Disusun oleh
Dewasa ini, para manajer menempatkan pengetahuan sebagai sumber daya penggerak
organisasi, sehingga menjadi organisasi yang kompetitif dan berdaya saing.
Pengembangan organisasi, baik bisnis maupun organisasi publik untuk meningkatkan
daya saing yang kompetitif, marak dengan menggunakan pendekatan aset pengetahuan
(asset knowledge).
Konsep dan definisi manajemen pengetahuan, antara lain dikemukakan oleh Davidson
dan Philip Voss (2002), manajemen pengetahuan sebagai sistem yang memungkinkan
perusahaan menyerap pengetahuan, pengalaman dan kreativitas para sifatnya untuk
perbaikan perusahaan. Menurut pendapat Batgerson (2003), manajemen pengetahuan
merupakan suatu pendekatan yang sistematik untuk mengelola aset intelektual dan
informasi lain sehingga memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Pendapat lain
dikemukakan oleh De Long dan Seemann (2000), manajemen pengetahuan digambarkan
sebagai pengembangan alat, proses, sistem, struktur, dan kultur yang secara implisit
meningkatkan kreasi, penyebaran dan pemanfaatan pengetahuan yang penting bagi
pengetahuan keputusan.
Dalam memperkaya pemahaman, Tannebaum (1998) memberikan definisi dengan
berbagai formulasi untuk memberikan pemahaman terhadap manajemen pengetahuan
sebagai berikut :
a. Manajemen pengetahuan mencakup pengumpulan, penyusunan, penyimpanan, dan
pengaksesan informasi untuk membangun pengetahuan, pemanfaatan dengan tepat
teknologi informasi, seperti computer yang dapat mendukung manajemen pengetahuan,
namun teknologi informasi tersebut bukanlah manajemen pengetahuan.
Di pihak lain, ada yang mengkonsepsikan dengan formulasi definisi dikaitkan dengan
komponen krisis bahwa manajemen pengetahuan (knowledge management) yang sukses
tidak hanya karena komputerisasi yang impresif, tetapi sebaiknya ditinjau dari ketiga
komponen yang kritis berikut :
a. Alur knowledge yang benar dan sumber yang dilimpahkan ke
organisasi/institusi.
b. Teknologi tepat yang disimpan dan dapat mengomunikasikan knowledge
tersebut.
c. Budaya tempat kerja yang benar, sehingga karyawan termotivasi untuk
memanfaatkan knowledge.
Oleh karena itu, manajemen pengetahuan (knowledge management) akan sukses
apabila terjadi interaksi di antara komponennya dan tidak terjadi tumpang tindih (overlap)
dari ketiga komponen tadi. Meskipun demikian, knowledge management memberikan
kesempatan pada organisasi tersebut untuk :
a. Menangkap dan menganalisa informasi organisasi dan diaplikasikan secara strategis
dalam bentuk warehousing dan dataming, system pendukung keputusan (Decision System
Support/DSS), serta system informasi eksekutif (EIS).
b. Menciptakan proses untuk akses informasi ke seluruh dunia melalui intranet,
groupware, dan sistem pendukung keputusan kelompok (Group DSS) agar karyawa
mendapat informasi secara tepat, informative dan inovatif, menjadikan kekuatan
pendorong dari knowledge yang terakumulasi dari pengalaman masa lalu seluruh
organisasi
c. Membangun dan menyelesaikan proyek dengan meningkatkan kecepatan,
ketangkasan, dan keselamatan.
Masih banyak organisasi yang memusatkan usahanya pada pada satu area saja, yaitu
mengaplikasikan manajemen pengetahuan melalui teknologi saja. Oleh karena itu,
sebaiknya dilakukan melalui pendekatan stok dan alur pengetahuan yang merupakan
karakteristik dari manajemen pengetahuan. Stok dan alur pengetahuan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Stok pengetahan (knowledge) adalah sesuatu yang telah diketahui yang dapat
berupa database atau perpustakaan, organisasi/institusi, tersebar diseluruh
organisasi/institusi dalam berbagai kantor, filling cabinets, rak buku (bookshelves), dan
sebagainya atau di pikiran karyawan.
b. Alur knowledge, agar knowledge dapat bermanfaat, agar dapat menjamin, bahwa
knowledge yang ada di manapun dalam organisasi/institusi dapat tersedia di manapun
apabila diperlukan, sangat penting untuk menjamin apakah knowledge yang ada dalam
organisasi/institusi mampu untuk menyebar ke manapun dalam organisasi.
