Anda di halaman 1dari 13

Perkembangan Badan Usaha di Indonesia

CHRISTIAN BIMA ERSANANTA

120118286/KP-C

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURABAYA


DAFTAR ISI

JUDUL………………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah………………………………………………….

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

a. Tanggung Jawab Direksi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007


Tentang Perseroan Terbatas……………………………………………………

b. Konsep Yuridis dan Bentuk - Bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di
Indonesia……………………………………………………………………..

c. Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) bagi Perusahaan yang


Memanfaatkan SDA sebagai Bahan Utama Produksi………………………..

Bab III PENUTUP

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………….

3.2. Saran……………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Banyak orang yang ingin memulai usaha atau bisnis, tetapi tak banyak
orang yang mementingkan legalitas bisnis tersebut. Dalam membangun Suatu
usaha atau bisnis memerlukan waktu yang panjang tidak bahkan hingga pelaku
usaha tersebut meninggal. Oleh karena itu aspek legalitas sangat penting
mengingat usaha yang di bangun membutuhkan banyak biaya dan waktu yang
panjang. Maka dari itu mengesahkan usaha atau bisnis merupakan hal yang harus
dilakukan demi melindungi dan mengembangkan bisnis yang dijalankan.

Badan usaha selalu terikat dari tujuannya yaitu mendapatkan keuntungan


dengan faktor-faktor produksi. Keberadaan perusahaan merupakan faktor penting
dalam pengaruh peningkatan pembangunan dan kesejahteraan dalam bidang
ekonomi. Perusahaan juga memiliki fungsi dalam penghasil atau sumber
keuntungan bagi masyarakat.

Perusahaan atau juga disebut perseroan terbatas (PT) merupakan badan


hukum yang berasal dari persekutuan modal yang kemudian didirikan berdasarkan
perjanjian, dimana kegiatan usahanya dilakukan dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya 1. Istilah perusahaan
mengacu pada badan hukum dan perbuatan badan usaha dalam menjalankan
usahanya2.Artinya bahwa Undang-Undang selalu menyebut badan usaha adalah

1
Undang-undang tentang perseroan terbatas,UU No 40 tahun 2007,Pasal 1 Angka 1

2
Abdul Kadir Muhammad dalam bukunya Pengantar Hukum Perusahaan di Indonesia
badan hukum. Oleh sebab itu suatu badan hukum harus sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang.
Agar tujuan sebuah perusahaan terwujud maka suatu perusahaan atau
perseroan terbatas perlu memiliki organ - organ penting dalam perusahaan
tersebut. Ada 3 organ utama yang berpengaruh dalam suatu perseroan terbatas
yang akam berfungsi menjalankan dan menjaga keberlangsungan perusahaan.
Menurut Undang – Undang no 40 tahun 2007 ketiga organ tersebut adalah Rapat
Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris. Dari ketiga organ
tersebut memiliki peran dalam menjalankan perusahaan hingga tujuan dan cita –
cita perusahaan terwujud sesuai dengan visi misi perusahaan. Setiap organ
memiliki tanggung jawab masing-masing dalam jalannya perusahaan.

Selain mewujudkan tujuan utama perusahaan , terwujudnya CSR


(Corporate Social Responsibility) juga harus di lakukan oleh perusahaan. Pada
kenyataannya masih banyak perusahaan – perusahaan yang belum menjalankan
tanggung jawab sosial dan lingkungan atau CSR. CSR perlu dilakukan oleh
perusahaan mengingat CSR termasuk dalam tanggung jawab perusahaan
(Corporate Responsibility) dan sesuai ketentuan pasal 33 Undang – Undang Dasar
1945 kesejahteraan rakyat bukanlah tanggung jawab satu pihak tetapi tanggung
jawab semua yang berkepentingan termasuk negara dan pengusaha yang
menikmati kekayaan negara Indonesia.3 Maka dari itu walaupun ada atau tidaknya
ketentuan yang mengatur CSR, perusahaan tetap harus melaksanakan CSR karena
sudah menjadi tanggung jawab perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang terurai diatas maka dapat disimpulkan
rumusannya masalahnya sebagai berikut:

1.Bagaimana tanggung jawab direksi bila ditinjau dari Undang-Undang No 40


Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ?
3
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 33
2.Bagaimana penerapan dan konsep yuridis dan bentuk-bentuk badan usaha
milik Negara (BUMN) ?

