Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15%


pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti
itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas), dan perpindahan (migrasi). Masalah yang terjadi mengenai
kependudukan di Indonesia antara lain jumlah dan pertumbuhan penduduk
serta persebaran dan kepadatan penduduk yang tidak terkendali
(Handayani, 2010). Upaya untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk di Indonesia antara lain dengan diadakannya program pelayanan
keluarga berencana, adanya pelayanan keluarga berencana dapat
mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya akan meningkatkan
kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga kecil berkualitas
(Sulistyawati, 2013).

Menurut penelitian Schoemaker (2005), program keluarga


berencana di Indonesia telah sangat sukses. Sejak didirikan pada tahun
1970, keluarga berencana nasional Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) telah mempelopori upaya untuk membuat metode
kontrasepsi modern di Indonesia dan untuk mempromosikan keluarga
kecil. Program ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan pesat
dalam Contraceptive Prevalence Rate (CPR), dari 26% pada 1976 menjadi
60% pada tahun 2002, dan penurunan Total Fertility Rate (TFR), dari 5,6
menjadi 2,6 kelahiran hidup per wanita, selama periode yang sama.

Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk mengukur


jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut,
maka dibuatlah beberapa cara alternatif untuk mencegah ataupun menunda
kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk pencegahan kehamilan dan
perencanaan keluarga (Sulistyawati, 2013).

1
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menyatakan
bahwa penggunaan kontrasepsi di Indonesia sebesar 63,22% dan
didominasi oleh penggunaan kontrasepsi jenis suntikan (34,3%).
Kelompok Kontrasepsi hormonal terdiri dari Kontrasepsi modern jenis
susuk, suntikan dan pil sedangkan kelompok non hormonal adalah
sterilisasi pria, sterilisasi wanita, spiral/IUD, diafragma dan kondom.2
Menurut profil kesehatan 2016, Peserta KB Baru dan KB Aktif
menunjukkan pola yang sama dalam pemilihan jenis alat kontrasepsi.
Sebagian besar Peserta KB Baru maupun Peserta KB Aktif memilih
suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi.Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DIY tahun 2018, mengemukakan
bahwa peserta akseptor KB sebesar 60,66% dan didominasi oleh KB
hormonal terutama KB suntik
Metode kontrasepsi hormonal dibagi menjadi 3 yaitu: kontrasepsi
pil, suntik, dan implant (Handayani, 2010). Dalam penggunaan metode
kontrasepsi hormonal, juga memiliki efek samping dan batasan atau
larangan yang hampir sama (Nugroho dan Utama, 2014). Kontrasepsi
hormonal memiliki efek samping diantaranya: perdarahan atau gangguan
haid, tekanan darah tinggi, berat badan naik, jerawat, cloasma, penurunan
produksi air susu, gangguan fungsi hati, varises, perubahan libido, depresi,
candidiasis vaginal, pusing (migrain), mual dan muntah, rambut rontok,
leukhorhea atau keputihan, Galaktorea (Sulistyawati, 2013).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pada keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta
mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada kasus Ny.I
akseptor KB Suntik Progrestin

2
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan
berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus Ny. I
akseptor KB Suntik Progrestin
c. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin
terjadi pada kasus Ny. I akseptor KB Suntik Progrestin
d. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera pada kasus Ny.
I akseptor KB Suntik Progrestin
e. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan
pada kasus Ny. I akseptor KB Suntik Progrestin
f. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk menagani kasus
Ny. I akseptor KB Suntik Progrestin
g. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk menangani kasus
Ny. I akseptor KB Suntik Progrestin
h. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian pada kasus Ny. I
akseptor KB Suntik Progrestin
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan
manajemen kasus dan memberikan asuhan kebidanan pada akseptor
KB Suntik Progrestin.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
mengenai teori dan menerapkan asuhan sesuai kasus yang
didapatkan.
b. Bagi Bidan di Puskesmas Dapat memberikan informasi tambahan
dalam kasus akseptor KB Suntik Progrestin.
c. Bagi klient Dapat menambah informasi mengenai asuhan
kebidanan pada akseptor KB Suntik Progrestin.

3
BAB II
TINJAUAN KASUS DAN TEORI

A. Tinjauan Kasus
Pasien Ny. I umur 30 tahun datang ke Poli KIA/KB Puskesmas
Kotagede II tanggal 3 februari 2020, untuk mendapatkan KB suntikan 3
bulan. Klien mengatakan ini kunjungan ketiga kalinya untuk KB suntikan
3 bulan.. Pendidikan terakhir klien SLTP, sedangkan suami pendidikan
terakhirnya SLTP. Selama penggunaan suntikan KB 3 bulan keluhan Ny.I
adalah Ibu mengatakan ingin suntik kb 3 bulan. Ibu mengatakan tidak haid
tetapi flek flek pada tanggal 20-23 januari 2020. Ibu mengatakan
keputihan agak banyak bening dan tidak gatal. Ibu mengatakan kadang-
kadang pusing dan merasa berat badan naik dari 59 ke 60. Riwayat
kesehatan Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, DM
dan penyakit lainnya. ibu tidak pernah menderita penyakit menular, ibu
tidak pernah menderita penyakit menurun, tidak ada riwayat alergi dan
ketergantungan obat-obatan. Tidak ada riwayat keluarga menderita
penyakit serius seperti hipertensi, asma, diabetes melitus, kanker dan
penyakit jantung. Ibu mempunyai 2 orang anak perempuan 5 tahun dan
laki-laki 1 tahun. Ibu tidak pernah mengalami keguguran. Ibu tidak pernah
mengalami Penyakit Menular Seksual (PMS). Aktivitas sehari-hari klien
mengurus rumah dan anak karena pekerjaan ibu rumah tangga.