Kedua pendekatan tersebut diperlukan untuk membangun knowledge sharing dan
learning organization dalam organisasi tersebut. Istilah organisasi yang selal belajar
(learning organization) dimaksudkan sebagai kemampuan organisasi untuk belajar dari
pengalaman di masa lalu (Dibell, 1995).
Sebelum organisasi dapat meningkatkan kemampuannya tersebut, harus belajar.
Untuk dapat meningkatkan learning organization, maka organisasi tersebut harus
menanggulangi 3 isu penting / kritis, yaitu :
1. Arti (menentukan visi learning organization itu nantinya).
2. Pengelolaan (menentukan bagaiman organisasi tersebut bekerja).
3. Ukuran (mengkaji arah dan tingkat belajar (learning)).
Dari uraian tersebut, betapa pentingnya aset tanpa wujud tersebut. Untuk bertahan
bersaing yang kompetitif dan mempertahankan kelangsungan hidup organisasi, perlu
mengembangkan kemampuan dan keunggulan bersaing, tidak semata-mata dari sumber
daya tradisional, seperti sumber daya alam, tenaga kerja dan dan melaikan sumber daya
tanpa wujud, seperti pengetahuan dan intelectual capital.
Manajemen pengetahuan dalam kajian ilmiah bukan suatu dipilih pengetahuan, tetapi
merupakan suatu persoalan (Tuomi, 1999). Sehubungan dengan hal tersebut dalam
menelusuri persoalan manajemen pengetahuan, menurut Tuomi (1999), secara konseptual
manajemen pengetahuan dapat didekati dari empat ranah dan arah, yaitu sebagai
pemprosesan informasi organisasi; intelijen bisnis: kognisi perusahaan: serta
pengembangan organisasi. Bahkan dari hari kehari, seiring dengan semakin
meningkatnya dinamika internal dan eksternal lingkungan organisasi atau perusahaan
sebagai akibat semakin intensifnya pertumbuhan pengetahuan di dalam dan di lau
perusahaan, pesaingan yang muncul di antara pelaku bisnis lebih kepada persaingan yang
berbasis inovasi.
Disiplin pemrosesan informasi (information procesing) perusahaan berakar di dalam
teknologi komputer, intelejen bisnis (business intelliaence) berakar pada layanan
informasi, kognisi perusahaan (organization cognition) berakar pada inovasi organisasi
atau perusahaan, learning, dan sense making, sedangkan pengembangan perusahaan
berakar pada strategis bisnis dan manajemen sumber daya manusia. Untuk memahami
dengan baik pembagian disiplin manajemen pengetahuan tersebut, dapat dilakukan
dengan cara melihat kembali berbagai perkembangan hasil penelitian yang pernah
dilakukan.
Dalam paradigma dan pendekatan ini juga menganggap bahwa jalan keluar tampak di
dalam rangkaian input-process-output dan hierarki pemrosesan informasi. Informasi dan
pengetahuan yang sering kali dipergunakan secara bergantian, pada dasarnya masih
memiliki perbedaan yang sangat jelas antara keduanya. Informasi adalah suatu alur pesan,
sementara pengetahuan berada di dalam keyakinan dan komitmen si pemilik
pengetahuan. Memang harus diakui bahwa pengetahuan bersumber dari alur informasi,
karena informasi menyediakan satu pandangan baru untuk memaknai setiap peristiwa
atau objek. Bateson (1979) menyatakan bahwa informasi terdiri atas perbedaan yang
membuat suatu perbedaan. Informasi merupakan medium atau materi yang diperlukan
untuk mendapatkan, membangun, dan pengembangan pengetahuan.
Polayi (dalam Tobing, 2007) menyatakan bahwa ia merupakan orang yang pertama
memperkenalkan pengetahuan (knowledge) yang terdiri atas dua jenis, yaitu pengetahuan
terbatinkan atau pemikiran pengetahuan dan pengetahuan yang sudah terekam dan
termodifikasi dalam dokumen (explisit knowledge). Pemikiran pengetahuan (tacit
knowladge) merupakan knowladge yang diam dalam benak manusia dalam bentuk intuisi
judgemen, skill, nilai (value) dan (belief) yang sangat sulit diformulasikan dan dishare
dengan orang lain. Sedangkan explisit knowledge merupakan knowledge yang dapat atau
sudah dimodifikasikan dalam bentuk dokumen atau bentuk wujud lainnya, sehingga dapat
dengan mudah ditransfer dan didistribusikan dengan menggunakan berbagai media.