3.Bagaimana Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) bagi


Perusahaan yang Memanfaatkan Sumber Daya Alam sebagai Bahan Utama
Produksi?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab Direksi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun


2007 Tentang Perseroan Terbatas

Perusahaan memiliki Direksi, Komisaris dan pemegang saham sebagai organ


utama perseroan terbatas. Dalam pembahasan kali ini akan menjelaskan salah satu
dari ketiga organ tersebut yaitu direksi. Mengingat direksi merupakan salah satu
organ yang penting dari perseroan terbatas maka tugas dan tanggung jawab direksi
sangat berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Seperti halnya Direksi
yang kedudukanya ditentukan oleh Undang-Undang tugas dan tanggung jawab
direksi sebagai organ perseroan terbatas yaitu mengurus kepentingan perseroan
secara penuh, hal tersebut harus selaras dengan maksud dan tujuan perseroan
terbatas juga mewakili perseroan, sesuai dengan anggaran dasar dan berlaku baik
di dalam maupun diluar pengadilan4. Sesuai dengan ketentuan tersebut maka
kewenangan direksi yaitu:

1. Sebagai organ utama perseroan direksi memiliki tugas dan tanggung jawab
mengurus hal – hal yang bersangkutan dengan kepentingan perseroan yang
selaras dengan tujuan dan maksud daei perseroan.

4
Undang-undang tentang perseroan terbatas,UU No 40 tahun 2007,Pasal 1 Angka 5
2. Sesuai dengan ketentuan UU PT dan anggaran dasar direksi juga
merupakan perwakilan suatu perseroan terbatas dalam melakukan
perbuatan hukum baik itu di dalam peradilan maupun di luar pengadilan.

Didalam ketentuan pasal 92 Undang-Undang Perseroan Terbatas No 40 tahun


2007 dalam halnya ketentan tersebut menugaskan pengurusan perseroan.Dimana
dalam hal direksi sebagai organ perseroan yang memiliki tanggung jawab dan
kewenangan terhadap perseroan.Kemudian didalam pasal 92 ayat 2 Undang-
Undang Perseroan Terbatas No 40 tahun 2007 dalam hal melihat tugas dan
wewenang.Jika dilihat jabatan direksi tidaklah mudah untuk dijalankan. Apabila
direksi didalam menjalankan perseroan lalai atau melampaui hak dan
kewenangannya dan pula mengakibatkan kerugian terhadap perseroan maka
direksi dapat dimintai pertanggungjawaban secara pribadi. Direksi harus
bertanggung jawab apabila PT melakukan kerugian dan tanggung jawab terbatas
baik direksi maupun komisaris karna PT badan hukum.bentuk perlindungannya
yaitu tanggung jawab terbatas.

Adapun prinsip “piercing the corporate veil” dikenal sebagai asas atau doktrin
untuk membatasii atau meminimalisir adanya perbuatan melawan hukum yang
dilakukan pemegang saham, komisaris, dan direksi yang memanfaatkan fasilitas
perseroan untuk urusan pribadi atau penyalahgunaan kekayaan perseroan5. Dalam
hal ini suatu doktin yang menjelaskan bahwa badan usaha menjadi badan hukum
apabila mendapat pengesahaan yang berwenang. Doktrin ini tidak berlaku apabila
ada pelanggaran terhadap direksi apabila melanggar hukum, Undang-Undang
Perseroan Terbatas ataupun anggaran dasar. dengan melanggar itu tanggung
jawab tidak terbatas tetapi menjadi mutlak, maka kerugian-kerugian yang
ditanggung PT maka akan dialih kepada direksi sepenuhnya.

