Anda di halaman 1dari 74

SIMULASI SISTEM EKSITASI BERDASARKAN

SISTEM EKSITASI GENERATOR UNIT 1 PLTA


SAGULING

Laporan Kerja Praktek


Diajukan sebagai persyaratan kelulusan Kerja Praktek
Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional
Oleh :

EDI SAPUTRA
NRP : 11-2010-019

FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI
NASIONAL BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja
Praktek yang berjudul: “Simulasi Sistem Eksitasi Berdasarkan Sistem Eksitasi
Generator Unit 1 PLTA Saguling”.

Selama penulisan Kerja Praktek ini banyak sekali kesulitan dan hambatan
yang penulis hadapi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini, penulis
mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan kerja praktek ini. Dalam segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang tak pernah berhenti mengirimkan doa dan
semangat serta memberikan dukungan baik moril maupun material yang
senantiasa mencurahkan cinta kasihnya.

2. Bapak Ir.Teguh Afrianto,ST.MT selaku dosen pembimbing yang telah


banyak memberikan pengarahan sehingga selesainya penulisan Kerja
Praktek ini.

3. Pimpinan dan Karyawan PT. Indonesia Power UBP PLTA Saguling,


terutama Pak Arif selaku pembimbing.

4. Ibu Lita Lidyawati,ST selaku dosen wali di Jurusan Teknik Elektro Institut
Teknologi Nasional.

5. Seluruh rekan-rekan di Bimbel Ministry, yang sselau memberikan


motivaasi dan doanya.

i
6. Seluruh rekan-rekan seperjuangan Teknik Elektro Institut Teknologi
Nasional Angkatan 2010, yang telah memberikan support atau dorongan
dalam penyelesaian Kerja Praktek ini.

7. Semua pihak yang telah berjasa dan tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Terimakasih atas jasanya, semoga Tuhan memberikan balasan yang


berlipatkali ganda atas semua bantuannya.

Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Tuhan, oleh karena itu saran


dan kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan
kedepannya. Akhir kata penulis berharap semoga kerja praktek ini bermanfaat
bagi semua dan semoga segala bentuk bantuan dan kebaikan yang telah
diberikan menjadi berkat dan balasan dari Tuhan. Amin..

Bandung, 7 April 2015

Edi Saputra
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR----------------------------------------------------------------------------------- i
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------------------------- iii
DAFTAR GAMBAR----------------------------------------------------------------------------------- v
DAFTAR TABEL------------------------------------------------------------------------------------- vii
BAB I PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------------ 1
1.1 Latar Belakang----------------------------------------------------------------------------- 1
1.2 Rumusan Masalah------------------------------------------------------------------------- 1
1.3 Maksud dan Tujuan-----------------------------------------------------------------------1
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek------------------------------------2
1.5 Sistematika Penulisan---------------------------------------------------------------------3
BAB II LANDASAN TEORI------------------------------------------------------------------------- 5
2.2 Generator------------------------------------------------------------------------------------ 6
2.2.1 Konsep Dasar Generator----------------------------------------------------------6
2.2.2 Fungsi dan Prinsip Kerja Bagian Utama Generator-------------------------7
2.3 Sistem Eksitasi---------------------------------------------------------------------------- 12
2.3.1 Sistem Eksitasi Konvensional (Menggunakan Generator Arus Searah)12
2.3.2 Sistem Eksitasi Statis-------------------------------------------------------------13
2.3.3 Sistem Eksitasi Menggunakan Baterai----------------------------------------14
2.3.4 Sisten Eksitasi Menggunakan Pemanen Magnet Generator--------------16
2.4 Karakteristik Generator Sinkron-----------------------------------------------------16
2.4.1 Karakteristik Beban Nol---------------------------------------------------------16
2.4.2 Karakteristik Hubung Singkat--------------------------------------------------17
2.4.3 Karakteristik berbeban----------------------------------------------------------18
2.5 MATLAB----------------------------------------------------------------------------------- 19
BAB III METODOLOGI SISTEM EKSITASI PLTA SAGULING 1----------------------24
3.1 Metode Penelitian------------------------------------------------------------------------- 24
3.2 Studi Literatur---------------------------------------------------------------------------- 25
3.3 Model sistem eksitasi---------------------------------------------------------------------28

iii
3.3.1 Model dasar------------------------------------------------------------------------- 28
3.3.2 Pengaruh Perubahan Beban pada Generator yang Beroperasi Sendiri
31 3.4 Model Simulink Sistem Eksitasi Generator--------------------------------------33
3.5 Tahapan Proses Pengujian--------------------------------------------------------------33
3.6 Analisa Pengujian------------------------------------------------------------------------ 34
BAB IV DATA PENGAMATAN DAN ANALISA----------------------------------------------35
4.1 Sistem Eksitasi General Unit 1 PLTA Saguling------------------------------------35
4.1.1 Umum-------------------------------------------------------------------------------- 35
4.1.2 Eksitasi Awal (Initial Excitation)-----------------------------------------------37
4.1.3 Cara Kerja Operasi Regulator dan Firing Circuit Sistem Eksitasi
Generator Saguling---------------------------------------------------------------------- 39
4.1.4 Cara Kerja Operasi Thyristor Bridge------------------------------------------40
4.2 Data-data parameter pengujian dan Analisa----------------------------------------42
4.2.1 Generator Sinkron----------------------------------------------------------------42
4.2.2 Eksitasi------------------------------------------------------------------------------ 43
4.2.3 Beban--------------------------------------------------------------------------------- 43
4.3 Pengujian generator sinkron dan Analisa-------------------------------------------44
4.3.1 Kondisi generator dengan beban 10%----------------------------------------44
4.3.2 Kondisi generator pada saat beban 50%-------------------------------------45
4.3.3 Kondisi generator saat beban 100%-------------------------------------------47
BAB V KESIMPULAN------------------------------------------------------------------------------- 50
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------------------------- 52

iv
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Kaidah Flamming Tangan Kanan---------------------------------------------------7


Gambar 2.2 Penampang Generator-----------------------------------------------------------------8
Gambar 2.3 Konstruksi Generator Arus Bolak-balik-------------------------------------------8
Gambar 2.4 Permanent Magnet Generator------------------------------------------------------10
Gambar 2.5 Model AVR Sederhana---------------------------------------------------------------11
Gambar 2.6 Battery Aki------------------------------------------------------------------------------ 12
Gambar 2.7 Sistem Eksitasi Meggunakan Generator Arus Searah-------------------------13
Gambar 2.8 Sistem Kksitasi Statis----------------------------------------------------------------- 14
Gambar 2.9 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Baterai----------------------------------15
Gambar 2.10 Sistem Eksitasi Dengan Suplai Tiga Phasa--------------------------------------15
Gambar 2.11 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Permanen Magnet Generator----16
Gambar 2.12 Karakteristik Beban Nol------------------------------------------------------------17
Gambar 2.13 Karakteristik Hubung Singkat----------------------------------------------------18
Gambar 2.14 Karakteristik Generator Berbeban-----------------------------------------------19
Gambar 2.15 (a) Promt matlab--------------------------------------------------------------------- 21
Gambar 2.15 (b) Simulink Library Browser-----------------------------------------------------22
Gambar 2.15 (c) Model simulink------------------------------------------------------------------- 22
Gambar 2.15 (d) Blok Parameter------------------------------------------------------------------- 23
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi-----------------------------------------------------------------24
Gambar 3.2 Skema pengendalian daya aktif dan daya reaktif-------------------------------26
Gambar 3.3 Skema pengendalian daya reaktif--------------------------------------------------26
Gambar 3.4 Gambar sistem Eksitasi Statik------------------------------------------------------28
Gambar 3.5 Diagram Blok dengan eksitasi-------------------------------------------------------28
Gambar 3.6 Prinsip Kerja Generator Sinkron--------------------------------------------------29
Gambar 3.7 Gelombang Tegangan Induksi------------------------------------------------------30
Gambar 3.8 Pembangkitan Tiga Fasa-------------------------------------------------------------31
Gambar 3.9 Pengaruh Penambahan Beban (a) Lagging, (b) Resistif Murni dan (c)
Leading terhadap Tegangan Terminal------------------------------------------------------------32
Gambar 3.10 Kurva Karakteristik Generator dalam Kondisi Berbeban------------------32
Gambar 4.2 Model simulink sistem eksitasi generator-----------------------------------------33
Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem Eksitasi Generator Unit 1 PLTA Saguling------------38
Gambar 4.2 Grafik Input dan Ouput regulator tegangan, the firing circuit, rangkaian
daya thristor dan generator AC-------------------------------------------------------------------- 39
Gambar 4.3 Penyearah Terkendali Thyristor Jembatan Penuh (Three Phase full-
converter)----------------------------------------------------------------------------------------------- 40
Gambar 4.4 Gelombang masukan Thyristor-----------------------------------------------------41
Gambar 4.5 Hasil simulasi Simulink beban 10%-----------------------------------------------44
Gambar 4.6 Hasil simulasi Simulink beban 10%-----------------------------------------------44
Gambar 4.7 Hasil simulasi Simulink beban 50%-----------------------------------------------46
Gambar 4.8 Hasil simulasi Simulink beban 50%-----------------------------------------------46
Gambar 4.9 Hasil simulasi Simulink beban 100%----------------------------------------------48
Gambar 4.10 Hasil simulasi Simulink beban 100%--------------------------------------------48
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 Unit Bisnis yang Dikelola PLTA Saguling---------------------------------------------3


Tabel 4.1 Karakteristik Sistem Eksitasi-----------------------------------------------------------35
Tabel 4.2 Data-data Generator dan Parameter-parameter Generator sinkron-----------42
Tabel 4.4 Tabel Tegangan terhadap beban 10%------------------------------------------------45
Tabel 4.5 Tabel Tegangan terhadap beban 50%------------------------------------------------47
Tabel 4.6 Tabel Tegangan terhadap beban 100%-----------------------------------------------49
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Generator sinkron merupakan alat pembangkit tenaga listrik utama yang dipakai untuk
mengkonversikan tenaga mekanik menjadi tenaga listrik. Masalah utama dari generator ini adalah
tegangan keluaran yang berubah-ubah dikarenakan pembebanan pada terminal keluaran generator.
Semakin banyak pembebanan yang diberikan maka tegangan keluaran generator akan semakin kecil.
Karena hal tersebut berpengaruh secara langsung terhadap sistem kelistrikan maka terdapat suatu alat
pensetabil tegangan generator yaitu AVR (Automatic Voltage Regulator).
Sistem pengoperasian Unit AVR (Automatic Voltage Regulator) berfungsi untuk menjaga agar
tegangan generator tetap konstan dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan tegangan yang
selalu stabil tidak terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah, dikarenakan beban
sangat mempengaruhi tegangan output generator. Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus
penguatan (excitacy). Apabila tegangan output generator di bawah tegangan nominal tegangan
generator, maka AVR akan memperbesar arus penguatan (excitacy) dan juga sebaliknya apabila
tegangan output Generator melebihi tegangan nominal generator maka AVR akan mengurangi arus
penguatan (excitacy). Dengan demikian apabila terjadi perubahan tegangan output Generator akan
dapat distabilkan oleh AVR secara otomatis dikarenakan AVR dilengkapi dengan peralatan seperti alat
yang digunakan untuk pembatasan penguat minimum ataupun maximum yang bekerja secara otomatis.
Pada kerja praktek ini saya akan membahas mengenai sistem eksitasi generator, yang akan diinjeksikan
pada lilitan medan yang bertujuan untuk menaik turunkan tegangan keluaran generator berdasarkan
dari banyaknya pembebanan. Jika beban pada terminal keluaran bertambah maka tegangan terminal
keluaran generator akan berkurang maka AVR ini akan menaikkan tegangan eksitasi yang bertujuan
untuk menaikkan tegangan terminal keluaran generator dengan maksud untuk mensetabilkan
tegangan keluarannya.

