SKRIPSI
Oleh:
DESI SYAEPUTRI
170210087
Selain berdampak pada kondisi fisik lansia, proses penuaan juga berdampak pada kondisi
psikologisnya. Secara ekonomi, umumnya lansia dipandang sebagai beban daripada sumber
daya. Sedangkan secara sosial, kehidupan lansia dipersepsikan negatif yaitu dianggap tidak
banyak memberikan manfaat bagi keluarga dan masyarakat. Stigma yang berkembang di
masyarakat tersebut membuat lansia mengalami penolakan terhadap kondisinya dan tidak bisa
beradaptasi di masa tuanya, sehingga akan berdampak pada kesejahteraan hidup lansia.
Peningkatan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia diperlukan untuk mewujudkan lansia yang
sehat, berkualitas, dan produktif di masa tuanya. Pelayanan kesehatan pada lansia harus
diberikan sejak dini yaitu pada usia pra lansia (45-59 tahun). Pembinaan kesehatan yang
dilakukan pada lansia yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang harus dihindari
untuk mencegah berbagai penyakit yang mungkin terjadi. Kemudian perlu juga memperhatikan
faktor-faktor protektif yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lansia.
Upaya yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada
lansia antara lain pelayanan geriatri di rumah sakit, pelayanan kesehatan di puskesmas, pendirian
home care bagi lansia yang berkebutuhan khusus, dan adanya Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) Lanjut Usia atau Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu). Pelayanan kesehatan ini
tidak hanya memberikan pelayanan pada pada upaya kuratif, melainkan juga menitikberatkan
pada upaya promotif dan preventif. Berbagai pelayanan kesehatan tersebut, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidup. Sumber: www.depkes.go.id. www.bappenas.go.id.
LANTERA atau lansia sejahtera merupakan aplikasi yang di bentuk untuk memudahkan
kinerja petugas kesehatan dalam mengindentifikasi masalah dini atau gejala awal yang di rasakan
oleh lansia. LANTERA memiliki dua sistem yaitu LANTERA pantau dan LANTERA pandu,
LANTERA pantau diperuntukan untuk petugas puskesmas yang bertujuan untuk memudahkan
puskesmas memantau kesehatan lansia dan mendeteksi masalah kesehatan pad lansia didalamnya
pun terdapat rekam medis, agar memudahkan petugas dalam mencari data kesehatan lansia untuk
di lakukan intervensi lebih lanjut. Sedangkan untuk LANTERA Pandu di peruntukan untuk
memudahkan kinerja kader di posyandu lansia dalam melakukan pemeriksaan pada lansia setiap
bulannya.
Bedasarkan pemaparan dalam uraian latar belakang di atas Penulis melakukan peneliatian
mengenai “Evaluasi Penerapan Alplikasi Lantera Pantau Dalam Upaya Deteksi Dini
Masalah Kesehatan Lansia di Puskesmas”
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana Evaluasi Penerapan Aplikasi LANTERA Pantau Dalam Upaya Deteksi Dini
Masalah Kesehatan Di Puskemas.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi penerapan aplikasi LANTERA
Pantau dalam upaya deteksi dini masalah kesehatan lansia di Puskesmas
DEFINISI LANSIA.
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Menurut UU No. 13/Tahun 1998 tentang kesejahteraan Lansia disebutkan bahwa lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 Tahun. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal
tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan
fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan
sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (FATMAH,
2010).
KLASIFIKASI LANSIA
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:
1) Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
4) Lansia pontesial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
dapat menghasilkan barang jasa
5) Lansia tidak pontesial ialah lansia yang tidak berdaya mecari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
2) Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
3) Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
4) Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
5) Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.
Adapun lanjut usia dapat diklasifikasi:
Lansia awal (65 hingga 74 tahun), lansia menegah (75 tahun atau lebih) dan lansia akhir (85
tahun atau lebih). (Dunkle 2009 Dalam Santrock 2012).
PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA
Perubahan fisik pada usia lanjut usia adalah sebagai berikut:
1. Perubahan fisik pada Lansia
Penuaan fisiologi didefinisikan dari perpektif fisiologik adalah merupakan proses
kemunduran sistem tubuh. Penuaan dapat diarahkan atau didefinisikan sebagai total
perubahan individu dengan berlalunya waktu. Hal ini akan bervariasi antara individu
dengan individu yang lain, dan proses perubahan juga bervariasi dan berbeda ( Stanhope
& Lancaster, 2004)
Keadaan fisik lanjut usia meliputi kekuatan fisik, pancaindera, potensi dan
kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap tertentu. Sehingga orang lanjut usia harus
menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran fisik ditandai
dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi darah, persendian,
sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan mental, sehingga keluhan yang
sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran
kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi. Mengkaji fisik pada orang lanjut usia
harus dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengeran, penglihatan,
gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban.
Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotorik. Kognitif meliputi proses belajar, persepsi pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usai
menajdi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut
usai kurang cekatan (John C. & Fredda Blanchard-Fields, 2010; Santrock, 2014).
Proses penuaan yang terjadi pada sistem fisiologi dapat mempengaruhi langsung ataupun
tidak langsung pada sistem fisiologik lainnya.
a. Perubahan sel
1) Sel jumlahnya menurun
2) Sel lebih besar ukurannya
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan tubuh
b. Sistem persyarafan
1) Cepat menurunnya hubungan persyarafan
2) Lambat dalam respond an waktu beraksi
3) Mengecilnya syaraf panca indera
c. Sistem pendengaran
1) Prebiakus yaitu hilangnya kemampuan pendengaran pada telingan dalam
2) Otosklerosis yaitu membrane timpani atropi
3) Pengumpulan cerumen
d. Sistem penglihatan
1) Sklerois spingter pupil yaitu respon terhadap sinar hilang
2) Kornea lebih berbentuk sferis
3) Lensa keruh
4) Daya akomodasi menurun
e. Sistem kardiovaskuler
1) Katup jantung tebal dan kaku
2) Kemampuan pompa jantung menurun
3) Elastisitas pembuluh darah menurun
4) Tekanan darah meningkat
f. Sistem respirasi
1) Aktivitas silia menurun
2) Elastisitas menurun
3) Avelili ukurannya melebar dan jumlahnya menurun
4) Kemampuan bentuk menurun