EDI SAPUTRA
NRP : 11-2010-019
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI
NASIONAL BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja
Praktek yang berjudul: “Simulasi Sistem Eksitasi Berdasarkan Sistem Eksitasi
Generator Unit 1 PLTA Saguling”.
Selama penulisan Kerja Praktek ini banyak sekali kesulitan dan hambatan
yang penulis hadapi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini, penulis
mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan kerja praktek ini. Dalam segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yang tak pernah berhenti mengirimkan doa dan
semangat serta memberikan dukungan baik moril maupun material yang
senantiasa mencurahkan cinta kasihnya.
4. Ibu Lita Lidyawati,ST selaku dosen wali di Jurusan Teknik Elektro Institut
Teknologi Nasional.
i
6. Seluruh rekan-rekan seperjuangan Teknik Elektro Institut Teknologi
Nasional Angkatan 2010, yang telah memberikan support atau dorongan
dalam penyelesaian Kerja Praktek ini.
7. Semua pihak yang telah berjasa dan tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Edi Saputra
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR----------------------------------------------------------------------------------- i
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------------------------- iii
DAFTAR GAMBAR----------------------------------------------------------------------------------- v
DAFTAR TABEL------------------------------------------------------------------------------------- vii
BAB I PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------------ 1
1.1 Latar Belakang----------------------------------------------------------------------------- 1
1.2 Rumusan Masalah------------------------------------------------------------------------- 1
1.3 Maksud dan Tujuan-----------------------------------------------------------------------1
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek------------------------------------2
1.5 Sistematika Penulisan---------------------------------------------------------------------3
BAB II LANDASAN TEORI------------------------------------------------------------------------- 5
2.2 Generator------------------------------------------------------------------------------------ 6
2.2.1 Konsep Dasar Generator----------------------------------------------------------6
2.2.2 Fungsi dan Prinsip Kerja Bagian Utama Generator-------------------------7
2.3 Sistem Eksitasi---------------------------------------------------------------------------- 12
2.3.1 Sistem Eksitasi Konvensional (Menggunakan Generator Arus Searah)12
2.3.2 Sistem Eksitasi Statis-------------------------------------------------------------13
2.3.3 Sistem Eksitasi Menggunakan Baterai----------------------------------------14
2.3.4 Sisten Eksitasi Menggunakan Pemanen Magnet Generator--------------16
2.4 Karakteristik Generator Sinkron-----------------------------------------------------16
2.4.1 Karakteristik Beban Nol---------------------------------------------------------16
2.4.2 Karakteristik Hubung Singkat--------------------------------------------------17
2.4.3 Karakteristik berbeban----------------------------------------------------------18
2.5 MATLAB----------------------------------------------------------------------------------- 19
BAB III METODOLOGI SISTEM EKSITASI PLTA SAGULING 1----------------------24
3.1 Metode Penelitian------------------------------------------------------------------------- 24
3.2 Studi Literatur---------------------------------------------------------------------------- 25
3.3 Model sistem eksitasi---------------------------------------------------------------------28
iii
3.3.1 Model dasar------------------------------------------------------------------------- 28
3.3.2 Pengaruh Perubahan Beban pada Generator yang Beroperasi Sendiri
31 3.4 Model Simulink Sistem Eksitasi Generator--------------------------------------33
3.5 Tahapan Proses Pengujian--------------------------------------------------------------33
3.6 Analisa Pengujian------------------------------------------------------------------------ 34
BAB IV DATA PENGAMATAN DAN ANALISA----------------------------------------------35
4.1 Sistem Eksitasi General Unit 1 PLTA Saguling------------------------------------35
4.1.1 Umum-------------------------------------------------------------------------------- 35
4.1.2 Eksitasi Awal (Initial Excitation)-----------------------------------------------37
4.1.3 Cara Kerja Operasi Regulator dan Firing Circuit Sistem Eksitasi
Generator Saguling---------------------------------------------------------------------- 39
4.1.4 Cara Kerja Operasi Thyristor Bridge------------------------------------------40
4.2 Data-data parameter pengujian dan Analisa----------------------------------------42
4.2.1 Generator Sinkron----------------------------------------------------------------42
4.2.2 Eksitasi------------------------------------------------------------------------------ 43
4.2.3 Beban--------------------------------------------------------------------------------- 43
4.3 Pengujian generator sinkron dan Analisa-------------------------------------------44
4.3.1 Kondisi generator dengan beban 10%----------------------------------------44
4.3.2 Kondisi generator pada saat beban 50%-------------------------------------45
4.3.3 Kondisi generator saat beban 100%-------------------------------------------47
BAB V KESIMPULAN------------------------------------------------------------------------------- 50
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------------------------- 52
iv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Hal
Sampai saat ini telah beroperasi 3 PLTA sistem kaskade dialiran sungai citarum dan salah satunya
adalah PLTA saguling yang lokasinya berada paling hulu. Sedangkan dibagian hilirnya berturut-turut
adalah PLTA Cirata dan PLTA Jatiluhur. PLTA Saguling dioperasikan untuk mensuplai beban saat
keadaan jam-jam beban puncak didaerah bagian barat pulau jawa melalui saluran interkoneksi Jawa-
Bali. Hal ini dikarenakan karakteristik PLTA yang mampu beroperasi dengan cepat (untuk unit
pembangkit disaguling mampu beroperasi ± 15 menit sejak start sampai masuk kejaringan
intekoneksi). Selain itu berfungsi sebagai pengatur frekuensi system dengan menerapkan peralatan
LFC (Load Frequency Control) dan dapat melakukan pengisian tegangan (line charging) pada saat
terjadi black out pada saluran interkoneksi 500 kV Jawa-Bali.
2
Energi listrik yang dihasilkan PLTA Saguling disalurkan memlalui GITET saguling dan di
interkoneksikan ke sistem se-Jawa dan Bali melalui saluran udara tegangan tinggi (SUTET 500 KV)
untuk selanjutnya melalui GIGI dan gardu distribusi disalurkan kekonsumen.