1.2 Rumusan Masalah


Laporan yang akan saya tulis ini akan membahas tentang sistem eksitasi sebagai pengatur
tegangan keluaran generator sinkron, dimana keluaran generator sinkron yang selalu berubah-rubah
akibat perubahan beban.

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk menembah pengetahuan dan wawasan,
serta pengalaman sesuai dengan ilmu yang didapat dibangku kuliah, khususnya dibidang teknik
elektro. Selain itu, tujuan penelitian ini adalah:
1. Memodelkan sistem eksitasi dengan Simulink MATLAB 7.1.
2. Melalakukan pengujian simulasi sistem eksitasi dengan pengujian generator dengan beban
10%, 50% dan 100%.
3. Menganalisa kondisi tegangan keluaran generator dan tegangan eksitasi saat dilakukan
pengujian generator dengan beban 10%, 50% dan 100%.

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek


Tempat pelaksanaan kerja praktek ini dilaksanakan di PLTA Saguling yang terletak di desa
Rajamandala, kecamatan Cipatat kabupaten Bandung. Waktu pelaksanaan kerja praktek ini dari
tanggal 5 Mei 2014 sampai dengan 4 Juli 2014.
PT. Indonesia Power adalah salah satu anak perusahaan listrik milik PT. PLN (Persero) yang
didirikan pada tanggal 3 oktober 1995 dengan nama PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali
I (PT. PLN PJB I) dan pada tanggal 3 oktober 2000 PT. PLN PJB I resmi berganti nama menjadi PT.
Indonesia Power.
PT. Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkit tenaga listrik terbesar di Indonesia
dengan delapan unit bisnis pembangkitan utama di beberapa lokasi strategis di Pulau Jawa dan Pulau
Bali serta satu unit bisnis yang bergerak dibidang jasa pemeliharaan yang disebut Unit Bisnis Jasa
Pemeliharaan (UBJP).
Unit-unit bisnis pembangkitan tersebut adalah unit bisnis pembangkitan Suralaya, Priok,
Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak dan Grati, dan Bali serta unit jasa pemeliharaan. Kiprah
PT. Indonesia Power dalam pengembangan di bidang pembangkit tenaga listrik juga dilakukan
dengan membentuk anak perusahaan PT. Cogindo Daya Perkasa (saham 99,9%) yang bergerak di
bidang jasa pelayanan dan manajemen energi dengan penetapan konsep cogeneration and distributed
generation, juga PT. Indonesia Power mempunyai saham 60% di PT. Arta Daya Coalindo yang
bergerak dibidang usaha perdagangan batu bara. Aktivitas kedua anak perusahaan ini diharapkan
dapat lebih menunjang peningkatan pendapatan perusahaan di masa mendatang.

Sampai saat ini telah beroperasi 3 PLTA sistem kaskade dialiran sungai citarum dan salah satunya
adalah PLTA saguling yang lokasinya berada paling hulu. Sedangkan dibagian hilirnya berturut-turut
adalah PLTA Cirata dan PLTA Jatiluhur. PLTA Saguling dioperasikan untuk mensuplai beban saat
keadaan jam-jam beban puncak didaerah bagian barat pulau jawa melalui saluran interkoneksi Jawa-
Bali. Hal ini dikarenakan karakteristik PLTA yang mampu beroperasi dengan cepat (untuk unit
pembangkit disaguling mampu beroperasi ± 15 menit sejak start sampai masuk kejaringan
intekoneksi). Selain itu berfungsi sebagai pengatur frekuensi system dengan menerapkan peralatan
LFC (Load Frequency Control) dan dapat melakukan pengisian tegangan (line charging) pada saat
terjadi black out pada saluran interkoneksi 500 kV Jawa-Bali.

2
Energi listrik yang dihasilkan PLTA Saguling disalurkan memlalui GITET saguling dan di
interkoneksikan ke sistem se-Jawa dan Bali melalui saluran udara tegangan tinggi (SUTET 500 KV)
untuk selanjutnya melalui GIGI dan gardu distribusi disalurkan kekonsumen.

Generator di PLTA saguling terdiri dari 4 unit generator berkapasitas 175,18 MW/unit dan dapat
menghasilkan jumlah energi listrik 2,56 x MWH pertahunnya. Total produksi unit-unit PLTA
saguling adalah 700 MW atau 9,3% dari total produksi PT.indonesia Power (8,470 GW). Dengan
adanya perubahan struktur organisasi dalam rangka menuju kearah spesialisasi, maka keluar surat
keputusan pemimpin PLN pembangkit dan penyaluran jawa bagian barat NO.001.K/030/DIR/1995
tanggal 16 oktober 1995, yaitu yang semula mengelola 1 unit PLTA ditambah 7 unit PLTA.

Tabel 1.1 Unit Bisnis yang Dikelola PLTA Saguling

NO PLTA Tahun Operasi Daya Total (MW)


Terpasang
(MW)
1 Saguling 1985,1986 4x175,18 700,72
2 Kracak 1827,1985 3x6,30 18,90
3 Ubrug 1924 2x5,94
1950 1x6,48 18,36
4 Plengan 1922 3x1,08
1982 1x2,02 6,87
1996 1x1,61
5 Lamajan 1925,1934 3x6,52 19,56
6 Cikalong 1961 3x1,05 19,20
7 Bengkok dan Dago 1923 3x1,05
1x0,70 3,85
8 P. Kondang 1955 2x2,49
2x2,46 9,90

JUMLAH TERPASANG 797,36

1.5 Sistematika Penulisan


Pembahasan laporan kerja praktek ini tersusun atas beberapa bab, sistem laporan kerja praktek
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang, pembatasan masalah, maksud dan tujuan,
tempat dan waktu pelaksanaan, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang studi literatur mengenai teori-teori yang berkaitan dengan konsep dasar
pembangkitan listrik tenaga air, pengenalan dasar dan prinsip kerja peralatan listrik yang ada
pada PLTA, sistem kelistrikan PLTA Saguling, komponen-komponen sistem eksitasi
generator PLTA Saguling.
BAB III METODOLOGI SISTEM EKSITASI PLTA SAGULING UNIT 1
Bab ini berisi tentang langkah-langkah pengujian yang akan dilakukan.
BAB IV DATA PENGAMATAN DAN ANALISA
Bab ini berisi tentang data-data yang pengamatan serta analisa mengenai sistem eksitasi
generator.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan mengenai pokok-pokok penting yang diperoleh selama
pelaksanaan kerja praktek di PLTA Saguling PT. Indonesia Power.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem pembangkitan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Pusat listrik tenaga air merupakan salah satu jenis pembangkit yang prinsip kerjanya mengubah
energi potensial air menjadi energi kinetik kemudian menjadi energy mekanik yang ditransmisikan ke
generator untuk dikonversikan menjadi listrik. Daya hidrolik yang dihasilkan air melalui turbin adalah
daya input, sedangkan daya listrik merupakan daya outputnya.

Sistem operasi PLTA saguling yang dimulai dari pembedungan aliran sungai citarum dan banyak
anak sungai nya memiliki debit air yang cukup besar. Air tersebut ditampung pada sebuah waduk,
agar air dalam waduk tersebut dapat dimaksimalkan pemanfaatannya maka aliran air dikontrol
melalui pusat pengendali bendungan (dam control center) sebelum masuk menuju pintu penyaluran
air (intake) yang selanjutnya masuk kedalam terowongan tekan (headrace tunnel). Langkah
selanjutnya air masuk melewati tangki mendatar (surge tank) yang berfungsi untuk mengamankan
pipa pesat apabila terjadi tekanan kejut (water hammer) dimana katup utama menutup dengan cepat
kemudian masuk ke pipa pesat (penstock). Ketika katup utama (main valve) dibuka aliran air
memasuki rumah keong (spiral case) yang mengarahkan air agar memutar turbin, turbin dikopel
dengan generator sehingga putaran turbin sama dengan putaran generator, disinilah terjadi
pembangkitan energi listrik.

Setelah melewati turbin maka air mengalir melalui saluran keluar (tail race), listrik yang
dihasilkan oleh turbin yang dikopel dengan generator sebesar 16,5 Kv yang mana dinaikkan oleh trafo
menjadi 500 Kv, kemudian masuk ke jaringan interkoneksi Jawa – Bali. Kemudian melalui gardu
induk (GI) energi listrik disalurkan kekonsumen setelah tegangannya diturunkan menjadi 220/380 V.
Pembangkit listrik tenaga air berguna sekali untuk membantu beban puncak (peak load) karena
pembangkit jenis ini memiliki biaya operasional yang terbilang sangat murah walaupun biaya
pembangunannya mahal dan memerlukan waktu yang lama.

Meskipun demikian pembangkit ini sangat tergantung pada faktor cuaca, contohnya saja pada
saat musim hujan berlangsung produktifitas pembangkit ini sangatlah reliable sehingga dapat
digunakan untuk mem back up pembangkit-pembangkit lain yang biaya operasionalnya mahal. Tetapi
sebaliknya pada saat musim kemarau produktifitas pembangkit ini biasanya menurun cukup drastic.
Pada intinya PLTA sangatlah bergantung pada debit air yang ada, selain ekonomis pada biaya
operasional, PLTA
memiliki keuntungan dari segi teknis yaitu sistem operasi dan perawatannya (maintenance) tidak
terlalu komplek disbanding pembangkit jenis lain.

Generator-generator dengan daya diatas 100 MVA mempunyai transformator penaik tegangan
yang merupakan satu kesatuan dengan generator. Transformator penaik tegangan umumnya
mempunyai hubungan Δ - Y. energi yang dibangkitkan generator setelah tegangannya dinaikkan oleh
transformator disalurkan melalui pemutus tenaga (CB) ke rel (busbar), penyaluran daya dari generator
sampai ke transformator penaik tegangan dilakukan menggunakan kabel yang diletakkan pada saluran
bawah tanah dan saluran diatas tanah (cable duct) setelah keluar dari sisi tegangan tinggi
transformator, energi disalurkan melalui konduktor tanpa isolasi ke CB (circuit breaker) dan dari CB
(circuit breaker) ke rel juga melalui konduktor tanpa isolasi.

Saluran tenaga listrik dari generator sampai dengan Rel harus rapih dan bersih agar tidak
menimbulkan gangguan, gangguan dibagian ini akan menimbulkan arus hubung singkat yang relative
besar dan mempunyai resiko terganggunyapasokan tenaga listrik dari pusat listrik ke sistem. Bahkan
apabila generator yang digunakan dalam system berukuran besar maka ada kemungkinan seluruh
sistem menjadi terganggu.
Bagian lain dari instalasi listrik generator adalah instalasi arus (medan) penguat. Arus penguat didapat
dari generator arus searah yang umumnya terletak saru poros utama hubungan listrik antara generator
utama dengan generator arus penguat dilakukan melalui cincin geser dan pengaturan tegangan
otomatis pengatur berfungsi mengatur besarnya arus medan magnet agar tegangan generator utama
besarnya konstan. Pada Generator yang besar diatas 100 MVA seringkali digunakan generator
penguat secara bertingkat, ada generator penguat bantu (pilot exciter) dan generator penguat utama
(main exciter). Generator penguat utama cenderung berkembang menjadi generator arus bolak-balik,
yang dihubungkan ke generator sinkron melalui penyearah yang berputar diporos generator sehingga
tidak perlukan cincin geser.

