Pelayanan Publik seperti yang tersirat dalam UU No. 25/2009 tentang pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan untuk memenuhi hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barqang, jasa, dan pelayanan administrative yang disediakan oleh penyelenggara layanan umum pemerintah atau non-pemerintah. Ruang lingkup layanan meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan social, energy, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sector strategis lainnya. Penyedia layanan publik sudah seharusnya beralih dari paradigm Old Public Administration (OPA) menuju paradigm New Public Service (NPS). Effendi (2010) menyatakan OPA sebagai birokrasi pelayanan yang bersifat hierarkis, kaku, lamban, dan berbelit-belit, sehingga kualitas layanannya menjadi rendah. Sebaliknya dalam paradigma NPS rakyat sebagai pembayar pajak memberi mandate birokrasi untuk menyelenggarakan dan memenuhi kebutuhan mereka terhadap pelayanan, semnetara birokrasi harus melayani, mematuhi, dan menghormati hak rakyat sebagai prinsipalnya. Sejalan dengan itu, ada enam asas pelayanan sesuai keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nol 63/2003 sebagaimana berikut. a. Transparansi. Bersifat terbuka,mudah dan dapat diakses oleh semua hak yang membutuhkan dan disedikan secara memadai serta mudah dimengerti. b. Akuntabilitas. Artinya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Kondisional. Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas. d. Partisipatif. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. e. Kesamaan hak. Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi. f. Keseimbangan hak dan kewajiban. Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memnuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak. Adapun sepuluh prinsip pelayanan publik sebagai acuan dalam menjaga kualitas pelayanan terdapat dalam keputusan Menteri PAN No. 63/2003. a. Kesederhanaan, dimana prosedur pelayanan tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan. b. Kejelasan tentang: persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik, unit kerja/pejabat berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan publik; serta rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayarannya. c. Kepastian waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan publik bias diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan d. Akurasi: produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah e. Keamanan: proses dan produk pelayanan publik harus memberikan rasa aman dan kepastian hokum f. Tanggung jawab: pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk dapat dan harus bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan publik. g. Kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu ketersediaan sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika) h. Kemudahan akses: dalam hal ini tempat dan lokasi serta sarana pelayanan memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan telematika i. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan. Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan, dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas. j. Kenyamanan, lingkungan pelayanan tertib, teratur, disedikan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi fasilitas pendukung pelayanan, seperti parker, toilet, tempat ibadah, dan sebagainya. Pelayanan Publik yang ideal adalah pelayanan publik yang diselengagarakan dengan mengacu pada standar pelayanan; adanya maklumat atau janji pelayanan; dilakukannya monitoring dan evaluasi baik secara internal maupun eksternal; serta adanya perbaikan manajemen secara terus-menerus. Standar pelayanan adalah bentuk konkret dari akuntabilitas pelayanan yang berfungsi sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan menurut Peraturan Menteri PANRB No. 15/2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. 