5
Jadi apabila akibat hukum prinsip “piercing the corporate veil” terhadap
tanggung jawab PT dilanggar akan menyebabkan tanggung jawaab perseroan
yang tadinya terbatas menjadi tanggung jawab yang tidak terbatas atau juga
disebut sebagai unlimited liability hingga sampai harta pribadi dari pemegang
saham.Ketentuannya juga terdapat didalam pasal 97 Undang-Undang Perseroan
Terbatas No 40 tahun 2007 apabila Direksi lalai akan tugasnya,tidak beritikad
baik dan menyebabkan kerugian terhadap perseroan maka anggota direksi wajib
melakukan tanggung jawab penuh secara pribadi.

B. Konsep Yuridis dan Bentuk - Bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
di Indonesia.

Di zaman yang serbah canggih serta kemajuan ilmupengetahuan yang


menyebabkan perkembangan pesat di dunia ini menimbulkan banyak sekali
persaingan, baik itu di bidang industri, akademik ataupun ekonomi. Tidaklah
jjarang kita mendengar istilah “BUMN”, yang mana BUMN sangat
mempengaruhi kesejahteraan dan pembangunan negara republik Indonesia.
Seperti yang telah ketahui bahwa Saat mendengar berita mengenai BUMN apakah
diri kita sudah paham betul apa itu BUMN? Badan Usaha Milik Negara ini
memiliki peran penting dalam pembangunan. Apabila dilihat dari ketentuan pasal
1 angka 1 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 bahwa Badan Usaha Milik
Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.6 Sehingga dapat kita tarik
garis besar bahwa suatu badan usaha yang sebanyak minimal 51% modalnya
dimiliki oleh negara.

Badan Usaha Milik Negara turut andil dalam ilmu perdagangan atau badan
usaha dengan salah satu tujuannya yaitu memberikan sumbangan bagi
perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara
6
Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN
pada khususnya.7 Dengan berinvestasi dalam suatu badan usaha BUMN secara
tidak langsung memberikan sumbangan dalam bentuk modal penyertaan bagi
badan usaha tersebut, kemudian hasil dari tiap-tiap investasi yang didapat oleh
BUMN dapat menjadi income atau pemasukan yang segar bagi pendapatan negara
sehingga dapat digunakan untuk berbagai hal dalam mewujudkan kepentingan dan
kesejahteraan rakyat. Jadi selain berinvestasi BUMN tidak semata-mata mencari
keuntungan atau profit tetapi juga melaksanakan tujuan bangsa Indonesia dalam
bernegara.

Dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 disebutkan


bahwa modal yang diberikan BUMN adalah modal penyertaan secara langsung
dan dari kekayaan negara yang terpisah, pemisahan modal BUMN dijelaskan
dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003. Selanjutnya dalam pasa 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, bahwa Badan Usaha Milik Negara terdiri
atas 2, yaitu :
1. Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan Perseroan Terbuka
Ialah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi
menjadi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya yang
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dengan tujuan utamanya adalah
mengejar keuntungan atau laba.8 Konsep yuridis modal awal persero yang
semulanya berasal dari kekayaan negara menjadi kekayaan badan hukum, maka
dari itu terlepas dari kekayaan negara misalnya PT yaitu termasuk persero. Tujuan
pendirian perusahaan perseroan yaitu mengejar keuntungan guna meningkatkan
nilai perusahaan.9

2. Perusahaan Umum (Perum)


Adalah badan usaha yang seluruhnya kepemilikannya dimiliki oleh
pemerintah. Berdasarkan tujuan didirikannya perum yaitu untuk
7
Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN pasal 2 ayat (1)

8
Undang-Undang No 19 tahun 2003 tentang BUMN ,pasal 1 angka 2

9
Undang-Undang No 19 tahun 2003 tentang BUMN ,pasal 12
menyelenggarakan usaha yang ditujukan dallam kemanfaatan umum dengan cara
menyediakan Tujuan didirikannya perum untuk menyelenggarakan usaha yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum penyediaan barang dan atau jasa dengan
harga terjangkau oleh masyarakat berdasar prinsip pengelolaan perusahaan yang
sehat.10 Contoh dari perum ialah Perum Pegadaian, Perum Peruri, Perum Bulog,
Perum Jasatirta, Perum Damri, Perum Antara, Perum Perumnas, Perum Balai
Pustaka.11