2.2 Generator
2.2.1 Konsep Dasar Generator
Sebagian besar energy listrik yang dipergunakan oleh konsumen untuk kebutuhan sehari-hari
dihasilkan oleh generator sinkron phasa banyak (polyphase) yang ada dipusat pembangkit tenaga
listrik. Generator sinkron yang dipergunakan ini mempunyai rating daya dari ratusan sampai ribuan
Mega Volt Ampere (MVA). Generator arus bolak balik yang kadang-kadang disebut dengan generator
sinkron atau alternator adalah sebuah peralatan listrik yang berfungsi untuk mengubah energy gerak
(mekanis) menjadi energy listrik AC dimana kecepatan putaran medan dan kecepatan putaran
rotornya sama atau
tidak ada slip. Kumparan medan pada generator sinkron terletak pada rotornya sedangkan kumparan
jangkarnya terletak pada stator.

Prinsip pembangkitan tegangan pada generator adalah sepotong penghantar yang dialiri arus dan
bergerak dengan kecepatan v didalam pengaruh medan magnet, akan menimbulkan tegangan induksi
sebesar V. untuk menentukan besarnya tegangan induksi yang ditimbulkan oleh arah gerakan
penghantar tersebut digunakan kaidah flaming tangan kanan. Medan magnet mempunyai arah dari
kutub utara ke kutub selatan. Arus didalam oenghantar searah dengan empat jari, sedangkan arah
gerakan searah dengan ibu jari, seperti ditunjukan pada gambar berikut.

Gambar 2.1 Kaidah Flamming Tangan Kanan

Generator sinkron disebut juga mesin sinkron, karena bekerja pada kecepatan dan frekuensi
konstan dibawah kondisi “steady state”. Mesin sinkron bias dioperasikan baik sebagai generator
maupun motor. Mesin sinkron bila difungsikan sebagai motor berputar dalam kecepatan konstan.
Apabila dikehendaki kecepatan yang bersifat variable, maka motor sinkron dilengkapi dengan
pengubah frekuensi seperti inverter atau cyclo converter.

2.2.2 Fungsi dan Prinsip Kerja Bagian Utama Generator


Generator adalah mesin pembangkit listrik yang prinsipnya merubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk menghasilkan
medan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover menghasilkan medan magnet berputar
pada mesin. Medan magnet putar ini menginduksi tegangan tiga fasa pada kumparan stator generator.
Gambar 2.2 Penampang Generator

Dalam konstruksi generator sinkron arus bolak-balik terdiri dari dua bagian utama, yaitu: (1) stator,
yakni bagian diam yang mengeluarkan tegangan bolak-balik, dan (2) rotor yakni bagian bergerak yang
menghasilkan medan magnet yang menginduksikan ke stator. Stator terdiri dari badan generator yang
terbuat dari baja yang berfungsi melindungi bagian dalam generator, kotak terminal dan name plate
pada generator. Inti stator yang terbuat dari bahan ferromagnetic yang berlapis-lapis dan terdapat alur-
alur tempat meletakan lilitan stator. Lilitan stator yang merupakan tempat untuk menghasilkan
tegangan. Sedangkan rotor berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara sama rata
(rotor silinder). Konstruksi dari generator sinkron ini dapat dilihat pada gambar 3.3.

Gambar 2.3 Konstruksi Generator Arus Bolak-balik


a) Stator
Stator pada altenator merupakan gulungan kawat penghantar yang disusun sedemikian rupa dan
ditempatkan pada alur-alur inti besi. Pada penghantar tersebut adalah tempat terbentuknya GGL
induksi yang diakibatkan dari medan magnet putar dari rotor yang memotong kumparan penghantar
stator. Kumparan yang ditempatkan pada alur-alur tersebut dibagi menjadi 3 grup, sehingga menjadi
keluaran 3 phasa, dan biasanya disambung sistem bintang (Y). inti besi stator terdiri dari laminasi-
laminasi plat besi yang satu dan lainnya terisolasi dengan vernis atau kertas isolasi ( implagnated
paper).

Tujuan dari laminasi-laminasi tersebut adalah mengurangi besarnya arus eddy (Eddy Current), karena
arus pusar ini dapat menimbulkan panas pada inti stator dan akhirnya dapat merusak isolasi kumparan
penghantar. Kumparan penghantar yang bertegangan tersebut harus terisolasi dengan baik, bahan
isolasi tersebut biasanya dari fiber glass atau pita mica.

b) Rotor
Rotor pada generator merupakan bagian untuk menempatkan kumparan medan magnet eksitasi.
Kumparan medan magnet disusun pada alur-alur inti besi rotor, sehingga apabila pada kumparan
tersebut dialirkan arus searah (DC) maka akan membentuk kutub-kutub magnet utara dan selatan.
Mesinmesin pembangkit listrik yang biasa untuk putaran tinggi seperti pembangkit termal, kutub
magnetnya berbentuk silindris adapun jumlah kutub magnetnya untuk mesin dengan putaran tinggi
biasanya sebanyak 2 buah kutub magnet atau 4 buah kutub magnet.

c) PMG (Permanent Magnetic Generator)


Permanent magnet generator merupakan generator sinkron yang menggunakan magnet permanent
dirotornya. PMG ini berfungsi sebagai penyuplai arus eksitasi ke exciter stator. Pada awal generator
berputar tegangan GGL akan dibangkitkan di PMG stator. Tegangan 3 fasa pada PMG stator tersebut
akan dihubungkan ke AVR. AVR akan berfungsi sebagai rectifier yang menyearahkan arus AC dari
PMG menjadi arus DC. Setelah itu perangkat elektronika daya pada AVR akan mengatur tegangan
eksitasi ke exciter stator. Sama seperti pada umumnya, pada PMG juga terdapat rotor dan stator.
Rotor (bagian yang berputar) menggunakan magnet permanent, dan stator merupakan kumparan
jangkar.
Stator merupakan bagian dari PMG yang
tidak bergerak dan berfungsi membangkitkan tegangan AC dan teganga tersebut diapakai untuk
beban, Pada PMG akan dibangkitkan tegangan 3 fasa.
Gambar 2.4 Permanent Magnet Generator

Magnet permanent adalah megnet yang diletakan pada inti rotor PMG. Rotor PMG yang terdapat
magnet permanent diletakkan seporos dengan exciter rotor dan main rotor. Magnet permanent pada
PMG umumnya menggunakan bahan ferromagnetic seperti alnico dan ferrites.

d) AVR (Automatic Voltage Regulator)


AVR (Automatic Voltage Regulator) adalah suatu perangkat yang dipasang pada generator yang
dapat bekerja secara otomatis mengatur tegangan atau amplitude gelombang yang dihasilkan agar
generator tetap stabil. AVR bekerja dalam mengatur tegangan keluaran generator dengan cara
mengontrol arus penguatan dari generator tersebut.

Unit AVR (Automatic Voltage Regulator) berfungsi untuk menjaga agar tegangan generator tetap
konstan dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan tegangan yang selalu stabil tidak
terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah dikarenakan beban sangat
mempengaruhi tegangan output generator. Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan
(excitacy) pada exciter.

Apabila tegangan output generator dibawah tegangan nominal tegangan generator maka AVR akan
memperbesar arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dan juga sebaliknya apabila tegangan output
generator melebihi tegangan nominal generator maka AVR akan mengurangi arus penguatan
(excitacy) pada exciter. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tegangan output generator akan
dapat distabilkan. AVR secara otomatis dikarenakan dilengkapi dengan peralatan seperti alat yang
digunakan untuk pembatasan penguat minimum ataupun maximum yang bekerja secara otomatis.
AVR dioperasikan dengan mendapat satu daya dari permanen magnet generator (PMG) dengan
tegangan 110V, 20A, 400Hz. Serta mendapat sensor dari Potential Transformer (PT) dan Current
Transformer (CT). Dibawah ini adalah contoh model sederhana dari AVR, yaitu:

10
Gambar 2.5 Model AVR Sederhana
e) Transformator
Eksitasi
Transformator/trafo adalah peralatan listrik untuk memindahkan atau mengubah tegangan dan arus
listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian lkistrik yang lain melalui prinsip-prinsip
induksi elektromagnetik. Sistem eksitasi dengan penguatan sendiri membutuhkan trafo eksitasi untuk
menurunkan tegangan terminal generator sebelum disalurkan ke jembatan thristor. Trafo eksitasi ini
juga berfungsi sebagai power supply untuk menambah tegangan penguat ke rotor generator.
f) Circuit Breaker
Circuit breaker atau sakelar pemutus tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik
pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada
semua kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi tegangan
yang normal ataupun tidak normal.
Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya, adalah terbagi menjadi
empat jenis, yaitu: sakelar PMT minyak, sakelar PMT udara hembus, sakelar PMT vakum dan sakelar
dengan gas SF6.

g) Battery
Battery adalah suatu alat penyimpan energy listrik yang dapat di isi (charger) setelah energi yang
digunakan. Kapasitas atau kemampuan menyimpan energi ditentukan oleh semua komponen didalam
baterai seperti jenis material yang digunakan dan jenisnya elektrolitnya sehingga dikenal baterai asam
dan baterai alkali.

Baterai aki merupakan sumber arus searah yang digunakan dalam suatu pusat pembangkit listrik.
Baterai aki harus selalu diisi melalui penyearah. Gambar 3.6 akan menunjukan instalasi baterai dan
pengisiannya.

11
Gambar 2.6 Battery Aki

2.3 Sistem Eksitasi


Berdasarkan cara penyaluran arus searah pada rotor generator sinkron, sistem eksitasi terdiri
dari dua jenis yaitu sistem eksitasi dengan menggunakan sikat (brushless excitation) dan sistem
eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless). Ada dua jenis sistem eksitasi dengan menggunakan
sikat yaitu:
1. Sistem eksitasi konvensional (menggunakan generator arus searah).
2. Sistem eksitasi statis.
Sedangkan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat terdiri dari:
1. Sistem eksitasi dengan menggunakan baterai.
2. Sistem eksitasi dengan menggunakan Permanen Magnet Generator (PMG).
2.3.1 Sistem Eksitasi Konvensional (Menggunakan Generator Arus Searah)
Untuk sistem eksitasi yang konvensional, arus searah diperoleh dari sebuah generator arus
searah berkapasitas kecil yang disebut eksiter. Generator sinkron dan generator arus serah tersebut
terkopel dalam satu poros, sehingga putaran generator arus searah sama dengan putaran generator
sinkron.

Tegangan yang dihasilkan oleh generator arus searah ini diberikan kebelitan rotor generator
sinkron melalui sikat karbon dan slip ring. Akibatnya arus searah mengalir ke dalam rotor atau
kumparan medan dan menimbulkan medan magnet yang diperlukan untuk dapat menghasilkan
tegangan arus bolak-balik pada kumparan utama yang terletak sistem generator sinkron.