Generator di PLTA saguling terdiri dari 4 unit generator berkapasitas 175,18 MW/unit dan dapat
menghasilkan jumlah energi listrik 2,56 x MWH pertahunnya. Total produksi unit-unit PLTA
saguling adalah 700 MW atau 9,3% dari total produksi PT.indonesia Power (8,470 GW). Dengan
adanya perubahan struktur organisasi dalam rangka menuju kearah spesialisasi, maka keluar surat
keputusan pemimpin PLN pembangkit dan penyaluran jawa bagian barat NO.001.K/030/DIR/1995
tanggal 16 oktober 1995, yaitu yang semula mengelola 1 unit PLTA ditambah 7 unit PLTA.
Pusat listrik tenaga air merupakan salah satu jenis pembangkit yang prinsip kerjanya mengubah
energi potensial air menjadi energi kinetik kemudian menjadi energy mekanik yang ditransmisikan ke
generator untuk dikonversikan menjadi listrik. Daya hidrolik yang dihasilkan air melalui turbin adalah
daya input, sedangkan daya listrik merupakan daya outputnya.
Sistem operasi PLTA saguling yang dimulai dari pembedungan aliran sungai citarum dan banyak
anak sungai nya memiliki debit air yang cukup besar. Air tersebut ditampung pada sebuah waduk,
agar air dalam waduk tersebut dapat dimaksimalkan pemanfaatannya maka aliran air dikontrol
melalui pusat pengendali bendungan (dam control center) sebelum masuk menuju pintu penyaluran
air (intake) yang selanjutnya masuk kedalam terowongan tekan (headrace tunnel). Langkah
selanjutnya air masuk melewati tangki mendatar (surge tank) yang berfungsi untuk mengamankan
pipa pesat apabila terjadi tekanan kejut (water hammer) dimana katup utama menutup dengan cepat
kemudian masuk ke pipa pesat (penstock). Ketika katup utama (main valve) dibuka aliran air
memasuki rumah keong (spiral case) yang mengarahkan air agar memutar turbin, turbin dikopel
dengan generator sehingga putaran turbin sama dengan putaran generator, disinilah terjadi
pembangkitan energi listrik.
Setelah melewati turbin maka air mengalir melalui saluran keluar (tail race), listrik yang
dihasilkan oleh turbin yang dikopel dengan generator sebesar 16,5 Kv yang mana dinaikkan oleh trafo
menjadi 500 Kv, kemudian masuk ke jaringan interkoneksi Jawa – Bali. Kemudian melalui gardu
induk (GI) energi listrik disalurkan kekonsumen setelah tegangannya diturunkan menjadi 220/380 V.
Pembangkit listrik tenaga air berguna sekali untuk membantu beban puncak (peak load) karena
pembangkit jenis ini memiliki biaya operasional yang terbilang sangat murah walaupun biaya
pembangunannya mahal dan memerlukan waktu yang lama.
Meskipun demikian pembangkit ini sangat tergantung pada faktor cuaca, contohnya saja pada
saat musim hujan berlangsung produktifitas pembangkit ini sangatlah reliable sehingga dapat
digunakan untuk mem back up pembangkit-pembangkit lain yang biaya operasionalnya mahal. Tetapi
sebaliknya pada saat musim kemarau produktifitas pembangkit ini biasanya menurun cukup drastic.
Pada intinya PLTA sangatlah bergantung pada debit air yang ada, selain ekonomis pada biaya
operasional, PLTA
memiliki keuntungan dari segi teknis yaitu sistem operasi dan perawatannya (maintenance) tidak
terlalu komplek disbanding pembangkit jenis lain.
Generator-generator dengan daya diatas 100 MVA mempunyai transformator penaik tegangan
yang merupakan satu kesatuan dengan generator. Transformator penaik tegangan umumnya
mempunyai hubungan Δ - Y. energi yang dibangkitkan generator setelah tegangannya dinaikkan oleh
transformator disalurkan melalui pemutus tenaga (CB) ke rel (busbar), penyaluran daya dari generator
sampai ke transformator penaik tegangan dilakukan menggunakan kabel yang diletakkan pada saluran
bawah tanah dan saluran diatas tanah (cable duct) setelah keluar dari sisi tegangan tinggi
transformator, energi disalurkan melalui konduktor tanpa isolasi ke CB (circuit breaker) dan dari CB
(circuit breaker) ke rel juga melalui konduktor tanpa isolasi.
Saluran tenaga listrik dari generator sampai dengan Rel harus rapih dan bersih agar tidak
menimbulkan gangguan, gangguan dibagian ini akan menimbulkan arus hubung singkat yang relative
besar dan mempunyai resiko terganggunyapasokan tenaga listrik dari pusat listrik ke sistem. Bahkan
apabila generator yang digunakan dalam system berukuran besar maka ada kemungkinan seluruh
sistem menjadi terganggu.
Bagian lain dari instalasi listrik generator adalah instalasi arus (medan) penguat. Arus penguat didapat
dari generator arus searah yang umumnya terletak saru poros utama hubungan listrik antara generator
utama dengan generator arus penguat dilakukan melalui cincin geser dan pengaturan tegangan
otomatis pengatur berfungsi mengatur besarnya arus medan magnet agar tegangan generator utama
besarnya konstan. Pada Generator yang besar diatas 100 MVA seringkali digunakan generator
penguat secara bertingkat, ada generator penguat bantu (pilot exciter) dan generator penguat utama
(main exciter). Generator penguat utama cenderung berkembang menjadi generator arus bolak-balik,
yang dihubungkan ke generator sinkron melalui penyearah yang berputar diporos generator sehingga
tidak perlukan cincin geser.
2.2 Generator
2.2.1 Konsep Dasar Generator
Sebagian besar energy listrik yang dipergunakan oleh konsumen untuk kebutuhan sehari-hari
dihasilkan oleh generator sinkron phasa banyak (polyphase) yang ada dipusat pembangkit tenaga
listrik. Generator sinkron yang dipergunakan ini mempunyai rating daya dari ratusan sampai ribuan
Mega Volt Ampere (MVA). Generator arus bolak balik yang kadang-kadang disebut dengan generator
sinkron atau alternator adalah sebuah peralatan listrik yang berfungsi untuk mengubah energy gerak
(mekanis) menjadi energy listrik AC dimana kecepatan putaran medan dan kecepatan putaran
rotornya sama atau
tidak ada slip. Kumparan medan pada generator sinkron terletak pada rotornya sedangkan kumparan
jangkarnya terletak pada stator.