Explisit knowledge dapat berupa formula, kaset, CD video dan audio, spesifikasi produk
atau manual.
Kedua jenis knowledge tersebut, oleh Nonaka dan Takeuchi (2004) dapat dikonversi
melalui enpat jenis, yaitu sosialisasi, ekternalisasi, kombinasi, dan internalisasi. Dalam
konteks manajemen, proses manajemen pengetahuan merupakan serangkaian tindakan
yang saling mendukung satu sama lain yang bersifat terus menerus yang selalu ada
keterkaitannya.
Dalam kondisi sekarang ini, organisasi biasanya menggunakan media-media sebagai
sarana komunikasi antar sumberdaya manusia yang ada di organisasi dan pihak-pihak
yang berkepentingan.
a. Rapat secara berkala
b. Diskusi secara berkala
c. Pertemuan bulanan
d. Intranet
e. Surat edaran/ surat keputusan
f. Papan pengumuman
g. Intranet/ media massa.
Untuk mendukung proses aktivitas dan pengembangan sumber daya manusia di suatu
organisasi yang merupakan perwujudan dari model socialzation, externalization,
combination, internalization (SECI) , menurut Nonaka dan Takeuchi (2004, dalam
Setiyoso,et.al, 2009) digunakan perangkat teknologi informasi yang ada di organisasi melalui
empat cara konversi yaitu sosialisasi, eksternalisasi, internalisasi, & kombinasi
a. Sosialisasi,
Proses sosialisasi antar sumber daya manusia (SDM) di organisasi salah satunya
dilakukan melalui pertemuan tatap muka (rapat, diskusi, dan pertemuan bulanan).
Melalui tatap muka ini, SDM dapat saling berbagi knowledge dan pengalaman yang
dimilikinya sehingga tercipta knowledge baru bagi mereka. Rapat dan diskusi yang
dilakukansecara berkala harus memiliki notulen rapat. Notulen rapat ini kemudian
menjadi bentuk eksplisit (dokumentasi) dari knowledge.
b. Ekternalisasi
c. Kombinasi
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan
proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti
motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial
budaya.Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadarioleh
seseorang (Agus, 2013).
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajarisebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh sebab itu
tingkatan ini adalah yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secarabenar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materitersebut secara
benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan,menyebutkan contoh dan
lain-lain.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materiyang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
kontak atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
ataumenghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan,
meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi(Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuksan
penilaianterhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteriayang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Dari teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan
bahwapengetahauan memiliki 6 tingkatan pengetahuan dimana tingkat pengetahuan
tersebut diantaranya tingkat pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan,
tingkat kedua memahami pengetahuan yang didapatkan, tingkat ketiga dapat
mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, tingkat keempat mampu
menjabarkan suatu materi atau menganalisis, tingkat kelima dapat mensintesis atau
menunjukan kemampuan untuk meringkas suatu materi, dan tingkat pengetahuan yang
keenam seseorang mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi.
Jenis Pengetahuan
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatansangat
beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan.
Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut:
Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalan pengetahuan yang masih tertanam dalambentuk
pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan
pribadi, persfektif, dan prinsip. Biasanya pengalamanseseorang sulit untuk ditransfer
ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak
disadari. Contoh seseorang mengetahui tentang bahaya merokok bagi kesehatan, namun
ternyata ia merokok.
Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikanatau
tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.Pengetahuan
nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungandengan kesehatan. Contoh
seseorang yang telah mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan dan ia tidak merokok
(Agus, 2013).
4) Jalan pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia caraberpikir umat
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampumenggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logisdan ilmiah yang
disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, membuat catatan
terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati (Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dankemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun nonformal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidian seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlakdiperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh
pada pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung
dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek
positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap
objek tersebut.
Informasi/media massa
Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula
yangmenekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi jugadapat
didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Informasi yang diperoleh baik
dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik,terhadap
berbagai informasi, termasuk kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak
melaluipenalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untukkegiatan tertentu
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baiklingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untukmemperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan
dan keterampilan profesional, serta dapat mengembangkankemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manisfestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik
yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja.
Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakinbertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnyasehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih
banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan dirimenuju usia
tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan
hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisionalmengenai jalannya
perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut:
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai semakin
banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena telah
mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ
akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa
kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan
bertambahnya usia (Agus, 2013).