Pada generator konvensional ini ada beberapa kerugian yaitu generator arus searah merupakan
beban tambahan untuk penggerak mula. Penggunaan slip ring dan sikat menimbulkan masalah ketika
digunakan untuk mensuplai sumber arus searah padabelitan medan generator sinkron. Terdapat sikat
arang yang menekan slip ring sehingga timbul rugi gesekan pada generator utamanya. Selain itu pada
generator arus searah juga terdapat sikat karbon yang menekan komutator. Selama pemakaian slip
ring dan sikat harus diperiksa secara teratur, generator arus searah juga memiliki keandalan yang
rendah. Karena hal-hal seperti diatas dipikirkan hubungan lain dan dikenal apa yang dikenal sebagai
generator sinkron static exciter (penguat statis). Gambar 4.2 adalah sistem eksitasi yang menggunakan
generator arus searah.
Gambar 2.7 Sistem Eksitasi Meggunakan Generator Arus Searah

2.3.2 Sistem Eksitasi Statis


Sistem eksitasi statis menggunakan peralatan eksitasi yang tidak bergerak (static), artinya
peralatan eksitasi tidak ikut berputar bersama dengan rotor generator sinkron. Sistem eksitasi statis
(static excitation sistem) atau disebut juga dengan self excitation merupakan sistem eksitasi yang
tidak memerlukan generator tambahan sebagai sumber eksitasi generator sinkron. Sumber eksitas
pada sistem eksitasi statis berasal dari tegangan output generator itu sendiri yang disearahkan terlebih
dahulu dengan menggunakan penyearah thyristor.

Pada mulanya pada rotor ada sedikit magnet sisa, manet sisa ini akan menimbulkan tegangan
pada stator tegangan ini kemudian masuk dalam penyearah dan dimasukkan kembali pada rotor,
akibatnya medan magnet yang dihasilkan makin besar dan tegangan AC naik demikian seterusnya
sampai dicapai tegangan nominal dari generator AC tersebut. Biasanya penyearah itu mempunyai
pengatur sehingga tegangan generator dapat diatur konstan. Bersama dengan penyearah, blok tersebut
sering disebut AVR.

Dibandingkan dengan generator yang konvensional generator dengan sistem eksitasi statis
memang sudah jauh lebih baik yaitu tidak ada generator arus searah (yang keandalannya rendah) dan
beban generator arus searah pada penggerak mula hilang. Eksiter diganti dengan eksiter yang tidak
berputar yaitu penyearah karena itu disebut eksiter statis. Gambar 2.14 berikut adalah sistem eksitasi
statis.
Gambar 2.8 Sistem Kksitasi Statis
Untuk keperluan eksitasi awal pada generator sinkron, maka sistem eksitasi statis dilengkapi
dengan field flashing. Hal ini dibutuhkan karena generator sinkron tidak memiliki sumber arus dan
tegangan sendiri untuk mensuplai kumparan medan. Penggunaan slip ring dan sikat pada eksitasi ini
menyebabkan sistem eksitasi ini tidak efisien dan efektif.

2.3.3 Sistem Eksitasi Menggunakan Baterai


Sistem eksitasi tanpa sikat diaplikasikan pada generator sinkron, dimana suplai arus searah
kebelitan medan dilakukan tanpa melalui sikat. Arus searah untuk suplai eksitasi untuk awal start
generator digunakan suplai dari baterai, yang sering dinamakan penguat mula, dimana arus ini
selanjutnya disalurkan ke belitan medan AC exiter. Tegangan keluaran dari generator sinkron ini
disearahkan oleh penyearah yang menggunakan dioda, yang disebut rotating rectifier, yang
diletakkan pada bagian poros ataupun pada bagian dalam dari rotor generator sinkron, sehingga
rotating rectifier tersebut ikut berputar sesuai dengan putaran rotor, seperti pada gambar 4.4 berikut:
Gambar 2.9 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Baterai

Dari Gambar 4.4 diatas, untuk menghindari adanya kontak geser pada bagian rotor generator
sinkron, maka penguat medan generator dirancang sedemikian sehingga arus searah yang dihasilkan
dari penyearah langsung disalurkan kebagian belitan medan dari generator utama. Hal ini
dimungkinkan karena dioda penyearah ditempatkan pada bagian poros yang dimiliki bersama-sama
oleh rotor generator utama dan penguat medannya. Arus medan pada generator utama dikontrol oleh
arus yang mengalir pada kumparan medan penguat (eksiter).

Setelah tegangan generator mencapai tegangan nominalnya maka catu daya DC (baterai)
biasanya dilepasdan digantikan oleh penyearah. Penguatan yang dipakai adalah sistem self exitation
system yaitu sistem dimana sumber daya untuk penguatannya diperoleh dari keluaran tiga phasa
generator itu sendiri. Gambar 4.4 menggambarkan sistem eksitasi tanpa sikat dengan suplai tiga
phasa.
Gambar 2.10 Sistem Eksitasi Dengan Suplai Tiga Phasa
Pada Gambar 4.5 untuk membangkitkan arus medan digunakan penyearah, dimana arus yang
disearahkan diperoleh dari keluaran tiga phasa generator itu sendiri melalui transformator atau sering
disebut Eksitasi Transformator, berfungsi menurunkan tegangan keluaran generator untuk disuplai
pada penyearah.

2.3.4 Sisten Eksitasi Menggunakan Pemanen Magnet Generator


Suatu generator sinkron harus memiliki sebuah medan magnet yang berputar agar generator
tersebut menghasilkan tegangan pada statornya. Medan magnet ini dapat dihasilkan dari belitan rotor
yang disuplai dengan sumber listrik arus searah. Cara lain untuk menghasilkan medan magnet pada
rotor adalah dengan menggunakan magnet permanen sebagai sumber eksitasinya ini disebut dengan
Permanen Magnet Generator (PMG).

Generator sinkron yang berkapasitas besar biasanya menggunakan sistem eksitasi brushless
yang dilengkapi dengan permanen magnet generator. Hal ini dimaksudkan agar sistem eksitasi dari
generator sama sekali tidak tergantung pada sumber daya listrik dari luar mesin itu. Pada Gambar 4.6
dapat dilihat bentuk skematik dari sistem eksitasi dengan menggunakan Permanen Magnet Generator.

Gambar 2.11 Sistem Eksitasi Dengan Menggunakan Permanen Magnet Generator

Dari Gambar 2.17, bahwa pada bagian mesin yang berputar (rotor) terdapat magnet permanen,
kumparan jangkar generator eksitasi, kumparan medan generator utama. Hal ini memungkinkan
generator tersebut tidak menggunakan slip ring dan sikat dalam pengoperasiannya sehingga lebih
efektif dan efisiensi.

2.4 Karakteristik Generator Sinkron


2.4.1 Karakteristik Beban Nol
Pengujian tanpa beban terkait dengan karakteristik beban nol yaitu hubungan antara tegangan
induksi Ea dengan arus penguat/eksitasi If. Pada pengujian beban nol, rotor generator diputar pada
kecepatan nominal dan terminal jangkar dalam keadaan terbuka. Arus medan If diatur bertahap dari
nol hingga diperoleh harga tegangan induksi Ea berkisar kurang lebih 125% dari tegangan nominal
generator. Pada kondisi ini arus jangkar Ia = 0 dan tegangan induksi Ea=Vt. Pembacaan tegangan
induksi jangkar dengan pengaruh variasi medan eksitasi digambarkan dalam sebuah kurva yang
ditunjukkan oleh dibawah.

Gambar 2.12 Karakteristik Beban Nol

Dari gambar diatas tampak bahwa kurva tersebut memiliki garis linear sampai diperoleh harga
saturasi dari arus medan. Pada keadaan belum jenuh (unsaturated), rangka (frame) besi mesin sinkron
memiliki reluktansi yang besarnya beberapa ribu kali lebih kecil dibandingkan dengan reluktansi
celah udara, sehingga pada mulanya hampir semua ggl melalui celah udara, sebagai akibatnya fluks
meningkat secara linear. Ketika pada akhirnya inti besi tersebut jenuh, reluktansinya meningkat secara
dramatis, sehingga peningkatan fluks jauh lebih lambat dari pada peningkatan ggl (hal ini yang
digambarkan oleh kurva melengkung). Garis linear pada kurva tersebut disebut juga sebagai
karakteristik celah udara (air gap).

2.4.2 Karakteristik Hubung Singkat


Pengujian hubung singkat terkait dengan karakteristik hubung singkat yaitu hubungan antara
arus jangkar Ia dengan arus penguat/eksitasi If. Pada pengujian hubung singkat, mula-mula arus
medan dibuat menjadi nol dan terminal jangkar dihubung singkat melalui amperemeter. Lalu arus
jangkar diperbesar dengan menaikkan secara bertahap arus medan hingga tercapai nilai arus jangkar
maksimum yang masih aman sekitar 125% - 150% dari arus nominal jangkar. Karakteristik hubung
singkat merupakan garis lurus. Pada kondisi hubung singkat, tegangan terminal Vt =0 dan arus
jangkar sama dengan arus hubung singkat (Ia=Isc), sehingga dapat dirumuskan:
𝐸𝑎
𝐼𝑎 = 𝐼𝑠𝑐 = ……………...……………………………………… (2.1)
𝑅𝑎+𝑗𝑋𝑠
Pembacaan arus jangkar atau arus hubung singkat dengan pengaruh variasi medan eksitasi
digambarkan dalam sebuah kurva yang ditunjukkan oleh Gambar 4.8.

Gambar 2.13 Karakteristik Hubung Singkat

Kurva tersebut merupakan kurva linier karena tidak adanya efek saturasi. Saat tegangan terminal sama
dengan nol, lebih dari 90% tegangan jatuh muncul akibat reaktansi sinkron. Pada Gambar 4.8 terlihat
fasor untuk kondisi hubung singkat dimana terlihat arus jangkar Ia tertinggal dari tegangan induksi Ea
hampir 900, dengan kata lain reaksi jangkar yang dihasilkan Ia hampir sepenuhnya melawan fluks
medan yang menghasilkan tegangan induksi Ea. Kedua fluksi yang berlawanan tersebut menjaga
fluksi resultan celah udara pada tingkat yang rendah sehingga tidak terjadi efek saturasi.

2.4.3 Karakteristik berbeban


Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan terjadinya reaksi
jangkar. Reaksi jangkar besifat reaktif karena itu dinyatakan sebagai reaktansi, dan disebut reaktansi
magnetisasi (Xm). Reaktansi pemagnet (Xm) ini bersama-sama dengan reaktansi fluks bocor (Xa)
dikenal sebagai reaktansi sinkron (Xs). Persamaan tegangan pada generator adalah:

Ea = VT + I.Ra + j I.Xs ………………………………………………... (2.2)

Xs = Xm + Xa………………………………………………………….. (2.3)

Dimana:

Ea = tegangan induksi pada jangkar

VT = tegangan terminal output

Ra = resistansi jangkar

Xs = reaktansi sinkron
Pada generator berbeban Ia = IL bernilai konstan karena beban (Z L) tetap. Terlihat pada gambar
2.14 di bawah ini:

Gambar 2.14 Karakteristik Generator Berbeban

2.5 MATLAB
MATLAB adalah sebuah bahasa dengan (high-performance) kinerja tinggi untuk
komputasi masalah teknik. Matlab mengintegrasikan komputasi, visualisasi, dan
pemrograman dalam suatu model yang sangat mudah untuk dipakai dimana masalah-masalah
dan penyelesaiannya diekspresikan dalam notasi matematika yang familiar. Penggunaan
Matlab meliputi bidang-bidang:

 Matematika dan Komputasi


 Pembentukan Algorithm
 Akusisi Data
 Pemodelan, simulasi, dan pembuatan prototype
 Analisa Data, eksplorasi, dan visualisasi
 Grafik Keilmuan dan bidang Rekayasa

Matlab merupakan suatu sistem interaktif yang memiliki elemen data dalam suatu array
sehingga tidak lagi kita pusingkan dengan masalah dimensi. Hal ini memungkinkan kita
untuk memecahkan banyak masalah teknis yang terkait dengan komputasi, khususnya yang
berhubungan dengan matrix dan formulasi vektor, yang mana masalah tersebut merupakan
momok apabila kita harus menyelesaikannya dengan menggunakan bahasa level rendah
seperti Pascall, C dan Basic.