Prinsip pembangkitan tegangan pada generator adalah sepotong penghantar yang dialiri arus dan
bergerak dengan kecepatan v didalam pengaruh medan magnet, akan menimbulkan tegangan induksi
sebesar V. untuk menentukan besarnya tegangan induksi yang ditimbulkan oleh arah gerakan
penghantar tersebut digunakan kaidah flaming tangan kanan. Medan magnet mempunyai arah dari
kutub utara ke kutub selatan. Arus didalam oenghantar searah dengan empat jari, sedangkan arah
gerakan searah dengan ibu jari, seperti ditunjukan pada gambar berikut.
Generator sinkron disebut juga mesin sinkron, karena bekerja pada kecepatan dan frekuensi
konstan dibawah kondisi “steady state”. Mesin sinkron bias dioperasikan baik sebagai generator
maupun motor. Mesin sinkron bila difungsikan sebagai motor berputar dalam kecepatan konstan.
Apabila dikehendaki kecepatan yang bersifat variable, maka motor sinkron dilengkapi dengan
pengubah frekuensi seperti inverter atau cyclo converter.
Dalam konstruksi generator sinkron arus bolak-balik terdiri dari dua bagian utama, yaitu: (1) stator,
yakni bagian diam yang mengeluarkan tegangan bolak-balik, dan (2) rotor yakni bagian bergerak yang
menghasilkan medan magnet yang menginduksikan ke stator. Stator terdiri dari badan generator yang
terbuat dari baja yang berfungsi melindungi bagian dalam generator, kotak terminal dan name plate
pada generator. Inti stator yang terbuat dari bahan ferromagnetic yang berlapis-lapis dan terdapat alur-
alur tempat meletakan lilitan stator. Lilitan stator yang merupakan tempat untuk menghasilkan
tegangan. Sedangkan rotor berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara sama rata
(rotor silinder). Konstruksi dari generator sinkron ini dapat dilihat pada gambar 3.3.
Tujuan dari laminasi-laminasi tersebut adalah mengurangi besarnya arus eddy (Eddy Current), karena
arus pusar ini dapat menimbulkan panas pada inti stator dan akhirnya dapat merusak isolasi kumparan
penghantar. Kumparan penghantar yang bertegangan tersebut harus terisolasi dengan baik, bahan
isolasi tersebut biasanya dari fiber glass atau pita mica.
b) Rotor
Rotor pada generator merupakan bagian untuk menempatkan kumparan medan magnet eksitasi.
Kumparan medan magnet disusun pada alur-alur inti besi rotor, sehingga apabila pada kumparan
tersebut dialirkan arus searah (DC) maka akan membentuk kutub-kutub magnet utara dan selatan.
Mesinmesin pembangkit listrik yang biasa untuk putaran tinggi seperti pembangkit termal, kutub
magnetnya berbentuk silindris adapun jumlah kutub magnetnya untuk mesin dengan putaran tinggi
biasanya sebanyak 2 buah kutub magnet atau 4 buah kutub magnet.
Magnet permanent adalah megnet yang diletakan pada inti rotor PMG. Rotor PMG yang terdapat
magnet permanent diletakkan seporos dengan exciter rotor dan main rotor. Magnet permanent pada
PMG umumnya menggunakan bahan ferromagnetic seperti alnico dan ferrites.
Unit AVR (Automatic Voltage Regulator) berfungsi untuk menjaga agar tegangan generator tetap
konstan dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan tegangan yang selalu stabil tidak
terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah dikarenakan beban sangat
mempengaruhi tegangan output generator. Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan
(excitacy) pada exciter.
Apabila tegangan output generator dibawah tegangan nominal tegangan generator maka AVR akan
memperbesar arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dan juga sebaliknya apabila tegangan output
generator melebihi tegangan nominal generator maka AVR akan mengurangi arus penguatan
(excitacy) pada exciter. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tegangan output generator akan
dapat distabilkan. AVR secara otomatis dikarenakan dilengkapi dengan peralatan seperti alat yang
digunakan untuk pembatasan penguat minimum ataupun maximum yang bekerja secara otomatis.
AVR dioperasikan dengan mendapat satu daya dari permanen magnet generator (PMG) dengan
tegangan 110V, 20A, 400Hz. Serta mendapat sensor dari Potential Transformer (PT) dan Current
Transformer (CT). Dibawah ini adalah contoh model sederhana dari AVR, yaitu:
10
Gambar 2.5 Model AVR Sederhana
e) Transformator
Eksitasi
Transformator/trafo adalah peralatan listrik untuk memindahkan atau mengubah tegangan dan arus
listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian lkistrik yang lain melalui prinsip-prinsip
induksi elektromagnetik. Sistem eksitasi dengan penguatan sendiri membutuhkan trafo eksitasi untuk
menurunkan tegangan terminal generator sebelum disalurkan ke jembatan thristor. Trafo eksitasi ini
juga berfungsi sebagai power supply untuk menambah tegangan penguat ke rotor generator.
f) Circuit Breaker
Circuit breaker atau sakelar pemutus tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik
pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada
semua kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi tegangan
yang normal ataupun tidak normal.
Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya, adalah terbagi menjadi
empat jenis, yaitu: sakelar PMT minyak, sakelar PMT udara hembus, sakelar PMT vakum dan sakelar
dengan gas SF6.
g) Battery
Battery adalah suatu alat penyimpan energy listrik yang dapat di isi (charger) setelah energi yang
digunakan. Kapasitas atau kemampuan menyimpan energi ditentukan oleh semua komponen didalam
baterai seperti jenis material yang digunakan dan jenisnya elektrolitnya sehingga dikenal baterai asam
dan baterai alkali.
Baterai aki merupakan sumber arus searah yang digunakan dalam suatu pusat pembangkit listrik.
Baterai aki harus selalu diisi melalui penyearah. Gambar 3.6 akan menunjukan instalasi baterai dan
pengisiannya.
11
Gambar 2.6 Battery Aki
Tegangan yang dihasilkan oleh generator arus searah ini diberikan kebelitan rotor generator
sinkron melalui sikat karbon dan slip ring. Akibatnya arus searah mengalir ke dalam rotor atau
kumparan medan dan menimbulkan medan magnet yang diperlukan untuk dapat menghasilkan
tegangan arus bolak-balik pada kumparan utama yang terletak sistem generator sinkron.