Hasil pemeriksaan fisik tanggal 03/02/2020 jam 09.00 WIB Ny. I


sebagai berikut : Kondisi umum Baik, Kesadaran Compos mentis.
Pemeriksaan tanda-tanda Vital Tekanan darah 110/80 mmHg, BB 60 kg,
Nadi 80 kali per menit, pernafasan 21 kali per menit, Suhu 36 6C. Pada
pemeriksaan Fisik mata konjungtiva merah muda, sclera putih, wajah tidak
pucat, tidak ada cloasma dan edema. Tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, limfe dan vena jugularis.

4
Hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa Kebidanan Ny. I umur 24
tahun akseptor KB suntikan 3 bulan. Penatalaksanaan yang diberikan pada
Ny. I adalah Menyambut ibu dengan senyum, salam, sapa, sopan dan
santun (5S). Memberikan kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan
masalahnya. Menjelaskan pada ibu tentang keuntungan dan keterbatasan
serta efek samping suntikan Depo Progestin. Memberitahu Ibu jika ingin
siklus haid normal maka mengganti alat kontrasepsi dengan non-hormonal
seperti IUD atau CO. Memberi tahu ibu terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan. Memberikan persetujuan secara langsung sebelum
melakukan suntikan. Memberikan suntikan DMPA 150 mg pada bokong
ibu di 1/3 SIAS secara IM. Menganjurkan ibu agar datang kembali pada
jadwal yang ditentukan yaitu tanggal : 27 April 2020. Evaluasi: Ibu
mengerti dengan semua penjelasan yang diberikan kepadanya, Ibu masih
ingin menjadi akseptor KB suntik DMPA. Ibu bersedia datang kembali
pada tanggal 27 April 2020 untuk mendapatkan suntikan ulang.
B. Tinjauan Teori
1. Kontrasepsi Suntik Progrestin
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara
disuntikkan secara intramuskuler di daerah otot pantat (Saifuddin et
al., 2003). Metode kontrasepsi suntik menurut Saifuddin et al., (2003)
dibagi menjadi beberapa, Kontrasepsi suntikan progestin adalah
kontrasepsi yang hanya mengandung hormon progestin saja.
Kontrasepsi suntikan progestin sangat efektif dan cocok digunakan
saat masa laktasi karena tidak menghambat produksi ASI. Cara kerja
kontrasepsi ini mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan
selaput lendir rahim tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi
gamet oleh tuba. Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengangandung progestin, yaitu Depo metroksiprogesteron asetat
(DMPA), yang mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap
tiga bulan dengan cara disuntikan intramuskuler dan Depo noretisteron

5
anantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron
enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara disuntikan
intramuskuler.
2. Suntik Progrestin dan Efektivitasnya
DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera,
diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Disuntikan secara
intamuskular di daerah bokong dan dianjurkan untuk diberikan tidak
lebih dari 12 minggu dan 5 hari setelah suntikan terakhir (Pinem, 2014;
Everett,2008).
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik
mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100
perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun sangat efektif
sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan
mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100
wanita per tahun pemakain (Hartanto, 2002).
a. Cara kerja kontrasepsi Suntik Progrestin menurut Sulistyawati
(2013) yaitu:
1) Mencegah ovulasi
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
3) kemampuan penetrasi sperma
4) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
5) Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
b. Keuntungan kontrasepsi Suntik Progrestin
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif,
pencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada
hubungan seksual tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat
kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan
oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause,

6
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik,
menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah
beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).
c. Indikasi Suntik Progrestin
Kontrasepsi suntikan progestin boleh digunakan pada
pasien menurut (Pinem, 2014; Everett, 2008) yaitu 1). Usia
reproduksi, nulipara dan telah memiliki anak; 2). Menghendaki
kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi; 3).
Setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus; 4). Telah
mempunyai banyak anak tetapi belum menginginkan tubektomi;
5). anemia; 6). menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan
barbiturat) atau obat untuk tuberkulosis (rifampisin); 7). Tidak
dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen; 8).
Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi dan mendekati usia
menopause
d. Kontra Indikasi Suntik Progrestin
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan
progestin menurut (Pinem, 2014)yaitu Hamil atau dicurigai hamil
karena risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran, perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima
terjadinya gangguan haid, terutama amenore, menderita kanker
payudara atau riwayat kanker payudara, Diabetes melitus disertai
komplikasi, Kanker pada traktus genitalia.
e. Penggunaan Kontrasepsi Suntik Progrestin
Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntikan progestin
menurut (Pinem, 2014)adalah Setiap saat selama hamil siklus
haid, asal ibu tersebut diyakini tidak hamil, mulai hari pertama
sampai hari ke – 7 siklus haid. Pada ibu yang tidak haid, asalkan
ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan setiap
saat. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh bersanggama.
Perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan

