoperasian Air
Break Switch (ABSW)

C. Manfaat bagi Perguruan Tinggi Universitas Diponegoro


1) Menjalin kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan PT.
PLN (Persero).
2) Memperoleh gambaran tentang perusahaan sebagai bahan informasi
untuk mengembangkan pendidikan.
3) Mengetahui tingkat keberhasilan dalam penerapan ilmu dengan
aplikasi yang nyata didunia kelistrikan.
4) Merupakan salah satu wujud dari Sekolah Vokasi Universitas
Diponegoro guna membantu mahasiswa agar lebih mengenal
kelistrikan yang sesungguhnya.
D. Manfaat bagi PT. PLN (PERSERO) Rayon Semarang Barat
1) Merupakan perwujudan nyata perusahaan dalam mendukung dunia
pendidikan.
2) Dapat memperoleh bibit baru yang berkualitas untuk nantinya dapat
bekerja di PT. PLN (Persero).
3) Mengenalkan perusahaan kepada masyarakat melalui kerjasama antara
pihak perusahaan dengan perguruan tinggi.
4) Membantu program pemerintah dalam menyiapkan Sumber Daya
Manusia yang lebih berkualitas dan berkompeten.

1.3 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

Tempat dan waktu pelaksanaan Kerja Praktek adalah :

Tempat : PT. PLN (Persero) Rayon Semarang Barat

Waktu : 03 Januari 2018 – 03 Februari 2018

1.4 BATASAN MASALAH


Penyaluran tenaga listrik harus terjaga kestabilannya. Pada jaringan 20 KV
sering dijumpai kerusakan peralatan jaringan, salah satunya kerusakan FCO, sehingga
tidak dapat dioperasikan. Maka dari itu penulis akan menguraikan tentang
pemasangan tutup atas FCO guna mengatasi gangguan eksternal dari benda asing
terutama terhadap binatang yang menyentuh FCO yang mengakibatkan hubungan
singkat.

1.5 METODE PENGUMPULAN DATA


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penyusunan laporan
kerja praktik ini ada 2, yaitu :
1. Cara Langsung
a. Obervasi

Observasi lapangan dilakukan dengan cara langsung terjun dilapangan mencari


bahan yang dibutuhkan. Bisa dengan cara inspeksi jaringan dan melakukan
pengukuran trafo saat beban puncak. Wilayah yang diobservasi yaitu seluruh
feeder yang ada di wilayah kerja rayon Barat.
b. Interview
Metode ini merupakan cara yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab
terhadap petugas dilapangan yang langsung menangani hal yang terkait. Tanya
jawab seperti ini biasanya selain lebih mendekatkan antara petugas dan penulis
sehingga dalam komunikasi lebih lancar, terkadang kita juga mendapatkan ilmu-
ilmu praktis yang tidak kita dapatkan di dalam perkuliahan.
1. Cara Tidak Langsung
Metode ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dengan merangkum
dan memilih data yang ada di Gardu Induk Semarang, Gardu Induk Krapyak
APP Semarang PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali dan buku-buku referensi
yang berkaitan dengan judul yang saya ambil serta browsing dari internet untuk
memperkuat data yang telah didapatkan.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN


Dalam penulisan laporan kerja praktik menggunakan sistematika untuk
memperjelas pemahaman terhadap materi yang diajakin objek pelaksanaan kerja
praktik. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan dan manfaat kerja praktik, tempat
dan waktu pelaksanaan kerja praktik, batasan permasalahan,
metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan
laporan.
BAB II : GAMBARAN SINGKAT PT. PLN (PERSERO) RAYON
SEMARANG BARAT
Berisi tentang sejarah singkat terbentukanya PT. PLN
(Persero), makna lambang, struktur organisasi PT. PLN
(PERSERO) Area dan Rayon Semarang Barat serta wilayah
kerjanya.

BAB III : PERALATAN PADA AIR BREAK SWITCH (ABSW)


DAN SOP PENGGUNAAN AIR BREAK SWITCH
(ABSW)
Berisi mengenai pengertian FCO secara umum dan peralatan
utama yang terpasang pada FCO dan bagaimana cara
pengoperasian FCO yang benar menurut SOP dan fungsi
tutup atas FCO.

BAB IV : PEMBAHASAN
Berisi tentang pemasangan tutup FCO, jenis – jenis gangguan
dan cara pemeliharaannya agar normal kembali serta
pengoperasian FCO tersebut.

BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan yang dapat ditarik dari kerja

praktik yang telah dilaksanakan dan saran untuk PT. PLN

(Persero) sebagai tempat kerja praktik.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
GAMBARAN SINGKAT PT. PLN (PERSERO)

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Listrik Negara


Kelistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, pada saat
beberapa perusahaan milik Belanda, antara lain pabrik gula dan teh mendirikan
pembangkit tenaga listrik yang dipergunakan untuk keperluan sendiri.
Kelistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada pada saat perusahaan swasta
milik Belanda yaitu NV. Nign yang pada mulanya bergerak di bidang gas
memperluas usahanya dibidang listrik untuk kemanfaatan umum, pada tahun
1927 pemerintah Belanda membentuk S’lands Waterkracht Bedruven (LWB)
yaitu perusahaan listrik negara yang mengelola PLTA Plegan, PLTA Lamajan,
PLTA Bengkok Dago, PLTA Ubruk dan Kracak di daerah Jawa Barat, PLTA
Giringan di Madiun, PLTA TES di Bengkulu, PLTA Tonsea Lama di Sulawesi
Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa kotapraja dibentuk
perusahaan-perusahaan listrik kotapraja.
Menyerahnya pemerintah Belanda kepada Jepang dalam perang dunia II
maka Indonesia dikuasai oleh Jepang. Oleh karena itu perusahaan listrik dan gas
yang ada diambil alih oleh Jepang dan semua personil dalam perusahaan listrik
tersebut diambil alih oleh orang-orang Jepang. Pada masa penjajahan Jepang
(1942- 1945), perindustrian tenaga listrik dilaksanakan oleh Djawa Denki
Djingyo Shabandoeng Shi Sha dengan wilayah kerja seluruh Jawa. Tahun 1957
merupakan titik tolak awal pengelolaan penguasaan pelistrikan di seluruh
Indonesia oleh Pemerintahan Republik Indonesia, karena pada tahun tersebut
dimulai adanya Nasionalisasi Perusahaan Asing di Indonesia. Dengan jatuhnya
Jepang ke tangan sekutu dan diproklamasikannya kemerdekaan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka kesempatan baik ini
dimanfaatkan oleh pemuda dan buruh listrik dan gas untuk mengambil alih
perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasai Jepang.
Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan kekuasaan
Jepang kemudian pada bulan September 1945 delegasi dari buruh atau pegawai
listrik dan gas yang diketuai oleh Kobarsyih menghadap pimpinan KNI (Komite
Nasional Indonesia) pusat yang pada waktu itu diketuai oleh Mr. Kasman
Singodimedjo untuk melaporkan hasil perjuangan Jepang, selanjutnya delegasi
Kobarsyih bersama-sama dengan pimpinan KNI pusat menghadap presiden
Soekarno, untuk mrnyerahkan perusahaan-perusahaan listrik dan gas kepada
pemerintah Republik Indonesia. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden
Soekarno dan kemudian dengan penetapan pemerintah tahun 1945 nomor I/SD
tetanggal 27 Oktober 1945 maka dibentuklah jawatan listrik dan gas dibawah
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Dengan adanya Agresi Belanda I dan II sebagian besar perusahaan-
perusahaan listrik dikuasai kembali oleh pemerintah Belanda atau pemiliknya
semula. Pegawai-pegawai yang tidak mau bekerja sama kemudian mengungsi
dan menggabungkan diri kepada kantor-kantor jawatan listrik dan gas di daerah-
daerah Republik Indonesia yang bukan daerah pendudukan Belanda untuk
meneruskan perjuangan. Para pemuda kemudian mengajukan mosi yang dikenal
dengan mosi Kobarsyih tentang nasionalisasi perusahaan listrik dan swasta
kepada parlemen Republik Indonesia. Selanjutnya dikeluarkan keputusan
Presiden Republik Indonesia nomor 163, tanggal 3 Oktober 1953 tentang
Nasionalisasi perusahaan listrik milik bangsa asing di Indonesia apabila waktu
konsesinya habis.
Maksud didirikannya PT. PLN ( Persero ) adalah untuk mengusahakan
penyediaan tenaga listrik dalam jumlah yang memadai dengan tujuan :
1. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan
merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi.
2. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan
penyediaan tenaga listrik untuk melayani kebutuhan masyarakat.
3. Menjadi perintis kegiatan usaha penyediaan sektor swasta dan koperasi.
PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan
Perseroan (Persero) berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik bagi
kepentingan umum dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu
menghasilkan keuntungan sesuai dengan Undang-Undang No. 19/2000.
Kegiatan usaha perusahaan meliputi :
1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan
pembangkitan, penyaluran, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan
pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik.
2. Menjalankan usaha penunjang dalam penyediaan tenaga listrik yang
meliputi kegiatan konsultasi, pembangunan, pemasangan, pemeliharaan
peralatan ketenagalistrikan, Pengembangan teknologi peralatan yang
menunjang penyediaan tenaga listrik.
3. Menjalankan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam
dan sumber energi lainnya untuk kepentingan penyediaan tenaga listrik,
Melakukan pemberian jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada
pembangkitan, penyaluran, distribusi dan retail tenaga listrik,
Menjalankan kegiatan perindustrian perangkat keras dan perangkat
lunak bidang ketenagalistrikan dan peralatan lain yang terkait dengan
tenaga listrik, Melakukan kerja sama dengan badan lain atau pihak lain
atau badan penyelenggara bidang ketenagalistrikan baik dari dalam
negeri maupun luar negeri di bidang pembangunan, operasional,
telekomunikasi dan informasi yang berkaitan dengan ketenagalistrikan.