Pada generator konvensional ini ada beberapa kerugian yaitu generator arus searah merupakan
beban tambahan untuk penggerak mula. Penggunaan slip ring dan sikat menimbulkan masalah ketika
digunakan untuk mensuplai sumber arus searah padabelitan medan generator sinkron. Terdapat sikat
arang yang menekan slip ring sehingga timbul rugi gesekan pada generator utamanya. Selain itu pada
generator arus searah juga terdapat sikat karbon yang menekan komutator. Selama pemakaian slip
ring dan sikat harus diperiksa secara teratur, generator arus searah juga memiliki keandalan yang
rendah. Karena hal-hal seperti diatas dipikirkan hubungan lain dan dikenal apa yang dikenal sebagai
generator sinkron static exciter (penguat statis). Gambar 4.2 adalah sistem eksitasi yang menggunakan
generator arus searah.
Gambar 2.7 Sistem Eksitasi Meggunakan Generator Arus Searah
Pada mulanya pada rotor ada sedikit magnet sisa, manet sisa ini akan menimbulkan tegangan
pada stator tegangan ini kemudian masuk dalam penyearah dan dimasukkan kembali pada rotor,
akibatnya medan magnet yang dihasilkan makin besar dan tegangan AC naik demikian seterusnya
sampai dicapai tegangan nominal dari generator AC tersebut. Biasanya penyearah itu mempunyai
pengatur sehingga tegangan generator dapat diatur konstan. Bersama dengan penyearah, blok tersebut
sering disebut AVR.
Dibandingkan dengan generator yang konvensional generator dengan sistem eksitasi statis
memang sudah jauh lebih baik yaitu tidak ada generator arus searah (yang keandalannya rendah) dan
beban generator arus searah pada penggerak mula hilang. Eksiter diganti dengan eksiter yang tidak
berputar yaitu penyearah karena itu disebut eksiter statis. Gambar 2.14 berikut adalah sistem eksitasi
statis.
Gambar 2.8 Sistem Kksitasi Statis
Untuk keperluan eksitasi awal pada generator sinkron, maka sistem eksitasi statis dilengkapi
dengan field flashing. Hal ini dibutuhkan karena generator sinkron tidak memiliki sumber arus dan
tegangan sendiri untuk mensuplai kumparan medan. Penggunaan slip ring dan sikat pada eksitasi ini
menyebabkan sistem eksitasi ini tidak efisien dan efektif.
Dari Gambar 4.4 diatas, untuk menghindari adanya kontak geser pada bagian rotor generator
sinkron, maka penguat medan generator dirancang sedemikian sehingga arus searah yang dihasilkan
dari penyearah langsung disalurkan kebagian belitan medan dari generator utama. Hal ini
dimungkinkan karena dioda penyearah ditempatkan pada bagian poros yang dimiliki bersama-sama
oleh rotor generator utama dan penguat medannya. Arus medan pada generator utama dikontrol oleh
arus yang mengalir pada kumparan medan penguat (eksiter).
Setelah tegangan generator mencapai tegangan nominalnya maka catu daya DC (baterai)
biasanya dilepasdan digantikan oleh penyearah. Penguatan yang dipakai adalah sistem self exitation
system yaitu sistem dimana sumber daya untuk penguatannya diperoleh dari keluaran tiga phasa
generator itu sendiri. Gambar 4.4 menggambarkan sistem eksitasi tanpa sikat dengan suplai tiga
phasa.
Gambar 2.10 Sistem Eksitasi Dengan Suplai Tiga Phasa
Pada Gambar 4.5 untuk membangkitkan arus medan digunakan penyearah, dimana arus yang
disearahkan diperoleh dari keluaran tiga phasa generator itu sendiri melalui transformator atau sering
disebut Eksitasi Transformator, berfungsi menurunkan tegangan keluaran generator untuk disuplai
pada penyearah.
Generator sinkron yang berkapasitas besar biasanya menggunakan sistem eksitasi brushless
yang dilengkapi dengan permanen magnet generator. Hal ini dimaksudkan agar sistem eksitasi dari
generator sama sekali tidak tergantung pada sumber daya listrik dari luar mesin itu. Pada Gambar 4.6
dapat dilihat bentuk skematik dari sistem eksitasi dengan menggunakan Permanen Magnet Generator.
Dari Gambar 2.17, bahwa pada bagian mesin yang berputar (rotor) terdapat magnet permanen,
kumparan jangkar generator eksitasi, kumparan medan generator utama. Hal ini memungkinkan
generator tersebut tidak menggunakan slip ring dan sikat dalam pengoperasiannya sehingga lebih
efektif dan efisiensi.
Dari gambar diatas tampak bahwa kurva tersebut memiliki garis linear sampai diperoleh harga
saturasi dari arus medan. Pada keadaan belum jenuh (unsaturated), rangka (frame) besi mesin sinkron
memiliki reluktansi yang besarnya beberapa ribu kali lebih kecil dibandingkan dengan reluktansi
celah udara, sehingga pada mulanya hampir semua ggl melalui celah udara, sebagai akibatnya fluks
meningkat secara linear. Ketika pada akhirnya inti besi tersebut jenuh, reluktansinya meningkat secara
dramatis, sehingga peningkatan fluks jauh lebih lambat dari pada peningkatan ggl (hal ini yang
digambarkan oleh kurva melengkung). Garis linear pada kurva tersebut disebut juga sebagai
karakteristik celah udara (air gap).
Kurva tersebut merupakan kurva linier karena tidak adanya efek saturasi. Saat tegangan terminal sama
dengan nol, lebih dari 90% tegangan jatuh muncul akibat reaktansi sinkron. Pada Gambar 4.8 terlihat
fasor untuk kondisi hubung singkat dimana terlihat arus jangkar Ia tertinggal dari tegangan induksi Ea
hampir 900, dengan kata lain reaksi jangkar yang dihasilkan Ia hampir sepenuhnya melawan fluks
medan yang menghasilkan tegangan induksi Ea. Kedua fluksi yang berlawanan tersebut menjaga
fluksi resultan celah udara pada tingkat yang rendah sehingga tidak terjadi efek saturasi.
