Anda di halaman 1dari 37

MANAJEMEN PENGETAHUAN

RESUME BAB I DAN BAB II


Buku : Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management)
Karya : Prof. Dr. H. Ismail Nawawi Uha, MPA., M.Si.
Mata kuliah : Manajemen Pengetahuan
Dosen Pengajar : Rita Yuanita Toendan, SE, M.Si
Tanggal : Sabtu 14 Maret 2020

Disusun oleh

Immanuel Setiapati Saka Soebagijo (BBA 117 197)

KEMENTERIAN RISET DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2019/2020
BAB I
Dasar-Dasar Manajemen Pengetahuan

A. KONSEP MANAJEMEN PENGETAHUAN

Dewasa ini, para manajer menempatkan pengetahuan sebagai sumber daya penggerak
organisasi, sehingga menjadi organisasi yang kompetitif dan berdaya saing.
Pengembangan organisasi, baik bisnis maupun organisasi publik untuk meningkatkan
daya saing yang kompetitif, marak dengan menggunakan pendekatan aset pengetahuan
(asset knowledge).
Konsep dan definisi manajemen pengetahuan, antara lain dikemukakan oleh Davidson
dan Philip Voss (2002), manajemen pengetahuan sebagai sistem yang memungkinkan
perusahaan menyerap pengetahuan, pengalaman dan kreativitas para sifatnya untuk
perbaikan perusahaan. Menurut pendapat Batgerson (2003), manajemen pengetahuan
merupakan suatu pendekatan yang sistematik untuk mengelola aset intelektual dan
informasi lain sehingga memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Pendapat lain
dikemukakan oleh De Long dan Seemann (2000), manajemen pengetahuan digambarkan
sebagai pengembangan alat, proses, sistem, struktur, dan kultur yang secara implisit
meningkatkan kreasi, penyebaran dan pemanfaatan pengetahuan yang penting bagi
pengetahuan keputusan.
Dalam memperkaya pemahaman, Tannebaum (1998) memberikan definisi dengan
berbagai formulasi untuk memberikan pemahaman terhadap manajemen pengetahuan
sebagai berikut :
a. Manajemen pengetahuan mencakup pengumpulan, penyusunan, penyimpanan, dan
pengaksesan informasi untuk membangun pengetahuan, pemanfaatan dengan tepat
teknologi informasi, seperti computer yang dapat mendukung manajemen pengetahuan,
namun teknologi informasi tersebut bukanlah manajemen pengetahuan.

b. Manajemen pengetahuan mencakup berbagai pengetahuan (sharing knowledge).


Tanpa berbagi pengetahuan, upaya manajemen pengetahuan akan gagal culture
perusahaan, dinamika dan praktik, seperti system penggajian dapat mempengaruhi
berbagai pengetahuan. Kultur dan aspek social dari manajemen pengetahuan merupakan
tantangan yang signifikan.
c. Manajemen pengetahuan terkait dengan pengetahuan orang. Pada suatu saat,
organisasi membutuhkan orang yang kompeten untuk memahami dan memanfaatkan
informasi dengan efektif. Organisasi terkait dengan individu untuk melakukan inovasi
dan memberi petunjuk kepada organisasi. Organisasi juga terkait dengan persoalan
keahlian yang menyediakan input untuk menerapkan manajemen pengetahuan. Oleh
karena itu, organisasi mesti mempertimbangkan bagaimana menarik, mengembangkan,
dan mempertahankan pengetahuan anggota sebagai bagian dari domain manajemen
pengetahuan.

d. Manajemen pengetahuan terkait dengan peningkatan efektivitas organisasi. Kita


berkonsentrasi dengan manajemen pengetahuan karena dipercaya bahwa manajemen
pengetahuan dapat memberikan kontribusi kepada vitalitas dan kesuksesan perusahaan.
Upaya untuk mengukur modal intelektual dan untuk menilai efektivitas manajemen
pengetahuan harus dapat membantu kita memahami secara luas pengelolaan pengetahuan
yang telah dilakukan.
Selain mengusulkan satu consensus mengenai pengertian manajemen pengetahuan,
Tannebaum juga memberikan penjelasan mengenai karakteristik berbagai aktivitas
manajemen pengetahuan. Manajemen pengetahuan, menurut Tannebaum, paling tidak
terdiri atas berikut ini :
a. Pengembangan database organisasi mengenai pelanggan, masalah yang
bersifat umum dan serta pemecahannya.
b. Mengenali para ahli internal, memperjelas apa yang mereka ketahui, dan
mengembangkan kamus yang menjelaskan sumber daya internal kunci dan
mengenali bagaimana menemukannya.
c. Mendapatkan dan menangkap pengetahuan dari para ahli tersebut untuk
disebar ke yang lain.
d. Mendesain struktur pengetahuan yang membantu mengelola informasi dalam
suatu cara yang dapat diakses dan siap untuk diaplikasikan.
e. Menciptakan forum bagi orang-orang yang ada di dalam perusahaan untuk
berbagi pengalaman dan ide, baik dalam bentuk tatap muka, berkomunikasi
melalui internet, website, chating room, e-mail, dan lainlain.
f. Memanfaatkan groupware sehingga memungkinkan berbagai macam orang di
lokasi yang berbeda dapat berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah secara
bersama-sama dan mencatat informasi di dalam suatu domain pengetahuan
yang telah dipilih.
g. Bertindak untuk mengenali, mempertahankan talenta orang-orang yang
memiliki pengetahuan yang diperlukan di dalam bidang kegiatan utama bisnis.
h. Mendesain pelatihan dan aktifitas pengembangan lainnya untuk menilai dan
mengembangkan pengetahuan internal.
i. Menerapkan praktik penghargaan pengakuan dan promosi yang mendorong
berlangsungnya kegiatan berbagi informasi antar anggota maupun antar unit
dalam organisasi.
j. Membantu pekerjaan serta menyediakan alat-alat yang mendukung kinerja
sehingga memungkinkan setiap orang menilai dan menerapkan pengetahuan
apabila diperlukan.
k. Memaknai database pelanggan, produk, transaksi, atau hasil dengan mengenali
kecenderungan dan menggali informasi sebanyak mungkin.
l. Mengukur modal intelektual di dalam upaya mengelola pengetahuan yang
lebih baik.
m. Menangkap dan menganalisis informasi yang terkait dengan perhatian
pelanggan, pilihan-pilihan, dan kebutuhan dari lapangan, front line atau
personil bagian pelayanan didorong untuk mampu memahami dengan lebih
baik terhadap keenderungan pelanggan.

Di pihak lain, ada yang mengkonsepsikan dengan formulasi definisi dikaitkan dengan
komponen krisis bahwa manajemen pengetahuan (knowledge management) yang sukses
tidak hanya karena komputerisasi yang impresif, tetapi sebaiknya ditinjau dari ketiga
komponen yang kritis berikut :
a. Alur knowledge yang benar dan sumber yang dilimpahkan ke
organisasi/institusi.
b. Teknologi tepat yang disimpan dan dapat mengomunikasikan knowledge
tersebut.
c. Budaya tempat kerja yang benar, sehingga karyawan termotivasi untuk
memanfaatkan knowledge.
Oleh karena itu, manajemen pengetahuan (knowledge management) akan sukses
apabila terjadi interaksi di antara komponennya dan tidak terjadi tumpang tindih (overlap)
dari ketiga komponen tadi. Meskipun demikian, knowledge management memberikan
kesempatan pada organisasi tersebut untuk :
a. Menangkap dan menganalisa informasi organisasi dan diaplikasikan secara strategis
dalam bentuk warehousing dan dataming, system pendukung keputusan (Decision System
Support/DSS), serta system informasi eksekutif (EIS).
b. Menciptakan proses untuk akses informasi ke seluruh dunia melalui intranet,
groupware, dan sistem pendukung keputusan kelompok (Group DSS) agar karyawa
mendapat informasi secara tepat, informative dan inovatif, menjadikan kekuatan
pendorong dari knowledge yang terakumulasi dari pengalaman masa lalu seluruh
organisasi
c. Membangun dan menyelesaikan proyek dengan meningkatkan kecepatan,
ketangkasan, dan keselamatan.