2.2 Visi Dan Misi Perusahaan Listrik Negara


PT. PLN (PERSERO) mempunyai visi dan misi dalam menjalankan tugas-
tugasnya dan dalam menghadapi era globalisasi saat ini.
Visi PLN selama ini yaitu :
1. Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang,
unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.

Sedangkan Misi dari PLN adalah :


1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.3 Makna Logo PLN


Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah
sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum
Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan
Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.

Gambar 2.1 Lambang PLN


Adapun masing-masing elemen pada lambang PLN memiliki makna sebagai
berikut.
1. Bidang Persegi Panjang Vertikal
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang
lalnnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero)
merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir
dengan sempurna. Berwarna kuning untuk
menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa
listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat.
Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang
dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.

-
2. Petir atau Kilat

Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di


dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan
oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja
cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam
memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang
merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik
pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta
tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan zaman.
3. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang
dialirkan oteh tiga bidang usaha utama yang digeluti
perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan
distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN
(Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Di
samping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-
insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para
pelanggannya.

2.4 Profil PT. PLN (PERSERO) RAYON SEMARANG BARAT


PT PLN (Persero) RAYON Semarang Barat terletak di Semarang Barat
dengan bisnis utama adalah menyalurkan tenaga listik ke 23 feeder yang menuju
konsumen tegangan menengah yaitu industri dan konsumen tegangan rendah yaitu
rumah- rumah penduduk dan fasilitas sosial yang ada di masyarakat.
Kantor PT PLN (Persero) RAYON Semarang Barat beralamat di :
Jalan : Gatot Subroto No 5 Semarang
No. Pos : 50184
Telepone : 024 7605547
Facsimile : (024) 7622456
E-mail : uptsmgbrt@telkom.net
Website : www.pln-jawa-bali.co.id

2.5 Visi dan Misi Perusahaan


Adapun visi dan misi perusahaan bertujuan untuk memberikan semangat
dalam bekerja. Visi dan misi bisa memberikan suatu insirasi kerja pada pegawai
guna mencapai suatu perusahaan berlabel internasional.
2.5.1 Visi Perusahaan
Menjadi Rayon Unggulan yang menjalankan proses bisnis PLN dengan
professional.
2.5.2 Misi Perusahaan
1. Melayani kebutuhan listrik Semarang Barat secara optimal.
2. Menjalankan cara bisnis PLN sesuai dengan SOP.
3. Melaksanakan bisnis PLN berorientasi pada kepuasan pelanggan
dengan meningkatkan keandalan jaringan dan pelayanan prima.
4. Meningkatkan citra PLN sebagai perusahaan penyedia listrik di
Indonesia.
5. Menjalankan bisnis PLN sejalan dengan tujuan PLN Pusat.
2.5.3 Motto Perusahaan
“Melayani dan Peduli Tiada Henti”
Makna dari motto tersebut adalah setiap waktu dan setiap saat kami harus
melakukan pelayanan terhadap pelanggan dengan lebih baik dari waktu ke
waktu tiada henti- hentinya serta penuh ikhlas dan puas melihat pelanggan
tersenyum bangga dengan pelayanan kami.
Mutiara Pagi
1. Pribadi Tangguh Bermental Baja
2. Tiada Mengeluh Tiada Menyerah
3. Mengeluh Tanda Tak Mampu
4. Bekerja Adalah Nafasku
5. Bersyukur Itu Selalu
2.6 Struktur Organisasi

Manajer

Yudi
Dharyadi

Supervisor Supervisor Supervisor


Administrasi & PP Teknik Transaksi Energi
Andika Wahyu
Jelly Rosmawati KhairPratamaFika Ardilla Rista

Rukhimi Budiyon Sutoto


n o Waluy
o
CH. Tatik Budi Eko
Sumarya Utom Haryon
nt o o

Nanik Mahfu I
Rahay d Wayan
u Drajat Yudra
Dasa Noor
Ciska
Candra Wahyun
N i
Fitrah Lucky
Sri
Haya Riyant
Lestar
ti o
i Heryogk
Nazar
a ahmad

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Rayon Semarang Barat


2.6.1 Job Diskripsi
Dalam sebuah perusahaan sudah pasti terdapat struktur organisasi yang
menunjukkan hubungan setiap pekerjaan yang memiliki tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing agar tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi
tercapai.
1. Manajer Rayon Semarang Barat
Adapun tugas sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab dalam meningkatkan pelayanan pelanggan.
b. Mengelola administrasi pelanggan dan melaksanakan kegiatan
penjualan tenaga listrik dengan baik.
c. Melaksanakan pendistribusian, pengooperasian dan pemeliharaan
jaringan dan gardu distribusi tenaga listrik di wilayah kerjanya
secara efisien dan efektif sesuai tata kelola berdasarkan kebijakan
kantor induk untuk menghasilkan pendapatan perusahaan yang
dikehendaki.