Xs = Xm + Xa………………………………………………………….. (2.3)
Dimana:
Ra = resistansi jangkar
Xs = reaktansi sinkron
Pada generator berbeban Ia = IL bernilai konstan karena beban (Z L) tetap. Terlihat pada gambar
2.14 di bawah ini:
2.5 MATLAB
MATLAB adalah sebuah bahasa dengan (high-performance) kinerja tinggi untuk
komputasi masalah teknik. Matlab mengintegrasikan komputasi, visualisasi, dan
pemrograman dalam suatu model yang sangat mudah untuk dipakai dimana masalah-masalah
dan penyelesaiannya diekspresikan dalam notasi matematika yang familiar. Penggunaan
Matlab meliputi bidang-bidang:
Matlab merupakan suatu sistem interaktif yang memiliki elemen data dalam suatu array
sehingga tidak lagi kita pusingkan dengan masalah dimensi. Hal ini memungkinkan kita
untuk memecahkan banyak masalah teknis yang terkait dengan komputasi, khususnya yang
berhubungan dengan matrix dan formulasi vektor, yang mana masalah tersebut merupakan
momok apabila kita harus menyelesaikannya dengan menggunakan bahasa level rendah
seperti Pascall, C dan Basic.
Nama Matlab merupakan singkatan dari Matrix Laboratory. MatLab pada awalnya ditulis
untuk memudahkan akses perangkat lunak matrik yang telah dibentuk oleh LINPACK dan
EISPACK.
Fitur-fitur Matlab sudah banyak dikembangkan, dan lebih dikenal dengan nama toolbox.
Toolbox merupakan kumpulan dari fungsi-fungsi Matlab (M-files) yang telah dikembangkan
ke suatu lingkungan kerja Matlab untuk memecahkan masalah dalam kelas particular. Area-
area yang sudah bisa dipecahkan dengan toolbox saat ini meliputi pengolahan sinyal, system
control, neural networks, fuzzy logic, wavelets, dan lain-lain.
4. Graphics. MATLAB memiliki fasilitas untuk menampilkan vector dan matrices sebagai
suatu grafik. Didalamnya melibatkan high-level functions (fungsi-fungsi level tinggi) untuk
visualisasi data dua dikensi dan data tiga dimensi, image processing, animation, dan
presentation graphics. Ini juga melibatkan fungsi level rendah yang memungkinkan bagi anda
20
untuk membiasakan diri untuk memunculkan grafik mulai dari benutk yang sederhana sampai
dengan tingkatan graphical user interfaces pada aplikasi MATLAB anda.
Dalam tulisan ini saya akan menggunakan simulink, simulink merupakan tool yang dibundel
dengan MATLAB untuk keperluan pemodelan sistem dinamis secara visual, simulink sendiri
mempunyai banyak kegunaan, misalnya untuk mensimulasi rangkaian elektronik, signal
processing, pemodelan persamaan differensial, dan masih banyak lainnya.
Dengan mengetik simulink pada browser maka akan muncul library browser seperti berikut
ini:
21
Gambar 2.15 (b) Simulink Library Browser
Start
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Sistem Eksitasi
ANALISA
END
Penelitian ini dimulai dengan studi literatur mengenai sistem eksitasi. Studi literatur ini berisi
tentang prinsip kerja sistem eksitasi dan fungsi dari sebuah eksitasi pada sebuah sistem
pembangkitan beserta dampak dari adanya sistem eksitasi generator.
Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data sistem eksitasi, dimana data-data yang
dikumpulkan merupakan berupa data parameter-parameter generator sinkron, parameter-
parameter sistem eksitasi generator dan pembebanan yang digunakan pada sistem pembangkitan
PLTA Saguling dan parameter lain diantaranya adalah reaktansi dalam dan konstanta waktu
generator serta parameter- parameter pada eksitasi yaitu: konstanta penguat dan waktu amplifier,
konstanta penguat dan waktu eksiter, konstanta penguat dan waktu generator.
Setelah mengumpulkan semua data parameter-parameter sistem eksitasi generator PLTA Saguling
maka kita akan memodelkan komponen sistem pembangkitan PLTA Saguling dan kemudian
dimodelkannya pada Simulink MATLAB 7.1.
Setelah dilakukan permodelan sistem eksitasi generator maka akan dilakukan penginputan data-
data parameter sistem eksitasi generator berdasarkan data-data yang dikumpulkan pada sistem
pembangkitan yang digunakan.
Setelah penginputan data maka akan dilakukan simulasi sistem eksitasi generator menggunakan
Simulink MATLAB 7.1, adapun simulasi yang dilakukan adalah pengujian generator beban nol,
pengujian generator berbeban, pengujian generator jika terjadi hubung singkat dan pengujian
generator saat terjadi pelepasan beban sesaat serta setelah itu baru dilakukan data pengamatan dan
analisa simulasi sesuai data yang didapatkan.
Analisa yang dilakukan adalah mengenai kondisi kesetabilan sistem generator dimana analisa
yang dilakukan dengan beberapa pengujian, diantaranya adalah pengujian generator beban nol,
pengujian generator dengan beban 10%, 50% dan 100%.
Peralatan kontrol untuk pembangkit biasanya digunakan untuk mengatur suplai daya aktif dan reaktif.
Perubahan beban yang terjadi sangat berpengaruh terhadap perubahan frekuensi dan tegangan. Naik
turunya frekuensi tergantung perubahan daya aktif, demikian halnya dengan tegangan tergantung pada
perubahan daya reaktif.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pengendalian daya aktif berkaitan dengan pengendalian
frekuensi sementara pengendalian daya reaktif berhubungan dengan pengendalian tegangan.
Selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.2 Skema pengendalian daya aktif dan daya reaktif.
Keterangan:
1. Katub (Valve)
2. Turbin (Turbine)
3. Generator Sinkron
4. Sistem Eksitasi
5. Automatic Voltage Regulator (AVR)
6. Sensor Tegangan
7. Sensor Frekuensi
8. Load Frequency Control (LFC)
9. Governor
10. Valve Control Mecanism
Dengan pengaturan daya reaktif dilakukan oleh AVR (Auotomatic Voltage Regulator), dengan
demikian pengendalian daya reaktif dapat digambarkan sebagai berikut:
Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan eksitasi. Apabila tegangan output generator
di bawah tegangan nominal tegangan generator, maka AVR akan memperbesar arus penguatan
eksitasi. Dan juga sebaliknya apabila tegangan keluaran generator melebihi tegangan nominal
generator maka AVR akan mengurangi arus penguatan eksitasi. Dengan demikian apabila terjadi
perubahan tegangan output Generator akan dapat distabilkan oleh AVR secara otomatis dikarenakan
dilengkapi dengan peralatan seperti alat yang digunakan untuk pembatasan penguat minimum
ataupun maximum yang bekerja secara otomatis. AVR dioperasikan dengan mendapat catu daya
dari baterai, serta mendapat sensor dari potencial transformer (PT) dan current transformer (CT).