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket
yangmenanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden.Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan
menurut tahapan pengetahuan (Agus, 2013).
Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka yang
menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan peningkatan yaitu kolom menunjukkan
letak ini maka sebagai konsekuensinya setiap centangan pada kolom jawaban
menunjukkan nilai tertentu. Dengan demikian analisa data dilakukan dengan
mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya lalu
mengalihkan frekuensi pada masing-masing kolom yangbersangkutan. Disini peneliti
hanya menggunakan 2 pilihan yaitu: “Benar” (B)dan “Salah” (S).
Sumber daya internal organisasi yang tidak dapat di tiru oleh pesaing adalah pengetahuan,
pengetahuan dalam organisasi merupakan akumulasi dari pengetahuan individu individu
dalam organisasi. Menurut Nonaka dan Takeuchi (2004), perusahaan Jepang mempunyai
daya saing karena mereka memahami bahwa knowledge merupakan sumber dari daya saing,
knowledge ini harus dikelola, karena harus direncanakan dan diimplementasikan.
Menurut Berney dalam Nawawi (2012:23-24) ada empat kriteria yang dapat dipakai untuk
membantu perusahaan mengidentifikasikan sumber daya yang dapat mendukung keunggulan
bersaing,
Pengetahuan dapat menjadi keunggulan kompetitif yang tahan lama bila organisasi
mengetahui lebih banyak akan sesuatu dibandingkan pesaing. Tidak seperti sumberdaya
tradisional lainnya yang dapat berkurang saat digunakan, pengetahuan justru akan meningkat
pada saat digunakan. Pengetahuan yang semakin sering digunakan akan semakin bernilai bagi
organisasi.
2. Sistem Teknologi
Merupakan problem yang muncul dalam teknologi modern dan masyarakat.
3. Filsafat Sistem
Merupakan re-orientasi pemikiran dan pandangan dunia ilmiah tentang paradigma baru
(Husaini, 2009:42).
Syarat-Syarat Sistem
a. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah.
b. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.
c. Adanya hubungan diantara elemen sistem.
d. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting dari pada
elemen sistem.
e. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.
Elemen-Elemen Sistem
Sistem (Kambey, 2010:36-39) dapat dikatakan memiliki elemen-elemen sebagai
berikut:
1. Tujuan
Sebuah sistem harus memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut
berfungsi sebagai motivasi untuk mengarahkan sistem. Tujuan sistem informasi
bergantung pada kegiatan yang ditangani oleh organisasi yang
mengimplementasikan sistem informasi tersebut.
2. Masukan (input)
Masukan (Input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk kedalam sistem
dan selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Masukan dapat berupa hal-hal
berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan
yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud
adalah informasi (misalnya permintaan jasa dari pelanggan). Pada sistem
informasi, masukan dapat berupa data transaksi, dan data non-transaksi (misalnya
surat pemberitahuan) serta instruksi.
3. Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transfer misi dari
masukan menjadi keluaran yang berguna, misalnya berupa informasi dan produk,
tetapi juga bisa hal-hal yang tidak berguna. Misalnya saja sisa pembuangan atau
limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa pemanasan bahan mentah. Pada
rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien. Pada sistem
informasi, proses dapat berupa suatu tindakan yang bermacam-macam.
Meringkas data, melakukan perhitungan, dan mengurutkan data merupakan
beberapa contoh proses.
4. Keluaran (output)
Keluaran merupakan hasil dari pemrosesan atau hasil pengoperasian dari
suatu sistem. Keluaran dalam sistem informasi dapat berupa produk akhir
(finished product), pelayanan manusia (human service), informasi rekomendasi,
cetakan laporan, dan sebagainya.
5. Mekanisme Pengendalian
Elemen mekanisme pengendalian merupakan unsur pengawasan dari
pelaksanaan proses pencapaian tujuan.
6. Umpan Balik
Umpan balik merupakan elemen yang memberikan respons atas berjalannya
suatu sistem, berupa pemeliharaan, perbaikan sistem, dan pembaharuan sistem.
Tujuan Sistem
Setiap sistem memiliki tujuan (goal), entah hanya satu atau mungkin banyak.
Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem
menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan lain
berbeda-beda.