d. Melaksanakan penyambungan baru dan perubahan daya untuk


mendukung peningkatan penjualan tenaga listrik kepada
pelanggan, membina hubungan kerja, kemitraan dan komunikasi
yang efektif guna menjaga citra perusahaan serta mewujudkan
Good Corporate Governance
2. Supervisor Administrasi dan PP
Tugas pokok :
a. Melakukan pelayanan terhadap pelanggan yang meminta Pasang
Baru dan Penambahan Daya (PB/PD).
b. Bertanggung jawab dalam penyusunan anggaran, pengelolaan
keuangan, penyelenggaraan kesekretariatan, biaya operasional,
dan rumah tangga kantor.
c. Melaksanakan penagihan terhadap pelanggan.
d. Memverifikasi dan memvalidasi bukti-bukti penerimaan dan
pengeluaran dana imprest.
e. Melaksanakan opname saldo kas setiap bulan.
f. Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap pengiriman (transfer
otomatis) dan penyimpaan fisik uang.
g. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penerimaan
pendapatan.
h. Memonitor atas perekaman data transaksi keuangan dan
pengiriman data SIMKEU.
i. Melakukan rekonsiliasi/konfirmasi pendapatan operasi, saldo
Bank, saldo hutang piutang, persekot pegawai/dinas, PUMP-
KPR/BPRP dan fungsi terkait.
j. Mempersiapkan dokumen berdasarkan transaksi keuangan, untuk
keperluan penyeleggaraan akuntansi di kantor.
k. Menyelenggarakan sub-sub administrasi yang terkait dengan
transaksi keuangan (persekot pegawai/dinas, PUMP-KPR, pajak,
hutang usaha, hutang biaya dan lain-lain).
l. Mengelola surat-surat masuk dan keluar sesuai TLSK.
m. Melaksanakan administrasi pengadaan dan pendistribusian ATK
pada fungsi terkait.
n. Mengelola administrasi SDM yang meliputi : SPPD, absensi
pegawai, penilaian kinerja pegawai, pembayaran gaji dan
tunjangan lainnya dan biaya perawatan kesehatan.
o. Mengelola rumah tangga kantor dan kendaraan, serta memantau
pelaksanaan kegiatan hukum.
p. Membuat SPK untuk pekerjaan rumah tangga kantor dengan
pihak ketiga.
3. Supervisor Teknik
Tugas Pokok :
Bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan
pelayanan teknik yang meliputi :
b. Suvei perencanaan kebutuhan material dan pasang Sambungan
Rumah (SR) dan Alat Pengukur dan Pembatas (APP) untuk
pekerjaan PB/PD.
c. Penyambungan sementara, pemutusan dan penyambungan kembali.
d. Operasi dan pemeliharaan distribusi.
e. Pengendalian konstruksi.
f. Pengolahan data aset sesuai dengan ketentuan dan target yang
telah ditetapkan perusahaan.
4. Supervisor Transaksi Energi
Adapun tugas sebagai berikut:
a. Memantau dan mengendalikan permintaan PB/PD,
penyambungan sementara, pemutusan dan penyambungan
kembali, pembongkaran sementara/rampung dan layanan lainnya.
b. Melaksanakan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL)
bersama tim.
c. Memantau susut KWH dan melakukan penekanannya.
d. Melaksanakan pembacaan KWH meter transaksi pada gardu
induk dan KWH batas antar unit.
e. Melaksanakan pemeriksaan KWHmeter tidak akurat.

2.7 Wilayah Kerja


Wilayah kerja PT PLN (Persero) RAYON Semarang Barat meliputi 3 daerah
kecamatan yang tiap kecamatan terdiri dari berbagai kelurahan di antaranya:
2.7.1 Kecamatan Semarang Barat
Terdiri dari 16 Kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Bojongsalaman
2. Kelurahan Cabean
3. Kelurahan Bongsari
4. Kelurahan Manyaran
5. Kelurahan Ngemplak Simongan
6. Kelurahan Krobokan
7. Kelurahan Gisikdrono
8. Kelurahan Tawangsari
9. Kelurahan Tawang Mas
10. Kelurahan Krapyak
11. Kelurahan Karangayu
12. Kelurahan Tambakharjo
13. Kelurahan Salaman Mloyo
14. Kelurahan Kembangarum
2.7.2 Kecamatan Ngaliyan
Terdiri dari 10 kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Podorejo
2. Kelurahan Wates
3. Kelurahan Bringin
4. Kelurahan Ngaliyan
5. Kelurahan Bamban Kerep
6. Kelurahan Kali Pancur
7. Kelurahan Purwoyoso
8. Kelurahan Tambakaji
9. Kelurahan Gondoriyo
10. Kelurahan Wonosari
2.7.3 Kecamatan Tugu
Terdiri daari 7 kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Jerakah
2. Kelurahan Karanganyar
3. Kelurahan Mangkang Kulon
4. Kelurahan Mangkang Wetan
5. Kelurahan Mangunharjo
6. Kelurahan Randugarut
7. Kelurahan Tugurejo

2.7.4 Penyulang PT. PLN (PERSERO) RAYON Semarang Barat


1. Krapyak 2 (KPK 2)
2. Krapyak 3 (KPK 3)
3. Krapyak 4 (KPK 4)
4. Krapyak 5 (KPK 5)
5. Krapyak 6 (KPK 6)
6. Krapyak 7 (KPK 7)
7. Krapyak 10 (KPK 10)
8. Krapyak 11 (KPK 11)
9. Krapyak 12 (KPK 12)
10. Krapyak 13 (KPK 13)
11. Randu Garut 1 (RDT 1)
12. Randu Garut 2 (RDT 2)
13. Randu Garut 3 (RDT 3)
14. Randu Garut 4 (RDT 4)
15. Randu Garut 5 (RDT 5)
16. Randu Garut 6 (RDT 6)
17. Randu Garut 7 (RDT 7)
18. Randu Garut 8 (RDT 8)
19. Randu Garut 9 (RDT 9)
20. Randu Garut 10 (RDT 10)
21. Randu Garut 11 (RDT 11)
22. Randu Garut 12 (RDT 12)
23. Kalisari 1 (KLS 1)
24. Kalisari 6 (KLS 6)
25. Kalisari 9 (KLS 9)
26. Kalisari 11 (KLS 11)
27. BSB 6
2.8 Data Perusahaan PT. PLN (Persero) Rayon Semarang Barat
Tabel 2.1 Data Perusahaan PT PLN (PERSERO) Rayon Semarang Barat

NO DATA SAT JUMLAH

1 PANJANG JARINGAN TM 1 Ph kms 135.6


2 PANJANG JARINGAN TM 3 Ph kms 223.184
3 PANJANG JARINGAN TR Kms 405.704
4 TRAFO DISTRIBUSI Bh 1884
5 JUMLAH PELANGGAN PLG 83,356
6 DAYA TERSAMBUNG KVA 327,115,395
7 PENJUALAN (kwh) KWH 58,206,569