2. Pengertian Excellent Service / Pelayanan Prima Kata pelayanan prima atau layanan istimewa (Excellent Service) dalam dunia bisnis sekarang dinyatakan dengan istilah “Service Excellent” atau disingkat “SEx”, dan saat ini bahkan seringkali ditulis dengan huruf capital “SEX”. Selain itu, menurut semil (2018), Pelayanan Prima dalam Bahasa Inggris keseharian tidak disebut sebagai premium service, melainkan Excellent Service itu sendiri. Pelayanan prima dalam arti singkatan dijabarkan Usman (2014) sebagai berikut. Pantas : tepat janji dalam biaya, mutu, dan waktunya = BMW Empati : memahami kebutuhan konsumen Langsung : responsive, segera dikerjakan dan tidak berbelit-belit Akurat : tepat atau teliti, reliabel Yakin : Kredibilitas, jujur, dapat dipercaya Aman : risiko kecil, keraguan kecil Nyaman : menyenangkan dan memuaskan Alat : lengkap dan modern Nyata : penampilan personel, saran dan prasarana yang nyaman Perkataan : sopan, bersahabat, komunikasi efektif, konsisten dengan tindakan Rahasia : kerahasiaan pelayanan terjamin Informasi : Penyuluhan efektif, objektif, valid, reliabel, lengkap, dan mutakhir Mudah : kesediaan melayani, mudah dihubungi, mudah ditemui, mudah disuruh Ahli : dikerjakan oleh orang-orang yang benar-benar kompeten Pelayanan adalah tindakan atau perbuatan yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang bersifat tidak kasat mata (intangle) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Fungsi pelayanan sangat menentukan keawetan, perkembangan, dan keungggulan bersaing suatu lembaga. Pengertian prima menunjukkan karakteristik total dari suatu produk (barang dan jasa) yang melebihi standar baku sehingga pelanggan merasa mendapat lebih dari yang semula diharapkan. Intinya, melayani secara prima berarti membantu pelanggan memenuhi kebutuhannya dan dilakukan dengan cara terbaik sehingga pelanggan puas dengan pelayanan yang diperoleh dan mereka merasa bahwa palayanan itu lebih dari yang diharapkan. Zulkarnain & Sumarsono (2016) menyimpulkan bahwa hakikatnya pelayanan prima memiliki tiga karakteristik dasar, yaitu: a) adanya standar pelayanan baku; b) bersifat istimewa; serta c) memberikan kepuasan melebihi harapan pelanggan. Barata (2017) menyatakan bahwa dalam definisi pelayanan prima minimal harus ada tiga hal pokok, yaitu a) adanya pendekatan sikap yang berkaitan dengan kepedulian kepada pelanggan; b) upaya melayani dengan tindakan terbaik; dan c) ada tujuan untuk memuaskan pelanggan dengan berorientasi pada standar layanan tertentu. Sebagai bahan perbandingan, berikut ini dijelaskan beberapa pengertian/definisi mengenai pelayanan prima yang seringkali diungkapakn oleh para pelaku bisnis. a. Pelayanan prima adalah membuat kostumer merasa penting b. Pelayanan prima adalah melayani kostumer dengan ramah, tepat, dan cepat c. Pelayanan prima adalah pelayanan dengan mengutamakan kepuasan kustomer d. Pelayanan prima adalah menempatkan kostumer sebagai mitra e. Pelayanan prima adalah pelayananoptimal yang menghasilkan kepuasan kustomer f. Pelayanan prima adalah kepedulian kepada kustomer untuk memberikan rasa puas g. Pelayanan prima adalah upaya layanan terpadu untuk kepuasan kustomer. Pendefinisian pelayanan prima akan berbeda-beda sebagaimana tempat dimana pelayanan prima itu diterapkan, yang diperjelas sebagai berikut. a. Dalam bidang jasa transportasi, pengusahanya akan menyebut pelayanan prima adalah memberikan kepuasan optimal kepada penumpang dengan menyediakan fasilitas pengangkutan yang cepat, aman, nyaman, dan ongkos yang relative murah. b. Bagi perusahaan manufaktur (produsen/pabrikan). Penguasahanya mungkin akan menyebutkan bahwa pelayanan prima adalah program layanan kepada pelanggan dengan memproduksi barang berkualitas yang mampu memuaskan semua pelanganya. c. Bagi para pedagang, pelayanan prima diartikan sebagai upaya memuaskan pelanggan melalui upaya penyediaan berbagai barang kebutuhannya. d. Dalam lingkup instansi pemerintah, bias saja pelayanan prima berbentuk program layanan terbaik yang dapat memuaskan masyarakat. Yang mana tentunya setiap instansi pemerintahan akan memiliki standar yang berbeda sesuai dengan jenis tugas, kewenangan, dan tanggung jawabnya. 