7
ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila kontrasepsi
sebelumnya dipakai dengan benar dan ibu tidak hamil, suntikan
pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu haid
berikutnya datang. Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi lain
dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi suntikan yang lain
lagi, kontrasepsi yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya. Ibu yang menggunakan
kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinnya dengan
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi yang akan
diberikan dapat segera disuntikan, asal saja ibu tidak hamil.
Pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila
ibu disuntik setelah suntikan ibu tidak boleh bersenggama.
f. Keuntungan Suntik Progrestin
Keuntungan alat kontrasepsi suntik 3 bulan menurut (Pinem,
2014; Everett, 2008) adalah 1). Sangat efektif, dan mempunyai
efek pencegahan kehamilan jangka panjang, bertahan sampai 8 –
12 minggu; 2). Hubungan suami istri tidak berpengaruh; 3). Tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan ASI; 4). Dapat
digunakan oleh perempuan yang berusia diatas 35 tahun sampai
perimenopause; 5). Mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik; 6). Menurunkan kejadian penyakit jinak
payudaraMencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul;
7). Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell); 8).
Efektivitas tidak berkurang karena diare, muntah, ata
pengggunaan antibiotik.
g. Kerugian Suntik Progrestin
Kerugian alat kontrasepsi suntik 3 bulan menurut (Pinem,
2014; Everett, 2008) adalah Perdarahan tidak teratur atau
perdarahan bercak atau amenore, keterlambatan kembali subur
sampai satu tahun, depresi, berat badan meningkat, galaktore,

8
setelah diberikan tidak dapat ditarik kembali, dapat berkaitan
dengan osteoporosis, menimbulkan kekeringan vagina,
menurunkan libido, menimbulkan gangguan emosi, sakit kepala,
jerawat, nevositas pada pemakaian jangka panjang, efek suntikan
pada kanker payudara.
h. Cara Penyuntikan Suntik Progrestin

1) Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan dosis


150mg secara intramuskuler dalam – dalam didaerah pantat
(bila suntikan teerlalu dangkal, maka penyerapan kontrasepsi
suntikan berlangsung lambat, tidak bekerja segera dan efektif).
Suntikan diberikan setiap 90 hari. Jangan melakukan masase
pada tempat suntikan.

2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang


telah dibasahi dengan isopropyl alkohol 60% - 90%. Tunggu
dulu sampai kulit kering, baru disuntik.

3) Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara.


Bila terdapat endapan putih di dasar ampul, hilangkan dengan
cara menghangatkannya. Kontrasepsi suntikan ini tidak perlu
didinginkan.

4) Semua obat harus diisap kedalam alat suntik.


i. Efek Samping Kontrasepsi Suntik Progrestin
1) Gangguan Haid
Keluhan terbanyak para pemakai KB suntik adalah
gangguan perdarahan. Hampir 40% kasus mengeluh ganguan
haid sampai akhir tahun pertama suntikan DMPA. Perdarahan
bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun
dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2007).
Terdapat beberapa istilah gangguan haid, amenorea adalah
tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti suntikan KB
selama 3 bulan berturut-turut atau lebih. Spooting adalah

9
bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama
akseptor mengikuti KB suntik. Metroragia adalah perdarahan
yang berlebihan di luar siklus haid (Riyalni, 2018).
Menometoragi adalah datangnya haid yang berlebihan
jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid, semua keluhan ini
dapat terjadi selama akseptor menggunakan suntik KB
(Suratun et al., 2008). Gangguan pola haid amenorea
disebabkan karena terjadinya atrofi endometrium yaitu
turunnya kadar estrogen dan meningkatnya progesteron
sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk-lekuk di
endometrium (Wiknjosastro, 2005), gangguan pola haid
spotting disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan
terjadinya gangguan hormonal (Hartanto, 2009), gangguan pola
haid metroragia disebabkan oleh kadar hormon estrogen dan
progesteron yang tidak sesuai dengan kondisi dinding
endometrium untuk mengatur volume darah menstruasi dan
dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau
kelainan fungsional, gangguan pola haid menoragia disebabkan
karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
(Suratun, 2008) (Rilyani, 2015).
Penatalaksanaan untuk amenorea adalah meyakinkan ibu
bahwa hal itu adalah bisa, bukan merupakan efek samping yang
serius, evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan,
terutama jika terjadi amenorea setelah masa siklus haid yang
teratur (Handayani, 2010). Perdarahan ringan atau spooting
sering terjadi dan tidak berbahaya. Bila spooting terus berlanjut
atau haid telah berhenti tetapi kemudian terjadi perdarahan,
maka perlu di cari penyebab perdarahan tersebut kemudian di
lakukan penanganan yang tepat, bila penyebab perdarahan
tidak diketahui dengan jelas, Tanyakan pada akseptor apakah
masih ingin melanjutkan suntika, bila tidak diganti dengan