2.9 Kegiatan Operasional


Kegiatan Operasional di PT PLN (PERSERO) RAYON Semarang Barat
berjalan sesuai yang telah ditetapkan oleh Manajemen. Secara garis besar
kegiatan Operasional meliputi bidang Pelayanan Gangguan Teknik,
Administrasi Teknik, bidang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL),
Pemasangan KWH meter baru, dan bidang Administrasi & Keuangan.
2.9.1 Kegiatan Bidang Operasi dan Pemeliharaan
Kegiatan utama bidang Operasi dan pemeliharaan adalah melaksanakan
pemeliharaan yang meliputi fungsi : konduktor, isolator, Fuse Cut Out, arrester,
Disconnecting Switch, Air Break Switch, meter, cross arm, dan connector, serta
kegiatan supervisi operasi, logistik, lingkungan, dan K3 agar target kinerja
operasional dapat tercapai.
2.9.2 Pemeliharaan Rutin dan Non Rutin
Dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan tegangan menengah
pemeliharaan dibagi menjadi dua macam yaitu pemeliharaan rutin dan non rutin.
Pemeliharaan rutin dilakukan baik secara harian maupun periodik namun
terjadwal dengan baik. Pemeliharaan non rutin dilakukan apabila terjadi termuan
di lapangan dan berdasarkan hasil evaluas atau hasil prediksi.
2.9.3 Kegiatan Bidang Administrasi dan Keuangan
Kegiatan utama bidang administrasi dan keuangan adalah mengelola dan
mengarahkan proses pekerjaan bidang administrasi dan keuangan untuk
mencapai target kinerja yang telah ditetapkan dan mendorong produktivitas
serta effisiensi perusahaan.
2.9.4 Sertifikasi ISO 9001 : 2000
Terhitung mulai tanggal 21 Oktober 2008 PT. PLN (PERSERO) APJ
Semarang telah memperoleh sertifikasi ISO 9001 : 2000 SNI 19-9001-2001
untuk sertifikasi manajemen mutu.
BAB III

PERALATAN MATERIAL PADA FUSE CUT OUT (FCO) DAN ALAT


PENGAMAN FUSE CUT OUT (FCO)

3.1 PENGERTIAN FUSE CUT OUT (FCO)


Fuse Cut Out (FCO) merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang
berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja denga cara meleburkan bagian dari
komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan dengan
ukurannya itu. Disamping itu FCO merupakan peralatan proteksi yang bekerja
apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang
satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya
ABSW merupakan salah satu peralatan pada jaringan tenaga menengah.ABSW
dapat memutus dan menyambung beban kurang dari arus nominal. Sedangkan arus
nominal biasanya 200 ampere untk tegangan 11,5 kv dengan frekuensi 50 hz. ABSW
dapat memutus beban maksimal 30 % dari arus nominal, sehingga bila arus nominal
sebesar 200 ampere, maka maksimal arus yang dapat di putus oleh ABSW sekitar 140
ampere. Bila melebihi itu, ABSW akan panas dan lama kelamaan akan terbakar.
Namun alangkah baiknya jika perngoperasian ABSW di lakukan dalam keadaan tidak
berbeban.
3.2 BAGIAN – BAGIAN ABSW
Bagian – bagian daripada ABSW sendiri yaitu :
3.2.1 Stang ABSW

Gambar 3.2.1 Stang ABSW


Stang ABSW berfungsi untuk menggerakkan handle ABSW yang terkopel terhadap
3 kontak gerak utama pada besi.

3.2.2 Steel Cross Arm Besi

Gambar 3.2.2 Steel Cross Arm Besi


Cross arm besi di gunakan sebagai tempat/penopang meletakkan ABSW, isolator,
dan peralatan jumper.
3.2.3 Suspension Insulator

Gambar 3.2.3 Suspension Insulator

Isolator yang di gunakan untuk menumpu pisau ABSW

3.2.4 Pisau Kontak ABSW

Gambar 3.2.4 Pisau Kontak ABSW

Pisau Kontak adalah bagian ABSW yang paling vital, pisau kontak terkopel
dengan as/poros utama pada stang ABSW, fungsi dari pisau kontak ini, untuk
memasukkan atau melepas beban
3.2.5 Kawat Pentanahan

Gambar 3.2.5 Kawat Pentanahan


Kawat pentanahan di gunakan sebgai pengaman pada jaringan TM,biasanya
menggunakan kabel tembaga yang di tanamkan dalam tanah sedalam 2 – 3 meter.

3.2.6 Peredam Busur Api

Gambar 3.2.6 Peredam Busur Api


Peredam busur api berfungsi sebagai pengaman pada saat kontak pisau ABSW di
masukkan atau di lepaskan, karena pada saat di masukkan atau di lepaskan terjadi
lompatan busur api akibat arus pada jaringan tegangan menengah yang tinggi, namun
peredam busur api pada ABSW hanya mampu menahan arus lompatan sebesar 30 %
dari arus nominal jaringan listrik tegangan menengah.

3.2.7 Pita Logam Fleksibel

Gambar 3.2.7 Pita Logam Fleksibel

Pita logam fleksibel di gunakan untuk menyambung kawat pentanahan yang


berasal dari atas tiang menuju ke bawah / tanah.

3.3 PENGOPERASIAN AIR BREAK SWITCH (ABSW)


Pengoperasian ABSW dapat di lihat dengan menggunakan mata telanjang,
karena kerja daripada ABSW sendiri bekerja secara mekanik dan manual serta kondisi
ABSW tidak di tutupi apapun.
Dalam pengoperasian ABSW terdapat 3 kontak gerak yang terkopel dengan
stang ABSW, sehingga apabila stang ABSW di gerakkan maka akan menggerakkan
pisau ABSW, sehingga akan memberikan keadaan NO atau NC. Dalam pengoperasian
ABSW teradapat SOP yang harus di patuhi, agara terciptanya zero mistake , berikut
SOP Pengoperasian ABSW :
3.3.1 Petugas yang terkait :
a. Asman Jaringan
b. Supervisor Operasi dan Penertiban
c. Supervisor HAR, OP dan DAL.KONS.DIST
d. Petugas Dispatcher APJ
e. Petugas Dispatcher UPJ
f. Petugas pelaksana yaitu PDKB atau Vendor

3.3.2 Peralatan Pekerja :


a. Kunci Gembok ABSW
b. Spot Light/Lampu Sokle (optional)
c. Kunci Inggris
d. Radio Komunikasi

3.3.3 Peralatan K3 :
a. Sepatu Beralas Karet
b. Sarung tangan 20 KV
c. Helm atau Topi Pengaman
d. Pakaian Kerja
e. Perlengkapan P3K