Begitu pula yang berlaku pada sistem informasi. Setiap sistem informasi memiliki
suatu tujuan, tetapi dengan tujuan yang berbeda-beda. Walaupun begitu, tujuan utama
yang umum ada tiga macam (Hall, 2001) yaitu :
a) Untuk mendukung fungsi kepengurusan manajemen
b) Untuk mendukung pengambilan keputusan
c) Untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan
Secara lebih spesifik, tujuan sistem informasi bergantung pada kegiatan yang
ditangani. Namun, kecenderunga penggunaan sisem informasi lebih ditunjukkan pada
usaha menuju keunggulan kompetitif, yang artinya mampu bersaing dan mengungguli
pesaing. Pada pasar swalayan, tujuan sistem informasi adalah untuk mengurangi antrian
(karena pemasukan data dapat dilakukan dengan cepat oleh kasir melalui pembacaan
barcode), meningkatkan keakurasian dan sekaligus palayanan kepada pelanggan, serta
mempercepat pemantauan terhadap sediaan barang. Pada bank, sistem informasi
ditujukan untuk meningkatkan kepuasan nasabah. Misalnya, nasabah dipermudah
dalam memperoleh informasi tabungan melalui fasilitas telepon, mengambil uang di
counter-counter ATM, dan bahkan melakukan transfer via internet. Perusahaan buku
online dapat membantu pembeli untuk mendapatkan buku-buku yang diperlukan
dengan mudah dan sekaligus dapat mengurangi biaya operasional karena tidak perlu
menyediakan toko atau ruang pemeran secara fisik.
Sifat-Sifat Sistem
(1) selalu terdiri dari lebih dari satu subsistem
(6) rasio input, proses, dan output diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
dinamis dan mempertahankan kehidupannya
(11) menyeluruh (wholistic), yaitu dipahami sebagai kesatuan total bukan atomistic
(bagian-bagian)
(12) sinergi, yaitu bekerja bersama-sama, hasilnya lebih besar daripada bekerja
sendiri-sendiri (Husaini:2009).
Klasifikasi Sistem
Sebagai bagian yang sangat penting dalam mendukung suatu organisasi, maka
sistem dapat dilihat dalam beberapa jenis, menurut Kambey (2010:39-41) antara lain:
1. Sistem alamiah (natural system) dan sistem buatan manusia
Sistem alamiah (natural system) adalah sistem yang terjadi karena proses alamiah, dan
tidak terpengaruh campur tangan manusia; seperti sistem tata surya.
Sistem buatan manusia (human mode system) adalah sistem yang dirancang dan
diciptakan manusia; seperti sistem tata organisasi,dll.
2. Sitem terbuka (open system) dan sitem tertutup (Closed system)
Sistem terbuka (open system) adalah sistem yang selalu berhubungan dengan
lingkungan luarnya (interrelation) dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Sehingga terjadi
memberi dan menerima informasi, energy, dan materi-materi dari lingkungannya.
Sistem tertutup (closed system) adalah sistem yang tidak berinteraksi dan tidak
dipengaruhi oleh lingkungannya, dan bekerja mengikuti pola yang tetap secara sebab
akibat (suatu saat sistem inipun akan dipengaruhi oleh lingkungannya).
3. Sistem sederhana (simple system) dan sistem kompleks (sophisticated system)
Pembagian sistem ini didasarkan pada tingkat kerumitannya. Sistem dibedakan menjadi
sistem sederhana (misalnya sepeda) dan sistem kompleks (misalnya otak manusia).
4. Sistem deterministic (deterministic system) dan sistem probabilistic (probabilistic
system)
Sistem deterministic (deterministic system) adalah suatu sistem yang operasinya dapat
diramalkan secara tepat dan pasti, misalnya sistem komputer.
Sistem probabilistic (probabilistic system) adalah sistem yang tidak dapat diramal
dengan tepat dan pasti karena mengandung unsur kemungkinan, misalnya sistem arisan
dan sistem sediaan, kebutuhan rata-rata dan waktu untuk memulihkan jumlah sediaan
dapat ditentukan tetapi nilai yang tepat sesaat tidak dapat ditentukan dengan pasti.
5. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik Sistem abstrak (abstract system)
Sistem Abstrak adalah sistem yang berisi gagasan atau konsep, misalnya sistem teologi
yang berisi gagasan tentang hubungan manusia dan tuhan. Sedangkan sistem fisik
(physical system) adalah sistem yang secara fisik dapat dilihat, misalnya sistem komputer,
sistem sekolah, sistem akuntansi dan sistem transportasi.