Masih banyak organisasi yang memusatkan usahanya pada pada satu area saja, yaitu
mengaplikasikan manajemen pengetahuan melalui teknologi saja. Oleh karena itu,
sebaiknya dilakukan melalui pendekatan stok dan alur pengetahuan yang merupakan
karakteristik dari manajemen pengetahuan. Stok dan alur pengetahuan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Stok pengetahan (knowledge) adalah sesuatu yang telah diketahui yang dapat
berupa database atau perpustakaan, organisasi/institusi, tersebar diseluruh
organisasi/institusi dalam berbagai kantor, filling cabinets, rak buku (bookshelves), dan
sebagainya atau di pikiran karyawan.
b. Alur knowledge, agar knowledge dapat bermanfaat, agar dapat menjamin, bahwa
knowledge yang ada di manapun dalam organisasi/institusi dapat tersedia di manapun
apabila diperlukan, sangat penting untuk menjamin apakah knowledge yang ada dalam
organisasi/institusi mampu untuk menyebar ke manapun dalam organisasi.
Kedua pendekatan tersebut diperlukan untuk membangun knowledge sharing dan
learning organization dalam organisasi tersebut. Istilah organisasi yang selal belajar
(learning organization) dimaksudkan sebagai kemampuan organisasi untuk belajar dari
pengalaman di masa lalu (Dibell, 1995).
Sebelum organisasi dapat meningkatkan kemampuannya tersebut, harus belajar.
Untuk dapat meningkatkan learning organization, maka organisasi tersebut harus
menanggulangi 3 isu penting / kritis, yaitu :
1. Arti (menentukan visi learning organization itu nantinya).
2. Pengelolaan (menentukan bagaiman organisasi tersebut bekerja).
3. Ukuran (mengkaji arah dan tingkat belajar (learning)).
Dari uraian tersebut, betapa pentingnya aset tanpa wujud tersebut. Untuk bertahan
bersaing yang kompetitif dan mempertahankan kelangsungan hidup organisasi, perlu
mengembangkan kemampuan dan keunggulan bersaing, tidak semata-mata dari sumber
daya tradisional, seperti sumber daya alam, tenaga kerja dan dan melaikan sumber daya
tanpa wujud, seperti pengetahuan dan intelectual capital.

B. PENDEKATAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

Manajemen pengetahuan dalam kajian ilmiah bukan suatu dipilih pengetahuan, tetapi
merupakan suatu persoalan (Tuomi, 1999). Sehubungan dengan hal tersebut dalam
menelusuri persoalan manajemen pengetahuan, menurut Tuomi (1999), secara konseptual
manajemen pengetahuan dapat didekati dari empat ranah dan arah, yaitu sebagai
pemprosesan informasi organisasi; intelijen bisnis: kognisi perusahaan: serta
pengembangan organisasi. Bahkan dari hari kehari, seiring dengan semakin
meningkatnya dinamika internal dan eksternal lingkungan organisasi atau perusahaan
sebagai akibat semakin intensifnya pertumbuhan pengetahuan di dalam dan di lau
perusahaan, pesaingan yang muncul di antara pelaku bisnis lebih kepada persaingan yang
berbasis inovasi.
Disiplin pemrosesan informasi (information procesing) perusahaan berakar di dalam
teknologi komputer, intelejen bisnis (business intelliaence) berakar pada layanan
informasi, kognisi perusahaan (organization cognition) berakar pada inovasi organisasi
atau perusahaan, learning, dan sense making, sedangkan pengembangan perusahaan
berakar pada strategis bisnis dan manajemen sumber daya manusia. Untuk memahami
dengan baik pembagian disiplin manajemen pengetahuan tersebut, dapat dilakukan
dengan cara melihat kembali berbagai perkembangan hasil penelitian yang pernah
dilakukan.
Dalam paradigma dan pendekatan ini juga menganggap bahwa jalan keluar tampak di
dalam rangkaian input-process-output dan hierarki pemrosesan informasi. Informasi dan
pengetahuan yang sering kali dipergunakan secara bergantian, pada dasarnya masih
memiliki perbedaan yang sangat jelas antara keduanya. Informasi adalah suatu alur pesan,
sementara pengetahuan berada di dalam keyakinan dan komitmen si pemilik
pengetahuan. Memang harus diakui bahwa pengetahuan bersumber dari alur informasi,
karena informasi menyediakan satu pandangan baru untuk memaknai setiap peristiwa
atau objek. Bateson (1979) menyatakan bahwa informasi terdiri atas perbedaan yang
membuat suatu perbedaan. Informasi merupakan medium atau materi yang diperlukan
untuk mendapatkan, membangun, dan pengembangan pengetahuan.

C. PROSES MANAJEMEN PENGETAHUAN DALAM ORGANISASI

Polayi (dalam Tobing, 2007) menyatakan bahwa ia merupakan orang yang pertama
memperkenalkan pengetahuan (knowledge) yang terdiri atas dua jenis, yaitu pengetahuan
terbatinkan atau pemikiran pengetahuan dan pengetahuan yang sudah terekam dan
termodifikasi dalam dokumen (explisit knowledge). Pemikiran pengetahuan (tacit
knowladge) merupakan knowladge yang diam dalam benak manusia dalam bentuk intuisi
judgemen, skill, nilai (value) dan (belief) yang sangat sulit diformulasikan dan dishare
dengan orang lain. Sedangkan explisit knowledge merupakan knowledge yang dapat atau
sudah dimodifikasikan dalam bentuk dokumen atau bentuk wujud lainnya, sehingga dapat
dengan mudah ditransfer dan didistribusikan dengan menggunakan berbagai media.
Explisit knowledge dapat berupa formula, kaset, CD video dan audio, spesifikasi produk
atau manual.
Kedua jenis knowledge tersebut, oleh Nonaka dan Takeuchi (2004) dapat dikonversi
melalui enpat jenis, yaitu sosialisasi, ekternalisasi, kombinasi, dan internalisasi. Dalam
konteks manajemen, proses manajemen pengetahuan merupakan serangkaian tindakan
yang saling mendukung satu sama lain yang bersifat terus menerus yang selalu ada
keterkaitannya.
Dalam kondisi sekarang ini, organisasi biasanya menggunakan media-media sebagai
sarana komunikasi antar sumberdaya manusia yang ada di organisasi dan pihak-pihak
yang berkepentingan.
a. Rapat secara berkala
b. Diskusi secara berkala
c. Pertemuan bulanan
d. Intranet
e. Surat edaran/ surat keputusan
f. Papan pengumuman
g. Intranet/ media massa.
Untuk mendukung proses aktivitas dan pengembangan sumber daya manusia di suatu
organisasi yang merupakan perwujudan dari model socialzation, externalization,
combination, internalization (SECI) , menurut Nonaka dan Takeuchi (2004, dalam
Setiyoso,et.al, 2009) digunakan perangkat teknologi informasi yang ada di organisasi melalui
empat cara konversi yaitu sosialisasi, eksternalisasi, internalisasi, & kombinasi
a. Sosialisasi,

Proses sosialisasi antar sumber daya manusia (SDM) di organisasi salah satunya
dilakukan melalui pertemuan tatap muka (rapat, diskusi, dan pertemuan bulanan).
Melalui tatap muka ini, SDM dapat saling berbagi knowledge dan pengalaman yang
dimilikinya sehingga tercipta knowledge baru bagi mereka. Rapat dan diskusi yang
dilakukansecara berkala harus memiliki notulen rapat. Notulen rapat ini kemudian
menjadi bentuk eksplisit (dokumentasi) dari knowledge.

b. Ekternalisasi

Sistem knowledge management akan sangat membantu proses eksternalisasi ini,


yaitu proses untuk mengartikulasi tacit knowledgemenjadi salah satu konsep yang
jelas. Dukungan terhadap proses eksternalisasi ini dapat diberikan dengan
mendokumentasikan notulen rapat (bentuk eksplisit dari knowledge yang tercipta saat
diadakannya pertemuan) ke dalam bentuk elektronik untuk kemudian dapat
dipublikasikan kepada mereka yang berkepentingan. Organisasi telah melakukan
beberapa expert untuk melakukan serangkaian kegiatan sesuai dengan bidang
keahliannya, yang tidak dimiliki oleh organisasi.