3.3.4 Langkah Kerja Pengoprasion ABSW


A. Membuka ABSW :
1. Datang Kelokasi ABSW atas perintah Dispatcher UPJ setelah mendapat ijin
dari Dispatcher UPJ.
2. Menggunakan alat pelindung diri.
3. Mengamati secara visual kondisi ABSW (pisau, jumper, kopel stang dan
pentanahannya)
4. Jika ada permasalahan dengan hasil pengamatan di point 2 pelaksaan
pembukaan ABSW tidak boleh dilakukan dan dilaporkan ke Dispatcher UPJ.
5. Jika hasil pengamatan point 2 kondisinya normal maka :
a. Petugas melapor ke Dispatcher UPJ bahwa pembukaan ABSW siap
dilaksanakan.
b. Membuka kunci gembok ABSW setelah mendapat ijin dari Dispatcher
UPJ.
c. Posisikan badan pada posisi yang aman.
d. Tarik tuas ABSW secara pelan untuk menghilangkan sepeleng kopel
e. Tarik tuas ABSW dengan keras/dihentakan
f. Pastikan bahwa ketiga pisau ABSW sudah terbuka dengan sempurna
g. Kunci kembali gembok ABSW.
6. Laporkan ke Dispatcher UPJ bahwa ABSW telah dibuka dengan sempurna
termasuk jam pembukaannya.
B. Memasukkan ABSW :
1. Datang Kelokasi ABSW atas perintah Dispatcher UPJ setelah mendapat ijin
dari Dispatcher APJ.
2. Menggunakan alat pelindung diri.
3. Mengamati secara visual kondisi ABSW (pisau, jumper, kopel stang dan
pentanahannya)
4. Jika ada permasalahan dengan hasil pengamatan di point 2 pelaksaan
pembukaan ABSW tidak boleh dilakukan dan dilaporkan ke Dispatcher UPJ.
5. Jika hasil pengamatan point 2 kondisinya normal maka :
a. Petugas melapor ke Dispatcher UPJ bahwa pembukaan ABSW siap
dilaksanakan.
b. Membuka kunci gembok ABSW setelah mendapat ijin dari Dispatcher
UPJ.
c. Posisikan badan pada posisi yang aman.
d. Tarik/dorong tuas ABSW secara pelan untuk menghilangkan sepeleng
kopel
e. Tarik/dorong tuas ABSW sampai posisi pisau ± 45 derajat/posisi aman
(khusus untuk jenis ABSW yang kontruksinya tidak dilengkapi dengan
per)
f. Tarik/dorong tuas ABSW dengan kerast/dihentakan.
g. Pastikan bahwa ketiga pisau ABSW sudah terbuka dengan sempurna
h. Kunci kembali gembok ABSW.
6. Laporkan ke Dispatcher UPJ bahwa ABSW telah dibuka dengan sempurna
termasuk jam pembukaannya.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 PEMELIHARAAN AIR BREAK SWITCH (ABSW)

Pemeliharaan yaitu suatu kegiatan yang meliputi pekerjaan pemeriksaan,


pencegahan, perbaikan dan penggantian peralatan pada sistem distribusi yang
dilakukan secara terjadwal (schedule) ataupun tanpa jadwal.

Pemeliharaan dilakukan untuk meningkatkan mutu dan keandalan pada sistem


distribusi dalam rangka mengurangi kerusakan peralatan yang sifatnya mendadak,
menurunkan biaya pemeliharaan dan mendapatkan simpati serta kepuasan pelanggan
dalam pelayanan tenaga listrik. Dalam pengoperasian sehari-hari ABSW ada saatnya
pemeliharaan.

4.1.1 Tujuan Pemeliharaan

a. Menjaga agar peralatan dapat di operasikan secara optimal.


b. Meningkatkan keandalan dan efisiensi.
c. Mendapat jaminan bahwa umur teknis sistem atau peralatan dapat
dipertahankan.
d. Mengurangi terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.

4.1.2 Jenis Pemeliharaan

Pemeliharaan distribusi dikelompokkan dalam tiga macam pemeliharaan, yaitu :

a. Pemeliharaan rutin
b. Pemeliharaan korektif
c. Pemeliharaan darurat

4.1.3 Pemeliharan Rutin

Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan untuk mencegah terjadinya


kerusakan peralatan tiba-tiba dan mempertahankan unjuk kerja jaringan agar
selalu beroperasi dengan keadaan dan efisiensi yang tinggi.

28
Kegiatan pokok pemeliharaan rutin ini ditentukan berdasarkan periode/waktu
pemeliharaan: triwulan, semesteran atau tahunan.

Berdasarkan tingkat kegiatannya pemeliharaan preventif dapat dibedakan atas :


pemeriksaan rutin dan pemeriksaan sistematis.

1. Pemeriksaan Rutin
a. Pemeriksaan rutin adalah pekerjaan pemeriksaan jaringan secara
visual (inspeksi) untuk kemudian diikuti dengan pelaksanaan
pekerjaan- pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan saran-saran
(rekomendasi) dari hasil inspeksi, antara lain penggantian,
pembersihan, peneraan dan pengetesan.
b. Hasil pekerjaan diharapkan dari pekerjaan pemeriksaan rutin ini
adalah dapat ditemukannya kelainan-kelainan atau hal-hal yang
dikawatirkan bisa menyebabkan terjadinya gangguan sebelum periode
pemeliharaan rutin berikutnya terselenggara.
c. Suatu system jaringan dapat dinyatakan sudah mengalami
pemeliharaan rutin, system jaringan sudah diperiksa secara visual dan
saran-saran sudah dilaksanakan, kecuali saran pekerjaan yang bersifat
perubahan/rehabilitasi jaringan.
2. Pemeriksaan rutin sistematis
a. Pemeliharaan sistematis adalah pekerjaan pemeliharaan yang
dimaksudkan untuk menemukan kerusakan atau gejala kerusakan
yang tidak ditemukan/diketahui pada saat pelaksanaan inspeksi yang
kemudian disusun saran-saran untuk perbaikan.
b. Pekerjaan dalam kegiatan pemeriksaan rutin sistematis akan lebih luas
jangkauanya dan akan lebih teliti, bisa sampai tahap bongkar pasang
(over houl).
c. Suatu system jaringan dapat dikatakan sudah dilaksanakan
pemeliharaan rutin sistematis apabila system jaringan system tsb
sudah dipelihara secara sistematis termasuk pekerjaan-pekerjaan yang
sifatnya penyempurnaan/ perubahan.
4.2 PERMASALAHAN PADA ABSW

Saat pekerjaan manuver jaringan menggunakan ABSW oleh unit terkadang


menemukan atau terjadi kerusakan pada ABSW tersebut sehingga ABSW tidak dapat
segera digunakan untuk manuver. Pengoperasian tidak terlaksana sebab ABSW macet
atau terdapat kerusakan lain sehingga ABSW tidak memungkinkan digunakan
manuver jaringan. Hal ini sangat mengganggu keandalan operasional jaringan demi
meminimalisir jumlah listrik padam dan mempercepat pemulihan jaringan saat
lokalisir gangguan.

Pekerja manuver di lapangan yang kurang benar saat memasukkan kontak


ABSW merupakan salah satu penyebab ABSW menjadi loss kontak yang
mengakibatkan ABSW sulit untuk dioperasikan kembali. Faktor umur peralatan dan
letak geografis juga menjadikan ABSW mengalami kerusakan dan tidak dapat
digunakan untuk manuver. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan/survey dan
pemeliharaan agar kinerja ABSW tetap terjaga dengan baik.

ABSW merupakan salah satu peralatan pada jaringan tenaga menengah. ABSW
dapat memutus dan menyambung beban kurang dari arus nominal. Sedangkan arus
nominal biasanya 200 ampere untk tegangan 11,5 kv dengan frekuensi 50 hz. ABSW
dapat memutus beban maksimal 30 % dari arus nominal, sehingga bila arus nominal
sebesar 200 ampere, maka maksimal arus yang dapat di putus oleh ABSW sekitar 140
ampere. Bila melebihi itu, ABSW akan panas dan lama kelamaan akan terbakar.
Namun alangkah baiknya jika perngoperasian ABSW di lakukan dalam keadaan tidak
berbeban.

Pada jaringan 20 KV sering dijumpai kerusakan peralatan jaringan, salah


satunya kerusakan ABSW sehingga ABSW tidak dapat dioperasikan. penyebab yang
mengakibatkan ABSW tidak dapat dioperasikan, yaitu :

1. Kopel stang handle terpasang kurang kuat.

Kopel yang kurang kuat akan mengakibatkan kopel meleset ketika


pengoperasian sehingga stang handle sudah dioperasikan maksimal tetapi
kontak utama ABSW belum bekerja (membuka/menutup) dengan maksimal.
Kontak yang belum terhubung dengan baik ini akan membuat kerusakan lain
yaitu loss kontak yang juga menjadi penyebab ABSW tidak dapat
dioperasikan.