3. Prinsip Pelayanan Prima Prinsip pelayanan Prima merupakan salah satu cara untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan baik serta harmonis dengan pelanggan berdasarkan konsep 3A (Triple A). Prinsip pertama saat memberikan pelayanan harus menyajikan attitude (sikap) yang benar. Kedua, memberikan attention (perhatian) yang tidak terbagi. Ketiga, pelanggan akan mencari bukti lewat action (tindakan) kita dalam memberikan pelayanan. a. Konsep Attitude Sikap (attitude) merupakan cerminan perilaku atau gerak-gerik seseorang saat menghadapi situasi tertentu atau ketika ia berhadapan dengan orang lain. Sikap seorang pegawai dapat menunjukkan keperibadiannya dan citra baik lembaga di mata pelanggan. Oleh karena itu, prinsip pelayanan prima berdasarkan konsep attitude ialah memberi layanan pelanggan dengan berfokus pada perbaikan sikap petugas/tenaga pelayanan. Hal ini diwujudkan dalam tiga metode sebagai berikut. Pelayanan pelanggan dengan penampilan serasi Penampilan harus serasi (sesuai, rapi, sikap) dari ujung rambut samapi ujung kaki Karena kesan pertama yang dilihat orang lian pada diri seseorang adalah melalui penampilannya. Penampilan serasi merupakan perpaduan dari penampilan luar (fisik) dan dalam (rohani), mode, dan etika kepantasan. Penampilan verbal ditunjukkan dengan etika keramahtamahan (es-tomat); 4S (senyum, sapa, salam, santun), tolong, maaf, terimakasih. Nonverbal dari etika berbusana dan berhias sesuai kepribadian, situasi-kondisi serta penggunaan Bahasa tubuhn positif. Pelayanan pelanggan dengan berpikiran positif Berpikir positif artinya pola berpikir yang sehat, logis, intelektual, masuk akal, dan tidak dipengaruhi oleh prasangka buruk. Melayani pelanggan dengan berpikir positif berarti memperlakukan pelanggan secara baik serta menghormatinya, tidak bersikap apriori atau masa bodoh terhadap pelanggan, tidak memanfaatkan atau mencari kelemahan pelanggan, dan jujur dalam memberikan layanan. Pelayanan pelanggan dengan sikap menghargai Sikap menghargai akan menimbulkan rasa simpati dan perasaan dihargai pada pelanggan sehingga mereka termotivasi untuk melanjutkan hubungan dengan kita. Menghargai disini berarti menyenangkan dan memberikan perlakuan sewajarnya tanpa menurunkan harga diri kita di depan pelanggan. b. Konsep Attention Perhatian (attention) merupakan pelayanan dengan mencurahkan konsentrasi untuk lebih fokus kepada pelanggan yang dihadapi. Lingkup perhatian pada pelanggan memang luas, tetapi dalam pelayanan prima konsep perhatian tersebut mencakup tiga hal, yaitu LOT (Listening, Observing, Thinking).. Listening ialah mendengarkan aktif dan memahami kebutuhan pelanggan. Observing ialah mengamati tipe pelanggan dan menyesuaikan layanan untuknya. Thinking ialah berpikir dan memperkirakan kebutuhan pelanggan. Bersedia menjadi mitra pelanggan dengan mengatasi permasalahan pelanggan. c. Konsep Action Tindakan (action) ialah perbuatan nyata yang merupakan bentuk konkret dari segala bentuk pelayanan sebelumnya (attitude-attention). Hal ini untuk meyakinkan dan memberikan jaminan pelanggan agar bersedia menggunakan produk yang ditawarkan. Caranya dengan mencatat pesanan kebutuhan, menegaskan kembali dan mewujudkan kebutuhan pelanggan, memberikan layanan purnajaul, serta mengucapkan terima kasih dengan harapan pelanggan akan kembali. 