3. Sistem Eksitasi.
Sistem eksitasi adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai penguatan medan magnet pada rotor
generator menggunakan suplai listrik DC, sehingga suatu generator dapat menghasilkan energi
listrik dengan besar tegangan keluaran generator bergantung pada besarnya arus eksitasinya.
Pada sistem PLTA Saguling sendiri ini menggunakan sistem eksitasi statik, dimana sistem eksitasi
tersebut disuplai dari eksiter yang bukan mesin bergerak, yaitu dari sistem penyearah yang
sumbernya disuplai dari output generator itu sendiri atau sumber lain dengan melalui transformer.
Tegangan keluaran generator dideteksi oleh regulator tegangan dan dibandingkan dengan tegangan
referensi. Hasilnya merupakan galat pengukuran yang menentukan besarnya sinyal pengatur yang
mengatur keluaran penguat ke harga yang dikehendaki.
Berdasarkan prinsip kerja generator sinkron dapat dijelaskan dengan menggunakan dua kaidah
sederhana. Kaidah pertama untuk rangkaian magnetik dan kaidah yang kedua untuk tegangan yang
diinduksi pada sebuah konduktor yang disebabkan karena variasi medan magnet.
Fluks ∅ dalam suatu rangkaian magnet yang mempunyai reluktansi Rm dihasilkan karena adanya
magnetomotive force (mmf) Fm, dimana mmf itu sendiri berasal dari adanya arus I yang mengalir
melalui lilitan berjumlah N.
∅ = Fm / Rm ……………………………………………………………… (3.1)
dan
Fm = IN ………………………………………………………………….. (3.2)
Bagian magnetik dan elektrik yang utama dari generator salient-pole dapat dilihat pada gambar berikut:
Pada gambar 3.6 (a), arus searah dialirkan menuju kumparan rotor melalui brush dan collector ring.
Produk antara arus medan I dan jumlah lilitan N menghasilkan Fm, sedangkan adanya reluktansi
rangkaian magnet akan menghasilkan fluks magnet. Jalur fluks magnet ini ditunjukkan oleh garis
putus- putus pada gambar 3.6 (b). Ketika rotor diputar, jalur fluks yang dibentuk karena adanya mmf
Fm juga ikut berputar bersama putaran rotor. Hal ini diilustrasikan pada gambar kedua dari gambar
3.6 (b). Ketika fluks magnet 𝜙 memotong rangkaian magnetik dengan luas penampang A, maka
kepadatan fluks B dapat dinyatakan sebagai berikut:
∅
𝐵=
A ……………………………………………………………………. (3.3)
Gambar 3.6 (a) juga menunjukkan stator dengan lilitan tunggal sepanjang l. Ketika rotor berputar,
fluks magnet rotor akan memotong lilitan stator dengan kecepatan v, sehingga electromotive force
(emf) eind akan muncul, sesuai dengan persamaan:
eind =(v x B) . l ……………………………………………………………. (3.4)
Dengan arah yang sesuai dengan aturan tangan kanan Fleming sebagaimana yang ditunjukkan oleh
gambar 3.6 (a) di atas. Melalui penurunan matematis secara lanjut akan dihasilkan persamaan
tegangan rms pada stator sebagai berikut:
Bentuk seperti gambar 3.7 akan terus berulang setiap kali rotor berevolusi. Frekuensi dari bentuk
gelombang sinusoidal ini dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
𝑛𝑠 𝑃
𝑓= …………………………………………………………………. (3.6)
120
Dengan :
f = frekuensi (Hz)
p = jumlah kutub
Oleh karena itu, untuk menghasilkan frekuensi sebesar 50 Hz, generator berkutub dua harus berputar
dengan kecepatan sebesar 3000 rpm, generator berkutub empat dengan kecepatan 1500 rpm, dan
seterusnya.
30
Jika jumlah lilitan pada stator ditambah, seperti yang tergambar pada gambar 3.8 (a), dan jika lilitan
ini terpisah dengan jarak yang sama satu sama lain, maka keluaran tiga fasa sebagaimana yang
ditunjukkan pada gambar 3.8 (b) dapat dibangkitkan.
Jika generator beroperasi pada faktor daya lagging dan beban tambahan diberikan pada faktor
daya yang sama, maka besarnya IA akan meningkat dengan sudut θ di antara I A dan Vϕ yang tetap
konstan dan oleh karenanya, tegangan reaksi jangkar jX SIA juga akan meningkat dengan tetap menjaga
konstan sudutnya.
Karena
EA = V∅ + jXSIA
jXSIA bertambah, sedangkan besar dari EA tetap konstan (gambar 3.9 (a)). Maka, ketika beban dengan
faktor daya lagging bertambah, tegangan V∅ turun dengan cukup tajam. Gambar 3.9 (b)
mengilustrasikan pengaruh ketika generator ditambah beban berfaktor daya satu dan terlihat bahwa
V∅ turun sedikit. Gambar 3.9 (c) menggambarkan pengaruh ketika generator diberi beban tambahan
dengan faktor daya leading, yaitu mengakibatkan tegangan V∅ menjadi naik.
31
Gambar 3.9 Pengaruh Penambahan Beban (a) Lagging, (b) Resistif Murni dan (c) Leading terhadap Tegangan
Terminal
Dalam kondisi operasi normal, diinginkan agar tegangan tetap konstan sekalipun beban berubah-ubah.
Variasi tegangan terminal dapat diatasi dengan memvariasikan besar E A, yaitu dengan memvariasikan
medan magnet (dan juga fluks) generator. Sebagai contoh, ketika beban lagging ditambahkan pada
generator, tegangan terminal akan turun. Dengan memperbesar arus medan IF melalui pengaturan
sistem eksitasi maka EA akan meningkat karena meningkatnya fluks sehingga, pada akhirnya
tegangan terminal juga akan meningkat. Proses ini akan terbalik untuk menurunkan tegangan
terminal.
Pengaruh perubahan beban terhadap tegangan terminal generator secara ringkas dapat dilihat pada
gambar berikut ini
Spesifikasi model yang digunakan antara lain, model turbin air digunakan untuk mengkonversi
energi air menjadi energi kinetik yang kemudian dikonversi lagi menjadi energi listrik oleh generator.