10
jenis kontrasepsi lain. Bila perdarahan banyak atau lebih dari 8
hari, atau 2 kali lebih banyak dari perdarahan dalam siklus haid
yang normal, jelaskan kepada akseptor bahwa hal itu biasa
terjadi pada bulan pertama suntikan. Bila akseptor tidak dapat
menerima keadaan tersebut, atau perdarahan yang terjadi
mengancam kesehatan akseptor, suntikan dihentikan, ganti
metode kontrasepsi lain. Untuk mencegah anemia pada
akseptor, perlu di berikan preparat besi dan anjurkan agar
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi
(Pinem, 2009).
2) Perubahan Berat Badan
Berat badan bertambah atau turun beberapa kilogram dalam
beberapa bulan setelah pemakaian suntikan KB (Suratun,
2008). Perubahan berat badan kemungkinan disebabkan karena
hormon progesteron mempermudah perubahan gula dan
karbohidrat menjadi lemak, sehingga lemak banyak yang
bertumpuk di bawah kulit dan bukan merupakan karena
penimbunan cairan tubuh, selain itu juga DMPA merangsang
pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang dapat
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya
akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan
bertambah (Hartanto, 2009).
Bukti kenaikan berat badan selama penggunaan DMPA
masih perdebatan. Sebuah penelitian melaporkan kenaikan
berat badan lebih dari 2,3 kg pada tahun pertama dan
selanjutnya meningkat secara bertahap sehingga mencapai 7,5
kg selama 6 tahun. Beberapa penelitian juga menunjukkan
bahwa tidak ada masalah berkaitan dengan berat badan.
Seorang wanita yang mulai menggunakan Depo Provera harus
mendapat saran tentang kemungkinan peningkatan berat badan
dan mendapat konseling tentang berat badan yang sesuai

11
dengan gaya hidup sehat (Varney, 2006).
Kenaikan berat badan adalah efek samping dari pemakaian
suntikan, akan tetapi tidak selalu perubahan berat tersebut
diakibatkan dari pemakaian suntikan KB (Mudrikatin, 2012).
Kenaikan dapat disebabkan oleh hal-hal lain, namun dapat pula
terjadi penurunan berat badan. Hal ini juga tidak selalu
disebabkan oleh suntikan KB dan perlu diteliti lebih lanjut.
Pengaturan diet merupakan pilihan yang utama. Akseptor
dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori disertai
olahraga seperti olahraga yang teratur dan sebagainya. Bila
terlalu kurus dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila tidak
berhasil, dianjurkan untuk mengganti kontrasepsi menjadi
kontrasepsi non hormonal (Suratun et al., 2008).
3) Keputihan
Keputihan adalah adanya cairan putih yang berlebihan yang
keluar dari liang senggama dan terasa mengganggu. Ini jarang
terjadi pada peserta kontrasepsi suntik, tidak berbahaya kecuali
bila berbau, panas, atau terasa gatal sebaiknya dilakukan
pemeriksaan lebih lengkap untuk mengetahui adanya infeksi,
jamur, atau candida. Keputihan atau Fluor Albus merupakan
sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang
disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di
dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang
sering menimbulkan keputihan antara lain bakteri, virus, jamur
atau parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan
peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa
pedih saat penderita buang air kecil (Syahlani, 2013) (Suratun
et al., 2008).
Gejala keputihan antara lain keluarnya cairan berwarna
putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan
ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa.

12
Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau
sesudah haid pada wanita tertentu. Pada penderita tertentu,
disertai dengan rasa gatal. Biasanya keputihan yang normal
tidak disertai dengan rasa gatal. Anjurkan untuk menjaga
kebersihan alat genetalia dan pakaian dalam agar tetap bersih
dan kering. Bila keputihan sangat menganggu sebaiknya diberi
rujukan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat (Suratun et
al., 2008). Penyebab keputihan salah satunya disebabkan
karena penggunaan kontrasepsi yang mengandung hormonal
dalam pemakaian kontasepsi hormonal keputihan meningkat
sekitar 50% dibandingkan dengan bukan pemakai kontrasepsi
hormonal (Syahlani, 2013).
4) Pusing dan Sakit Kepala
Rasa berputar atau sakit di kepala, yang dapat terjadi pada
satu sisi, atau kedua sisi, atau seluruh bagian kepala biasanya
bersifat sementara. Pusing dan sakit kepala disebabkan karena
reaksi tubuh terhadap progesteron sehingga hormon estrogen
mengalami penekanan dan progesteron dapat mengikat air
sehingga sel-sel di dalam tubuh mengalami perubahan sehingga
terjadi penekanan pada saraf otak (Suratun et al., 2008).
Hingga saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan
bahwa dengan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan akan
menyebabkan perasaan sakit kepala atau pusing yang menetap.
Penelitian yang dilakukan oleh Chrad (2005) menyebutkan
bahwa sakit kepala yang dirasakan oleh pengguna kontrasepsi
suntik 3 bulan kemungkinan disebabkan oleh penyakit bawaan
yang pernah akseptor derita seperti migrain. Seorang wanita
yang mulai menggunakan Depo Provera harus mendapat saran
tentang kemungkinan sakit kepala (Varney, 2007).
Penanggulangannya adalah menjelaskan secara jujur
kepada calon akseptor bahwa kemungkinan tersebut mungkin