Pendekatan Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan.
Organisasi sebagai suatu sistem akan dipandang secara keseluruhan, terdiri dari bagian-
bagian yang berkaitan (sub-sistem), dan sistem/organisasi tersebut akan berinteraksi
dengan lingkungan.
Model sistem sebagaimana digambarkan oleh Bertalanffy yang terkenal dengan
General System Theory (GST)-nya yang dikutip Husaini (2009) sebagai berikut; (1)
input organisasi; biasanya diperoleh dari lingkungan, seperti bahan mentah, manusia,
modal, dan informasi (2) proses transformasi; kegiatan dalam organisasi, seperti sistem
produksi, pengendalian, administrasi (3) output; keluaran yang dihasilkan ke
lingkungan, seperti produk, keuntungan, informasi (4) feedback; umpan balik
Sehingga setiap organisasi memiliki pendekatan-pendekatan dalam sistemnya
yang meliputi penerapan konsep-konsep dan strategi yang cocok dari teori-teori sistem
guna mempermudah pemahaman tentang organisasi dan praktik manajerialnya.
Secara total bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang memiliki kegiatan cukup
kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Jika menginginkan
pendidikan terlaksana secara teratur, berbagai elemen (komponen) yang terlibat dalam
kegiatan pendidikan perlu dikenal lebih dahulu. Secara mikro pendidikan dapat dilihat dari
hubungan elemen peserta didik, pendidik, dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan.
Sedangkan secara makro jangkauannya lebih luas.
Lingkungan internal bersifat langsung (mikro), maka peserta didik dan pendidik
merupakan elemen sentral. Karena pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka
memiliki tujuan, dimana untuk mencapai tujuan tersebut ada berbagai sumber dan adapula
kendala. Dengan memperhatikan berbagai sumber dan kendala, maka ditetapkan bahan
pengajaran; yang terdiri dari pengetahuan, teori, dan model pendidikan yang telah dimiliki
maupun yang berkembang yang disusun dan telah diujicobakan para ahli, dan metode
yang digunakan oleh pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan. Sedangkan
lingkungan internal bersifat makro yakni input (sumber pendidikan), yang terdiri dari
tujuan dan prioritas, peserta didik, manajemen, struktur dan penjadwalan, isi (muatan)
kurikulum, guru, alat bantu pembelajaran, fasilitas (sarana prasarana), teknologi,
pengawasan dan evaluasi, penelitian tindakan guna perbaikan mutu, dan biaya dan output
(hasil pendidikan).
Lingkungan eksternal bersifat langsung (mikro) yang terdiri atas para pesaing
(competitor), penyalur (supplier), pelanggan (customer), lembaga-lembaga keuangan
(financial institutions), pemerintah (government), organisasi kerja (labour unions), media,
dan kepentingan kelompok khusus (special-interst groups), dan lingkungan eksternal tidak
langsung (makro) meliputi teknologi, ekonomi, politik, dan sosial (Wing:2006).
Sehingga peningkatan mutu pendidikan dengan pendekatan sistem berarti mulai dari
input, proses, output, sampai pada outcome pendidikan dilakukan dalam satu sistem yang
saling mempengaruhi. Agar proses ini berjalan secara terintegrasi, dibutuhkan paradigma
baru dalam pendekatan dalam pengelolaan sistem pendidikan secara terpadu.
Karakteristik Sistem
Suatu sistem mempunyai karakteristik, diantaranya yaitu :
a. Komponen (components)
`Terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, dan bekerja sama membentuk
satu kesatuan. Komponen-komponen dapat terdiri dari beberapa subsistem atau
subbagian, dimana setiap subsistem tersebut memiliki fungsi khusus dan akan
mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
d. Penghubung (interface)
Merupakan media penghubung antar subsistem, yang memungkinkan sumbar-sumber
daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Keluaran (output) dari satu
subsistem akan menjadi masukan (input) untuk subsistem lainnya melalui penghubung
disamping sebagai penghubung untuk mengintegrasikan subsistem-subsistem menjadi
satu kesatuan.
e. Masukan (input)
Adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem, yang dapat berupa masukan
perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Masukan perawatan
adalah energi yang dimasukkan supaya sistem dapat beroperasi, sedangkan masukan
sinyal adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran. Sebagai contoh di dalam
sistem komputer, program adalah maintenance input yang digunakan untuk
mengoperasikan komputer dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
f. Keluaran (output)
Adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang
berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem yang
lain. Misalnya untuk sistem komputer, panas yang dihasilkan adalah keluaran yang tidak
berguna dan merupakan hasil sisa pembuangan, sedangkan informasi adalah keluaran
yang dibutuhkan.