4. Total Quality Service (TQS) and Total Quality Management (TQM) Konsep TQS adalah system manajemen strategik dan integratif yang melibatkan semua pimpinan dan bawahan, serta menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi agar dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan-harapan. TQS bertujuan mewujudkan kepuasan pelanggan, memberikan tanggung jawab kepada setiap orang, dan melakukan perbaikan pelayanan secara berkesinambungan (Tjiptono, 2005). Konsep pelayanan prima berdasarkan TQS ditekankan pada lima komponen. a. Berfokus pada pelanggan. Prioritas utama mengidentifikasi pelanggan lembaga dan mengindentifikasi kebutuhan, keinginan, serta harapan pelanggan. b. Keterlibatan total. Semua pihak yang terkait dengan upaya peningkatan pelayanan harus dilibatkan secara menyeluruh. c. Keterukuran. Semua komponen pelayanan harus dapat diukur dengan baik. Unsur-unsur yang perlu ditentukan dalam sistem pengukuran meliputi standar proses dan produksi, ukuran kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan keinginan pelanggan, toleransi untuk penyimpangan, dan ukuran peningkatan kerja. d. Dukungan sistematis dari pimpinan dalam mengelola proses kualitas dengan cara membangun infrastruktur yang menunjang proses pelayanan dan menghubungkan kualitas dengan sistem manajemen yang ada. e. Perbaikan yang berkesinambungan. Hal ini perlu dilakukan atas dasar pertimbangan pelayanan sebagai suatu proses; mengantisipasi perubahan keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan; perlunya mengurangi waktu siklus suatu proses yang tidak perlu; serta dengan senang hati menerima umpan balik dari pelanggan. Konsep TQM berarti manajemen mutu total atau manajemen mutu terpadu merupakan gabungan dari jaminan mutu dan peningkatan mutu berkelanjutan. Manajemen mutu pendidikan menurut Salis (2010) ialah menciptakan budaya mutu dimana tujuan setiap anggota organisasi ingin menyenangkan pelanggannya dan struktur organisasinya mengizinkan mereka berbuat seperti itu. Manajemen mutu terpadu pendidikan menurut Goetsch (1995) memiliki beberapa unsur. a. Berfokus pada kepuasan pelanggan b. Komitmen jangka panjang untuk menerapkan TQM di sekolah c. Obsesi memperbaiki sistem terus-menerus untuk peningkatan mutu d. Kerjasama tim (team work), pimpinan dan staf terhadap peningkatan mutu e. Kesatuan tujuan sehingga kebebasan anggota demi mutu tetap terkendali f. Pendekatan ilmiah untuk proses pengambilan keputusan demi perbaikan mutu g. Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme pegawai. Padhi (2010) menyatakan bahwa untuk kesuksesan implementasi TQM, sebuah organisasi harus berpijak pada delapan elemen kunci TQM, yaitu etika (ethics), kejujuran (integrity), kepercayaan (trust), pelatihan (training), kerja tim (team work), kepemimpinan (leadership), pengakuan (recognition), komunikasi (communication). Pelayanan pelanggan adalah komitmen yang konsisten untuk terus berusaha meningkatkan mutu. Kebutuhan dan keinginan pelanggan senantiasa berubah sehingga petugas layanan tidak boleh lekas berpuas diri hanya karena merasa telah melakukan dengan benar. Perlu upaya mengasah kepekaan secara terus-menerus dalam rangka mengantisipasi setiap perubahan yang mungkin terjadi. Selain itu juga, harus ada upaya untuk terus menemukan cara baru yang lebih produktif dan inovatif dalam memberikan pelayanan. Jadi, kata kuncinya terus belajar mengasah kemampuan untuk senantiasa berkinerja lebih baik. 5. Prinsip-Prinsip Manajemen Kantor Istilah kantor berasal dari bahasa Belanda yaitu kantoor dan dalam Bahasa Inggris office. Kantor adalah tempat dan aktivitas atau kegiatan dalam menunjang pimpinna untuk mencapai tujuan (Soerjani, 2004). Perkantoran adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kantor, baik itu dalam arti tempat kegiatan (statis) maupun proses kegiatannya (dinamis). Menurut Gunawan & Benty (2017), pengertian kantor juga bias ditinjau dari segi fungsional, yaitu kantor adalah sarana pemusatan segala kegiatan yang bersifat administrative atau tepatnya segala kegiatan yang bersifat manjerial dan fasilitatif. Bafadal (2008) mendefinisikan kantor sekolah sebagai salah satu unit di sekolah yang bertugas memberikan layanan ketatausahaan demi kelancaran penyelenggaraan pendidikan. The Liang Gie (2000) mengartikan manajemen perkantoran sebagai rangkaian aktivitas merencanakan, mengorganisasikan (mengatur-menyusun), mengarahkan (memberi arah- petunjuk), mengawasi dan mengendalikan (kontrol) sampai menyelenggarakan pekerjaan kantor secara tertib. a. Administrasi-Manajemen Konsep administrasi sangat dekat dengan konsep manajemen karena sebagaian besar literature menggunakan istilah administrasi perkantoran (office administration) dan manajemen perkantoran (office management) dengan pengertian yang sama. Administrasi berasal dari kata bahasa Latin yaitu ad yang berarti intensif dan minister yang berarti melayani, membantu, atau memenuhi. Istilah tersebut berkembang menjadi administration dalam bahasa Inggris, dan diterjemahkan menjadi administrasi dalam bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan administrasi sebagai usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan organisasi; usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelengaraan kebijakan untuk mencapai tujuan; kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan; kegiatan kantor dan tata usaha. Secara sempit, administrasi dapat diartikan sebagai tata usaha, yaitu serangkaian aktivitas menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim, dan menyimpan bahan keterangan dalam setiap kerja sama yang teratur untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti luas, administrasi bukan hanya sekedar ketatausahaan yang merupakan bagian terkecil dari administrasi. Berdasarkan pendapat Siagian (1997) dan Gie (2000), administrasi merupakan keseluruhan proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Administrasi dan manajemen dalam pelaksanaanya tidak dapat dipisahkan dan harus merupakan suatu kesatuan. Hanya administrasi lebih luas daripada manajemen, tetapi manajemen merupakan inti dari administrasi karena manajemen merupakan alat pelaksana utama dari administrasi yang bertugas melaksanakan semua kegiatan yang telah ditentukan pada tingkat administrative (Burhanuddin: 1994). Manajemen merupakan proses penataan atau pendayagunaan dengan menggunakan sumber-sumber potensial, baik manusia maupun nonmanusia, guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Proses atau fungsi manajemen ini menurut George R. Terry dimulai dari perencanaan (planning), lalu diteruskan pengorganisasin (organizing), penggerakkan (actuating), dan terakhir pengawasan (controlling). 1) Perencanaan (Planning). Pada hakikatnya adalah proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternative atau pilihan mengenai sasaran dan berbagai cara yang akan dilaksanakan di masa mendatang guna mencapai tujuan, serta pemantauan dan penilaian atas hasil pelaksanaannya. 2) Pengorganisasin (organizing). Intinya ialah proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber-sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan struktur organisasi adalah departementalisasi dan pembagian kerja (Zulkarnain, 2018). 3) Penggerakkan (actuating). Prinsip pengarahan adalah segenap usaha untuk menggerakkan bawahan agar melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini menurut Usman (2008) meliputi tiga belas fungsi, yaitu motivasi, kepemimpinan, kekuasaan, pengambilan keputusan, komunikasi, koordinasi, negosiasi, manajemen konflik, perubahan organisasi, keterampilan interpersonal, membangun kepercayaan, penilaian kinerja, dan kepuasan kerja. 