13
ada, tetapi jarang terjadi. Biasanya bersifat sementara.
Pemberian anti prostaglandin atau obat mengurangi keluhan
misalnya asetol 500mg 3x1 tablet/hari atau paracetamol 500mg
3x1 dan bila tidak ada perubahan ganti dengan cara kontrasepsi
non hormonal (Suratun et al., 2008). Penanganan lain yang
dapat dilakukan yaitu melakukan penilaian berupa periksa
tekanan darah, bila perlu lakukan pemeriksaan neurologis yang
lengkap, anamnese meliputi pertanyaan tentang berat ringannya
sakit kepala yang dialami, lamanya stress, dimana lokasi
sakitnya, hubungan dari sakit kepala dengan kontrasepsi,
adakah riwayat keluarga dengan migrain. Dan bila sakit
kepalanya jelas disebabkan oleh kontrasepsi suntik 3 bulan,
hentikan kontrasepsi suntik 3 bulan atau ganti sediaan lain yang
aktifitas estrogen dan progesteron lebih rendah (Kansil, 2015).
5) Kenaikan Tekanan Darah
Menurut Sanger, dkk (2008) bahwa terdapat pengaruh
suntikan depo medroxy progesteron asetat terhadap profil lipid,
dimana didapatkan terjadi penurunan kadar HDL-kolesterol
setelah 12 bulan pemakaian. Terjadinya penurunan kadar HDL-
kolesterol akan meningkatkan resiko meningkatnya tekanan
darah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saifuddin (2006), yang
mengatakan bahwa salah satu kerugian dari pemakaian KB
suntikan depoprovera yaitu terjadi perubahan pada lipid serum
pada penggunaan jangka panjang (Tendean, 2018).

14
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Pasien Ny. I umur 30 tahun datang ke Poli KIA/KB Puskesmas


Kotagede II tanggal 03 februari 2020, untuk mendapatkan KB suntikan
3 bulan. Klien mengatakan ini kunjungan ketiga kalinya untuk KB
suntikan 3 bulan. Keluhan Ny.I adalah Ibu mengatakan ingin suntik kb
3 bulan. Ibu mengatakan tidak haid tetapi flek flek pada tanggal 20-23
januari 2020. Ibu mengatakan keputihan agak banyak bening dan tidak
gatal. Ibu mengatakan kadang-kadang pusing dan merasa berat badan
naik dari 59 ke 60. Riwayat kesehatan Ibu tidak pernah menderita
penyakit. Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit. Ibu
mempunyai 2 orang anak perempuan 5 tahun dan laki-laki 1 tahun
Aktivitas sehari-hari klien mengurus rumah dan anak karena pekerjaan
ibu rumah tangga. Hasil pemeriksaan fisik tanggal 03/02/2020 jam
09.00 WIB Ny. I sebagai berikut : Kondisi umum Baik, Kesadaran
Compos mentis. Pemeriksaan tanda-tanda Vital Tekanan darah 110/80
mmHg, BB 60 kg, Nadi 80 kali per menit, pernafasan 21 kali per
menit, Suhu 366C. Pada pemeriksaan Fisik normal.
DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera,
diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Disuntikan secara
intamuskular di daerah bokong dan dianjurkan untuk diberikan tidak
lebih dari 12 minggu dan 5 hari setelah suntikan terakhir (Pinem, 2014;
Everett,2008). Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi

15
suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per
100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun sangat
efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan
mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100
wanita per tahun pemakain (Hartanto, 2002).
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah
kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual
tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak
mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu
menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35
tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor
jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul (Sulistyawati, 2013).
Kerugian alat kontrasepsi suntik 3 bulan menurut (Pinem, 2014;
Everett, 2008) adalah Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak
atau amenore, keterlambatan kembali subur sampai satu tahun, depresi,
berat badan meningkat, galaktore, setelah diberikan tidak dapat ditarik
kembali, dapat berkaitan dengan osteoporosis, menimbulkan
kekeringan vagina, menurunkan libido, menimbulkan gangguan emosi,
sakit kepala, jerawat, nevositas pada pemakaian jangka panjang, efek
suntikan pada kanker payudara.
B. ANALISIS
1. Berdasarkan hasil anmnesis serta pemeriksaan fisik, pasien
diagnosa Ny. I umur 30 tahun akseptor KB suntik Progestin.
2. Keluhan : Ibu mengatakan tidak haid tetapi flek flek pada
tanggal 20-23 januari 2020. Ibu mengatakan keputihan agak
banyak bening dan tidak gatal. Ibu mengatakan kadang-kadang
pusing dan merasa berat badan naik dari 59 ke 60.