2. Kopel operating rod terhadap kontak gerak lepas atau patah.


Apabila kopel as ABSW dengan pipa pengendali patah atau lepas maka
handle tidak dapat terhubung dengan kontak utama sehingga ABSW sama
sekali tidak dapat dioperasikan.

3. Kontak gerak macet atau aus.


As yang berputar atau bergerak aus mengakibatkan mekanik menjadi macet
dan tidak dapat dioperasikan.

4. Ada juga terjadi rusaknya kontak utama :


a. Loss Kontak.
Loss kontak terjadi karena kontak utama tidak terhubung/menutup dengan
baik. Pelaksana yang mengoperasikan ABSW harus paham dan dapat
mengoperasikan ABSW dengan benar.
b. Peredam busur api rusak.
Kontak peredam macet akan menahan/menghambat kontak utama pada saat
ABSW akan dibuka.

c. As kontak jumper aus dan terpasang terlalu kencang


Apabila as mengalami aus atau terlalu kencang dapat membuat kontak
jumper tidak fleksibel atau tidak dapat diam menyesuaikan pisau kontak
yang bergerak ketika ABSW di buka atau ditutup.

4.3 PEMELIHARAAN INTENSI PADA AIR BREAK SWITCH (ABSW)


Setiap kontak gerak diberi pelumas dan pada kontak utama diberi contact
grease. Semua bagian ABSW yang mengalami kerusakan dan tidak bisa diperbaiki
memang harus diganti dengan yang lain. Dan bahan gantinya pun menggunakan sisa-
sisa ABSW yang tak terpakai tetapi masih memiliki kondisi yang baik. Dalam
perbaikan ABSW memang
sering mengkanibalkan ABSW bekas karena memang tidak terdapat persediaan cadangan
ABSW ataupun perlengkapan ABSW per bagian.

4.4 PERALATAN DAN BAHAN PADA PEMELIHARAAN ABSW


Pemeliharaan dan perbaikan ABSW tergantung dari kerusakan atau gangguan
yang terjadi pada ABSW. Pada pemeliharaan ABSW meliputi pelumasan, pemberian
grease dan penggantian jumper yang di perkirakan sudah perlu di ganti. Alat yang di
gunakan meliputi keselamatan kerja bagi pelakana dan juga segala peralatan yang di
perlukan untuk melaksanakan pekerjaan tersbut.Adapun Alat dan bahan yang di
pergunakan adalah sebagai berikut :

1. Pelumas / Oli

Gambar 4.1 pelumas/oli


Pelumas digunakan untuk melicinkan bagian as / poros dari ABSW dan
bagian bgaian yang melakukan pergerakan agar tidak macet ketika
dioperasikan nantinya.
2. Kawat Jaringan / AAAC

Gambar 4.2 kabel AAAC 240 mm2


Kawat jaringan di perlukan untuk menggantikan kawat jumper yang
lama. Kawat jaringan merupakan kawwat berinti banyak yang di pilin.
Sengaja produsen menggunakan kawat seperti ini pada jaringan karena luas
penampang yang lebih lebar sehingga semamkin baik dalma mengalirkan
arus dan mudah di bengkokkan.

3. Isolator Stick

Gambar 4.3 Isolator Stick


Stick ini di gunakan untuk menghindari sentuh langsung dengan kawat
konduktor, untuk menjangkau bagaian bagian yang jauh, untuk
mengencangkan LLC serta untuk meminimalisir medan magnet listrik.
Isolator stick harus di rawat dengan baik, setiap 6 bulan sekali di lakukan
pemeriksaan terhadap isolator stick untuk mengetahui nilai tahanan
isolasinya.

4. Katrol bertali/Tali Pelayanan


Merupakan peralatan yang dapat digunakan untuk menarik,
mengangkat atau menurunkan barang. Katrol tersebut terbuat dari besi, dan
talinya menggunakan tali dadung. Dengan adanya katrol, maka akan
semakin mudah dalam menaikkan atau menurnkan barang yang diperlukan
oleh linesman, seperti baut, tang,pole band, maupun barang barang berat
seperti isolator,kontak pisau, perdam busur api.

5. Safety Belt

Gambar 4.4 Safety Belt


Safety Belt merupakan salah satu peralatan proteksi yang digunakan
oleh linesman untuk melindungi dari bahayan jatuh pada waktu bekerja di
tempat yang tinggi. Jika tidak memakai safetSafety Belt merupakan salah
satu peralatan proteksi yang digunakan oleh linesman untuk melindungi dari
bahayan jatuh pada waktu bekerja di tempat yang tinggi. Jika tidak
memakai safety belt, ini di khawatirkan akan membahayakan linesman
karena kondisi
tiang yang cukup tinggi. Jenis dari safety belt ada dua yaitu jenis pinggang dan
jenis punggung.

6. Helm

Gambar 4.5 Helm Pelindung


Helm merupakan salah satu peralatan proteksi pelaksana yang di pakai
untuk melindungi kepala dari bahaya listrik, mekanik kimia dan panas.

7. Safety Shoes

Gambar 4.6 Safety Shoes

Merupakan peralatan proteksi yang digunakan untuk melindungi kaki


terhadap bahaya listrik, kima, mekanik , panas dan lain sebgainya. Spesifikasi
daya sekat adalah 1- 6 kv dan 6 -20 kv.Adapun bahan pembuatnya adalah karet,
kulit, kanvas dan bahas isolasi lainnya. Agar lebih aman, maka perli dipilih
sepatu bersol anti slip dan lapisan penahan celana pada safety shoes.
8. Kacamata Pelindung

Kacamata pelindung ini sangat berfungsi apabila cuaca sangat terik dan
harus menengok ke atas menghadap matahari, sehingga dengan
menggunakan kacamata ini, petugas dapat secara aman melaksanakan
kegiatan di jaringan tanpa takut mata akan silau terhadap matahari.

9. Radio Komunikasi
Digunakan untuk memberikan atau menerima informasi dengan
petugas/operator di pusat pengaturan beban perihal pemutusan atau
penyambungan tegangan yang diperlukan. Alat komunikasi yang idgunakan
dalam hal ini adalah HT (Handy Talkie).

10. Tangga Isolator

Gambar 4.7 Tangga Isolator

Tangga digunakan untuk mempermudah linesman bekerja di tempat


tinggi. Tangga yang digunakan terbuat dari bahan isolator agar dapat
mengamankan linesman dari gangguan tegangan. Tangga yang digunakan
ada yang panjangnya 2 m dan 3 m. Masing masing tangga dapat menahan
tegangan hingga 60 kv.
11. Mesin Press dan Mesin Potong kabel

Gambar 4.8 Mesin Press dan Mesin Potong Kabel

Mesin ini memliki beberapa fungsi, yaitu sebagai press sepatu kabel
terhadap kabel, sehingga dapat kuar menempel pada kabel dan dapat di
ubah menjadi mesin pemotong kabel. Mesin ini memiliki 2 tombol yaitu
ON dan OFF. Dengan menggunakan alat ini pengerjaan dalam memotong
dan mengepress kabel jumper menjadi lebih cepat daripada menggunakan
yang manual.

12. Conductor Cover

Gambar 4.9 conductor cover


Conductor Cover digunakan untuk mengisolasi kawat konduktor sehingga
linesman aman jika diuji tingkat isolasinya. Meskipun kawat konduktor telah
di amankan, tetapi akan lebih baik jika liensman melakukan pekerjaan tanpa
menyentuhnya. Cover ini terbuat dari bahan isolator. Alat ini dapat menahan
tegangan hingga 45 kv.