Nama Matlab merupakan singkatan dari Matrix Laboratory. MatLab pada awalnya ditulis
untuk memudahkan akses perangkat lunak matrik yang telah dibentuk oleh LINPACK dan
EISPACK.

Fitur-fitur Matlab sudah banyak dikembangkan, dan lebih dikenal dengan nama toolbox.
Toolbox merupakan kumpulan dari fungsi-fungsi Matlab (M-files) yang telah dikembangkan
ke suatu lingkungan kerja Matlab untuk memecahkan masalah dalam kelas particular. Area-
area yang sudah bisa dipecahkan dengan toolbox saat ini meliputi pengolahan sinyal, system
control, neural networks, fuzzy logic, wavelets, dan lain-lain.

Kelengkapan pada Sistem Matlab

Sebagai sebuah sistem, Matlab tersusun dari 5 bagian utama, yaitu:

1. Development Environment. Merupakan sekumpulan perangkat dan fasilitas yang


membantu untuk menggunakan fungsi-fungsi dan file-file Matlab. Beberapa perangkat ini
merupakan sebuah graphical user interface (GUI). Termasuk didalamnya adalah Matlab
desktop dan Command Window, command history, sebuah editor dan debugger, dan
browsers untuk melihat help, workspace, files, dan search path.

2. MATLAB Mathematical Function Library. Merupakan sekumpulan algoritma komputasi


mulai dari fungsi-fungsi dasar sepertri: sum, sin, cos, dan complex arithmetic, sampai dengan
fungsi-fungsi yang lebih kompek seperti matrix inverse, matrix eigenvalues, Bessel functions,
dan fast Fourier transforms.

3. MATLAB Language. Merupakan suatu high-level matrix/array language dengan control


flow statements, functions, data structures, input/output, dan fitur-fitur object-oriented
programming. Ini memungkinkan untuk melakukan kedua hal baik "pemrograman dalam
lingkup sederhana" untuk mendapatkan hasil yang cepat, dan "pemrograman dalam lingkup
yang lebih besar" untuk memperoleh hasil-hasil dan aplikasi yang komplek.

4. Graphics. MATLAB memiliki fasilitas untuk menampilkan vector dan matrices sebagai
suatu grafik. Didalamnya melibatkan high-level functions (fungsi-fungsi level tinggi) untuk
visualisasi data dua dikensi dan data tiga dimensi, image processing, animation, dan
presentation graphics. Ini juga melibatkan fungsi level rendah yang memungkinkan bagi anda

20
untuk membiasakan diri untuk memunculkan grafik mulai dari benutk yang sederhana sampai
dengan tingkatan graphical user interfaces pada aplikasi MATLAB anda.

5. MATLAB Application Program Interface (API). Merupakan suatu library yang


memungkinkan program yang telah anda tulis dalam bahasa C dan Fortran mampu
berinterakasi dengan MATLAB. Ini melibatkan fasilitas untuk pemanggilan routines dari
MATLAB (dynamic linking), pemanggilan MATLAB sebagai sebuah computational engine,
dan untuk membaca dan menuliskan MAT-files.

Dalam tulisan ini saya akan menggunakan simulink, simulink merupakan tool yang dibundel
dengan MATLAB untuk keperluan pemodelan sistem dinamis secara visual, simulink sendiri
mempunyai banyak kegunaan, misalnya untuk mensimulasi rangkaian elektronik, signal
processing, pemodelan persamaan differensial, dan masih banyak lainnya.

Dengan mengetik simulink pada browser maka akan muncul library browser seperti berikut
ini:

Gambar 2.15 (a) Promt matlab

21
Gambar 2.15 (b) Simulink Library Browser

Gambar 2.15 (c) Model simulink


Gambar 2.15 (d) Blok Parameter
BAB III
METODOLOGI
SISTEM EKSITASI PLTA SAGULING UNIT 1

Start

Studi Literatur

Pengumpulan Data
Sistem Eksitasi

Memodelkan Simulink Sistem Eksitasi dengan MATLAB 7.1

Simulasi Sistem Eksitasi :


Pergujian genarator dengan beban 1%.
Pengujian genarator dengan beban 50%.
Pengujian genarator dengan beban 100%.

ANALISA

END

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi

3.1 Metode Penelitian


Pada bagian ini terdiri dari metodologi penelitian, data parameter sistem eksitasi generator,
pemodelan simulink sistem eksitasi, simulasi sistem eksitasi serta pengolahan data dan analisa dengan
penjelasan sebagai berikut:

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Penelitian ini dimulai dengan studi literatur mengenai sistem eksitasi. Studi literatur ini berisi
tentang prinsip kerja sistem eksitasi dan fungsi dari sebuah eksitasi pada sebuah sistem
pembangkitan beserta dampak dari adanya sistem eksitasi generator.
 Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data sistem eksitasi, dimana data-data yang
dikumpulkan merupakan berupa data parameter-parameter generator sinkron, parameter-
parameter sistem eksitasi generator dan pembebanan yang digunakan pada sistem pembangkitan
PLTA Saguling dan parameter lain diantaranya adalah reaktansi dalam dan konstanta waktu
generator serta parameter- parameter pada eksitasi yaitu: konstanta penguat dan waktu amplifier,
konstanta penguat dan waktu eksiter, konstanta penguat dan waktu generator.
 Setelah mengumpulkan semua data parameter-parameter sistem eksitasi generator PLTA Saguling
maka kita akan memodelkan komponen sistem pembangkitan PLTA Saguling dan kemudian
dimodelkannya pada Simulink MATLAB 7.1.
 Setelah dilakukan permodelan sistem eksitasi generator maka akan dilakukan penginputan data-
data parameter sistem eksitasi generator berdasarkan data-data yang dikumpulkan pada sistem
pembangkitan yang digunakan.
 Setelah penginputan data maka akan dilakukan simulasi sistem eksitasi generator menggunakan
Simulink MATLAB 7.1, adapun simulasi yang dilakukan adalah pengujian generator beban nol,
pengujian generator berbeban, pengujian generator jika terjadi hubung singkat dan pengujian
generator saat terjadi pelepasan beban sesaat serta setelah itu baru dilakukan data pengamatan dan
analisa simulasi sesuai data yang didapatkan.
 Analisa yang dilakukan adalah mengenai kondisi kesetabilan sistem generator dimana analisa
yang dilakukan dengan beberapa pengujian, diantaranya adalah pengujian generator beban nol,
pengujian generator dengan beban 10%, 50% dan 100%.

3.2 Studi Literatur


Sistem pengendalian sistem tenaga listrik di masa sekarang ini berkembang sangat pesat dalam
ilmu dan teknologi maupun dalam dunia industri. Perkembangan ini terlihat dengan penggunaan
peralatan kontrol yang baik di sisi pembangkitan, saluran transmisi dan sisi beban.

Peralatan kontrol untuk pembangkit biasanya digunakan untuk mengatur suplai daya aktif dan reaktif.
Perubahan beban yang terjadi sangat berpengaruh terhadap perubahan frekuensi dan tegangan. Naik
turunya frekuensi tergantung perubahan daya aktif, demikian halnya dengan tegangan tergantung pada
perubahan daya reaktif.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pengendalian daya aktif berkaitan dengan pengendalian
frekuensi sementara pengendalian daya reaktif berhubungan dengan pengendalian tegangan.
Selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.2 Skema pengendalian daya aktif dan daya reaktif.
Keterangan:

1. Katub (Valve)
2. Turbin (Turbine)
3. Generator Sinkron
4. Sistem Eksitasi
5. Automatic Voltage Regulator (AVR)
6. Sensor Tegangan
7. Sensor Frekuensi
8. Load Frequency Control (LFC)
9. Governor
10. Valve Control Mecanism

Dengan pengaturan daya reaktif dilakukan oleh AVR (Auotomatic Voltage Regulator), dengan
demikian pengendalian daya reaktif dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.3 Skema pengendalian daya reaktif.


Dalam pembahasan bahwa peralatan yang mengatur perubahan tegangan yaitu dengan menggunakan:

1. Sistem pengendalian Automatic Voltage Regulator.


Sistem pengoperasian Unit AVR (Automatic Voltage Regulator) berfungsi untuk menjaga agar
tegangan generator tetap konstan dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan tegangan
yang selalu stabil tidak terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah, dikarenakan
beban sangat mempengaruhi tegangan output generator.

Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan eksitasi. Apabila tegangan output generator
di bawah tegangan nominal tegangan generator, maka AVR akan memperbesar arus penguatan
eksitasi. Dan juga sebaliknya apabila tegangan keluaran generator melebihi tegangan nominal
generator maka AVR akan mengurangi arus penguatan eksitasi. Dengan demikian apabila terjadi
perubahan tegangan output Generator akan dapat distabilkan oleh AVR secara otomatis dikarenakan
dilengkapi dengan peralatan seperti alat yang digunakan untuk pembatasan penguat minimum
ataupun maximum yang bekerja secara otomatis. AVR dioperasikan dengan mendapat catu daya
dari baterai, serta mendapat sensor dari potencial transformer (PT) dan current transformer (CT).

2. Silicon Controller Rectifier.


SCR atau singkatan dari Silicon Controlled Rectifier adalah komponen penyearah yang mempunyai
bagian pengontrol yang disebut Gate. Arus masuk pada gate menentukan tegangan antara anoda dan
katoda, dimana SCR mulai mengantarkan arus atau tidak pada setengah perioda postitif sinyal
masukan sinusioda. SCR (Penyearah Tenaga) dikontrol oleh AVR, Penyearah tenaga mengubah
suplai tenaga AC yang disalurkan oleh transformator eksitasi ke suplai tenaga DC dan
menyalurkannya ke rangkaian medan magnet generator. Sesuai dengan nilai arus medan, beberapa
penyearah jembatan beroperasi secara paralel untuk membagi arus medan secara bersama. Ketika
suatu lengan tertentu ada gangguan, penyearah jembatan dapat menyediakan arus medan yang stabil
untuk generator. Parameter generator dan tipe SCR menentukan jumlah jembatan paralel dan arus
keluaran tiap jembatan. Secara umum, ketika satu jembatan keluar dari operasi, perlengkapan
eksitasi masih dapat memenuhi keluaran nominal generator. Dalam beberapa proyek, ketika satu
jembatan keluar dari operasi, perlengkapan eksitasi masih dapat memenuhi gangguan eksitasi
generator.

3. Sistem Eksitasi.
Sistem eksitasi adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai penguatan medan magnet pada rotor
generator menggunakan suplai listrik DC, sehingga suatu generator dapat menghasilkan energi
listrik dengan besar tegangan keluaran generator bergantung pada besarnya arus eksitasinya.
Pada sistem PLTA Saguling sendiri ini menggunakan sistem eksitasi statik, dimana sistem eksitasi
tersebut disuplai dari eksiter yang bukan mesin bergerak, yaitu dari sistem penyearah yang
sumbernya disuplai dari output generator itu sendiri atau sumber lain dengan melalui transformer.

Gambar 3.4 Gambar sistem Eksitasi Statik

3.3 Model sistem eksitasi


3.3.1 Model dasar
Diagram blok dari sebuah generator sinkron dengan sistem eksitasinya dapat digambarkan
sebagai berikut:

Momen Mekanik (Tm)


Generator Tegangan dan Arus Keluaran

Sumber Tenaga Penguat


Penguat Pengaturan Tegangan
Tegangan Referensi

Gambar 3.5 Diagram Blok dengan eksitasi

Tegangan keluaran generator dideteksi oleh regulator tegangan dan dibandingkan dengan tegangan
referensi. Hasilnya merupakan galat pengukuran yang menentukan besarnya sinyal pengatur yang
mengatur keluaran penguat ke harga yang dikehendaki.

