PENDAHULUAN
Penanggulangan korban bencana merupakan proses yang harus segera dilakukan agar
korban dapat tertolong secepat mungkin,jumlah orang yang terkena bencana kian meningkat
dan sebagian besar adalah bencana alam,indonesia adalah negara yang rawan bencana alam
dan telah mengalami bannyak tingkat peristiwa dengan tingkat keparahan yang berbeda
selama dekade terakhir (Sangkala 2017).sehingga memberikan dampak yang sangat
besar,misalnya korban jiwa,masaalah psikologis hingga penurunan ekonomi yang dapat
memebrikan pengaruh besar pada negara.maka dari itu diperlukan metode yang tepat untuk
dilakukan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menanggulangi bencana seperti
menerapkan triase.
Triase Sebagai pintu gerbang perawatan pasien memegang peranan penting dalam
pengaturan darurat dalam pengelompokan dan memprioritaskan pasien secara efisien sesuai
denagn tampilan medis pasien.Triase adalah perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada
prioritas pasien (Atau korban selama bencana)Bersumber pada penyakit atau tingkat
cidera,tingkat keparahan.
Triase (triage) berasal dari kata trier bahasa inggris triage dan diurutkan dalam bahasa
indonesia triase yang berarti sortir.yaitu proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya
cidera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat.
Triase adalah suatu sistem pembagian atau klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat
ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera dalam triase,dokter
dan perawat mempunyai batasan waktu(respon time) unuk mengkaji keadaan dan
memebrikan intervensi secepatnya yaitu <10 menit
Triase adalah usaha pemilihan korban sebelum ditangani berdasarkan tingkat kegawat
daruratan trauma atau penyakit denagn mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber
daya yang ada.(pusponegoro2010).Triase didefenisikan sebagai seleksi dan kategori sasi
bencana dengan pandangan yang sesuai,pengobatan sesuai dengan tingkat keparahan
penyakit atau cidera,dan ketersediaan medis,dalam hal ini dokter dan perawat bertanggung
jawab atas kesejahteraan masing masing korban,disisi lain harus memutuskan siapa yang
akan mendapatkan bantuan dengan segera terkait dengan hasilnya,misalnya : kelangsungan
hidup,namun terkadang sumber daya medis terbatas seperti yang sering terjadi diindonesia.
1 Single triase
Digunakan untuk keadaan dimana pasien datang satu persatu seperti misalnya diinstalasi
gawat darurat sehari hari atau pada MCI(mass casually incident)bencana dimana fase akut
telah terlewati setelah 5 sampe 10 hari.
2 Simple triage
Pada keadaan dimana bencana massal dimana awal transportasi belum ada atau ada tapi
terbatas dan terutama sekali belum ada tim medis atau para medis yang kompoten pemilahan
dan pemilihan pasien terutama ditujukan untuk prioritas transportasi pasien dan kemudian
tingkat keparahan penyakitnya biasanay digunakan triase tag/kartu triase.
Kategori hijau yagng merupakan “walkingWounded’’korban cidera yang masih bisa berjalan
dengan para korban dari kategori yang lain.
Kategori merah (Immediate) Korban yang bernafas dengan spontan hanya setelah reposisi
jalan nafas dilakukan,korban yang memilik pola nafas lebih dari 30 kali per menit,atau
dengan pengisian kalpiler yang lambat( lebih dari 2 detik)
Kategori kuning (delayed) para korban yang tidak cocok dikelompokan kedalam kategori
Immediate maupun kategori ringan.