Model generator yang digunakan sebagai generator sinkron dengan kemampuan menghasilkan daya
206,1 kVA, tegangan antar fasa 16,5 kV, frekuensi listrik 50 Hertz dan factor daya 0,85.
Pengujian generator sinkron dengan beban 10% dilakukan dengan menggunakan beban sekitar 500
kWatt. Berdasarkan data pengujian yang dilakukan pada simulasi ini maka akan dilihat bagaimana
keluaran tegangan terminal dan tegangan eksitasi berdasarkan parameter eksitasi yang didapatkan.
2. Pengujian generator dengan beban 50%.
Pengujian generator sinkron dengan beban 50% dilakukan dengan menggunakan beban sekitar 25
MWatt. Berdasarkan data pengujian yang dilakukan pada simulasi ini maka akan dilihat bagaimana
keluaran tegangan terminal dan tegangan eksitasi berdasarkan parameter eksitasi yang didapatkan.
Pengujian generator sinkron dengan beban 100% dilakukan dengan menggunakan beban sekitar 5
MWatt. Berdasarkan data pengujian yang dilakukan pada simulasi ini maka akan dilihat bagaimana
keluaran tegangan terminal dan tegangan eksitasi berdasarkan parameter eksitasi yang didapatkan.
Sistem eksitasi seperti ini yang dipakai sebagai sistem eksitasi generator pada PLTA Saguling yaitu
sistem eksitasi statis tipe thyristor AVR MEC-3400-W.
1. Static Exciter
2. Data Generator
3. Calculation of capacity
Gambar 4.2 Grafik Input dan Ouput regulator tegangan, the firing circuit, rangkaian daya thristor dan generator
AC
Jika regulator sedang dalam perbaikan, keluaran eksiter dikendalikan secara manual oleh base
adjuster control switch dimana kendali motor dioperasikan base adjuster dan penguat tegangan
keluaran medan dinaikan atau diturunkan, penguat tegangan keluaran medan akan mengendalikan
keluaran eksiter statis oleh perubahan sudut fasa firing dari rangkaian firing menuju rangkaian gate
thyristor.
Masing-masing nilai input-output dari rangkaian firing, eksiter dan generator ditunjukan oleh
hubungan titik antara poin A’ dan A pada gambar 4.10, itu akan menjadi catatan eksitasi mesin adalah
directly proportional untuk pengaturan base adjuster, neglecting machine saturation. Tegangan
terminal dari generator akan berubah dengan kecepatan turbin ketika dibawah kendali dasar, karena
kurva saturasi dari putaran mesin berbeda langsung dengan kecepatan.
Asumsi regulator sedang dalam operasi dan keseimbangan untuk memberikan tegangan mesin
pada poin A, dimana keluaran regulator adalah nol, pada kasus ini total kendali input untuk rangkaian
firing thyristor berasal dari input base adjuster.
Selanjutnya asumsi dengan tanpa perubahan pengaturan dari base adjuster dan pengaturan tegangan
regulator , kondisi generator berbeban diganti menjadi kondisi beban rendah di indikasikan pada poin
B.
Gambar 4.3 Penyearah Terkendali Thyristor Jembatan Penuh (Three Phase full-converter)
40
Gambar 4.4 Gelombang masukan Thyristor
Pulsa pemicu dari firing drawer masuk ke thyristor CR1 melalui pulse transformer,
disinkronkan dengan tegangan XZ. Dengan cara yang sama, pulsa pemicu ke CR3 dan CR5
disinkronkan dengan tegangan XY dan ZY. Jadi urutan pemicuan thyristor adalah CR1 → CR6 →
CR3 → CR2 → CR5 → CR4.
41
Jika sudut pemicu besarnya 0º maka output thyristor akan maksimum. Pada kondisi ini nilai
outputnya adalah 1,35 x tegangan AC input, namun jika sudut pemicuan dibuat sebesar 10º maka
tegangan output akan turun dari nilai tersebut diatas.
Jika sudut pemicu 30º maka nilai tegangan output lebih kecil lagi dibandingkan jika sudut
pemicu 10º. Jika sudut pemicu 90º dengan beban induktif maka tegangan output DC besarnya 0 volt.
Jika sudut pemicu 150º dengan beban induktif maka tegangan DC akan negatif. Pada kondisi ini
energi dari beban induktif akan diregenerasi dan dikirim ke bagian AC (input/ lilitan PMG) dengan
arah arus yang tetap. Namun jika energi ini telah habis maka arus akan menjadi 0 amper dan tegangan
output DC menjadi 0 volt juga, karena thyristor terpanjar mundur.
4.2.2 Eksitasi
Data parameter-parameter yang dibutuhkan dari eksitasi adalah merupakan konstanta-
konstanta yang didapatkan melalui hasil pengujian yang dilakukan pada sistem pembangkitan
yang berada pada PLTA Saguling. Data-data yang didapatkan adalah sebagai berikut:
4.2.3 Beban
Sebuah unit Pembangkit Lisrik Tenaga Air (PLTA) Saguling memiliki besaran beban yang
digunakan adalah sebesar 175,18 MW pada tegangan 323 kV.
4.3 Pengujian generator sinkron dan Analisa
4.3.1 Kondisi generator dengan beban 10%
Saat kondisi ini generator dibebani 10% dari beban nominalnya yaitu 5 MW yaitu sebesar 500
kW untuk beban terpasang. Pada kondisi ini kita akan melihat bagaimana kondisi tegangan terminal
dan tegangan medan terhadap waktu dengan beban 10% dari 5 MW.