4) Pengawasan (controlling). Pengendalian adalah kegiatan untuk menjamin seluruh kegiatan atau program telah berjalan sesuai dengan perencanaan untuk mencapai tujuan. Fungsi ini meliputi proses pemantauan (monitoring), penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut. b. Aktivitas Kantor Substansi manajemen pendidikan digolonglan menjadi dua bagian besar, yaitu substansi inti dan substansi ekstensi (Imron, 2003). Substansi inti manajemen sekolah meliputi manajemen kurikulum dan pembelajaran; peserta didik; pendidik dan tenaga kependidikan; keuangan; sarana dan prasarana; hubungan sekolah dan masyarakat; serta budaya dan lingkungan sekolah (7 Pilar MBS, 2013). Substansi ekstensi adalah substansi manajemen pendidikan yang telah diperluas, yaitu berbagai bidang garapan di dunia pendidikan yang mesti dikelola karena berkontribusi besar terhadap kesuksesan proses substansi inti. Dari segi pendidikan manajemen perkantoran merupakan salah satu dari substansi eksistensi manajemen pendidikan. Pekerjaan kantor di sekolah tidak sekedar tata usaha yang berupa aktivitas menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim, dan menyimpan bahan keterangan saja. Namun lebih luas yakni pekerjaan kantor mencakup keseluruhan isi atau substansi manajemen pendidikan dengan segala persyaratan serta metodenya. Ruang lingkup aktivitas perkantoran yang luas menurut Zulkarnain & Sumarsono (2014) menyebabkan aktivitas ketatausahaan mempunyai tiga peranan pokok, yaitu sebagai berikut. 1) Melayani pelaksanaan pekerjaan operatif dengan menyediakan berbagai macam keterangan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. 2) Menyediakan informasi yang berguna bagi pimpinan organisasi dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan yang tepat. 3) Membantu kelancaran perkembangan organisasi dalam keseluruhannya karena fungsinya sebagai pusat ingatan dan sumber dokumen. Sasaran utama kegiatan kantor adalah pengelolaan data dan informasi. Data ialah keterangan yang masih mentah dan belum diolah, misalnya fakta, angka, dan statistic. Data yang sudah diolah dalam bentuk tertentu untuk keperluan tertentu disebut informasi (Laksmi, 2008). Pekerjaan kantor pada umumnya berhubungan dengan empat macam aktivitas pokok yang meliputi catatan (records), angka (figures) dan perhitingan (computation), penyimpanan hasi (retention of product), serta komunikasi internal-eksternal. Secara rinsi BPPK (2008) menjabarkan pekerjaan kantor menjadi dua macam kegiatan pokok yang bersifat tulis-menulis dan tidak bersifat tulis-menulis. 1) Pekerjaan yang bersifat tulis-menulis adalah pekerjaan kantor yang sebagian besar kegiatannya harus dilakukan dengan cara menulis dan sebagian kecil dengan kegiatan bukan menulis. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut. Penanganan surat masuk dan keluar merupakan kegiatan yang paling awal dan proses penanganan informasi berupa serangakian usaha pengamanan terhadap surat atau dokumen bersadarkan tata cara tertentu. Pendikten dan pelatihan, yakni mencatat kata-kata yang diperlukan pendikte, terutama untuk pembuatan surat dinas. Pengetikan surat dinas menggunakan mesin tik atau computer Pengoreksian. Penandatangan. Penyimpanan surat (arsip). Perhitungan, merupakan kegiatan penunjang bagi beberapa unit kerja tertentu, misalanya dalam pengetikan diperlukan perhitungan. Pengurusan kepegawaian, merupakan kegiatan perkantoran yang berkaitan dengan urusan kepegawaian. Pengurusan perlengkapan atau sarana dan prasarana, merupakan kegiatan perkantoran yang berkaitan dengan urusan perlengkapan. Pengurusan keuangan, merupakan kegiatan perkantoran yang berkaitan dengan urusan keuangan. Pembuatan laporan, merupakan salah satu alat resmi untuk menyampaikan informasi dalam system administrasi instansi yang bersangkutan. 