13. LLC (Live Line Connector)

Gambar 5.10 LLC(Live Line Connector)


Di gunakan sebagai klem pada jumper agar terkoneksi.

14. Sepatu Kabel

Gambar 5.11 sepatu kabel


Dipasangkan pada kawat agar serabut kawat tidak rusak dan agar
memudahkan pada saat pemasangan kawat tersebut pada kawat konduktor.
Agar pemasangan sepatu kabel dan kawatnya tepat, maka perlu di klem
menggunakan mesin press tadi. Sepatu kabel terbuat dari bahan tembaga
yang di sambung dengan alumunium dengan sistem pergesekan tanpa bahan
pembantu sehingga terjadi sambungan yang sempurna. Gunanya untuk
terminal kawat alumunium yang akan dihubungkan dengan komponen
tembaga. Untuk mencegah oksidasi, alumunium tersebut di beri grease,
grease juga mencegah teradinya loss kontak.

15. Sarung Tangan

Gambar 5.12 Sarung tangan


Digunakan untuk melindungi tangan dari bahaya listrik, mekanik, kimia
panas dan sebagainya. Untuk bahan pembuatnya bisa dari katun, nilon,
kanvas kulit, karet, lapisan asbes dan bahan sintetis lainnya. Sarung tangan
tersebut dapat menahan tegangan hingga 20 kv.
16. Kunci Pass dan Kunci Inggris

Gambar 5.13 Kunci Pas


Diperlukan dalam pemasangan dan pelepasan baut pada cross arm besi
dan pada isolator tumpu serta pisau ABSW

17. Kikir

Gambar 5.14 Kikir


Digunakan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kawat
jaringan sebelum digunakan. Kotoran perlu dihilangkan untuk mengurangi
kemungkinan rusak karena korosi pada kawat jaringan itu sendiri.
18. Tempat Meletakkan Alat Sementara

Di gunakan untuk mempermudah pekerjaan di atas tiang. Jin ini bisa di


guanak sebagai dudukan tangga pada tiang, tempat meletakkan tools
sementara.

4.5 TAHAP-TAHAP PEMELIHARAAN ABSW


4.5.1 Sebelum pemeliharaan
1. Membuat Jumperan baru

Gambar 4.15 Membuat Jumper Baru


Beberapa hari sebelum hari H menuju gudang area semarang barat yang
berada di krapyak, untuk membuat kawat jumperan baru. Kawat jumperan baru
yang di buat yaitu kawat AAAC berukuran 240 mm. Langkah – langkah
pembuatan jumper yaitu di awali dengan penempatan mobil pada tempat yang
sesuai, lalu mengeluarkan peralatan dan bahan yang akan digunakan melakukan
pekerjaan tersebut. Bahan – bahan tersebut antara lain kawat AAAC 240 mm,
isolasi listrik, grease, sepatu kabel dan LLC, sedangkan peralatan yang di
gunakan membuat kawat jumper yaitu mesin pemotong,mesin press, tang
kombinasi, meteran, dan tang potong
Gambar 4.16 Memotong Kabel Sesuai dengan Ukuran

Setelah semua bahan dan peralatan sudah di persiapkan maka mulai


pembuatan jumper. Proses awal pembautan jumper yaitu dengan mengukur
kawat kabel baik kawat melekuk maupun yang lurus sesuai dengan lapangan
sehingga pas, tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang. Setelah melakukan
pengukuran,kawt di potong menggunakan mesin potong. Setalah di potong
sesuai dengan ukuran yang akan dibentuk, ujung – ujung kawat di pasang sepatu
kabel kemudian di press menggunakan mesin press. Setelah itu, kawat dibentuk
sedemikian rupa sehingga jumperan pas pada tiang yang nanti akan dipasang.
Pada proses pembentukan kawat jumper butuh ketelitian dan pengukuran yang
pas, karena pembentukan kawat jumper yang pas hanya melihat dari data jumper
sebelumnya, sehingga apabila salah sedikit maka akan terjadi kesalahan panjang
maupun bentuk yang nantinya sulit di pasang atau tidak pas dipasang pada tiang.
Terakhir LLC yang nantinya akan dipasang di kawat jumper dilumasi dengan
grease, hal ini di gunakan untuk mencegah terjadinya loss kontak antara kabel
denga LLC sehingga aman di gunakan

2. Berdoa
Sebelum melakukan pekerjaan , ini lah hal yang pertama yang harus di
lakukan, berdoa sesua denga kepercayaan masing masing. Mengingat pekerjaan
tersebut merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi. Dengan berdoa, maka
pelasksana kan
merasa lebih tenang dan nyaan sehingga di harapkan pekerjaan yang akan di
lakukan dapat terlaksana dengan baik.

3. Persiapan
Pada saat akan memulai pekerjaan, persiapan yang perlu dilakukan adalah
sebagai berikut :
a. Menempatkan mobil pengangkut peralatan di tempat yang strategis
Penempatan mobil pengangkut peralatan di tempat yang strategis dilakukan
agar
mudah dijangkau tetapi tidak mengganggu pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Hal ini sangat membantu karena pelaksana akan lebih menghemat energinya
karena jarak tempuh untuk mengambil peralatan yang ada di dalam mobil
sampai ke titik lokasi pekerjaan menjadi relatif dekat.
b. Menempatkan tanda sedang dilakukan pekerjaan PLN (jika perlu)
Hal ini di lakukan agar masayarakat yang melalui daerah kerja mengetahui
adanya pekerjaan yang sedang dilakukan oleh PLN sehingga mereka akan lebih
hati
– hati saat melintas area pekerjaan dan agar tidak mengganggu pekerjaan yang
sedang dilakukan
c. Memastikan Seluruh alat komunikasi terhubung dengan baik
Untuk memudahkan koordinasi dan mengarahkan pekerjaan di atas,
komunikasi radio sangat di perlukan baik dari linesman, ground man, dan
operator yang ada di kantor agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
melaksanakan pekerjaan.
d. Memilih dan memisahkan peralatan kerja yang akan di gunakan
Pemilihan perlatan menjadi hal yang penting yang harus dilakukan karena
kan menghemt waktu. Pelaksanaannya pun akan menjadi lebih fokus karena
semua peralatan yang dibuthkan sudah siap.
e. Memasang tangga dan Tali pelayanan
Pertama kali yang di pasang adalah tangga sebagai media linesman untuk
memanjat tiang listrik. Tangga yang digunakan adalah tangga yang memiliki
sifat isolator. Panjangnya bervariasi, dan dipilih sesuai dengan kebutuhannya.
Setelah tangga dipasang sampai atas, selanjutnya linesman memasang katrol
bertali untuk mempermudah dalam menaikkan atau menurunkan
tools/peralatan.Linesman
memasang tangga dikedua sisi bagian atas dengan bantuan dudukan jin. Hal ini
karena diperlukan dua pelaksana/linesman agar keadaan tiang tetap seimbang
sekaligus untuk lebih merngankan pekerjaan.
Hal yang tidak boleh dilupakan linesman atau groundman dalam melakukan
tugasnya adalah peralatan keselamatan kerja, seperti safety belt, safety shoes,
safety glasses, helm, dan sarung tangan. Ini harus dipakai untuk melindungi dan
mencegah jika terjadi kecelakaan kerja yang bisa menimbulkan kerugian bagi
pelaksana itu sendiri maupun perusahaan. Keselamatan kerja merupakan hal
yang penting dan utama karena merupakan usaha untuk keselamatan pelaksana
dan benad kerja agar pekerjaan dapat berlangsung terus menerus dan
memberikan hasil kerja yang memuaskan.