16
3. Kebutuhan: KIE mengenai efek samping dan mekanisme kb
suntik hormonal.
C. PENATALAKSANAAN
1. Menyambut ibu dengan senyum, salam, sapa, sopan dan santun
(5S). Memberikan kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan
masalahnya.
Menurut Kotler (1988) dalam Purwanto (2008), kepuasan
adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja
atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi
kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi
antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau
pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasan
pelanggan total bukanlah hal yang mudah, Mudie dan Cottom
menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin
tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu (Tjiptono, 1997
dalam Purwanto, 2008). Layanan “Lima S” Adalah perilaku para
karyawan/perawat yang dilakukan saat memberikan layanan,
dilakukan dengan ikhlas/sepenuh hati dalam wujud; senyum,
salam, sapa, semangat dan sepenuh hati, melalui berbagai tindakan
dalam pemberian asuhan keperawatan yang bertujuan agar
kastemer (khususnya pasien) mendapatkan kepuasan.
2. Menjelaskan pada ibu tentang efek samping dan mekanisme
suntikan Depo Progestin.
Menurut peneliti kejadian gangguan menstruasi yang
terjadi yang diakhibatkan oleh karena suntik, Spoting penyebab
pasti belum jelas namun diduga penyebabnya adalah dengan
adanya penambahan progesteron menyebabkan terjadinya
pelebaran pembuluh darah vena kecil di endometrium dan vena
tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal (Rilyani,
2015).
Perubahan berat badan kemungkinan disebabkan karena

17
hormon progesteron mempermudah perubahan gula dan
karbohidrat menjadi lemak, sehingga lemak banyak yang
bertumpuk di bawah kulit dan bukan merupakan karena
penimbunan cairan tubuh, selain itu juga DMPA merangsang pusat
pengendali nafsu makan di hipotalamus yang dapat menyebabkan
akseptor makan lebih banyak dari biasanya akibatnya pemakaian
suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah (Hartanto,
2009). Penyebab keputihan salah satunya disebabkan karena
penggunaan kontrasepsi yang mengandung hormonal dalam
pemakaian kontasepsi hormonal keputihan meningkat sekitar 50%
dibandingkan dengan bukan pemakai kontrasepsi hormonal
(Syahlani, 2013).
Rasa berputar atau sakit di kepala, yang dapat terjadi pada
satu sisi, atau kedua sisi, atau seluruh bagian kepala biasanya
bersifat sementara. Pusing dan sakit kepala disebabkan karena
reaksi tubuh terhadap progesteron sehingga hormon estrogen
mengalami penekanan dan progesteron dapat mengikat air
sehingga sel-sel di dalam tubuh mengalami perubahan sehingga
terjadi penekanan pada saraf otak (Suratun et al., 2008). Dan bila
sakit kepalanya jelas disebabkan oleh kontrasepsi suntik 3 bulan,
hentikan kontrasepsi suntik 3 bulan atau ganti sediaan lain yang
aktifitas estrogen dan progesteron lebih rendah (Kansil, 2015).
Menurut Sanger, dkk (2008) bahwa terdapat pengaruh
suntikan depo medroxy progesteron asetat terhadap profil lipid,
dimana didapatkan terjadi penurunan kadar HDL-kolesterol setelah
12 bulan pemakaian. Terjadinya penurunan kadar HDL-kolesterol
akan meningkatkan resiko meningkatnya tekanan darah. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Saifuddin (2006), yang mengatakan
bahwa salah satu kerugian dari pemakaian KB suntikan
depoprovera yaitu terjadi perubahan pada lipid serum pada
penggunaan jangka panjang (Tendean, 2018).

18
3. Memberi KIE ibu jika menginginkan siklus haid teratur dengan
mengganti metode kontrasepsi dengan non hormonal seperti IUD
atau CO.
4. Memberi tahu ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan dan
memberikan persetujuan tindakan (inform consent).
Persetujuan sebagaimana dimaksud diberikan setelah
pasien mendapat penjelasan secara lengkap, sekurang-kurangnya
mencakup : diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis yang dilakukan, alternatif tindakan lain dan risikonya,risiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan. Persetujuan tersebut dapat diberikan baik
secara tertulis maupun lisan (Pasal 45 Undang – undang no. 29
tahun 2004).
5. Memberikan suntikan DMPA 150 mg pada bokong ibu di 1/3 SIAS
secara IM 3cc.
Mempersiapkan alat dan bahan untuk suntik KB, serta
melakukan penyuntikan secara IM pada mukulus gluteus kuadran
luar, 1/3 antara SIAS dan os coccygeus, diberikan injeksi
medroxyprogesterone asetat dengan dosis 150 mg
6. Menganjurkan ibu agar datang kembali pada jadwal yang
ditentukan yaitu tanggal :27 April 2020.
Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan dosis
150mg secara intramuskuler dalam – dalam didaerah pantat (bila
suntikan teerlalu dangkal, maka penyerapan kontrasepsi suntikan
berlangsung lambat, tidak bekerja segera dan efektif). Suntikan
diberikan setiap 90 hari.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. I Askeptor KB Suntik
Progestin di Puskesmas Kotagede II berjalan sesuai teori dan wewenang
bidan. Selain itu dari kesimpulan kasus ini kami dapat:
1. Asuhan kebidanan pada Ny. I dilakukan berdasarkan pengkajian,
pemeriksaan fisik sehingga penanganan yang diberikan berdasarkan
kebutuhan dan kewenangan bidan.
2. Asuhan kebidanan pada Ny. I dapat diidentifikasi diagnosa/masalah
kebidanan yaitu askeptor KB suntik progestin
3. Asuhan kebidanan pada Ny. I dapat menentukan masalah potensial
yaitu penyakit kardiovaskuler seperti dyslipidemia, hipertensi.
4. Asuhan kebidanan Ny. I dapat menentukan kebutuhan segera yaitu
dengan melakukan KIE tentang KB suntik dan motivasi MKJP IUD.
5. Asuhan kebidanan Ny. I dengan merencanakan tindakan yang akan
dilakukan pada kasus yaitu dengan KIE kunjungan ulang sesuai
jadwal.
6. Asuhan kebidanan Ny. I dengan melaksanakan tindakan yaitu
memberikan injeksi KB suntik progestin

20
7. Asuhan kebidanan Ny. I dengan melakukan evaluasi selama
penggunaan KB suntik proestin
8. Asuhan kebidanan Ny. I dengan melakukan pendokumentasian kasus.