2) Pekerjaaan yang tidak bersifat tulis-menulis, adalah pekerjaan kantor yang sebagian besar kegiatannya harus dilakukan dengan cara bukan menulis, dan sebagaian kecil harus dilakukan dengan cara menulis. Termasuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut. Penggandaan Penataan ruanganan kantor Penataan lingkungan kantor sehingga lingkungan tersebut dapat menunjang kelancaran tugas-tugas instansi Pelayanan telepon Penerima tamu (reception). c. Asas-Fungsi-Prinsip Layanan kantor berperan penting karena pekerjaan kantor merupakan sebuah fungsi yang memberikan bantuan berbagai aktivitas kantor dan merupakan urat nadi setiap kantor. Berikut adalah lima asas sebagai pedoman dalam menjalankan administrasi kantor. 1) Asas Ketepatan Semua pekerjaan kantor harus diupayakan dengan cara tepat waktu dan sesuai dengan prosedur yang ada. 2) Asas Penyederhanaan Semua pekerjaan kantor harus diupayakan agar dapat dijalankan dengan cara sesederhana dan semudah mungkin. Untuk itu siperlukan adanya Standar Operational Procedure (SOP) sehingga akan memangkas birokrasi yang panjang. 3) Asas Penghematan Semua pekerjaan kantor harus diupayakan agar dapat dijalankan dengan cara sehemat mungkin. 4) Asas Penghapusan Semua pekerjaan yang tidak perlu atau tidak berhubungan dengan hasil kerja yang ingin dicapai harus dihapus atau dihilangkan. 5) Asas Fleksibel Supaya pekerjaan tidak terbengkalai, semua sebisa mungkin dolerjakan oleh seluruh pegawai sehingga jika ada pegawai yang berhalangan hadir karena izin tidak masuk, sakit, ataupun alasan lainnya, pekerjaan itu bisa dikerjakan oleh rekannya sendiri. Pada intinya fungsi pokok dalam manajemen perkantoran ialah POAC yang dirumuskan secara rinci menjadi prinsip manajemen kantor. Prinsip bukanlah sesuatu yang bersifat abadi tetapi lebih tepat dinyatakan sebagai petunjuk praktis untuk pedoman pelaksanaan pekerjaan kantor. Berikut adalah tujuh prinsip tersebut. 1) Perencanaan kerja Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik mungkin karena tanpa rencana yang baik tidak akan mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan. Rencana kerja yang baik meliputi 5W+1H. 2) Pengorganisasi kerja Pelaksanaan pekerjaan harus ditata serta terorganisasi dengan baik. 3) Kepemimpinan kerja Memimpin (leading) adalah seni atau proses memengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh kelompok. 4) Pengendalian kerja Pengawasan pekerjaan yang efektif dapat dijamin dilakukan dengan baik jika pengendalian internal dalam diri pelaksana pekerjaan tumbuh dan berkembangan dengan baik karena pengendalian eksternal yang ebrlebigan hanya akan menguras energi, waktu, dan emosi tinggi. 5) Komunikasi efektif Seluruh prinsip akan sangat terkendala tanpa adanya komunikasi yang baik. 6) Tatanan kantor Tatanan fisik kantor harus dapat menjamin bahwa pelaksanaan urusan kantor berlangsung secara produktif. 7) Peningkatan Mutu Layanan Pimpinan kantor harus terus mengupayakan peningkatan mutu pelayanan dengan melakukan berbagai upaya agar dapat mengindentifikasi cara paing mutakhir dalam menjamin pencapaian hasil yang maksimal karena pada hakikatnya inti pekerjaan kantor bersifat memberikan layanan jasa (service). d. Organisasi Kantor Istilah organisasi berasal dari Bahasa Yunani yaitu organon atau Bahasa Latin organium yang berarti alat, bagian, angora atau abdan. Istilah organisasi mempunayi banyak sinonim anatara lain instituri, lembaga, birokrasi, dana tau organisasi formal. Organisasi tidak hanya sekedar wadah saja, tetapi juga sebagai system kerja sama, sebagai system