Berdasarkan prinsip kerja generator sinkron dapat dijelaskan dengan menggunakan dua kaidah
sederhana. Kaidah pertama untuk rangkaian magnetik dan kaidah yang kedua untuk tegangan yang
diinduksi pada sebuah konduktor yang disebabkan karena variasi medan magnet.
Fluks ∅ dalam suatu rangkaian magnet yang mempunyai reluktansi Rm dihasilkan karena adanya
magnetomotive force (mmf) Fm, dimana mmf itu sendiri berasal dari adanya arus I yang mengalir
melalui lilitan berjumlah N.

∅ = Fm / Rm ……………………………………………………………… (3.1)

dan

Fm = IN ………………………………………………………………….. (3.2)

Bagian magnetik dan elektrik yang utama dari generator salient-pole dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.6 Prinsip Kerja Generator Sinkron

Pada gambar 3.6 (a), arus searah dialirkan menuju kumparan rotor melalui brush dan collector ring.
Produk antara arus medan I dan jumlah lilitan N menghasilkan Fm, sedangkan adanya reluktansi
rangkaian magnet akan menghasilkan fluks magnet. Jalur fluks magnet ini ditunjukkan oleh garis
putus- putus pada gambar 3.6 (b). Ketika rotor diputar, jalur fluks yang dibentuk karena adanya mmf
Fm juga ikut berputar bersama putaran rotor. Hal ini diilustrasikan pada gambar kedua dari gambar
3.6 (b). Ketika fluks magnet 𝜙 memotong rangkaian magnetik dengan luas penampang A, maka
kepadatan fluks B dapat dinyatakan sebagai berikut:

𝐵=
A ……………………………………………………………………. (3.3)

Gambar 3.6 (a) juga menunjukkan stator dengan lilitan tunggal sepanjang l. Ketika rotor berputar,
fluks magnet rotor akan memotong lilitan stator dengan kecepatan v, sehingga electromotive force
(emf) eind akan muncul, sesuai dengan persamaan:
eind =(v x B) . l ……………………………………………………………. (3.4)
Dengan arah yang sesuai dengan aturan tangan kanan Fleming sebagaimana yang ditunjukkan oleh
gambar 3.6 (a) di atas. Melalui penurunan matematis secara lanjut akan dihasilkan persamaan
tegangan rms pada stator sebagai berikut:

𝑒𝑖𝑛𝑑=𝑘∅ω ……………………………………………………………… (3.5)


Gambar 3.6 (b) menunjukkan bahwa ketika medan magnet berotasi, kepadatan fluks pada lilitan stator
berubah. Ketika pole berhadapan dengan lilitan, kepadatan fluks celah udara B pada kondisi ini
bernilai paling tinggi, dan akan bernilai nol ketika pole berada sejauh 90o dari lilitan. Oleh karena itu,
besar emf induksi atau tegangan V akan bervariasi terhadap waktu sesuai dengan variasi kepadatan
fluks di sekitar rotor. Hasil variasi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.7 Gelombang Tegangan Induksi

Bentuk seperti gambar 3.7 akan terus berulang setiap kali rotor berevolusi. Frekuensi dari bentuk
gelombang sinusoidal ini dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
𝑛𝑠 𝑃
𝑓= …………………………………………………………………. (3.6)
120

Dengan :

f = frekuensi (Hz)

ns = kecepatan sinkron (rpm)

p = jumlah kutub

Oleh karena itu, untuk menghasilkan frekuensi sebesar 50 Hz, generator berkutub dua harus berputar
dengan kecepatan sebesar 3000 rpm, generator berkutub empat dengan kecepatan 1500 rpm, dan
seterusnya.

30
Jika jumlah lilitan pada stator ditambah, seperti yang tergambar pada gambar 3.8 (a), dan jika lilitan
ini terpisah dengan jarak yang sama satu sama lain, maka keluaran tiga fasa sebagaimana yang
ditunjukkan pada gambar 3.8 (b) dapat dibangkitkan.

Gambar 3.8 Pembangkitan Tiga Fasa

3.3.2 Pengaruh Perubahan Beban pada Generator yang Beroperasi Sendiri


Ketika beban meningkat, daya aktif dan atau daya reaktif yang diambil dari generator akan
meningkat. Peningkatan beban akan meningkatkan arus beban yang diambil dari generator. Jika arus
medan tidak diubah (fluks ∅ bernilai konstan) dan jika prime mover dijaga agar berputar pada
kecepatan mekanik yang konstan (sehingga frekuensinya tetap), maka besar dari tegangan induksi
(EA) akan bernilai konstan.

Jika generator beroperasi pada faktor daya lagging dan beban tambahan diberikan pada faktor
daya yang sama, maka besarnya IA akan meningkat dengan sudut θ di antara I A dan Vϕ yang tetap
konstan dan oleh karenanya, tegangan reaksi jangkar jX SIA juga akan meningkat dengan tetap menjaga
konstan sudutnya.

Karena

EA = V∅ + jXSIA

jXSIA bertambah, sedangkan besar dari EA tetap konstan (gambar 3.9 (a)). Maka, ketika beban dengan
faktor daya lagging bertambah, tegangan V∅ turun dengan cukup tajam. Gambar 3.9 (b)
mengilustrasikan pengaruh ketika generator ditambah beban berfaktor daya satu dan terlihat bahwa
V∅ turun sedikit. Gambar 3.9 (c) menggambarkan pengaruh ketika generator diberi beban tambahan
dengan faktor daya leading, yaitu mengakibatkan tegangan V∅ menjadi naik.

31
Gambar 3.9 Pengaruh Penambahan Beban (a) Lagging, (b) Resistif Murni dan (c) Leading terhadap Tegangan
Terminal

Dalam kondisi operasi normal, diinginkan agar tegangan tetap konstan sekalipun beban berubah-ubah.
Variasi tegangan terminal dapat diatasi dengan memvariasikan besar E A, yaitu dengan memvariasikan
medan magnet (dan juga fluks) generator. Sebagai contoh, ketika beban lagging ditambahkan pada
generator, tegangan terminal akan turun. Dengan memperbesar arus medan IF melalui pengaturan
sistem eksitasi maka EA akan meningkat karena meningkatnya fluks sehingga, pada akhirnya
tegangan terminal juga akan meningkat. Proses ini akan terbalik untuk menurunkan tegangan
terminal.

Pengaruh perubahan beban terhadap tegangan terminal generator secara ringkas dapat dilihat pada
gambar berikut ini

Gambar 3.10 Kurva Karakteristik Generator dalam Kondisi Berbeban


3.4 Model Simulink Sistem Eksitasi Generator
Pada model simulink sistem eksitasi ini saya mensimulasikan sistem eksitasi berdasarkan dari
data- data yang terdapat pada PLTA Saguling, simulasi ini dibuat menggunakan program MATLAB
7.1 yang dapat dijelaskan pada gambar berikut ini:

Gambar 4.2 Model simulink sistem eksitasi generator

Spesifikasi model yang digunakan antara lain, model turbin air digunakan untuk mengkonversi
energi air menjadi energi kinetik yang kemudian dikonversi lagi menjadi energi listrik oleh generator.
Model generator yang digunakan sebagai generator sinkron dengan kemampuan menghasilkan daya
206,1 kVA, tegangan antar fasa 16,5 kV, frekuensi listrik 50 Hertz dan factor daya 0,85.

3.5 Tahapan Proses Pengujian


Tahapan dalam simulasi ini, akan dilakukan beberapa pengujian terhadap perubahan pembebanan
yang terjadi pada generator sinkron. Pengujian ini dilakukan dengan beberapa pengujian dan didalam
tahapan-tahapan tersebut akan dilakukan pembacaan sinyal keluaran dari generator sinkron itu sendiri.
Adapun pengujian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengujian generator dengan beban 10%.

Pengujian generator sinkron dengan beban 10% dilakukan dengan menggunakan beban sekitar 500
kWatt. Berdasarkan data pengujian yang dilakukan pada simulasi ini maka akan dilihat bagaimana
keluaran tegangan terminal dan tegangan eksitasi berdasarkan parameter eksitasi yang didapatkan.
2. Pengujian generator dengan beban 50%.

Pengujian generator sinkron dengan beban 50% dilakukan dengan menggunakan beban sekitar 25
MWatt. Berdasarkan data pengujian yang dilakukan pada simulasi ini maka akan dilihat bagaimana
keluaran tegangan terminal dan tegangan eksitasi berdasarkan parameter eksitasi yang didapatkan.

3. Pengujian generator dengan beban 100%.

Pengujian generator sinkron dengan beban 100% dilakukan dengan menggunakan beban sekitar 5
MWatt. Berdasarkan data pengujian yang dilakukan pada simulasi ini maka akan dilihat bagaimana
keluaran tegangan terminal dan tegangan eksitasi berdasarkan parameter eksitasi yang didapatkan.

3.6 Analisa Pengujian


Proses menganalisa laporan ini dilakukan dengan melihat kondisi sistem tegangan keluaran
generator terhadap waktu, yang mana analisa ini dilakukan berdasarkan pengujian berbagai kondisi
pembebanan yang dilakukan pada generator sinkron. Tujuannya adalah melihat bagaimana performa
dari sistem pembangkitan PLTA Saguling dengan menggunakan data-data eksitasi yang didapatkan
pada PLTA Saguling Unit 1.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN ANALISA

4.1 Sistem Eksitasi General Unit 1 PLTA Saguling.


4.1.1 Umum
Sistem eksitasi terbagi menjadi 2 secara utama untuk mesin sinkron yaitu dinamis dan statis,
eksiter dinamis mempunyai ciri khas automatic voltage regulator contact atau tipe penguat magnetic
(magnetic amplifier type), tapi belakangan ini pengembangan mengakibatkan pembuatan keandalan
elemen thyristor ditingkatkan dan kapasitas yang semakin besar, memperbolehkan pengembangan
dari sistem eksitasi tipe thyristor secara penuh pada konstruksi statis. Karena banyak keuntungan
ekonomi, perawatan yang mudah, karakteristik respon yang unggul dan konstruksi mesin utama yang
sederhana, sistem thyristor sekarang digunakan juga untuk generator steam turbin.

Sistem eksitasi seperti ini yang dipakai sebagai sistem eksitasi generator pada PLTA Saguling yaitu
sistem eksitasi statis tipe thyristor AVR MEC-3400-W.