c. Kombinasi

proses konversi knowledge melalui kombinasi adalah mengombinasikan berbagai


explicit knowledge yang berbeda untuk disusun ke dalam sistem knowledge
management. Media untuk proses ini dapat melalui internet (forum diskusi), database
organisasi dan organization system yang memiliki fungsi untuk pengategorian
informasin pencarian, dan sangat membantu dalam proses ini. Business intelligence
sebagai fungsi penganalisis data secara matematis dapat digunakan untuk
pengembalian keputusan.
d. Internalisasi

Semua dokumen data, informasi dan knowledge yang sudah didokumentasikan


dapat dibaca oleh orang lain. Pada proses inilah terjadi peningkatan knowledge
sumber daya manusia. Sumber-sumber explicit knowledge dapat diperoleh melalui
media internet (database organisasi), surat edaran/surat keputusan, papan
pengumuman dan internet serta media massa sebagai sumber eksternal. Untuk dapat
mendukung proses ini, sistem perlu memiliki alat bantu pencarian dan pengambilan
dokumen.
Untuk membangun budaya knowledge sharing di dalam diri SDM organisasi,
maka strategi yanh dapat ditempuh, yaitu sebagai berikut:
a. Merumuskan budaya knowledge sharing di organisasi.
b. Membangun rasa saling percaya di antara SDM organisasi.
c. Sistem penghargaan (reward) karena adanya aktivitas berbagi dan
memanfaatkan knowledge.
d. Rotasi kerja
e. Menyediakan sarana atau media dalam melakukan berbagai knowledge
f. Kepemimpinan dari jajaran direksi dan manajemen yang mendukung
penerapan knowledge management ini.
Menurut Setiarso (2009, p35) untuk mendukung proses aktivitas dan
pengembangan SDM disuatu perusahaan merupakan perwujudan dari model SECI
(Socialization, Externalization, Combination, Internalization) milik Nonaka,
digunakan perangkat teknologi yang ada di perusahaan. Berikut adalah penjelasan
dari SECI:
a. Pada saat awal tahun anggaran organisasi, karyawan terlebih dahulu
menguasai knowledge yang akan dipakai dengan cara mencari knoeledge
tersebut pada data base.
b. Apabila knowledge tersebut tidak terdapat pada data base, karyawan tersebut
harus menghubungi exprets, untuk kemudian berdiskusi.
c. Hasil dari diskusi tersebut, kemudian didokumentasikan untuk selanjutnya
dipublikasiskan di dalam database knowledge management.
d. Pada saat pelaksanaan kegiatan, karyawan diwajibkan untuk mencatat setiap
permasalahan yang terjadi dan solusi dari permasalahan tersebut.
e. Pada saat kegiatan telah selesai, karyawan tersebut wajib membuat log book.
D. MODEL MANAJEMEN PENGETAHUAN
Model manajemen pengetahuan dapat dinyatakan secara verbal, diagram, dan
matematis. Salah satu contoh model manajemen adalah model siklus kegiatan-
kegiatan manajemen atau circular flow diagram. Untuk merancang sistem knowledge
management yang dapat membantu organisasi untuk meningkatkan kinerjanya,
diperlukan 4 komponen, yaitu:

a. Aspek manusia, disarankan pada


organisasi untuk
menunjuk/memperkerjakan
seorang document control atau
knowledge manajer yang
bertanggung jawab mengelola
sistem knowledge management
dengan cara mendorong para
karyawan untuk
mendokumentasikan dan mempublikasikan knowledge mereka.
b. Proses, setelah dirancang serangkaian proses yang mengaplikasikan konsep model
SECI dalam pelaksanaannya.
c. Teknologi, telah dibuat usulan penambahan infrastruktur yang diperuntukan untuk
menunjang berjalannya sistem knowledge management yang efektif.
d. Isi (content), telah dirancang content dari sistem knowledge management, yaitu
berupa database knowledge dan dokumen yang dibutuhkan karyawan untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Dalam merancang model operasi pengelolaan pengetahuan, harus melakukan analisis


tentang kondisi ketersediaan pengetahuan pada organisasi mengidentifikasikan unit serta
personel yang membutuhkan pengetahuan tersebut. Dalam penerapan model manajemen
pengetahuan dalam suatu organisasi, tidak hanya didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas (memiliki informasi, pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan) dan teknologi
informasi yang tepat guna, tetapi juga budaya berbagai knowledge
E. PERANAN, TUJUAN, DAN MANFAAT MANAJEMEN PENGETAHUAN

Peranan manajemen pengetahuan dapat dilihat dalam keitannya dengan pengamatan


pengetahuan sebagai basis untuk melahirkan inovasi, meningkatkan respon aktivitas
terhadap kebutuhan pelanggan dan stakeholder, meningkatkan produktivitas dan
kompetensi karyawan yang telah diberi tugas dan tanggung jawab. Manajemen
pengetahuan merupakan bidang yang lebih ditujukan pada upaya pengembangan dan
mempertahankan dinamika dan daya saing perusahaan, untuk membangun dan
memelihara daya saing modal intelektual dalam bidang dan berbagai bidang dalam
organisasi.
Penerapan manajemen pengetahuan dalam setiap perusahaan yang berbasis
pengetahuan akan berdampak kepada:
1. Cara kerja baru berkolaborasi, cara baru dalam merajut keahlian untuk tujuan-
tujuan khusus.
2. Cara baru dalam mengelola karyawan.
3. Cara baru melatih dan mendidik dalam perusahaan.
4. Cara dan metode baru untuk mendapatkan pengetahuan, mengorganisasi, dan
mengotomatiskan serta penyebarannya.
5. Fokus baru bagi ilmu manajemen atas pengorganisasian pekerjaan dengan
perspektif pengetahuan.
6. Fokus baru bagi penyususnan strategi dalam mengembangkan pengetahuan.

Dalam manajemen pengetahuan terdapat enam karakteristik perusahaan yang


menjadikan pengetahuan sebagai basis kompetensinya, yaitu:
a. Kreativitas dan ide menjadi dasar di dalam berkreasi dan melakukan inovasi.
b. Para anggotanya berpengetahuan, terampil dan kompeten dalam bidang pekerjaan
masing-masing.
c. Adanya hubungan dan rasa saling percaya dalam berbagi pengetahuan.
d. Data menjadi sangat esensial dalam menjalankan tugas operasional.
e. Memberi perhatian kepada orang dan bagaimana mereka dapat bekerja bersama
untuk mencapai kinerja perusahaan.
f. Perusahaan mengelola sendiri pengetahuannya.
Manajemen pengetahuan (knowledge management) menjadi penting dan berperan
dalam organisasi, karena dapat menunjukkan inisiatif dan prosedur pengelolaan yang jelas,
mudah dimengerti, dan komprehensif. Apabila organisasi gagal dalam memanfaatkan aset
yang tidak dapat dihitung (tangible), yaitu knowledge, maka konsekuensinya dapat terlihat
dari segi ekonominya, yaitu kegagalan untuk selalu ada (exist) di lingkungannya.
Keuntungan / manfaat dari manajemen pengetahuan dalam organisasi adalah sebagai
berikut
a. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.
b. Meningkatkan kualitas penanganan pelanggan.
c. Mempercepat respon terhadap isu bisnis yang penting.
d. Meningkatkan keterampilan karyawan.
e. Meningkatkan produktivitasa
f. Meningkatkan profit.
g. Meningkatkan berbagai praktik terbaik.
h. Mengurangi biaya.
i. Meningkatkan kolaborasi dalam perusahaan.
j. Cara kerja yang lebih baik.
k. Meningkatkan pangsa pasar.
l. Menciptakan peluang bisnis baru.
m. Menyempurnakan pengembangan produk baru.
n. Sistem retensi karyawan lebih baik.
o. Meningkatkan mutu produk dan layanan.