tata-hubungan kerja, dan sebagai proses pembagian tugas. Pertama, organisasi dipandang sebagai wadah atau tempat dimana kegiatan-kegiatan administrasi dan manajemen dijalankan sehingga organisasi bersifat statis artinya susunan dan sturkturnya tidak berubah-ubah selama waktu tertentu. Kedua, organisasi dipandang sebagai proses interaksi antara orang-orang yang menjadi angora organisasi sehingga bersifat lebih dinamis dibandingkan dengan organisasi sebagai wadah. Organisasi kantor dibangun dan digerakkan di atas organisasi yang mengandung kebenaran. Tercapaia tau tidaknya tujuan organisasi menurut Wursanto (2005) tergantung pada kemampuan pimpinan dalam melaksanakan prinsip tersebut. 1) Prinsip tujuan yang jelas. Anggota mudah digerakkan karena mereka telah memahami dan mempunyai keyakinan bahwa tujuan pribadi merekapun akan dapat tercapai sesuai dengan tujuan organisasi yang telah dirumuskan. 2) Prinsip kesatuan perintah. Agar pertangunggjawaban tugas menjadi jelas, hendaknya setiap pegawai mempunyai seseorang atau atasan. 3) Prinsip keseimbangan. Keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, antara pengeluaran dan penerimaan, serta keseimbangan antarunit. 4) Prinsip pendistribusian Mengelompokkan tugas pekerjaan sejenis atau yang erta hubungannya menjadi satu unit tersendiri. 5) Prinsip rentangan pengawasan. Artinya jumlah terbanyak bawahan langsung yang dapat dipimpin dengan baik oleh seorang atasan. 6) Prinsip pelimpahan wewenang Artinya penyerahan sebagian kekuasaan dari seorang atasan kepada bawahannya atau pejabat lain untuk melakukan suatu tindakan dengan diikuti suatu pertanggungjawaban. 7) Prinsip departementalisasi dan koordinasi Proses penggabungan pekerjaan ke dalam kelompok pekerjaan yang sejenis agar mudah dikoordinasikan. 8) Prinsip penempatan pegawai yang tepat The right man in the right place. 9) Prinsip balas jasa yang memuaskan Agar para pegawai mau dan mampu menyumbangkan jasa dan tenaganya semaksimal mungkin sesuai dengan batas kemampuan masing-masing kepada organisasi. Pekerjaan kantor bisa diorganisasi dan dijalankan dengan tiga asas atau system. Penerapan salah satu dari tiga asas tersebut sangat tergantung pada tujuan, luas pekerjaan, taraf perkembangan, dan tingkat kebutuhan pada suatu instnasi serta dilaksanakan secara teknis dan ekonomis agar dapat dipertanggungjawabkan. 1) Sentralisasi Asas ini disebut juga asas pemusatan ketiak semua kegiatan perkantoran untuk organisasi yang bersangkutan dilaksnakana oleh satu unit tersendiri. Kelebihannya adalah pengawasan mudah dilaukan, cara kerja udah diseragamkan, menghemat penggunaan peralatan dan perabotan kantor, dan beban kerja pekerjaan kantor dapat dibagi secara lebih merata. Adapun kelemahannya adalah tidak mungkin menampung pekerjaan yang cukup banyak pada waktu yang bersamaan sehingga menghambat penyelesaian pekerjaan unit tertentu. 2) Desentralisasi Asas ini disebut juga asas pemencaran ketika setiap unit menyelenggarakan sendiri kegiatan perkantoran yang terdapat dalam lingkungannya sendiri. Setiap unit bertanggungjawab tidak hanya mengenai pekerjaan pokok unit, tetapi juga mengenai pekerjaan kantor yang ada unitnya. Kelebihannya adalah terhindar dari penumpukan pekerjaan pada saat-saat tertentu, dapat melayani kebuthan khusus bagi unit yang bersangkutan, dan dapat memperlancar pekerjaan pokok bagi instansi yang mempunyai unit-unit yang tersebar di beberapa tempat. Adapaun kelemahannya adalah memerlukan biaya yang cukup besar karena diperlukan perlatan sejenis yang jumlahnya lebih dari satu. 3) Gabungan (Campuran) Mengingat masing-masing asas tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan, dalam praktiknya dipergunakan campuran atau gabungan dari kedua asas tersebut sesuai dengan kebutuhan kantor.