Tabel 4.1 Karakteristik Sistem Eksitasi


1 Type of System Static (MEC - 3400)
2 Nominal output capacity 377 KW
3 Nominal voltage 290 V
4 Nominal current 1300 A
5 Celling voltage Positive : 498 V
Negative : 439 V
6 THYRISTOR BRIDGE
Type of rectifier 3 Phase full bridge
Thyristor FT 500 A – 50
Reverse voltage 2500 V
Average on-state current 500A
Number of series 1
Number of parallels 5 (4+spare)
Cooling Force air
7 FIELD CIRCUIT BREAKER
Type DBF-16
Nominal field voltage 375 V
Maximum field voltage 500V
Nominal field current 1600 A
Maximum breaking current 1600 A
Maximum voltage of DC side At short circuit 2200 V
of AC side
8 INITIAL EXCITION
DC power source 110 X
Current Approx. 315 A, 30 sec
9 AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR
Type Solid state
Range of voltage adjuster (90 R) -20 ~ 0 ~ +10 %
Range of manual adjuster (70E) 30 ~ 110 %
10 INSULATION
Field current AX 2900 V, 1 sec

1. Static Exciter

a) Capacity of the static exciter : 317 KW


b) Capacity of the excitation transformer : 850 KVA
c) Connection of power excitation : Full bridge type
d) Required initial excitation : 200 A ; 0,1 Second
e) Respone time : 0,1 second

2. Data Generator

a) Capacity : 206,1 KVA


b) Voltage : 16,5 KV
c) Frequency : 50 Hz
d) Power factor : cos 𝜃 = 0,85

3. Calculation of capacity

a. Rated excitation current


IR = If full x 𝛼 (𝛼 = design margin)
= 1180 x 1,1
= 1298 → 1300 A
1300 A > 1197 A (rated excitation current is confirmed as 1300 A)
b. Rated excitation voltage
VR = IR x Rf max
= 1300 x 0,221
= 287 V → 290 V
290 V > 264 V (rated excitation voltage is confirmed as 290 V)
c. Rated excitation capacity
PR = IR x VR
= 1300 x 290
= 377 KW
d. Ceiling voltage
Nominal slipring voltage
Efv = IR x Rf 75”
= 1300 x 0,188
= 244 V
244 V > 224 V (Nominal slip ring voltage is confirmed as 244 V)
Ceiling voltage
CV = 2 x Efv
= 2 x 244 = 488 V

4.1.2 Eksitasi Awal (Initial Excitation)


Sistem eksitasi pada PLTA Saguling adalah sistem eksitasi thyristor dengan penguatan
sendiri, ketika generator mulai beroperasi, generator akan disuplai eksitasi oleh sumber energi
lain, setelah tegangan terminal generator muncul sampai nilai tertentu, sistem eksitasi
thyristor akan beroperasi secara normal atau menggunakan penguatan sendiri. Baterai
digunakan sebagai suplai energi awal mulai eksitasi, ketika starting generator mencapai
sekitar 90% dari kecepatan normal, circuit breaker 41 (CB 41) akan menutup (normally
closed), ketika tegangan terminal generator mencapai sekitar 30% dari keadaan normal,
thyristor akan mengisi dan menghasilkan tegangan keluaran sehingga tegangan generator
naik, arus eksitasi disuplai secara otomatis dari baterai menuju rangkaian eksitasi thyristor,
dan ketika tegangan generator mencapai sekitar 80% dari keadaan normal, rangkaian suplai
baterai akan diputus.
Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem Eksitasi Generator Unit 1 PLTA Saguling
4.1.3 Cara Kerja Operasi Regulator dan Firing Circuit Sistem Eksitasi Generator
Saguling
Peralatan penyearah dari tipe full-wave bridge diterapkan sebagai peralatan kendali fasa,
jembatan 3 fasa tersusun secara penuh dari thyristor, keluaran dapat dengan bebas diubah-ubah dari
tegangan negatif menjadi tegangan positif oleh pengendalian sudut penyalaan dari thyristor.
Operasi dasar dari sistem eksitasi thyristor AVR (automatic voltage regulator) untuk
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Saguling akan dijelaskan pada gambar 3.16 adalah representasi
grafik input dan output dari regulator tegangan, the firing circuit, rangkaian daya thristor dan
generator AC.

Gambar 4.2 Grafik Input dan Ouput regulator tegangan, the firing circuit, rangkaian daya thristor dan generator
AC
Jika regulator sedang dalam perbaikan, keluaran eksiter dikendalikan secara manual oleh base
adjuster control switch dimana kendali motor dioperasikan base adjuster dan penguat tegangan
keluaran medan dinaikan atau diturunkan, penguat tegangan keluaran medan akan mengendalikan
keluaran eksiter statis oleh perubahan sudut fasa firing dari rangkaian firing menuju rangkaian gate
thyristor.
Masing-masing nilai input-output dari rangkaian firing, eksiter dan generator ditunjukan oleh
hubungan titik antara poin A’ dan A pada gambar 4.10, itu akan menjadi catatan eksitasi mesin adalah
directly proportional untuk pengaturan base adjuster, neglecting machine saturation. Tegangan
terminal dari generator akan berubah dengan kecepatan turbin ketika dibawah kendali dasar, karena
kurva saturasi dari putaran mesin berbeda langsung dengan kecepatan.
Asumsi regulator sedang dalam operasi dan keseimbangan untuk memberikan tegangan mesin
pada poin A, dimana keluaran regulator adalah nol, pada kasus ini total kendali input untuk rangkaian
firing thyristor berasal dari input base adjuster.
Selanjutnya asumsi dengan tanpa perubahan pengaturan dari base adjuster dan pengaturan tegangan
regulator , kondisi generator berbeban diganti menjadi kondisi beban rendah di indikasikan pada poin
B.

4.1.4 Cara Kerja Operasi Thyristor Bridge


Jembatan thyristor (thyristor bridge) mengendalikan tegangan medan (field voltage If)
generator dengan mengubah pulsa firing, jembatan thyristor meliputi penyearah konverter 3
fasa (3 phase unidirectional converter), gambar 4.3 dan gambar 4.4 menunjukan gelombang
tegangan AC sebagai masukan jembatan thyristor.

Gambar 4.3 Penyearah Terkendali Thyristor Jembatan Penuh (Three Phase full-converter)

40
Gambar 4.4 Gelombang masukan Thyristor

Pulsa pemicu dari firing drawer masuk ke thyristor CR1 melalui pulse transformer,
disinkronkan dengan tegangan XZ. Dengan cara yang sama, pulsa pemicu ke CR3 dan CR5
disinkronkan dengan tegangan XY dan ZY. Jadi urutan pemicuan thyristor adalah CR1 → CR6 →
CR3 → CR2 → CR5 → CR4.

41
Jika sudut pemicu besarnya 0º maka output thyristor akan maksimum. Pada kondisi ini nilai
outputnya adalah 1,35 x tegangan AC input, namun jika sudut pemicuan dibuat sebesar 10º maka
tegangan output akan turun dari nilai tersebut diatas.

Jika sudut pemicu 30º maka nilai tegangan output lebih kecil lagi dibandingkan jika sudut
pemicu 10º. Jika sudut pemicu 90º dengan beban induktif maka tegangan output DC besarnya 0 volt.
Jika sudut pemicu 150º dengan beban induktif maka tegangan DC akan negatif. Pada kondisi ini
energi dari beban induktif akan diregenerasi dan dikirim ke bagian AC (input/ lilitan PMG) dengan
arah arus yang tetap. Namun jika energi ini telah habis maka arus akan menjadi 0 amper dan tegangan
output DC menjadi 0 volt juga, karena thyristor terpanjar mundur.

4.2 Data-data parameter pengujian dan Analisa


Untuk proses sistem perancangan sistem eksitasi ini dibutuhkan beberapa data yang akan
diperlukan sebagai penunjang dalam merancang sebuah sistem pembangkitan yang akan
disimulasikan dengan MATLAB 7.1. Data-data yang diperlukan adalah data generator sinkron,
eksitasi dan beban yang terpasang pada pembangkitannya.

4.2.1 Generator Sinkron


Parameter-parameter yang terdapat pada generator sinkron 3 phasa dapat dilihat di Name
Plate dan dihasilkan dari beberapa pengujian yang dilakukan pada sistem pembangkitan yang
digunakan. Data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data-data Generator dan Parameter-parameter Generator sinkron


No SIMBOL VALUE
1. Capacity P 206100
2. Voltage V 16500
3. Frequency F 50
4. Power Factor Pf 0.85
5. Reactance (P.U)
Saturated Value Xd 0.93
Unsaturated Value Xd 1.09
Xd’ 0.199
Sudden short cct method Xd” 0.128
Da-Ca method Xd” 0.132
Xq 0.65
Xq” 0.151
Single phase short cct method X2 0.134
Da-Ca metod X2 0.142
X0 0.105
2. Time Constant (Second)
Tdo’ 12.8
Td’ 2.22
Td” 0.063
Ta 0.20

4.2.2 Eksitasi
Data parameter-parameter yang dibutuhkan dari eksitasi adalah merupakan konstanta-
konstanta yang didapatkan melalui hasil pengujian yang dilakukan pada sistem pembangkitan
yang berada pada PLTA Saguling. Data-data yang didapatkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data Parameter-parameter eksitasi

NO SIMBOL VALUE DIMENSION


1 TR 0.015 Sec
2 KA 82.3 Pu/Pu
3 TA 0.01 Sec
4 KF 0.000024 Pu/Pu
5 TF 0.48 Sec
6 SE 0 Pu/Pu
7 VR MAX 4.0 Pu
8 VR MIN -4.1 Pu
9 KE 1 Pu/Pu
10 TE 0 Sec
11 s Laplacian Coefisient -

4.2.3 Beban
Sebuah unit Pembangkit Lisrik Tenaga Air (PLTA) Saguling memiliki besaran beban yang
digunakan adalah sebesar 175,18 MW pada tegangan 323 kV.
4.3 Pengujian generator sinkron dan Analisa
4.3.1 Kondisi generator dengan beban 10%
Saat kondisi ini generator dibebani 10% dari beban nominalnya yaitu 5 MW yaitu sebesar 500
kW untuk beban terpasang. Pada kondisi ini kita akan melihat bagaimana kondisi tegangan terminal
dan tegangan medan terhadap waktu dengan beban 10% dari 5 MW.

Gambar 4.5 Hasil simulasi Simulink beban 10%

Gambar 4.6 Hasil simulasi Simulink beban 10%


Tabel 4.4 Tabel Tegangan terhadap beban 10%

BEBAN 10%
MENIT VT (Volt) VF (pu)
0 14000 0.02
0.12 14100 0.02
0.33 14100 -0.8
0.75 14000 -0.28
1 14000 -0.33
1.5 14000 -0.02
2 14000 -0.02
2.54 14000 0.02
3 14000 0.02
4 14000 0.02

Berdasarkan hasil pengamatan pada tegangan medan terdapat perubahan tegangan pada setiap
detiknya, pada detik 0 sampai 0.12 tegangan medan belum terjadi perubahan karena masih awal
starting dan saat starting tegangan medan belum dipengaruhi kondisi beban. Pada detik 0.12 sampai
0.33 tegangan medan mengalami penurunan, perubahan tegangan medan yang diakibatkan adanya
perubahan beban yang sangat besar dan akhirnya membuat tegangan medan yang disuplai belum
memenuhi sehingga terjadi penurunan yang derastis. Pada detik 0.33 sampai 0.75 terjadi kenaikan
tegangan medan yang disebabkan oleh perubahan beban yang besar, sehingga dibutuhkan tegangan
medan yang besar untuk generator dapat bekerja. Pada detik 0.75 sampai 1 terjadi penurunan tegangan
yang sangat kecil disebabkan oleh perubahan beban seketika. Pada detik 1 sampai 1.5 terjadi kenaikan
tegangan medan untuk mencapai posisi steady state. Pada detik 2.0 sampai 2.54 telah mencapai posisi
steady state, dimana posisi tegangan medan yang dibutuhkan untuk memenuhi beban sebesar 5 MW.