4.5.2 Pelaksanaan Pemeliharaan


1. Linesman dan Groundman

Gambar 4.17 Linesman Memanjat Tiang


Orang yang betindak sebagai linesman adalah orang orang yang berada di
atas tiang dengan menggunakan alat pelindung diri (APD), sehingga proteksi
dan penangan bila terjadi apa – apa dapat segera mengambil
keputusan.Sedangankan
tugas dari groundingman adalah untuk mempersiapkan tools yang di perlukan oleh
linesman secepat mungkin agar pelaksanaan dapat selesai tepat waktu.

2. Pengukuran Jarak Penjumperan dan Pelepasan Jumper Lama

Gambar 4.18 Pengukuran dan Persiapan Penggantian Jumper

Pengukuran jarak menjadi penting karena diperlukan untuk memastikan


jaratk antar ABSW dan kawat konduktor Pengukuran tersebut dilakukan
linesman dengan menggunakan meteran yang dipasang pada isolator stick untuk
memastikan panjang jumper yang sesuai dan menyesuaikan dengan jumper yang
telah di buat sebelumnya. Pelepasan jumper yang lama yaitu dengan cara di
potong menggunakan cutter stick yang terbuat dari bahan isolasi sehingga aman.
Kawat yang telah dipotong kemudian dicopot dan diturunkan menggunakan
katrol.

3. Pelumasan

Gambar 4.19a kontak Dilumasi Gambar 4.19b Alat Pelumas


Dalam tahap pelumasan ini, linesman naik ke bagian paling atas tiang
kemudian melakukan pelumasan menggunakan oli dan grease. Selain itu,
linesman sekaligus melakukan pencopotan terhadap sisa – sisa kawat jumper
yang sebelumnya telah dipotong pada ABSW. ABSW yang dilumasi adalah
bagian poros porosnya untuk melicinkan agar mudah pergerakkannya. Jika tidak
dilumasi dikhawatirkan ketika dilakukan pengubahan posisi dari “open” ke
“close” atau sebaliknya, akan terjadi kemcetan sehingga dapat mengganggu
kontinuitas kesediaan listrik bagi masyarakat. Pelumasannya menggunakan oli
yang di masukkan ke dalam botol semprot agar mudah penggunaannya.
Kemudian pelumasan pada kontak atau pisau pisau ABSW terhadap kontak diam
dan arching horn agar ketika ketiga pisau di manuver lepas atau masuk tidak
terjadi loss kontak antar pisau dengan kontak diamnya, karena apabila terjadi
loss kontak antara pisau dengan kontak diamnya akan terjadi loncatan api bila
ada beban sehingga lama kelamaan pisau akan panas dan lama kelamaan akan
terpotong akibat panas, pelumasan menggunakan grease juga sebagai penentu
sempurna atau tidaknya gerak ketiga pisau sehingga membuat losses dapat di
tekan.

4. Penyambungan Kawat Jumper yang Baru


Kawat jumper yang telah dibuat tadi akhirnya dipasang sesuai dengan pola
tertentu dan ujung – ujung yang dilumasi grease juga. Pemasangannya
menggunakan isolator stick. Jumper dipasang pada ketiga fasa R, S dan T.
Bagian jumper yang terpasang sepatu kabel, dipasangkan pada ABSW dengan
menggunakan bantuan kunci pas mapun tang. Semua kawat jumper
dipasangkan, maka kemudian linesman memasang bagian kawat jumper yang
terpasang LLC pada kawat konduktor.
5. Pengujian Stang ABSW dan memastikan semua jumper terpasang dengan
baik Setelah di beri pelumas/grease pada bagian kontak gerak maupun kontak
diam,
stang pada ABSW di uji, apakah geraknya ada yang mengganjal atau tidak dan
apakah ketiga pisau dapat bergerak sempurna baik masuk maupun lepas.
6. Pelepasan tools yang di atas
Setelah semua pengujian pada ABSW telah dilakukan dan tidak ada masalah,
linesman mulai melepas tools ang berada di atass, di mulai dari tangga isolator
sampai turun ke bawah katrol bertali.

7. Pekerjaan Selesai
Setelah semua peralatan yang berada di atas dan di sekitar tiang dilepas, baik
linesman dan grounding man, merapikan pekerjeaan, meletakkan kembali
perlengkapan yang tadi digunakan kembali pada tempatnya,sehingga di tempat
operasi tidak meninggalkan bekas apapun dan diakhiri dengan berdoa.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari kerja praktik yang saya laksanakan
di PT. PLN (Persero) Rayon Semarang Barat :

1. Struktur organisasi PT. PLN (Persero) Rayon Semarang Barat terdiri


dari Manager, Supervisi Teknik, Supervisi Transaksi Energi dan
Supervisi Administrasi.
2. Air Break Switch (ABSW) merupakan salah satu peralatan switching
pada Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 KV
3. Pemeliharaan Air Break Switch (ABSW) di kerjakan tanpa adanya
tegangan atau pemadaman.
4. Pemeliharaan Air Break Switch (ABSW) dilakukan secara terjadwal
dan ada tiga jenis yaitu berdasarkan : Pemeliharaan rutin, korektif
dan darurat.

5.2 SARAN

Selama mengikuti kerja praktik di PT. PLN (Persero) Rayon Semarang Barat,
maka saya dapat memberikan sedikit saran sebagai berikut :

1. Pemeliharaan Air Break Switch (ABSW) harus dilaksanakan secara


berkelanjutan dan terjadwal mengingat di lapangan dapat terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan.
2. Pada saat pemeliharaan ABSW jaringan tetap di ground karena untuk
antisipasi apabila ada kesalahan operator dan arus kejut yang
menyebabkan ada aliran listrik pada bagian yang di pelihara, dan
pada saat pemeliharaan ABSW hendakknya sesuai dengan SOP
pemeliharaan agar pemeliharaan dapat berjalan dengan efektif.

48
Akhir kata saya hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada PT. PLN
(Persero) Rayon Semarang Barat yang telah bersedia membimbing dan
memberikan kesempatan untuk dapat melaksanakan kerja praktik.
DAFTAR PUSTAKA

1. SNI NO. 04-0225-2000 : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000).
2. PT. PLN(Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta.2008. “Buku
Pedoman Standart Konstruksi Jaringan Distribusi”.Semarang: PT.PLN
(Persero).
3. Efisiyanto, Donny Fisca.2014.”Pengoperasian dan Pemeliharaan Load
BreakSwitch Entec pada SUTM 20 KV”.Semarang:Universitas Diponegoro.
4. Negara, Sulistya Satria Patria.2014. “Pemeliharaan Air Break Switch dengan
Sistem PDKB Guna Meningkatkan Keandalan Operasional
Jaringan”.Magelang:PT.PLN(Persero)
5. PT.PLN(Persero).2010.”Buku 5:Standar Konstruksi Jaringan
TeganganMenengah Tenaga Listrik”.Jakarta: PT.PLN(Persero).
6. Rifqi,Muhamad.2010.” Operasi Pemeliharaan Jaringan Distribusi Tegangan
Menengah 20 KV”.Semarang: Universitas Diponegoro.
7. https://robyandri67.wordpress.com/2015/07/15/pemeliharaan-jaringan-
distribusi/

Anda mungkin juga menyukai