Anantatula (2005) menyimpilkan keuntungan dan manfaat yang diharapkan oleh


organisasi adalah: (1) meningkatkan kolaborasi dalam organisasi, (2) meningkatkan
keterampilan karyawan, (3) meningkatkan mutu produk dan layanan.
Misi utama manajemen pengetahuan pada dasarnya adalah: pertama, untuk
mengembangkan sistem yang lebih baik dalam rangka menciptakan, menangkap, dan
menyebarkan pengetahuan didalam organisasi dan kedua, menumbuhkan kesadaran bahwa
know-how akumulasi keterampilan melaksanakan pekerjaan dapat ditambahkan dengan
signifikan terhadap nilai bisnis.
F. DUKUNGAN DALAM MEWUJUDKAN REALITAS MANAJEMEN
PENGETAHUAN.

Dalam suatu organisasi, baik bisnis maupun organisasi publik, implementasi


manajemen pengetahuan didukung berbagai faktor yang mendukung keberhasilan
organisasi yang bersangkitan. Faktor- faktor pendukung manajemen pengetahuan tersebut,
yaitu seperti berikut.
a. FaktorManusia, Pada dasarnya manajemen pengetahuan berada dalam pikiran
manusia. Manusia jugalah yang merupakan pelaku dari proses-proses yang ada dalam
manjemen pengetahuan. Jika konsep manajemen pengetahuan tidak bisa dijalankan
maka faktor utamanya adalah manusia atau orang-orang yang ada di organisasi.
b. Kepemimpinan. Melalui kepemimpinan dapat dibangun sebuah visi yang kuat yang
dapat menggerakkan seluruh anggota organisasi untuk mencapai visi organisasi.
Seorang pemimpin harus menampakkan tindakan nyata, tidak hanya sekedar retorika.
Maka seorang pemimpin harus mengerahkan kapasitas intelektual yang dimilikinya
dan terjun langsung untuk mengawal jalannya manajemen pengetahuan. Untuk itulah
seorang pemimpin dengan kepemimpinannya yang baik harus memiliki determinasi .
yang tinggi terhadap capaian organisasi.
c. Teknologi. Teknologi informasi tidak bisa dihindari, maka sebuah organisasi harus
memaksimalkan fungsi tenologi informasi dalam menjalankan manajemen
pengetahuan. Sebuah organisasi yang ada pada zaman teknologi informasi
sebagaimana yang disampaikan oleh Alfin Toffler maka organisasi tersebut akan
tertingal dan kolaps.
d. Organisasi, Organisasi berkaitan dengan aspek operasional dari aset-aset pengetahuan,
termasuk fungsi-fungsi, proses-proses, struktur organisasi formal dan informal,
ukuran dan indikator pengendalian, proses penyempurnaan, dan rekayasa proses
bisnis. Olehkarena itu organisasi harus fleksibel menyikapi perubahan.
e. Pembelajaran Organisasi. learning organization sangat penting dalam implementasi
manajemen pengetahuan terutama dengan lima aktifitas LO yang diharapkan, yaitu:
penyelesaian masalah secara sistematis, pengujicobaan pendekatan-pendekatan baru,
belajar dari pengalaman masa lalu, belajar dan praktek, transfer pengetahuan secara
cepat dan efisien ke seluruh organisasi.
Menurut Setiarso (2009), Kemajuan dan daya saing organisasi banyak ditentukan
oleh manajemen pengetahuan yang dapat merespon lingkungan dan perubahan sistem
pasar. Penerapan manajemen pengetahuan pada suatu organisasi merupakan proses
panjang, yang mecakup perubahan perilaku semua karyawan dan manajer serta pihak
yang berkaitan dengan organisasi. Persoalanya sekarang adalah bagaimana teknik
manajemen pengetahuan ini mirip dengan teknik “tradisional” yang kemudian
menjadi relevan dengan perubahan organisasi. Selain ketiga hal tersebut di atas,
Birkinsaw juga menggaris bawahi tiga kenyataan yang sangat mempengaruhi berhasil
tidaknya knowledge management yaitu:
a. Penerapannya tidak hanya menghasilkan knowledge baru, tetapi juga mendaur-
ulang knowledge yang sudah ada.
b. Teknologi informasi belum sepenuhnya bisa menggantikan fungsi-fungsi
jaringan sosial antar anggota organisasi.
c. Sebagian besar organisasi tidak pernah tahu apa yang sesungguhnya mereka
ketahui, banyak knowledge penting yang harus ditemukan lewat upaya-upaya
khusus, padahal knowledge itu sudah dimiliki sebuah organisasi sejak lama.

Pada organisasi-organisasi modern saat ini, pandangan tentang manajemen


perubahan ini bersinggungan pula dengan cara mereka memberlakukan knowledge
sebagai modal intelektual. Manajemen perubahan mencakup prinsip, alat analisis,
ICT, teori perubahan strategis, peningkatan fungsi individu, sistem, struktur dan
proses kerja yang di dahului dengan desain organisasi, perbaikan kinerja pegawai,
hubungan antar bidang/bagian/kelompok dalam suatu organisasi.

Organisasi yang mencoba menerapkan sistem organisasi manajemen pengetahuan


merupakan organisasi yang bertindak sebagai katalis dan pengelola pengetahuan yang
akan mengidentifikasikan, memahami dan menguasai pengetahuan di bidang tertentu.
Dengan begitu organisasi, akan menjadi suatu organisasi yang profesional dalam
perannya sebagai pengelola pengethauan bidang tertentu. Misalnya bidang tertentu
melalui kontak pribadi tertentu yang berasal dari knoe ledge individu atau kelompok
mengenai pengalaman mereka, sedangkan explisit knowledge dapat berupa proses,
metode, cara, pola, dan pengalaman. Penguasaan terhadap kedua knowledge tersebut
dipahami dan dikuasai oleh organisasi, knowledge akan menjadi aset dari organisasi
tersebut.
Dengan demikian, akan terjadi siklus knowledge, yaitu dari suatu pengalaman
menjadi aset knowledge. Apabila know ledge tertentu sudah menjadi aset organisasi,
akan tersusun suatu struktur dan isi know ledge bidang tertentu. Kegiatan tersebut
dapat berupa knowledge trasfer, knowledge generation and harvesting dan knowledge
mapping, serta codification dan coordination.
Setelah organisasi menjadi profesional dalam perannya sebagai pengelola knowledge,
maka organisasi itu akan dapat mengembangkan dang membangun knowledge dasar
bidang tertentu. Terpolanya knowledge sharing berupa susunan lengkap lingkaran
konversi knowledge untuk dikembangakan menjadi knowledge manajemen terus
dilakukan sehingga knowledge menjadi aset di suatu organisasi, baik di lembaga
penelitian maupun di perusahaan.

Aplikasi dari knowledge manajemen dan knowledge sharing harus di upayakan


agar menjadi knowledge culture di suatu organisasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
knowsharing yang didasarkan kepercayaan. Kepercayaan itu berupa knowledge
sharing and trust, culture of teamwork and collaboration, yang dapat menyusun road
maps dan tujuan knowledge manajemen, jaringan,communities of pratices, KM
interactive system. Selanjutnya, apabila organisasi tersebut akan diarahkan ke bisnis,
perlu diupayakan terbentuknya suatu knowledge business strategy sehingga
knowledge yang dikelola menjadi aset organisasi.

Dalam lingkungan global, knowledge menjadi senjata yang ampuh untuk


bersaing, kegiatan mengelola knowledge secara efektif menjadi sangat penting
sehingga akhirnya akan menjadi kompetensi ini. Pengetahuan dalam suatu organisasi
merupakan kebutuhan karena knowledge dapat mengarahkan organisasi tersebut
menjadi handal, tetap exist atau berkesinabungan dan berdaya saing, karena
knowledge adalah informasi yang kontekstual, relevan, dan dapat ditindaklanjuti
(Turban, Mclean dan Wetherbe, 2002). Disamping adanya dukungan terhadap
manajemen pengetahuan secara organisasional, juga menghadapi tantangan berkaitan
dengan tujuan menghungankan manajemen pengetahuan dengan kinerja organisasi.
Pendekatan yang paling praktis adalah dengan mengaitkan manajemen pengetahuan
dengan kinerja organisasi dan inovasi. Manajemen pengetahuan adalah pemungkin
(enable) dari proses menuju kinerja yang optimal dan inovasi itu.
BAB II
Wacana dan Realita di Organisasi
A. Konsep dasar Pengetahuan
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorangterhadap
objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga dan indra
penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan
proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti
motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial
budaya.Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadarioleh
seseorang (Agus, 2013).