4.3.2 Kondisi generator pada saat beban 50%


Saat kondisi ini generator dibebani 50% dari beban nominalnya yaitu 25 MW untuk beban
terpasang. Pada kondisi ini kita akan melihat bagaimana kondisi tegangan terminal dan tegangan
eksitasi terhadap waktu dengan beban 50% dari 5 MW.
Gambar 4.7 Hasil simulasi Simulink beban 50%

Gambar 4.8 Hasil simulasi Simulink beban 50%

Berdasarkan simulasi yang dilakukan ketika awal kerja putaran generator, pada saat beban
nominalnya terpasang putaran generator tidak begitu pelan dibandingkan dengan beban 10%. Dapat
dilihat juga pada kurva tegangan eksitasi diatas ini pada detik 0.13 sampai 0.3, ketika terjadi
pembebanan tegangan eksitasinya menurun dan putaran mendekati konstan itu diakibatkan oleh
karena beban yang terpasang sangat besar sehingga putaran yang dibutuhkan juga sangat cepat.
Tabel 4.5 Tabel Tegangan terhadap beban 50%
BEBAN 50%
MENIT VT (Volt) VF (pu)
0 14000 0.02
0.12 14100 0.02
0.33 14100 -0.8
0.75 14000 -0.28
1 14000 -0.33
1.5 14000 -0.02
2 14000 -0.02
2.54 14000 0.02
3 14000 0.02
4 14000 0.02

Berdasarkan hasil pengamatan pada tegangan medan terdapat perubahan tegangan pada setiap
detiknya, pada detik 0 sampai 0.12 tegangan medan belum terjadi perubahan karena masih awal
starting dan saat starting tegangan medan belum dipengaruhi kondisi beban. Pada detik 0.12 sampai
0.33 tegangan medan mengalami penurunan, perubahan tegangan medan yang diakibatkan adanya
perubahan beban yang sangat besar dan akhirnya membuat tegangan medan yang disuplai belum
memenuhi sehingga terjadi penurunan yang derastis. Pada detik 0.33 sampai 0.75 terjadi kenaikan
tegangan medan yang disebabkan oleh perubahan beban yang besar, sehingga dibutuhkan tegangan
medan yang besar untuk generator dapat bekerja. Pada detik 0.75 sampai 1 terjadi penurunan tegangan
yang sangat kecil disebabkan oleh perubahan beban seketika. Pada detik 1 sampai 1.5 terjadi kenaikan
tegangan medan untuk mencapai posisi steady state. Pada detik 2.0 sampai 2.54 telah mencapai posisi
steady state, dimana posisi tegangan medan yang dibutuhkan untuk memenuhi beban sebesar 5 MW.
Kondisi tegangan medan yang dibutuhkan oleh sebuah generator sinkron itu akan mengalami
perubahan selalu yang disebabkan oleh adanya perubahan pembebanan yang terjadi pada
pembangkitan generator. Oleh karena tegangan generator harus selalu dijaga konstan sehingga putaran
juga harus dijaga konstan maka ketika terjadi perubahan beban maka tegangan suplai ke medan
generator yang akan dirubah- rubah.

4.3.3 Kondisi generator saat beban 100%


Kondisi saat ini generator dibebani 100% dari beban nominalnya yaitu 5 MW untuk beban
terpasang. Pada kondisi ini kita akan melihat bagaimana kondisi tegangan terminal dan tegangan
eksitasi terhadap waktu dengan beban 100% dari 5 MW.
Gambar 4.9 Hasil simulasi Simulink beban 100%

Gambar 4.10 Hasil simulasi Simulink beban 100%

Berdasarkan simulasi yang dilakukan ketika awal kerja putaran generator, pada saat beban
nominalnya terpasang putaran generator tidak begitu pelan dibandingkan dengan beban 10%. Dapat
dilihat juga pada kurva tegangan eksitasi diatas ini pada detik 0.13 sampai 0.3, ketika terjadi
pembebanan tegangan eksitasinya menurun dan putaran mendekati konstan itu diakibatkan oleh
karena beban yang terpasang sangat besar sehingga putaran yang dibutuhkan juga sangat cepat.
Tabel 4.6 Tabel Tegangan terhadap beban 100%

BEBAN 100%
MENIT VT (Volt) VF (pu)
0 14000 0.02
0.12 14100 0.02
0.33 14100 -0.8
0.75 14000 -0.28
1 14000 -0.33
1.5 14000 -0.02
2 14000 -0.02
2.54 14000 0.02
3 14000 0.02
4 14000 0.02

Berdasarkan hasil pengamatan pada tegangan medan terdapat perubahan tegangan pada setiap
detiknya, pada detik 0 sampai 0.12 tegangan medan belum terjadi perubahan karena masih awal
starting dan saat starting tegangan medan belum dipengaruhi kondisi beban. Pada detik 0.12 sampai
0.33 tegangan medan mengalami penurunan, perubahan tegangan medan yang diakibatkan adanya
perubahan beban yang sangat besar dan akhirnya membuat tegangan medan yang disuplai belum
memenuhi sehingga terjadi penurunan yang derastis. Pada detik 0.33 sampai 0.75 terjadi kenaikan
tegangan medan yang disebabkan oleh perubahan beban yang besar, sehingga dibutuhkan tegangan
medan yang besar untuk generator dapat bekerja. Pada detik 0.75 sampai 1 terjadi penurunan tegangan
yang sangat kecil disebabkan oleh perubahan beban seketika. Pada detik 1 sampai 1.5 terjadi kenaikan
tegangan medan untuk mencapai posisi steady state. Pada detik 2.0 sampai 2.54 telah mencapai posisi
steady state, dimana posisi tegangan medan yang dibutuhkan untuk memenuhi beban sebesar 5 MW.
Kondisi tegangan medan yang dibutuhkan oleh sebuah generator sinkron itu akan mengalami
perubahan selalu yang disebabkan oleh adanya perubahan pembebanan yang terjadi pada
pembangkitan generator. Oleh karena tegangan generator harus selalu dijaga konstan sehingga
putaran juga harus dijaga konstan maka ketika terjadi perubahan beban maka tegangan suplai ke
medan generator yang akan dirubah-rubah.
BAB V
KESIMPULAN

Dari studi yang dilakukan maka dapat diambil dari beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:

1. Berdasarkan pengujian generator dengan beban 10% dapat disimpulkan:


 Berdasarkan hasil pengamatan pada tegangan medan terdapat perubahan tegangan pada setiap
detiknya, pada detik 0 sampai 0.12 tegangan medan belum terjadi perubahan karena masih
awal starting dan saat starting tegangan medan belum dipengaruhi kondisi beban. Pada detik
0.12 sampai 0.33 tegangan medan mengalami penurunan, perubahan tegangan medan yang
diakibatkan adanya perubahan beban yang sangat besar dan akhirnya membuat tegangan
medan yang disuplai belum memenuhi sehingga terjadi penurunan yang derastis. Pada detik
0.33 sampai 0.75 terjadi kenaikan tegangan medan yang disebabkan oleh perubahan beban
yang besar, sehingga dibutuhkan tegangan medan yang besar untuk generator dapat bekerja.
Pada detik 0.75 sampai 1 terjadi penurunan tegangan yang sangat kecil disebabkan oleh
perubahan beban seketika. Pada detik 1 sampai 1.5 terjadi kenaikan tegangan medan untuk
mencapai posisi steady state. Pada detik 2.0 sampai 2.54 telah mencapai posisi steady state,
dimana posisi tegangan medan yang dibutuhkan untuk memenuhi beban sebesar 5 MW.
 Oleh karena tegangan generator harus selalu dijaga konstan sehingga putaran juga harus
dijaga konstan maka ketika terjadi perubahan beban maka tegangan suplai ke medan
generator yang akan dirubah-rubah

2. Berdasarkan pengujian generator dengan beban 50% dapat disimpulkan:


 Berdasarkan hasil pengamatan pada tegangan medan terdapat perubahan tegangan pada setiap
detiknya, pada detik 0 sampai 0.12 tegangan medan belum terjadi perubahan karena masih
awal starting dan saat starting tegangan medan belum dipengaruhi kondisi beban. Pada detik
0.12 sampai 0.33 tegangan medan mengalami penurunan, perubahan tegangan medan yang
diakibatkan adanya perubahan beban yang sangat besar dan akhirnya membuat tegangan
medan yang disuplai belum memenuhi sehingga terjadi penurunan yang derastis. Pada detik
0.33 sampai 0.75 terjadi kenaikan tegangan medan yang disebabkan oleh perubahan beban
yang besar, sehingga dibutuhkan tegangan medan yang besar untuk generator dapat bekerja.
Pada detik 0.75 sampai 1 terjadi penurunan tegangan yang sangat kecil disebabkan oleh
perubahan beban seketika. Pada detik 1 sampai 1.5 terjadi kenaikan tegangan medan untuk
mencapai posisi steady state. Pada detik 2.0 sampai 2.54 telah mencapai posisi steady state,
dimana posisi tegangan medan yang dibutuhkan untuk memenuhi beban sebesar 5 MW.

50
 Oleh karena tegangan generator harus selalu dijaga konstan sehingga putaran juga harus
dijaga konstan maka ketika terjadi perubahan beban maka tegangan suplai ke medan
generator yang akan dirubah-rubah.

3. Berdasarkan pengujian generator dengan beban 100% dapat disimpulkan:


 Berdasarkan hasil pengamatan pada tegangan medan terdapat perubahan tegangan pada setiap
detiknya, pada detik 0 sampai 0.12 tegangan medan belum terjadi perubahan karena masih
awal starting dan saat starting tegangan medan belum dipengaruhi kondisi beban. Pada detik
0.12 sampai 0.33 tegangan medan mengalami penurunan, perubahan tegangan medan yang
diakibatkan adanya perubahan beban yang sangat besar dan akhirnya membuat tegangan
medan yang disuplai belum memenuhi sehingga terjadi penurunan yang derastis. Pada detik
0.33 sampai 0.75 terjadi kenaikan tegangan medan yang disebabkan oleh perubahan beban
yang besar, sehingga dibutuhkan tegangan medan yang besar untuk generator dapat bekerja.
Pada detik 0.75 sampai 1 terjadi penurunan tegangan yang sangat kecil disebabkan oleh
perubahan beban seketika. Pada detik 1 sampai 1.5 terjadi kenaikan tegangan medan untuk
mencapai posisi steady state. Pada detik 2.0 sampai 2.54 telah mencapai posisi steady state,
dimana posisi tegangan medan yang dibutuhkan untuk memenuhi beban sebesar 5 MW.
 Oleh karena tegangan generator harus selalu dijaga konstan sehingga putaran juga harus
dijaga konstan maka ketika terjadi perubahan beban maka tegangan suplai ke medan
generator yang akan dirubah-rubah.

51
DAFTAR PUSTAKA

1. Chapman J. Stephen “Electric Machinery Fundamental”, FOURTH Edition Higher Education


(2005)
2. “Eksitasi”http://www.unhas.ac.id/lkpp/teknik-2/Najamuddin-tdk-andk.1-teknik.pdf
3.
4. “Generator”http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38152/4/Chapter%20II.pdf
5. “Generator”http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17490/3/Chapter%20II.pdf
6.
“Generator”https://kurniawanpramana.wordpress.com/2011/11/04/generator-sinkron-3/
7.
Ogata Katsuhiko “Modern control Engginering”, FIFTH Edition Prentice Hall Tokyo, (1970)
Levine S. William “ Control System Aplications” CRC PRESS Florida, (1999)

Saguling hydroelectric power project, Mitsubishi Electric Corporation


1983, Test procedure for excitation cubicle at factory.
8. Saguling hydroelectric power project, Mitsubishi Electric Corporation 1983, Generating
equipment lot-II and lot-III, Excitation transformer and excitation system.
9. Saguling hydroelectric power project, Mitsubishi Electric Corporation 1983, Generating

Equipment lot-II (generator), operating and maintenance instruction.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai