Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sri Indri S.

Abas
Nim : 172111031
Kelas : A/Mum/17
Mata Kuliah : Farmakoterapi
Dosen : Danang Yulianto, S.Si., M.Kes., Apt.

Tugas Tentang Asma


1. Apakah penyebab dari penyakit Asma?
Penyakit asma merupakan penyakit yang menyerang pernapasan, tepatnya dikarenakan
penyempitan pada saluran napas. Penyakit ini dapat muncul secara tiba-tiba dan terjadi
berulang kali. Asma termasuk penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan, namun dapat
dikendalikan gejalanya. Karena itu, orang-orang yang menderita asma harus bisa selalu
menjaga kesehatan dan menghindari pemicu asma kambuh. Untuk berjaga-jaga, penderita
asma perlu menyediakan inhaler agar saat penyakit asma kambuh inhaler dapat segera
digunakan dalam meredakan gejala asma.
Setiap penderita asma sendiri akan mengalami gejala yang berbeda-beda, ditandai dengan
ciri-ciri asma seperti:
a. dada terasa sesak
b. kesulitan bernapas
c. batuk-batuk baik pada siang maupun malam hari
d. terdengar suara mengi saat bernapas
e. mudah kambuh saat terpapar alergen atau pencetus alergi.

2. Apakah asma dapatmenular atau diturunkan?


Penyakit asma memang menyerang organ pernapasan, namun berbeda dengan penyakit
lainnya yang biasa menyerang paru-paru, penyakit asma sama sekali tidak menular. Orang-
orang yang berinteraksi atau berada di sekitar penderita asma tidak perlu merasa takut dan
khawatir tertular penyakit tersebut. Bahkan jika kita melakukan kontak langsung dengan
penderita atau berbagi penggunaan alat pribadi, penyakit tersebut tidak akan menular sama
sekali.
Penyakit asma tidak disebabkan oleh infeksi virus, jamur atau bakteri sehingga tidak
akan berpindah tempat ke tubuh orang lain. Penyakit ini justru rentan kambuh jika terpapar
alergen seperti serbuk sari, makanan, udara dingin, debu dan faktor lainnya. Untuk
mendiagnosis penyakit asma, dokter akan melakukan tes spirometri untuk memeriksa
kondisi paru-paru, juga tes alergi. Dengan begitu, dokter dapat menentukan penanganan
yang tepat untuk meredakan gejala asma.
Selama ini, banyak orang menganggap remeh penyakit asma saat gejalanya sudah tidak
dirasakan, padahal peradangan pada saluran napas dapat terus terjadi. Beberapa fakta yang
penting untuk diketahui baik untuk penderita asma maupun orang di dekatnya adalah
sebagai berikut:
a. Penyakit asma bukan penyakit keturunan, namun hal tersebut dapat menjadi faktor resiko
yang harus diwaspadai.
b. Penderita asma sering dilarang untuk berolahraga agar penyakitnya tidak kambuh,
padahal olahraga justru dapat membantu mencegah asma kambuh. Hanya saja, jenis
olahraga berat tidak disarankan untuk dilakukan.
c. Asma dapat kambuh kapan saja dan dimana saja, karena itu penderita asma harus selalu
membawa obat anti asma ke mana saja meski gejala tidak dirasakan.
Jadi kesimpulannya, asma bukanlah penyakit menular. Jadi kita tidak perlu takut
berinteraksi dengan penderita asma. Selain itu, penting untuk selalu waspadai penyakit yang
menyebabkan sesak napas. Jika penyakit tersebut muncul terapkan penanganan asma pada
anak dan orang dewasa dengan tepat.

3. Bagaimanakah pencegahan dari penderita yang sudah terkena asma agar tidak mudah
kambuh?
a. Menghentikan Asma Kambuh
Ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan tetapi hanya sebatas mengontrol saja.
Dan itu pun juga ada tiga bagian, terkontrol, setengah terkontrol, dan tidak terkontrol.
Asma terkontrol adalah penderita tidak mengonsumsi obat lagi ketika asmanya kambuh.
Caranya adalah melakukan terapi asma, dan ada obatnya untuk mengontrol asma.
b. Tips Menghindari Asma Kambuh
1) Hindarilah pencetus seperti alergi, seperti makan udang atau makanan yang
menyebabkan sesak. Sebaiknya berhenti mengonsumsinya, karena dapat mencegah
asma.
2) Hindari olahraga yang berat.
3) Olahraga yang dianjurkan pada penderita asma seperti berenang, senam asma,
bersepeda, jalan kaki.
4) Hindari merokok.
5) Hindari terhirup asap obat nyamuk bakar, dan polusi.