B. Saran
Bagi mahasiswa perlu menambah pengetahuan tentang asuhan pada
akseptor KB suntik di fasilitas kesehatan dasar. Serta, mahasiswa lebih
giat memberikan edukasi tentang KB dan mencari penelitian-penelitian
terbarukan tentang KB.

DAFTAR PUSTAKA

Fakhidah, L.N. 2014. Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


Dengan Kejadian Keputihan Di Bidan Praktek Swasta Fitri Handayani
Cemani Sukoharjo. Maternal. Vol. 10. Edisi April. 2014.

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama

Hartanto, H. 2002. Keluarga Berencana Dan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan.

Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta:
EGC.

Mudrikatin, S., 2012, Hubungan Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan DMPA pada


Akseptor KB dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Jabon
Jombang, Sain Med Jurnal Kesehatan, 4:1.

Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Pinem, S., (2009), Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta: Trans Info
Media.

Pratiwi, Septian Nur. (2015).Hubungan Pemakaian Metode Kontrasepsi Dengan


Perubahan Siklus Menstruasi pada Ibu Usia Produktif di Puskesmas Pakis
Surabaya: Jurnal Keseatan STIKES Hang Tuah Surabaya

21
Priyanti S, Agustin D S. 2017. Alat Kontrasepsi Dan Aktivitas Seksual Sebagai
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Keputihan, Contraception
And Sexsual Activity As Factor Influenced Leucorrhea. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 371-382

Rilyani, Deni, dan Minawati. 2018. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik


Dengan Gangguan Menstruasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi Ii
Kabupaten Lampung Utara Tahun 2018. Holistik Jurnal Kesehatan ,
Volume 12, No.3, Juli 2018: 160-169

Saifuddin, A.B., B. Affandy, & Enriquito, R. LU., 2003, buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi Edisi 1, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo.

Schoemaker, J. 2005. Contraceptive Use Among the Poor in Indonesia. Journal


International Family Planning Perspectives. (2005). 31(3):106–114.

Siswosudarmo, H.R., Anwar, H.M., & Emilia, O., 2007, Teknologi Kontrasepsi,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sulistyawati, A. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.

Suratun, S. Heryani, & Manurung, S., 2008, Pelayanan Keluarga Berencana dan
Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: Trans Info Media: 15-16, 19, 87-89.

Suryati. (2013). Pengaruh Alat Kontrasepsi Suntik Terhadap Siklus Menstruasi


Pada Pasangan Usia Subur (PUS) DI Bidan Praktek Swasta (BPS)
Heramulati Kecamatan Padang tiji Kabupaten Pidie tahun 201.Banda
Aceh. Skripsi STIKES Ubu’diyah

Syahlani, A., Redjeki, S.S.D., dan Rini. 2013. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi
Hormonal Dan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Organ Reproduksi
Dengan Kejadian Keputihan Di Wilyah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin. Dinamika Kesehatan. Vol. 12. No. 12. 17 Desember. 2013.

Tendean B., Rina K, dan Rivelino. 2017. Hubungan Penggunaan Alat


Kontrasepsi Suntik Depomedroksi Progesteron Asetat (Dmpa) Dengan
Tekanan Darah Pada Ibu Di Puskesmas Ranotana Weru. e-journal
Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017.

Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Yayuk. 2017. Hubungan PengguananKontrasepsi dengan SiklusMenstruasi


Pada Akseptor KB Suntik DMPA di BPS,Ponorogo, KTI Universitas
Muhamadiyyah Ponorogo

Syahlani A., Dwi S S R., R. 2013. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal

22
Dan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Organ Reproduksi Dengan
Kejadian Keputihan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
Jurnal Dinamika Kesehatan Vol.4 No.2

Priyanti S., Agustin D S., 2017. Alat Kontrasepsi Dan Aktivitas Seksual Sebagai
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Keputihan. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September 2017, hlm. 371-382.

Riyalni., Deni M., Minawati. 2018. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik


Dengan Gangguan Menstruasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi Ii
Kabupaten Lampung Utara Tahun 2018. Holistik Jurnal Kesehatan ,
Volume 12, No.3, Juli 2018: 160-169.