g. Pengolah (process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah masukan
menjadi keluaran. Suatu sistem produksi akan mengolah masukan berupa bahan baku dan
bahan-bahan lain menjadi keluaran berupa barang jadi. Sistem akuntansi akan mengolah
data-data transaksi menjadi laporan-laporan keuangan dan laporan-laporan lain yang
dibutuhkan oleh manajemen.
h. Sasaran (objectives) atau tujuan (goal)
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Kalau suatu
sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Sasaran
dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang
akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan bersila bila mengenai sasaran atau
tujuannya.
2. Perubahan pada sistem atau subsistem, akan mengubah metode dan prosedur
suatu organisasi.
Jenis Sistem
1. Sistem pada tingkatan operasional
Selanjutnya, Cole (1992) mengatakan bahwa proses tersebut sangat dipengaruhi oleh
kepuasan sosial, dan bukan hanya oleh validitas keilmiahan isinya. Jalan proses riset tidak
dapat dilepaskan daro kondisi ketiga elemen dasarnya.
1. Komunitas ilmuannya itu sendiri.
2. Sistem iptek yang berkaitan dengan kondisi sosial, politik, ekonomi,dan budaya
yang berkembang.
3. Organisasi menjadi semacam katalis bagi komunitas untuk tumbuh dalam suatu
sisitem.
E. Strategi Pengelolaan Pengetahuan dalam Organisasi
Peristilahan strategi berasal dari bahasa Yunani: strategos, yang berasal dari kata
stratos, yang berarti militer dan ag, yang artinya memimpin. Strategi dalam kontek
awalnya ini diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral
dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang. Menurut
Christensen (1992), strategi dapat ditinjau dari segi militer, politik, ekonomi, perusahaan,
dan organisasi publik, pemanfaatan sumberdaya dalam memberikan pelayanan pada
masyarakat.
Dalam organisasi modern saat ini, diingatkan kembali tentang perlunya perhatian pada apa
yang selama ini dikenal sebagai “modal usaha”, yaitu seperti berikut.
a. Jaringan hubungan pribadi antar-lintas yang perlahan-lahan berkembang sebagai
landasan untuk saling percaya, bekerja sama, dan melakukan tindakan kolektif dan
sebuah komunitas dalam organisasi.
b. Jaringan saling mengenal dan menghargai
c. Mengandung kewajiban pada diri karyawan yang timbul karena rasa terima kasih,
menghormati dan persahaban atau adanya hak yang dijamin secara organisasional.
d. Anggota jaringan memiliki akses informasi dan kesempatan
e. Status sosial atau reputasi sosial bagi seluruh anggota jaringan, terutama kalau
keanggotaannya terbatas.
Model skandia juga memberi penekanan kepada pentingnya “human capital” dalam
konteks organisasi atatu komunitas. Istilah ini bisa dipakai dalam pengertiannya sebagai
Intellectual capital (IC) yang mengacu kepada knowledge dan kemampuan mengetahui
(knowing capability)
Dari sebuah kolektifitas organisasi yang meliputi knowledge, keterampilan, dan
kapabilitas yang memungkinkan seseorang bertindak dengan cara baru. Dengan demikian,
intellectual capital (IC) merupakan sebuah sumber daya penting serta kapabilitas untuk
bertindak berdasarkan knowledge dan kemampuan untuk mengetahui dalam bidang
perpustakaan/dokumentasi dan informasi.
Dalam setiap pembelajaran (lessons learn) mengenai pengetahuan dari setiap kegiatan
agar ditulis dalam bentuk dokumen (hardcopy) maupun surat atau e-mail. Kumpulan
pengalaman tersebut, dikumpulkan pada suatu basis data yang telah ada kategorinya
sehingga mudah diakses orang atau pihak lain yang membutuhkan. Data yang bersifat
rahasia disimpan dengan cara tertentu, di mana akses penggunaanya dapat dilakukan sesuai
dengan perjanjian formal anatara pihak-pihak yang membutuhkan.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Bahwa belajar manajemen pengetahuan sangat berguna karena akan di terapkan, bagi
seorang pemimpin, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.
3.1