Pada keadaan dimana terdapat korban dalam jumlah yang sangat bannyak,yang jauh
melampaui kapasitas penolong,maka harus dilakukan triase secara cepat dengan tujuan
menyelamatkan bannyak korban sebannyak bannyaknya.untuk itu pada triase metode save
korban dibagi menjadi tiga kelompok :
b. kelompk korban yang diperkirakan akan mampu bertahan hidup,apappun tindakan yang
akan diberikan(termasuk tidak dilakukan tindakan pertolongan),
c. Kelompk yang tidak termsuk dalam 2 kategori diatas yang bearti korban pada kelompok
ini keselamatannya sangat tergantung pada intervensi yang akan diberikan kelompok
inilah yang harus mendapatkan prioritas penanganan
Salah satu gejala bencana adalah kebutuhan yang mendesak masyarakat yang terkena
dampak melebihi sumber daya yang tersedia jadi pertanyaannya adalah bagaimana sumber
daya ini harus digunakan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagi masyarakat,yaitu
dengan memprioritaskan pasien dan orang yang terluka berdasarkan kebutuhan mendesak
mereka untuk perawatan.Bencana sering muncul dengan jumlah medis yang luar biasa
bannyaknya korban terluka atau sakit dapat membanjiri jumlah responden medis oleh karena
itu harus menetapkan prioritas siapa yang harus dirawat dan dalam urutan apa mereka harus
diberlakukan atau diangkut dengan jumlah tenaga dan peralatan transportasi yang terbatas,
setiap korban harus ditemui dan diberi prioritas untuk perawatan lapangan dan evakuasi atau
transfer.dalam hal ini proses triase sangat memungkinkan dalam penanganan korban bencana
dan insiden massal yang tidak memilik sumber daya yang cukup,sisitem triase individu
digunakan untuk menentukan kelompok pasien mana yang harus menerima layanan
perawatan berdasarkan status klinis mereka.misalnya bencana korban massal dimana
kapasitas penololng sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah korban sementara korban
harus mendapatkan penanganan medis segera,dengan ini penolong harus mampu bertindak
dengan cepat guna menyelamatkan korban dengan memperhatikan tingkat keparahan
pasien,dengan melakukan pengolompakan individu yang terluka ditempatkan dalam kelas
berbeda yang meliputi merah,kuning,hijau.Dalam kasus ini dimana jumlah tinggi dan tidak
mungkin memindahkan semua pasien ke pusat medis atau rumah sakit karena besarnya
insiden dan kurangnya sumber daya dari pra rumah sakit,proses memindahkan pasien dari
tempat kejadian akan berkepanjangan mungkin saja sekelompok orang yang terluka akan
tetap berada dilokasi.Konteks sistem triase untuk klasifikasi pasien pertama kali digunakan
oleh Barron Dominique Jean Larry kepala ahli bedah dipasukan napoleon karena dalam
sebagian besar situasi korban massal jumlah pasien melebih kapasitas fasilitas medis ada
kebutuhan mendesak untuk memprioritaskan peralatan dan persediaan medis tujuan
utamannya adalah untuk mengamankan keselamatan pasien selama proses diagnosis dan
perawatan darurat,dan pengurangan waktu untuk penerima layanan medis dan
transportasi.sistem triase dibagi menjadi triase primer dan sekunder.penelitian ini digunakan
melalui tinjauan sistem triase yang digunakan dalam keadaan darurat bencana diseluruh
dunia,tindakan penyelamatan dan pemindahan korban ini umumnya dilakukan oleh petugas
rescue yang memang sudah terlatih dan memiliki kemampuan untuk tugas tersebut.setelah
korban sampai ke tempat yang aman setelah dilakukan triase tindakan medis yang dilakukan
pada dasarnya terbatas pada resusitasi dan stabilitasi supaya penderita layak untuk dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang sesuai.
KESIMPULAN
Pada kasus bencana yang menyebabkan korban lebih bannyak daripada jumlah
penolong maka perlu dilakukan triase guna memilih pasien mana yang akan lebih
diutamakan dengan berdasarkan kondisi pasien,dengan melakukan pengelompokan dan
diberikan label yang memudahkan penolong untuk mengidentifikasi korban,sehingga
memudahkan penolong untuk mengevakuasi korban untuk mendapatkan penanganan segera
guna menyelamatkan bannyaknya korban jiwa.triase yang digunakan tergantung pada situasi
dan bannyaknya jumlah korban serta penolong dan fasilitas yang ada.
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan dari penulisan essay ini adalah pemberian
pertolongan dalam keadaan darurat dengan jumlah korban yang melebihi kapasitas jumlah
penolong harus dilakukan dengan cepat dan tepat berdasarkan penggolongan masing masing
cedera yang dialami,sehingga dapat meminimalisir untuk terjadinya suatu keadaan yang
mengancam jiwa dan keadaan yang dapat menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Lee, J. S., & Franc, J. M. (2015). Impact of a Two-step Emergency Department Triage Model
with START, then CTAS on Patient Flow during a Simulated Masscasualty
Incident. Prehospital and Disaster Medicine, 30(4), 390–396.
https://doi.org/10.1017/S1049023X15004835
Dean, M. D., & Nair, S. K. (2014). Mass-casualty triage: Distribution of victims to multiple
hospitals using the SAVE model. European Journal of Operational Research, 238(1),
363–373. https://doi.org/10.1016/j.ejor.2014.03.028