Proses terjadinya Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan mengungkapkan bahwa sebelumorang
mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses sebagai berikut:
1) Kesadaran(Awareness),dimanaorangtersebutmenyadaridalamartimengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulasi (obyek).
2) Merasa(Interest), tertarik terhadap stimulasiatau obyektersebut disinisikap obyek
mulai timbul.
3) Menimbang-nimbang(Evaluation),terhadap baik dan tidaknya stimulasitersebut bagi
dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba (Trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuaidengan apa
yang dikehendaki.
5) Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan,kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.
Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup dalam domainkognitif
mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajarisebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh sebab itu
tingkatan ini adalah yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secarabenar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materitersebut secara
benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan,menyebutkan contoh dan
lain-lain.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materiyang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
kontak atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
ataumenghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan,
meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi(Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuksan
penilaianterhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteriayang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Dari teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan
bahwapengetahauan memiliki 6 tingkatan pengetahuan dimana tingkat pengetahuan
tersebut diantaranya tingkat pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan,
tingkat kedua memahami pengetahuan yang didapatkan, tingkat ketiga dapat
mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, tingkat keempat mampu
menjabarkan suatu materi atau menganalisis, tingkat kelima dapat mensintesis atau
menunjukan kemampuan untuk meringkas suatu materi, dan tingkat pengetahuan yang
keenam seseorang mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi.

Jenis Pengetahuan
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatansangat
beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan.
Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut:
 Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalan pengetahuan yang masih tertanam dalambentuk
pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan
pribadi, persfektif, dan prinsip. Biasanya pengalamanseseorang sulit untuk ditransfer
ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak
disadari. Contoh seseorang mengetahui tentang bahaya merokok bagi kesehatan, namun
ternyata ia merokok.
 Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikanatau
tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.Pengetahuan
nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungandengan kesehatan. Contoh
seseorang yang telah mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan dan ia tidak merokok
(Agus, 2013).

Cara Memperoleh Pengetahuan


Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasaldari
berbagai macam sumber, misalnya: media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.
Menurut Notoatmodjo (2012) dari berbagai macam cara yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah,
dapatdikelompokkan menjadi dua yakni:
Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
1) Trial and Error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkinsebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi persoalan
atau masalah, upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba-coba saja. Cara coba-coba ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang lain
sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan Error
(gagal atau salah atau metode coba salah adalah coba-coba).

2) Kekuasaaan atau otoritas


Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisiyang
dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang dilakukan itu baikatau tidak.
Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi
pada masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya
berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat berupa
pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan dan sebagainya.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi


Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik“. Pepatah
inimengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan
ataupengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

4) Jalan pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia caraberpikir umat
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampumenggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logisdan ilmiah yang
disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, membuat catatan
terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati (Notoatmodjo, 2012).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sebagai berikut:

 Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dankemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun nonformal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidian seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlakdiperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh
pada pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung
dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek
positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap
objek tersebut.

 Informasi/media massa
Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula
yangmenekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi jugadapat
didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Informasi yang diperoleh baik
dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
 Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik,terhadap
berbagai informasi, termasuk kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak
melaluipenalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untukkegiatan tertentu
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

 Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baiklingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untukmemperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan
dan keterampilan profesional, serta dapat mengembangkankemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manisfestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik
yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja.

 Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakinbertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnyasehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih
banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan dirimenuju usia
tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan
hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisionalmengenai jalannya
perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut:
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai semakin
banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena telah
mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ
akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa
kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan
bertambahnya usia (Agus, 2013).

Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket
yangmenanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden.Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan
menurut tahapan pengetahuan (Agus, 2013).
Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka yang
menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan peningkatan yaitu kolom menunjukkan
letak ini maka sebagai konsekuensinya setiap centangan pada kolom jawaban
menunjukkan nilai tertentu. Dengan demikian analisa data dilakukan dengan
mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya lalu
mengalihkan frekuensi pada masing-masing kolom yangbersangkutan. Disini peneliti
hanya menggunakan 2 pilihan yaitu: “Benar” (B)dan “Salah” (S).

B. Potensi Pengetahuan dalam Organisasi sebagai Sumber Daya Saing

Sumber daya internal organisasi yang tidak dapat di tiru oleh pesaing adalah pengetahuan,
pengetahuan dalam organisasi merupakan akumulasi dari pengetahuan individu individu
dalam organisasi. Menurut Nonaka dan Takeuchi (2004), perusahaan Jepang mempunyai
daya saing karena mereka memahami bahwa knowledge merupakan sumber dari daya saing,
knowledge ini harus dikelola, karena harus direncanakan dan diimplementasikan.

Menurut Berney dalam Nawawi (2012:23-24) ada empat kriteria yang dapat dipakai untuk
membantu perusahaan mengidentifikasikan sumber daya yang dapat mendukung keunggulan
bersaing,

1. Berharga, (valuability). Dalam arti mempunyai kapasitas menyempurnakan efisiensi,


efektivitas organisasi dan menghasilkan inovasi.
2. Langka, (rarity). Sumber daya harus langka, karena tidak banyak tersedia atau sulit
diperoleh dan sangat diminati.
3. Sulit ditiru, (inimitability). Untuk mendukung keunggulan daya saing, sumber daya
harus sulit ditiru
4. sulit digantikan, (subtitutability). Sumber daya harus sulit dicari pengganti atau
subtitusinya.

Pengetahuan dapat menjadi keunggulan kompetitif yang tahan lama bila organisasi
mengetahui lebih banyak akan sesuatu dibandingkan pesaing. Tidak seperti sumberdaya
tradisional lainnya yang dapat berkurang saat digunakan, pengetahuan justru akan meningkat
pada saat digunakan. Pengetahuan yang semakin sering digunakan akan semakin bernilai bagi
organisasi.

C. Sistem dan Kelompok Pakar dalam Organisasi


Teori Sistem Sosial Katz & Kahn
Kebanyakan interaksi kita dengan orang lain merupakan tindakan komunikatif
(verbal/non verbal, bicara / diam). “komunikasi – pertukaran informasidan transmisi
makna – adalah inti suatu sistem sosial atau suatu organisasi. Termasuk dalam bentuk-
bentuk interaksi sosial seperti penggunaan pengaruh, kerja sama penularan sosial atau
peniruan dan kepemimpinan yang dimasukkan dalam konsep organisasi.

Tiga Unsur Pokok Berpikir Sistem


1. Sains Sistem
Merupakan sebuah ekplorasi ilmiah tentang sistem dalam berbagai bidang ilmu.

2. Sistem Teknologi
Merupakan problem yang muncul dalam teknologi modern dan masyarakat.

3. Filsafat Sistem
Merupakan re-orientasi pemikiran dan pandangan dunia ilmiah tentang paradigma baru
(Husaini, 2009:42).

Syarat-Syarat Sistem
a. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah.
b. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.
c. Adanya hubungan diantara elemen sistem.
d. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting dari pada
elemen sistem.
e. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.

Elemen-Elemen Sistem
Sistem (Kambey, 2010:36-39) dapat dikatakan memiliki elemen-elemen sebagai
berikut:
1. Tujuan
Sebuah sistem harus memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut
berfungsi sebagai motivasi untuk mengarahkan sistem. Tujuan sistem informasi
bergantung pada kegiatan yang ditangani oleh organisasi yang
mengimplementasikan sistem informasi tersebut.

2. Masukan (input)
Masukan (Input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk kedalam sistem
dan selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Masukan dapat berupa hal-hal
berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan
yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud
adalah informasi (misalnya permintaan jasa dari pelanggan). Pada sistem
informasi, masukan dapat berupa data transaksi, dan data non-transaksi (misalnya
surat pemberitahuan) serta instruksi.

3. Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transfer misi dari
masukan menjadi keluaran yang berguna, misalnya berupa informasi dan produk,
tetapi juga bisa hal-hal yang tidak berguna. Misalnya saja sisa pembuangan atau
limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa pemanasan bahan mentah. Pada
rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien. Pada sistem
informasi, proses dapat berupa suatu tindakan yang bermacam-macam.
Meringkas data, melakukan perhitungan, dan mengurutkan data merupakan
beberapa contoh proses.