4. Berikan cntoh obat yang digunakan dalam pengobatan asma?


Ada berbagai jenis obat sesak napas untuk asma. Obat ini tersedia dalam bentuk
tablet, kapsul, atau sirup yang diminum. Namun, ada juga yang digunakan dengan cara
dihirup. Setiap jenis obat sesak napas untuk asma ini memiliki fungsi masing-masing.
Saat serangan asma datang, saluran pernapasan akan membengkak, menyempit, dan
menghasilkan banyak lendir. Kondisi ini dapat membuat penderitanya mengalami sesak
napas dan batuk. Penyakit asma sebetulnya tidak dapat disembuhkan, tapi gejalanya bisa
dikendalikan. Langkah pencegahan juga dapat dilakukan untuk menurunkan risiko
kambuhnya penyakit ini. Salah satu cara untuk mencegah munculnya serangan asma dan
meredakan gejala ketika asma kambuh adalah menggunakan obat sesak napas untuk asma
secara tepat.
Obat untuk asma terbagi menjadi dua kategori, yaitu obat pengontrol asma yang
berfungsi untuk menjaga agar gejala asma tidak kambuh dan obat asma reaksi cepat yang
berfungsi untuk melegakan pernapasan di kala serangan asma kumat. Keduanya terdiri
dari beberapa jenis dengan bentuk dan kegunaannya masing-masing. Berikut
penjelasannya:
a. Obat pencegah gejala asma (controller)
Penderita asma perlu menggunakan obat asma jenis setiap hari. Tujuannya adalah
untuk mengurangi risiko serangan asma, sehingga tidak sering kambuh dan asma
menjadi lebih terkontrol. Beberapa jenis obat yang termasuk dalam kategori obat
pencegah gejala asma adalah:
1) Agonis beta kerja lambat (long-acting beta-agonist)
Obat ini merupakan obat jenis bronkodilator yang berfungsi untuk menjaga agar
jalan napas tetap lapang dan tidak menyempit. Obat ini umumnya digunakan
dengan cara dihirup. Meski dapat dikonsumsi sebagai obat asma jangka panjang,
namun obat ini tidak disarankan untuk dikonsumsi ketika serangan asma sedang
kambuh menyerang. Hal ini karena obat sesak napas jenis ini membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk menghasilkan efek melegakan pernapasan. Oleh
karena itu, obat golongan agonis beta kerja lambat hanya digunakan untuk
mencegah kekambuhan gejala asma.
2) Kortikosteroid
Untuk menjaga agar gejala asma tidak kambuh, dokter juga akan memberikan
pengobatan kortikosteroid. Obat ini berfungsi untuk mencegah dan mengurangi
peradangan di dalam saluran napas. Obat kortikosteroid yang digunakan untuk
asma ini tersedia dalam bentuk kortikosteroid hirup. Namun jika tidak tersedia,
terkadang dokter juga bisa memberikan kortikosteroid tablet untuk diminum oleh
pasien.
3) Pengubah leukotrien (leukotriene modifiers)
Obat ini bekerja dengan cara mencegah alergi dan peradangan yang dapat
menyebabkan penyempitan saluran napas pada penderita asma. Obat ini juga
dapat mengurangi peradangan yang terjadi di saluran pernapasan, sehinga
membuat pernapasan lebih nyaman.
b. Obat asma reaksi cepat (reliever)
Obat asma reaksi cepat digunakan saat serangan asma terjadi. Obat asma jenis ini,
mampu bekerja dengan cepat untuk meredakan gejalanya. Berikut ini adalah
beberapa jenis obat sesak napas untuk asma yang tergolong sebagai obat asma reaksi
cepat:
1) Agonis beta kerja cepat (short-acting beta agonist)
Seperti halnya agonis beta untuk pengobatan jangka panjang, agonis beta jenis ini
juga merupakan jenis obat bronkodilator yang merupakan obat untuk sesak napas
karena asma. Bedanya, obat ini dapat segera meredakan gejala asma hanya dalam
beberapa menit sejak serangan terjadi. Karena efek kerjanya yang cepat, biasanya
hanya dalam hitungan beberapa menit setelah pemberian, maka obat ini umumnya
hanya diberikan pada saat serangan asma atau gejala asma kumat.
2) Ipratropium (Atrovent)
Obat ini berfungsi untuk merelaksasi saluran pernapasan dengan cukup cepat.
Selain sebagai obat sesak napas untuk asma, ipratropium juga digunakan untuk
mengatasi sesak napas akibat bronkitis kronis dan emfisema.\
3) Teofilin
Obat ini digunakan sebagai obat tambahan untuk gejala asma yang tidak dapat
diatasi dengan obat lainnya. Cara kerja teofilin, yaitu membantu melebarkan
saluran pernapasan dengan mengendurkan otot-otot di sekitarnya, sehingga pasien
asma dapat bernapas dengan lancar.
4) Kortikosteroid
Selain untuk mencegah kekambuhan gejala asma, kortikosteroid juga dapat
digunakan untuk membantu mengobati serangan asma ketika kumat. Hanya sajat
bedanya terdapat pada dosis pemberiannya. Dosis obat kortikosteroid yang
digunakan untuk mengobati gejala asma yang sedang kambuh biasanya lebih
tinggi dibandingkan dosis kortikosteroid sebagai pencegah gejala asma.
Selain dengan obat-obatan, gejala sesak napas karena asma juga dapat dicegah
dengan menjauhi faktor pencetus atau pemicu gejala asma, hindari rokok atau asap rokok,
polusi, dan kurangi stres. Untuk menentukan jenis obat yang tepat digunakan, penderita
asma perlu berkonsultasi ke dokter paru. Dokter akan memberikan obat-obatan sesak
napas untuk asma yang tepat sesuai tingkat keparahan asma yang diderita.
Masing-masing jenis obat di atas ada yang digunakan dengan cara diminum atau
dihirup. Obat asma yang digunakan dengan cara dihirup ini disebut inhaler. Beberapa
jenis obat asma ada juga yang digunakan dengan cara dihirup menggunakan alat khusus
yang disebut nebulizer. Selama menggunakan obat sesak napas untuk asma, pastikan
untuk mengikuti petunjuk penggunaan sesuai yang dianjurkan dokter. Pasien juga perlu
rutin kontrol secara berkala ke dokter untuk mengevaluasi apakan penyakit asma yang
diderita mengalami perbaikan atau justru semakin parah. Jika kondisi asma memburuk
dan memaksa Anda menggunakan inhaler lebih dari yang dianjurkan, segera
konsultasikan kembali ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih
lanjut.

Anda mungkin juga menyukai