Berdirinya suatu permu perlu memenuhi beberapa kriteria yang dikemukakan


Abdulkadir Muhammad, yaitu:12 Pertama, dalam bidang usaha atau kegiatannya
berhubungan dengan kepentingan orang banyak. Kedua, tujuan didirikannya
ppermu tidak hanya terpaku pada profit saaja (cost effectiveness/cost recovey).
Ketiga, Memenuhi kriteria ekonomis yang dibutuhkan bagi berdirinya suatu badan
usaha (mandiri)

C. Penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) bagi Perusahaan yang


Memanfaatkan SDA sebagai Bahan Utama Produksi
Perusahaan merupakan salah satu badan usaha yang berfokus pada profit.
Profit atau keuntungan tersebut dapat didapatkan oleh perusahaan dengan
berbagai macam kegiatan usaha, ada perusahaan yang menjalankan kegiatan
usahanya dalam bidang sumber daya alam dan ada perusahaan yang tidak
memiliki kaitan dengan sumber daya alam dalam kegiatan usahanya. Selain selalu
menjalankan dan mengembangkan kegiatan usaha dengan bertujuan mencari
profit, perusahaan juga punya Kewajiban untuk menjalankan tanggung jawab
sosial yang biasa disebut Corporate Social Responsibility (CSR) dan lingkungan.

10
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, hlm. 92

11
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar, hlm. 93

12
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm 189
Corporate Social Responsibility adalah suatu tindakan atau konsep yang
dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai
bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana
perusahaan itu berada.13CSR adalah bagian dari tanggung jawab wajib suatu
perusahaan, baik perusahaan yang menjalankan usaha di bidang sumber daya
alam maupun yang tidak memiliki kaitan dalam sumber daya alam. CSR sebagai
bagian dari kewajiban perusahaan sudah selayaknya melaksanakan CSR demi
kesejahteraan masyarakat. Karena kesejahteraan masyarakat tak hanya anggung
jawab salah satu pihak, tetapi negara dan perusahaan punya peran untuk
mewujudkan kemakmuram dan kesejahteraan masyarakat.

Tanggung jawab sosial tersebut menjadi kewajiban bagi perseroan yang


berada di bidang sumber daya alam ataupun yang memiliki kaitan dengan sumber
daya alam dalam menjalankan kegiatan usaha. Dalam menjalankan tanggung
jawab sosial dan lingkungan banyak berbagai macam cara yang bisa dilakukan
oleh perusahaan yaitu seperti pemberian beasiswa bagi anak yang kurang mampu,
suplai dana untuk perawatan dan pemeliharaan fasilitas umum, dan kegiatan lain
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan.
Selain itu menjalankan CSR juga mempengaruhi relasi antara masyarakat dengan
suatu perusahaan yang melaksanakan CSR tersebut. Apabila perusahaan terlalu
fokus ppada profit dan melupakan kewajiban unntuk melaksanakan CSR maka
tidak jarang timbul gesekan antara perusahaan dengan masyarakat setempat.
Kenyataannya masih banyak perusahaan yang tidak menghiraukan CSR.