4. Keluaran (output)
Keluaran merupakan hasil dari pemrosesan atau hasil pengoperasian dari
suatu sistem. Keluaran dalam sistem informasi dapat berupa produk akhir
(finished product), pelayanan manusia (human service), informasi rekomendasi,
cetakan laporan, dan sebagainya.
5. Mekanisme Pengendalian
Elemen mekanisme pengendalian merupakan unsur pengawasan dari
pelaksanaan proses pencapaian tujuan.

6. Umpan Balik
Umpan balik merupakan elemen yang memberikan respons atas berjalannya
suatu sistem, berupa pemeliharaan, perbaikan sistem, dan pembaharuan sistem.

Tujuan Sistem
Setiap sistem memiliki tujuan (goal), entah hanya satu atau mungkin banyak.
Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem
menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan lain
berbeda-beda.
Begitu pula yang berlaku pada sistem informasi. Setiap sistem informasi memiliki
suatu tujuan, tetapi dengan tujuan yang berbeda-beda. Walaupun begitu, tujuan utama
yang umum ada tiga macam (Hall, 2001) yaitu :
a) Untuk mendukung fungsi kepengurusan manajemen
b) Untuk mendukung pengambilan keputusan
c) Untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan
Secara lebih spesifik, tujuan sistem informasi bergantung pada kegiatan yang
ditangani. Namun, kecenderunga penggunaan sisem informasi lebih ditunjukkan pada
usaha menuju keunggulan kompetitif, yang artinya mampu bersaing dan mengungguli
pesaing. Pada pasar swalayan, tujuan sistem informasi adalah untuk mengurangi antrian
(karena pemasukan data dapat dilakukan dengan cepat oleh kasir melalui pembacaan
barcode), meningkatkan keakurasian dan sekaligus palayanan kepada pelanggan, serta
mempercepat pemantauan terhadap sediaan barang. Pada bank, sistem informasi
ditujukan untuk meningkatkan kepuasan nasabah. Misalnya, nasabah dipermudah
dalam memperoleh informasi tabungan melalui fasilitas telepon, mengambil uang di
counter-counter ATM, dan bahkan melakukan transfer via internet. Perusahaan buku
online dapat membantu pembeli untuk mendapatkan buku-buku yang diperlukan
dengan mudah dan sekaligus dapat mengurangi biaya operasional karena tidak perlu
menyediakan toko atau ruang pemeran secara fisik.

Sifat-Sifat Sistem
(1) selalu terdiri dari lebih dari satu subsistem

(2) selalu merupakan bagian dari sistem yeng lebih besar

(3) dapat bersifat tertutup dan terbuka

(4) selalu memiliki batas-batas sistem

(5) sistem tertutup cenderung mengalami kemunduran (entropi)

(6) rasio input, proses, dan output diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
dinamis dan mempertahankan kehidupannya

(7) memerlukan umpan balik untuk menjaga keseimbangan tersebut


(8) perubahan cepat memerlukan kewaspadaan dengan meningkatkan mutu
subsistem antara spesialisasi dan diferensiasi struktur

(9) akibat spesialisasi dan diferensiasi, batas sistem perlu diperluas

(10) bertambahnya interaksi dengan lingkungannya menyebabkan sulitnya pemecahan


masalah sebuah sistem karena itu muncul istilah kontingensi (situasional)

(11) menyeluruh (wholistic), yaitu dipahami sebagai kesatuan total bukan atomistic
(bagian-bagian)

(12) sinergi, yaitu bekerja bersama-sama, hasilnya lebih besar daripada bekerja
sendiri-sendiri (Husaini:2009).

Klasifikasi Sistem
Sebagai bagian yang sangat penting dalam mendukung suatu organisasi, maka
sistem dapat dilihat dalam beberapa jenis, menurut Kambey (2010:39-41) antara lain:
1. Sistem alamiah (natural system) dan sistem buatan manusia
Sistem alamiah (natural system) adalah sistem yang terjadi karena proses alamiah, dan
tidak terpengaruh campur tangan manusia; seperti sistem tata surya.
Sistem buatan manusia (human mode system) adalah sistem yang dirancang dan
diciptakan manusia; seperti sistem tata organisasi,dll.
2. Sitem terbuka (open system) dan sitem tertutup (Closed system)
Sistem terbuka (open system) adalah sistem yang selalu berhubungan dengan
lingkungan luarnya (interrelation) dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Sehingga terjadi
memberi dan menerima informasi, energy, dan materi-materi dari lingkungannya.
Sistem tertutup (closed system) adalah sistem yang tidak berinteraksi dan tidak
dipengaruhi oleh lingkungannya, dan bekerja mengikuti pola yang tetap secara sebab
akibat (suatu saat sistem inipun akan dipengaruhi oleh lingkungannya).
3. Sistem sederhana (simple system) dan sistem kompleks (sophisticated system)
Pembagian sistem ini didasarkan pada tingkat kerumitannya. Sistem dibedakan menjadi
sistem sederhana (misalnya sepeda) dan sistem kompleks (misalnya otak manusia).
4. Sistem deterministic (deterministic system) dan sistem probabilistic (probabilistic
system)
Sistem deterministic (deterministic system) adalah suatu sistem yang operasinya dapat
diramalkan secara tepat dan pasti, misalnya sistem komputer.
Sistem probabilistic (probabilistic system) adalah sistem yang tidak dapat diramal
dengan tepat dan pasti karena mengandung unsur kemungkinan, misalnya sistem arisan
dan sistem sediaan, kebutuhan rata-rata dan waktu untuk memulihkan jumlah sediaan
dapat ditentukan tetapi nilai yang tepat sesaat tidak dapat ditentukan dengan pasti.
5. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik Sistem abstrak (abstract system)
Sistem Abstrak adalah sistem yang berisi gagasan atau konsep, misalnya sistem teologi
yang berisi gagasan tentang hubungan manusia dan tuhan. Sedangkan sistem fisik
(physical system) adalah sistem yang secara fisik dapat dilihat, misalnya sistem komputer,
sistem sekolah, sistem akuntansi dan sistem transportasi.
Pendekatan Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan.
Organisasi sebagai suatu sistem akan dipandang secara keseluruhan, terdiri dari bagian-
bagian yang berkaitan (sub-sistem), dan sistem/organisasi tersebut akan berinteraksi
dengan lingkungan.
Model sistem sebagaimana digambarkan oleh Bertalanffy yang terkenal dengan
General System Theory (GST)-nya yang dikutip Husaini (2009) sebagai berikut; (1)
input organisasi; biasanya diperoleh dari lingkungan, seperti bahan mentah, manusia,
modal, dan informasi (2) proses transformasi; kegiatan dalam organisasi, seperti sistem
produksi, pengendalian, administrasi (3) output; keluaran yang dihasilkan ke
lingkungan, seperti produk, keuntungan, informasi (4) feedback; umpan balik
Sehingga setiap organisasi memiliki pendekatan-pendekatan dalam sistemnya
yang meliputi penerapan konsep-konsep dan strategi yang cocok dari teori-teori sistem
guna mempermudah pemahaman tentang organisasi dan praktik manajerialnya.

Pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam sistem suatu organisasi sebagaimana


dikemukakan oleh Mamduh M. Hanafi (2003), dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Sistem terbuka
Sistem yang terbuka berarti sistem tersebut berinteraksi dengan lingkungan. Sebaliknya
sistem yang tertutup adalah sistem yang tidak berinteraksi dengan lingkungan. Semua
organisasi merupakan sistem terbuka, meskipun dengan tingkat yang berbeda-beda.
2. Sub-sistem
Sub-sistem merupakan bagian dari sistem. Dalam sistem, sub-sub sistem saling
mempengaruhi. Sehingga agar dapat mengendalikan sistem dengan seksama dan sinergis,
maka sistem harus dilihat secara komprehensif, artinya sistem dapat terbangun bila sub-sub
sistem berfungsi secara sempurna.
3. Sinergi
Jika sub-sub sistem bekerjasama, maka hasil yang diperoleh akan lebih efektif
dibandingkan bekerja secara sendiri-sendiri. Sinergi sering dikaitkan dengan merger dimana
dua organisasi yang bersatu akan lebih efisien dibandingkan dengan jika dua organisasi
berjalan sendiri-sendiri, terutama pada organisasi-organisasi yang mengelola produk.
4. Batasan sistem
Batasan sistem membatasi sistem dengan lingkungannya. Dalam sistem yang terbuka,
biasanya batas tersebut fleksibel, berbeda dengan sistem tertutup, batas tersebut kaku.
5. Aliran
Input akan mengalir ke sistem, kemudian diproses oleh sistem, dan keluar sebagai
output.
6. Feedback
Feedback atau umpan balik merupakan elemen penting dalam pengendalian. Umpan
balik informasi diberikan ke orang-orang yang tepat dalam organisasi, kemudian diproses
lebih lanjut. Sehingga jika sesuatu melenceng dari rencana yang telah ditetapkan, maka
perbaikan bisa segera dilakukan.
7. Entropi
Entropi merupakan proses dimana sistem menuju ke kehancuran. Jika satu organisasi
tidak mampu memproses feedback dengan baik dan tidak bisa menyesuaikan perubahan
selera konsumen/ stakeholders, maka akan mengalami kebangkrutan dan mati.
Aliran sistem percaya bahwa aliran sistem akan menyerap aliran lainnya, atau
berkembang menjadi aliran yang dominan dengan definisi aliran yang jelas.

Penerapan Sistem dalam Pendidikan


Salah satu konsep yang paling banyak dipakai dalam memahami organisasi ialah
dengan memandang organisasi sebagai sistem dan memandang organisasi sebagai
organisasi pembelajaran. Sistem terbagi dua, yaitu tertutup dan terbuka. Sistem tertutup
ialah sistem yang tidak berinteraksi dengan lingkungannya. Sebaliknya sistem terbuka
ialah sistem yang berinteraksi dengan lingkungannya. Organisasi pendidikan sebagai
sistem organisasi sosial dipengaruhi baik oleh lingkungan internalnya maupun lingkungan
eksternal organisasinya.

Secara total bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang memiliki kegiatan cukup
kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Jika menginginkan
pendidikan terlaksana secara teratur, berbagai elemen (komponen) yang terlibat dalam
kegiatan pendidikan perlu dikenal lebih dahulu. Secara mikro pendidikan dapat dilihat dari
hubungan elemen peserta didik, pendidik, dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan.
Sedangkan secara makro jangkauannya lebih luas.

Lingkungan internal bersifat langsung (mikro), maka peserta didik dan pendidik
merupakan elemen sentral. Karena pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka
memiliki tujuan, dimana untuk mencapai tujuan tersebut ada berbagai sumber dan adapula
kendala. Dengan memperhatikan berbagai sumber dan kendala, maka ditetapkan bahan
pengajaran; yang terdiri dari pengetahuan, teori, dan model pendidikan yang telah dimiliki
maupun yang berkembang yang disusun dan telah diujicobakan para ahli, dan metode
yang digunakan oleh pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan. Sedangkan
lingkungan internal bersifat makro yakni input (sumber pendidikan), yang terdiri dari
tujuan dan prioritas, peserta didik, manajemen, struktur dan penjadwalan, isi (muatan)
kurikulum, guru, alat bantu pembelajaran, fasilitas (sarana prasarana), teknologi,
pengawasan dan evaluasi, penelitian tindakan guna perbaikan mutu, dan biaya dan output
(hasil pendidikan).

Lingkungan eksternal bersifat langsung (mikro) yang terdiri atas para pesaing
(competitor), penyalur (supplier), pelanggan (customer), lembaga-lembaga keuangan
(financial institutions), pemerintah (government), organisasi kerja (labour unions), media,
dan kepentingan kelompok khusus (special-interst groups), dan lingkungan eksternal tidak
langsung (makro) meliputi teknologi, ekonomi, politik, dan sosial (Wing:2006).

Sehingga peningkatan mutu pendidikan dengan pendekatan sistem berarti mulai dari
input, proses, output, sampai pada outcome pendidikan dilakukan dalam satu sistem yang
saling mempengaruhi. Agar proses ini berjalan secara terintegrasi, dibutuhkan paradigma
baru dalam pendekatan dalam pengelolaan sistem pendidikan secara terpadu.
Karakteristik Sistem
Suatu sistem mempunyai karakteristik, diantaranya yaitu :

a. Komponen (components)
`Terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, dan bekerja sama membentuk
satu kesatuan. Komponen-komponen dapat terdiri dari beberapa subsistem atau
subbagian, dimana setiap subsistem tersebut memiliki fungsi khusus dan akan
mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

b. Batas sistem (boundary)


Merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem lainnya atau
dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang
sebagai satu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem
tersebut.

c. Lingkungan luar sistem (environments)


Adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.
Lingkungan luar dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Lingkungan yang
menguntungkan harus tetap dijaga dan dipelihara, sebaliknya lingkungan yang merugikan
harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak ingin terganggu kelangsungan hidup sistem.

d. Penghubung (interface)
Merupakan media penghubung antar subsistem, yang memungkinkan sumbar-sumber
daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Keluaran (output) dari satu
subsistem akan menjadi masukan (input) untuk subsistem lainnya melalui penghubung
disamping sebagai penghubung untuk mengintegrasikan subsistem-subsistem menjadi
satu kesatuan.

e. Masukan (input)
Adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem, yang dapat berupa masukan
perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Masukan perawatan
adalah energi yang dimasukkan supaya sistem dapat beroperasi, sedangkan masukan
sinyal adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran. Sebagai contoh di dalam
sistem komputer, program adalah maintenance input yang digunakan untuk
mengoperasikan komputer dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

f. Keluaran (output)
Adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang
berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem yang
lain. Misalnya untuk sistem komputer, panas yang dihasilkan adalah keluaran yang tidak
berguna dan merupakan hasil sisa pembuangan, sedangkan informasi adalah keluaran
yang dibutuhkan.

g. Pengolah (process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah masukan
menjadi keluaran. Suatu sistem produksi akan mengolah masukan berupa bahan baku dan
bahan-bahan lain menjadi keluaran berupa barang jadi. Sistem akuntansi akan mengolah
data-data transaksi menjadi laporan-laporan keuangan dan laporan-laporan lain yang
dibutuhkan oleh manajemen.
h. Sasaran (objectives) atau tujuan (goal)
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Kalau suatu
sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Sasaran
dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang
akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan bersila bila mengenai sasaran atau
tujuannya.

Manfaat Penggunaan Pendekatan Sistem


1. Mengoptimalkan hasil penggunaan sumber daya yang efisien.

2. Salah satu alat pengendali biaya.

3. Mengefisienkan aktivitas dalam kantor.

4. Alat bantu pencapaian tujuan organisasi.

5. Alat bantu organisasi dalam menerapkan fungsi-fungsinya.

Kerugian Penggunaan Pendekatan Sistem


1. Pengoperasian kurang fleksibel.

2. Perubahan pada sistem atau subsistem, akan mengubah metode dan prosedur
suatu organisasi.

3. Memerlukan waktu sosialisasi.

4. Kemungkinan terdapat resistensi dari anggota organisasi.

Tahapan dalam Pengembangan Sistem


1. Batasi secara jelas proses yang perlu dipelajari.

2. Beri rencana tentang isi dan proses yang berjalan.

3. Analisis proses yang sedang berjalan.

4. Rencanakan proses yang dikembangkan.

5. Buat proses baru.

Jenis Sistem
1. Sistem pada tingkatan operasional

2. Sistem pada tingkatan staf (perkantoran)

3. Sistem pada tingkatan manajemen

4. Sistem pada tingkatan strategis


Ciri-Ciri Sistem
1. Nonsumativitas, yaitu suatu sistem tidak sekedar jumlah dari bagian-bagiannya.
Namun dia akan memperoleh identitas yang terpisah dari masing-masing
hubungan.

2. Unsur-unsur struktur, fungsi dan evlusi. Sturktur merujuk pada hubungan


antarkomponen suatu sistem. Struktur mencerminkan keteraturan.

3. Keterbukaan. Organisasi adalah sistem sosial. Batas-batasnya dapat ditembus,


yang memungkinkan organisasi berinteraksi dengan lingkungannya sehingga
memperoleh energi dan informasi.