BEBAN 10%
MENIT VT (Volt) VF (pu)
0 14000 0.02
0.12 14100 0.02
0.33 14100 -0.8
0.75 14000 -0.28
1 14000 -0.33
1.5 14000 -0.02
2 14000 -0.02
2.54 14000 0.02
3 14000 0.02
4 14000 0.02
Berdasarkan hasil pengamatan pada tegangan medan terdapat perubahan tegangan pada setiap
detiknya, pada detik 0 sampai 0.12 tegangan medan belum terjadi perubahan karena masih awal
starting dan saat starting tegangan medan belum dipengaruhi kondisi beban. Pada detik 0.12 sampai
0.33 tegangan medan mengalami penurunan, perubahan tegangan medan yang diakibatkan adanya
perubahan beban yang sangat besar dan akhirnya membuat tegangan medan yang disuplai belum
memenuhi sehingga terjadi penurunan yang derastis. Pada detik 0.33 sampai 0.75 terjadi kenaikan
tegangan medan yang disebabkan oleh perubahan beban yang besar, sehingga dibutuhkan tegangan
medan yang besar untuk generator dapat bekerja. Pada detik 0.75 sampai 1 terjadi penurunan tegangan
yang sangat kecil disebabkan oleh perubahan beban seketika. Pada detik 1 sampai 1.5 terjadi kenaikan
tegangan medan untuk mencapai posisi steady state. Pada detik 2.0 sampai 2.54 telah mencapai posisi
steady state, dimana posisi tegangan medan yang dibutuhkan untuk memenuhi beban sebesar 5 MW.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan ketika awal kerja putaran generator, pada saat beban
nominalnya terpasang putaran generator tidak begitu pelan dibandingkan dengan beban 10%. Dapat
dilihat juga pada kurva tegangan eksitasi diatas ini pada detik 0.13 sampai 0.3, ketika terjadi
pembebanan tegangan eksitasinya menurun dan putaran mendekati konstan itu diakibatkan oleh
karena beban yang terpasang sangat besar sehingga putaran yang dibutuhkan juga sangat cepat.
Tabel 4.5 Tabel Tegangan terhadap beban 50%
BEBAN 50%
MENIT VT (Volt) VF (pu)
0 14000 0.02
0.12 14100 0.02
0.33 14100 -0.8
0.75 14000 -0.28
1 14000 -0.33
1.5 14000 -0.02
2 14000 -0.02
2.54 14000 0.02
3 14000 0.02
4 14000 0.02
Berdasarkan hasil pengamatan pada tegangan medan terdapat perubahan tegangan pada setiap
detiknya, pada detik 0 sampai 0.12 tegangan medan belum terjadi perubahan karena masih awal
starting dan saat starting tegangan medan belum dipengaruhi kondisi beban. Pada detik 0.12 sampai
0.33 tegangan medan mengalami penurunan, perubahan tegangan medan yang diakibatkan adanya
perubahan beban yang sangat besar dan akhirnya membuat tegangan medan yang disuplai belum
memenuhi sehingga terjadi penurunan yang derastis. Pada detik 0.33 sampai 0.75 terjadi kenaikan
tegangan medan yang disebabkan oleh perubahan beban yang besar, sehingga dibutuhkan tegangan
medan yang besar untuk generator dapat bekerja. Pada detik 0.75 sampai 1 terjadi penurunan tegangan
yang sangat kecil disebabkan oleh perubahan beban seketika. Pada detik 1 sampai 1.5 terjadi kenaikan
tegangan medan untuk mencapai posisi steady state. Pada detik 2.0 sampai 2.54 telah mencapai posisi
steady state, dimana posisi tegangan medan yang dibutuhkan untuk memenuhi beban sebesar 5 MW.
Kondisi tegangan medan yang dibutuhkan oleh sebuah generator sinkron itu akan mengalami
perubahan selalu yang disebabkan oleh adanya perubahan pembebanan yang terjadi pada
pembangkitan generator. Oleh karena tegangan generator harus selalu dijaga konstan sehingga putaran
juga harus dijaga konstan maka ketika terjadi perubahan beban maka tegangan suplai ke medan
generator yang akan dirubah- rubah.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan ketika awal kerja putaran generator, pada saat beban
nominalnya terpasang putaran generator tidak begitu pelan dibandingkan dengan beban 10%. Dapat
dilihat juga pada kurva tegangan eksitasi diatas ini pada detik 0.13 sampai 0.3, ketika terjadi
pembebanan tegangan eksitasinya menurun dan putaran mendekati konstan itu diakibatkan oleh
karena beban yang terpasang sangat besar sehingga putaran yang dibutuhkan juga sangat cepat.
Tabel 4.6 Tabel Tegangan terhadap beban 100%
BEBAN 100%
MENIT VT (Volt) VF (pu)
0 14000 0.02
0.12 14100 0.02
0.33 14100 -0.8
0.75 14000 -0.28
1 14000 -0.33
1.5 14000 -0.02
2 14000 -0.02
2.54 14000 0.02
3 14000 0.02
4 14000 0.02
Berdasarkan hasil pengamatan pada tegangan medan terdapat perubahan tegangan pada setiap
detiknya, pada detik 0 sampai 0.12 tegangan medan belum terjadi perubahan karena masih awal
starting dan saat starting tegangan medan belum dipengaruhi kondisi beban. Pada detik 0.12 sampai
0.33 tegangan medan mengalami penurunan, perubahan tegangan medan yang diakibatkan adanya
perubahan beban yang sangat besar dan akhirnya membuat tegangan medan yang disuplai belum
memenuhi sehingga terjadi penurunan yang derastis. Pada detik 0.33 sampai 0.75 terjadi kenaikan
tegangan medan yang disebabkan oleh perubahan beban yang besar, sehingga dibutuhkan tegangan
medan yang besar untuk generator dapat bekerja. Pada detik 0.75 sampai 1 terjadi penurunan tegangan
yang sangat kecil disebabkan oleh perubahan beban seketika. Pada detik 1 sampai 1.5 terjadi kenaikan
tegangan medan untuk mencapai posisi steady state. Pada detik 2.0 sampai 2.54 telah mencapai posisi
steady state, dimana posisi tegangan medan yang dibutuhkan untuk memenuhi beban sebesar 5 MW.
Kondisi tegangan medan yang dibutuhkan oleh sebuah generator sinkron itu akan mengalami
perubahan selalu yang disebabkan oleh adanya perubahan pembebanan yang terjadi pada
pembangkitan generator. Oleh karena tegangan generator harus selalu dijaga konstan sehingga
putaran juga harus dijaga konstan maka ketika terjadi perubahan beban maka tegangan suplai ke
medan generator yang akan dirubah-rubah.
BAB V
KESIMPULAN
Dari studi yang dilakukan maka dapat diambil dari beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:
50
Oleh karena tegangan generator harus selalu dijaga konstan sehingga putaran juga harus
dijaga konstan maka ketika terjadi perubahan beban maka tegangan suplai ke medan
generator yang akan dirubah-rubah.
51
DAFTAR PUSTAKA