Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lansia

Lansia sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan

normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan

merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari.6

Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60

tahun ke atas.7

Proses penuaan merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat dihindari

dalam fase kehidupan.8 Tahap dewasa merupakan tahap tubuh yang mencapai titik

perkembangan yang maksimal.9 Setelah itu, tubuh mulai menyusut di karenakan

berkurangnya jumlah sel-sel yang ada dalam tubuh.9 Sebagai akibatnya, tubuh

mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan.9 Dengan perubahan yang

terjadi tersebut maka akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya

termasuk kesehatannya.9 Seiring dengan proses penuaan, maka tubuh akan

mengalami berbagai masalah antara lain masalah fisik-biologik, psikologik dan

sosial.7 Secara biologis lansia mengalami proses penuaan yang secara terus

menerus dan ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik sehingga lansia

semakin rentan terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kematian. 8 Hal ini

disebabkan karena terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan

7
8

serta sistem organ termasuk terjadinya perubahan anatomi, morfologi dan

fungsional pada rongga mulut.10

2.2 Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia berikut ini terbagi menjadi lima, yaitu:11

1. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia 45-59 tahun.

2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia potensial

Lansia yang mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang/jasa.

5. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung

pada bantuan orang lain.

Menurut WHO klasifikasi lanjut usia meliputi:7

1. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45 – 59 tahun

2. Usia lanjut (elderly), kelompok usia 60 – 70 tahun

3. Usia lanjut tua (old), kelompok usia antara75 – 90 tahun


9

4. Usia sangat tua (very old), kelompok usiadiatas 90 tahun.

Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro dalam jurnal Rusli (2012)

pengelompokan usia sebagai berikut:11

1. Usia dewasa muda 18 atau 29-25 tahun

2. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun

3. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun.

4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, yaitu:6

a. Perubahan fisik

b. Perubahan mental

c. Perubahan psikososial

d. Perkembangan spiritual.

2.3 Perubahan Pada Lansia

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan perubahan

psikososialnya.8 Pengaruh yang muncul akibat berbagai perubahan pada lansia

tersebut jika tidak teratasi dengan baik cenderung akan mempengaruhi kesehatan

lansia secara menyeluruh.8

Secara umum, perubahan yang terjadi pada rongga mulut lansia antara lain:12

a. Perubahan makroskopik gigi

1. Terjadi perubahan bentuk dan warna

2. Gigi aus dan terjadi atrisi


10

3. Gigi berubah warna karena ketebalan dentin berkurang, hilangnya

translusensi, pigmentasi dari cacat anatomis, produk korosi, dan OH

yang buruk.

b. Perubahan enamel

1. Penurunan permeabilitas enamel

2. Enamel manjadi lebih rapuh sesuai pertambahan usia

3. Kandungan nitrogen dalam enamel meningkat dengan usia

4. Terjadi atrisi, abrasi dan erosi pada enamel.

c. Perubahan sementum

1. Sementum secara bertahap meningkat ketebalannya sesuai dengan usia

2. Sementum menjadi lebih rentan terhadap resorbsi

3. Ada peningkatan kandungan fluoride dan magnesium pada sementum

sesuai dengan usia.

d. Perubahan dentin

1. Pembentukan dentin sekunder secara fisiologis

2. Dentin sklerosis

3. Ruang pulpa berkurang sesuai dengan usia

4. Penghambatan tubukus dentin oleh deposisi bertahap dari dentin

peritubular.

e. Perubahan pulpa

1. Perbedaan antara pulpa gigi individu tua dengan gigi individu muda

lebih berserat dan sel-sel berkurang

2. Suplai darah pada gigi berkurang sesuai dengan usia


11

3. Pravalensi pulp stone meningkat sesuai dengan usia.

f. Perubahan jaringan periodontal

1. Jaringan ikat gingiva menjadi lebih padat dan bertekstur kasar pada

penuaan

2. Penurunan jumlah fibroblas

3. Penurunan kandungan serat.

g. Perubahan kelenjar saliva

Penurunan dalam menghasilkan aliran saliva yang normal

konsekuensinya menyebabkan terjadinya xerostomia. Perubahan-perubahan

rongga mulut yang terjadi pada lansia antara lain mulut kering, warna pucat

pada mukosa mulut, penipisan mukosa, atrisi, dan kehilangan gigi.13

Seiring dengan bertambahnya usia, sistem kekebalan akan semakin

menurun.14 Penurunan ini terjadi pada semua tingkat seluler, organ, dan sistem. 15

Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kejadian penyakit pada lansia baik

akut maupun kronik, dengan meningkatnya gangguan penyakit pada lanjut usia

maka dapat menyebabkan perubahan pada kualitas hidup lanjut usia. 15 Penyakit-

penyakit kronis tersebut seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, kanker dan

diabetes yang banyak dijumpai pada lansia.15

Kesehatan gigi atau sering disebut kesehatan mulut adalah keadaan rongga

mulut termasuk gigi geligi dan struktur serta jaringan pendukungnya yang bebas

dari penyakit dan rasa sakit yang berfungsi secara optimal menjadikan rasa

percaya diri serta hubungan interpersonal dalam tingkatan paling tinggi. 7 Akan

tetapi, pada keadaan lanjut usia biasanya terjadi penurunan tingkat kebersihan gigi
12

dan mulut serta masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi pada lansia,

yaitu terjadinya peningkatan karies gigi dan penyakit periodontal.16

2.4 Karies

Karies gigi adalah penyakit ireversibel yang disebabkan oleh mikroba pada

jaringan terkalsifikasi gigi yang ditandai oleh terjadinya proses demineralisasi dari

bagian inorganik gigi dan hancurnya substansi organik gigi.16

Karies dapat terjadi pada semua permukaan gigi di rongga mulut dan dapat

mengenai semua jaringan keras gigi seperti email, dentin, dan sementum. Karies

terjadi akibat dari proses demineralisasi jaringan yang akan mengakibatkan

terbentuknya kavitas. Proses demineralisasi ini akan terjadi saat pH kurang dari

5,5.17

2.5 Etiologi Karies

Karies memiliki etiologi multifaktorial. Terdapat empat faktor utama

penyebab karies, yaitu: bakteri, substrat, host, dan waktu. Karies hanya akan

terjadi jika terdapat interaksi diantara faktor-faktor tersebut.17


13

Gambar 2.1. Empat lingkaran yang menggambarkan paduan faktor penyebab karies. Karies akan

terjadi jika keempat faktor penyebab tersebut bekerja simultan.

A. Mikroorganisme

Mikroorganisme penyebab karies terdapat di dalam plak. Plak adalah lapisan

alami, lunak dan translucent yang melekat dan terakumulasi di permukaan gigi.

Plak yang berisi banyak bakteri ini dapat terbentuk pada semua permukaan gigi.18

Mikroba yang terdapat pada karies email adalah:

1. Streptococcus mutans: tahap awal karies

2. Streptococcus sobrinus: tahap awal karies

3. Lactobacilli sp.: perkembangan karies

Streptococcus mutans dapat memfermentasi karbohidrat walaupun

konsentrasinya sangat rendah dan dapat memproduksi polisakarida ekstraseluler

dan intraseluler. Streptococcus mutans dan Lactobacilli bersifat asidogenik dan

asidurik sehingga dapat berkembang pada pH yang rendah.18


14

B. Host

Faktor host meliputI:18

1. Struktur gigi.

Faktor gigi merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembentukan

karies yaitu lokasi, morfologi, permukaan, tipe, susunan dalam lengkung gigi,

komposisi, struktur, dan usia post erupsi gigi.18 Beberapa area pada gigi dapat

lebih rentan terhadap karies akibat adanya perbedaan kandungan mineral seperti

fluor. Area pit dan fisur pada gigi posterior lebih sering terbentuk karies karena