Penerapan CSR oleh suatu perusahaan yang memanfaatkan sumber daya


alam sudah seharusnya tepat guna dan tepat sasaran. Apabila dilihat dari
pemanfaatan sumber daya alam untuk kegiatan usaha dapat di pastikan bahwa
perusahaan tersebut mengambil sumber daya alam, baik itu pertambangan ataupun
sumber daya hayati dengan diambilnya sumber daya alam tersebut pastilah
memilik dampak terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Banyak dampak
13
Tuti Rastuti, Aspek Hukum Pengelolaan Perusahaan, hlm 11
yang terjadi akibat pemanfaatan sumber daya alam sebagai kegiatan usaha, mulai
dari kerusakan lingkungan, berkurangnya sumber daya alam, hingga hilangnya
lapangan pekerjaan masyarakat sekitar. Oleh karena itu penerapan CSR yang tepat
di harapkan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, sehingga dampak yang di
akibatkan perusahaan dalam kegiatan usahanya tidak menyebabkan masalah.
Maka dari itu penerapan CSR oleh perusahaan yang memanfaatkan sumber daya
alam penting. Sebelum melaksanakan penerapan CSR perusahaan harus
mengetahui terlebih dahulu apa dampak yang akan terjadi dalam kegiatan
usahanya yang memanfaatkan tambang. Perusahaan juga perlu mengetahui apakah
CSR tersebut bermanfaat jika dilakukan.

3.1 Kesimpulan

Jadi dari uraian – uraian di atas terkait dengan tanggung jawab direksi,
konsep yuridis bentuk BUMN, dan penerapan CSR dapat kita simpulkan sebagai
bahwa dalam tanggung jawab direksi sangat mempengaruhi perkembangan
perusahaan karena direksi memiliki tanggung jawab penuh dalam pengurusan
kepentingan perusahaan.

Dalam kaitannya dengan konsep yuridis bentuk BUMN dapat kita ketahui
bahwa BUMN merupakan sumber penerimaan negara dan salah satu penyumbang
perekonomian nasional di samping badan usaha yang lainnya. BUMN terdiri dari
Perseroan dan Perum.

Kemudian cara penerapan CSR untuk setiap perusahaan yang


memanfaatkan sumber daya alam. Melihat dari kenyataan bahwa masih banyak
perusahaan yang tidak peduli terhadap CSR sehingga perlunya cara untuk
memaksimalkan penerapan CSR demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat
sangat diperlukan. Setelah memahami apa yang telah di uraikan di atas diharapkan
kita semua dapat mengetahui apa yang jadi hak dan kewajiban kita baik sebagai
masyarakat ataupun badan usaha demi mewujudkan kesejahteraan Negara
Republik Indonesia
3.2 Saran

Sebbagaimana uraian – uraian diatas yang dapat kita pahami dan membandingkan
dengan realita di kehidupan nyata cukuplah berbeda jauh dengan ekspetasi yang
diinginkan dalam perundang – undangan kususnya dallam penerapan hukum.
Masih banyak ketentuan – ketentuan dalam undang – undang yang tidak bisa
dilaksanakan, lupa dilaksanakan, dan sengaja dilaksanakan. Penegak hukum
memang meeupakan sarana bagi kita untuk menjadi tertib dalam melakukan
sesuatu baik dalam lingkung sosial hingga industri. Namun apabila ketertiban
muncul dengan hanya berganrung pada penegak hukum saja tanpa ada kesadaran
dari mmasyarakat sendiri sebagai subjek hukum dan badan hukum, sangatlah sulit
untuk mewujudkan hukum positif yang telah ada. Selain memahami apa yang
telah dijelaskan dari uraian di atas alangkah baiknya apabila menerapkannya
dalam kenuyataan sesuai dengan peran masing – masing.
DAFTAR PUSTAKA

Rastuti,Tuti. Gandi, Parmachista, dan Tisni, Santika. 2018. Aspek Hukum


Pengelolaan Perusahaan. Bandung : PT Rafika Aditama.

Rahman, Feisha. “Corporate Social Responsibility Perusahaan yang Bergerak


pada Bidang Sumber Daya Alam dalam Kaitanya dengan Otonomi Daerah”.
Bandung:Universitas Padjajaran
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/117333

Keni Andewi. (2019). Pertumbuhan Badan Usaha di Indonesia. Semarang: Alprin


Muhammad, Abdulkadir. 2010. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : Citra
Aditya Bakti.

Suwardi. 2015. Hukum Dagamg Suatu Pengantar. Yogyakarta: Deepublish

Anda mungkin juga menyukai