Kansil SE., Rina K., Yolanda B. 2015. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Depo Medroksi Progesteron Asetat (Dmpa) Dengan Perubahan Fisiologis
Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Puskesmas Ranomuut Kota Manado. E-
Journal Keperawatan (Ekp) Volume 3 Nomor 3.
LAMPIRAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. I UMUR 30 TAHUN P2A0 AKSEPTOR


KB SUNTIK PROGESTIN DI PUSKESMAS KOTAGEDE II

A. PENGKAJIAN
No register : 005271
Tanggal/Waktu Pengkajian : 03-02-2020/09.00 WIB
Nama Pengkaji : Mumpuni Intan Pertiwi
Tempat Pengkajian : Ruang KIA

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF


A. Biodata

Istri Suami
Nama : Ny I Tn M
Usia : 30 tahun 35 tahun
Suku bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia

23
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SLTP SLTP
Pekerjaan : IRT Buruh
Alamat : Rejowinangun RT 21/07

B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin suntik kb 3 bulan. Ibu mengatakan tidak haid tetapi
flek flek pada tanggal 20-23 januari 2020. Ibu mengatakan keputihan agak
banyak bening dan tidak gatal. Ibu mengatakan kadang-kadang pusing dan
merasa berat badan naik dari 59 ke 60.

C. Riwayat Menstruasi
Menarche : usia 13 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : 5 hari
Jumlah : 2-3 kali ganti pembalut/hari
Dismenore : tidak dismenore
D. Riwayat Obstetri
Persalinan Nifas
Hami UK Jenis Komplikasi BB PB
Tgl Lakta
l ke- (mingg persalina Penolong Ibu Bayi L/P lahir lahir Komplikasi
lahir si
u) n (gr) (cm)
1 4/01 Aterm Spontan Bidan Tida Tida P 2800 48 Ya Tidak Ada
/201 (PMB) k k
5 ada ada
2 25/0 Aterm Spontan Bidan Tida Tida L 2950 48 Ya Tidak Ada
1/20 (PMB) k k
19 ada ada
E. Riwayat Kesehatan

24
Ibu mengatakan dirinya tidak memiliki riwayat penyakit seperti diabetes,
hipertensi, asma, stroke, dan tidak menderita penyakit menular. Ibu
mengatakan ibu kandung memiliki riwayat penyakit hipertensi.
F. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan ini merupakan suntik kb yang ke – 3, dan sebelumnya anak
pertama belum pernah KB.
G. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a) Nutrisi : Ibu makan 3x sehari, porsi sedang, jenis: nasi lauk sayur
b) Hidrasi : Ibu minum 8-9x sehari, air putih dan teh, ±2000 cc
c) Eliminasi : Ibu BAB 1x/hari, BAK 3-4x/hari
d) Istirahat : istirahat tidur malam 7 jam, istirahat siang 1 jam

II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (O)


A. Keadaan umum : Baik
B. Kesadaran : Compos mentis
C. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 21 x/menit
Suhu : 36,6 oC
BB : 60 kg
TB : 149 cm
LLA : 25 cm
IMT : 27,02
D. Pemeriksaan fisik
Wajah : Tidak ada oedema
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
Ekstremitas Atas : tidak ada edema,
Ekstremitas Bawah : tidak ada edema, tak ada varises

III. ASSESMENT (A)

25
1. Berdasarkan hasil anmnesis serta pemeriksaan fisik dan penunjang,
pasien diagnosa Ny. I umur 30 tahun akseptor KB suntik 3 bulan.
2. Keluhan : selama penggunaan kn suntik tidak pernah haid tetapi pada
tanggal 27-12-2019 mengalami flek-flek Ibu mengatakan ingin suntik
kb 3 bulan. Ibu mengatakan tidak haid tetapi flek flek pada tanggal
20-23 januari 2020. Ibu mengatakan keputihan agak banyak bening
dan tidak gatal. Ibu mengatakan kadang-kadang pusing dan merasa
berat badan naik dari 58 ke 60.
3. Kebutuhan: KIE mengenai efek samping dan mekanisme kb suntik
hormonal

IV. Penatalaksanaan (P)


1. Menyambut ibu dengan senyum, salam, sapa, sopan dan santun (5S).
Memberikan kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan masalahnya.
Ev: Ibu mau dan terbuka menyampaikan keluhan yang dirasakan dengan
antusias.
2. Menjelaskan pada ibu tentang efek samping dan mekanisme suntikan
Depo Progestin.
Ev: Ibu memperhatikan penjelasan yang di berikan, mampu menangkap
penjelasan, dan mengerti tentang efek samping dan mekanisme suntikan
Depo Progestin.
3. Memberi KIE ibu jika menginginkan siklus haid teratur dengan mengganti
metode kontrasepsi dengan non hormonal seperti IUD atau CO.
Ev: Ibu tertarik dan akan membicarakan dengan suami dirumah.
4. Memberi tahu ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan dan
memberikan persetujuan tindakan.
Ev: Ibu telah menyetujui akan dilakukan tindakan suntik progrestin dengan
tanda tangan di lebar persetujuan (inform consent).
5. Memberikan suntikan DMPA 150 mg pada bokong ibu di 1/3 SIAS secara
IM.

26
Ev: Suntikan DMPA 150 mg telah diberikan pada bokong kiri ibu 3 cc.
6. Menganjurkan ibu agar datang kembali pada jadwal yang ditentukan yaitu
tanggal :27 April 2020.
Ev: Ibu mengerti jadwal kontrol ulang pada 27 April 2020.

27

Anda mungkin juga menyukai