mudahnya sisa makanan terjebak, oleh karena itu permukaan oklusal gigi molar

lebih sering terkena karies daripada permukaan lingual gigi anterior. Struktur

mineral yang dimiliki email yaitu 86-95% hydroxyapatite, 1-2% komponen

organik, dan 4-12% air, sedangkan dentin memiliki 45-50% hydroxyapatite, 30%

matriks organik, 25% air.17

2. Saliva

Saliva memiliki pengaruh yang besar dalam perlindungan gigi terhadap

karies, dengan inhibisi bakteri, pencairan dan eliminasi bakteri berserta

substratnya, menetralkan asam bakteri, dan memberikan lingkungan yang bersifat

memperbaiki yaitu remineralisasi setelah terjadinya demineralisasi yang

disebabkan oleh bakteri. Saliva juga berfungsi sebagai pembersihan mekanik yang

sangat efektif untuk membuang debris makanan dan mikroorganisme oral yang

tidak melekat. Fungsi saliva yang lain adalah sebagai buffer yang dapat
15

menetralkan pH asam hasil dari metabolisme oleh bakteri. Pada saliva, komponen

buffer utama adalah asam bikarbonat karbonik.18

3. Cairan celah gingiva

Pada daerah tepi gingiva, gigi akan dibasahi oleh cairan celah gingiva yang

mengandung antibodi terhadap S. mutans.18

C. Substrat

Karies memiliki hubungan langsung dengan asupan karbohidrat, dimana

karbohidrat ini akan menjadi substrat untuk pembuatan asam untuk bakteri dan

sintesa polisakarida ekstra sel.20 Karbohidrat yang paling berperan dalam etiologi

karies gigi adalah sukrosa. Selama sukrosa terdapat di dalam plak, enzim glukosil

transferase akan terus mensistesis sukrosa untuk membentuk material matriks

plak dan fruktosa, yang kemudian dapat difermentasi flora plak untuk membentuk

asam organic.19

Hal yang penting dalam asupan karbohidrat adalah frekuensi yang akan

mengakibatkan meningkatnya periode penurunan pH dan demineralisasi. 20

Konsumsi karbohidrat akan menurunkan pH dengan cepat dan akan berlangsung

selama beberapa waktu.20 Kembalinya pH ke tingkat normal dibutuhkan waktu

beberapa menit. Konsumsi karbohidrat yang sering dan berulang-ulang akan tetap

menahan pH plak di bawah normal dimana hal ini akan mengakibatkan terjadinya

demineralisasi.19

D. Waktu
16

Karies tidak akan terbentuk dalam waktu yang singkat. Kavitas akan

terbentuk dalam beberapa bulan sampai tahun. Waktu kontak antara seluruh faktor

etiologi karies merupakan faktor yang paling penting dalam proses terbentuknya

karies. Jika makanan dibersihkan dari permukaan gigi melalui penyikatan gigi,

bakteri tidak akan berakumulasi sehingga dapat mengurangi resiko terbentuknya

karies. 17

Karies juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya, seperti tingkat sosial

dan ekonomi, pendidikan, pengetahuan, sikap, dan perilaku. Faktor ini akan saling

berhubungan dalam mempengaruhi karies.17

2.6 DMF-T

Indeks DMF-T merupakan indeks yang digunakan pada gigi permanen untuk

menunjukkan banyaknya gigi yang terkena karies dan yang paling banyak

digunakan dan dapat diterima secara universal, serta dapat digunakan untuk

perorangan maupun kelompok.12

Indeks DMF mengukur total life time caries experience. 12 Indeks DMF yang

diperkenalkan oleh Klein H, Plamer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk

mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaan meliputi

pemeriksaan pada gigi (DMF-T) dan permukaan gigi (DMF-S).. Indeks ini tidak

menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang

karies), M (gigi yang hilang), dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian

dijumlahkan sesuai kode. Untuk gigi permanen dan gigi desidui hanya dibedakan

dengan pemberian kode DMF-T (decay missing filled tooth) atau DMF-S (decay
17

missing filled surface). Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas

jumlah orang yang diperiksa.12

Kriteria dalam perhitungan rata-rata DMFT menurut WHO sebagai berikut:16

a. Nilai rata-rata 0,0 – 1,1 termasuk dalam kategori sangat rendah

b. Nilai rata-rata 1,2 – 2,6 termasuk dalam kategori rendah

c. Nilai rata-rata 2,7 – 4,4 termasuk dalam kategori sedang

d. Nilai rata-rata 4,5 – 6,5 termasuk dalam kategori tinggi

e. Nilai rata-rata > 6,6 termasuk dalam kategori sangat tinggi

Anda mungkin juga menyukai