4. Hierarki. Suatu sistem merupakan suatu suprasistem bagi sistem-sistem lain di


dalamnya, atau sebagai subsistem bagi suatu sistem yang lebih besar.

D. Konteks Pengetahuan dalam Organisasi


Pengetahuan (knowledge) dalam organisasi diperoleh dari Individu-Individu atau
kelompok orang-orangyang mempunyai knowledge atau kandang kala dalam rutinitas
organisasi knowledge diperoleh melalui media yang terstruktur, seperti buku, dokumen,
atau hubungan orang ke orang yang berkisa dari pembicaraan ringan hingga ilmiah.

Pengetahuan (knowledge) merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus tacit. Penciptaan


knowledge secara efektif bergantung pada konteks yang memungkinkan terjadinya
penciptaan tersebut bisa berupa fisik,maya,mental, atau ketiganya. Menurut Cole (1992)
dalam kegiatan riset terkandung sekaligus ketiga aspek “isi kognitif” dari ilmu
pengetahuan, yaki foci of attention, tingkat perkembangan, dan isi intelektual.

Selanjutnya, Cole (1992) mengatakan bahwa proses tersebut sangat dipengaruhi oleh
kepuasan sosial, dan bukan hanya oleh validitas keilmiahan isinya. Jalan proses riset tidak
dapat dilepaskan daro kondisi ketiga elemen dasarnya.
1. Komunitas ilmuannya itu sendiri.
2. Sistem iptek yang berkaitan dengan kondisi sosial, politik, ekonomi,dan budaya
yang berkembang.
3. Organisasi menjadi semacam katalis bagi komunitas untuk tumbuh dalam suatu
sisitem.
E. Strategi Pengelolaan Pengetahuan dalam Organisasi
Peristilahan strategi berasal dari bahasa Yunani: strategos, yang berasal dari kata
stratos, yang berarti militer dan ag, yang artinya memimpin. Strategi dalam kontek
awalnya ini diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral
dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang. Menurut
Christensen (1992), strategi dapat ditinjau dari segi militer, politik, ekonomi, perusahaan,
dan organisasi publik, pemanfaatan sumberdaya dalam memberikan pelayanan pada
masyarakat.

Berkaitan dengan strategi organisasi, Hansen (1999) mengemukakan bahwa pada


dasarnya, strategi organisasi dalam mengelola knowledge terbagi atas dua ekstern. Yaitu
strategi kodifikasi (codification strategy) dan strategi personalisasi (personalization
strategy).

Pengakuan pengetahuan sebagai aset strategik bagi perusahaan menyebabkan


pengetahuan diperlakukan sebagai target utama untuk dikelola, dikontrol, dirasionalisasi,
dikalkulasi, dan dihitung. Kebutuhan akan pentingnya pengetahuan untuk dikelola bukan
lagi barang mewah saat ini, tetapi kebutuhan tersebut didorong karena adanya tingkat
persaingan, permintaan pasar, praktik operaqsional dan manajemen baru, ketersediaan
pendekatan manajemen serta teknolgi informasi. Apabila dorongan kebutuhan tersebut
dikelompokkan, kebutuhan tersebut lebih disebabkan karena dorongan akan dua hal, yaitu
karena dorongan yang bersumber dan luar perusahaan dan karena dorongan yang
bersumber dari dalam perusahaan.Kelangsungan hidup dan kesuksesan perusahaan
tergantung kepada kemampuanmerespon dan mengontrol kekuatan dari berbagai sumber.
Kekuatan-kekuatan yang kemungkinannya dapat menjadi sumber pemicu, antara lain
sebagai berikut :
a. Bisnis yang menggobal dan persaingan tingkat internasional
b. Dorongan dalam perusahaan
Secara khusus, efektivitas perusahaan dibatasi oleh pembatasan dalam alur kerja,
informasi, dan lain lain. Kemacetan telah diatasi dan direlokasi ke aspek yang lain melalui
berbagai perbaikan, misalnya investasi di dalam bidang teknologi dan logistik karyawan:
yang memiliki semangat dan daya tahan kerja; ketersediaan informasi untuk pengambilan
keputusan yang lebih akurat, sempurna dan tepat waktu: peningkatan kemampuan
pelaksanaan tugas yang bersifat rutin serta penataan tugas operasional yang lebih simpel.
Namun demikian, saat ini perusahaan juga masih membutuhkan peningkatan efektifitas dan
perilaku cerdas. Kemacetan telah bergeser dari yang bersifat nyata kepada pekerjaaan yang
menggunakan pengetahuan secara intensif, area kerja yang memerlukan pemahaman dan
keahlian.

F. Proses Pengalihan Pengetahuan dalam Organisasi


Para pakar, dalam mengemukakan proses atau transformasi informasi menjadi
pengetahuan, satu sama lain berbeda-beda dalam menentukan prosesnya. Menurut Devenport
dan Purusak (1996), empat tahapan dalam tranformasi pengetahuan, yaitu seperti berikut:
a. Comparison ; membandingkan informasi pada situasi tertentu dengan situasi yang
lain yang telah diketahui.
b. Consequences ; menemukan implikasi-implikasi dari informasi yang bermanfaat
untuk mengambil keputusan dan tindakan.
c. Connections ; menentukan hubungan bagian-bagian kecil dari informasi dengan
hal-hal lain.
d. Convertations ; Membicarakan pandangan, pendapat serta tindakan orang lain
terkait informasi tersebut.

Dalam proses pengaihan pengetahuan, mendasarkan pada pemikiran dan pengalaman


ditambah dengan hasil studi dari Szulanski (1996, dalam Setiarso, el.al, 2009) yang
mendiskusikan permasalahan dalam proses pengalihan knowledge dari individu/kelompok ke
individu/kelompok lain, serta pengamatan empiris dan studi di sebuah organisasi pada proses
penciptaan knowledge (misalnya, produk informasi: pohon industri, kemasan informasi,
paket informasi dan sebagainya), dapat disimpulakan sebagai berikut:

a. Akses pada informasi/knowledge


b. Refleksi atas tindakan masa lalu
c. Kemampuan menyerap
d. Kemampuan belajar
e. Persepsi bahwa kegiatan pertukaran/berbagi knowledge dan kombinasi
knowledge adalah sangat berharga.
G. Dinamika dan Perubahan Pengetahuan dalam Organisasi
Organisasi yang dinamis dalam menjalankan perannya, untuk mencapai suatu tujuan
harus mampu merespon dinamika dan tuntutan lingkungan organisasi, baik secara internal
maupun eksternal. Pemikiran tentang perubahan fundamental dalam cara berorganisasi
telah melahirkan pemikiran tentang manajemen perubahan. Menurut Worren, Ruddle. et,al
(1999), istilah manajemen perubahan (change manajement) saat itu dipakai untuk
mencakup teori dan praktik yang berhubungan dengan pengembangan organisasi
(organizational development), sumber daya manusia, manajemen proyek, dan perubahan
strategi organisasi. Manajemen perubahan menjadi upaya perubahan organisasi yang lebih
besar, bersama denga komponen lain yaitu : Pengembangan strategi, penyempurnaan
proses, penerapan teknologi.

Tujuan utamanya seringkali adalah mengintregrasikan komponen-komponen ini,


misalnya dengan menciptakan kesetaraan antara penetapan tujuan-tujuan strategis dengan
kebijakan sumber daya manusia (SDM) atau membangun infrastruktur teknologi informasi
baru untuk mendukung terciptanya kerja sama antar karyawan (desain intranet baru).
Sebenarnya, manajemen perubahan juga merupakan penerapan teori yang menyatakan
bahwa berpindah dari kondisi lama ke kondisi yang sesuai dengan masa depan
memerlukan perubahan komprehensif dalam berbagai komponen. Perubahan ini termasuk
perubahan perilaku, kultur, struktur organisasi, proses kerja, dan infrastruktur information
and communication technology.

Prinsip pengembangan organisasi sebelumnya memusatkan perhatian pada


keterampilan dan sikap individu serta kurang memperhatikan peran struktur serta kurang
memperhatikan peran struktur dan sistem. Dalam pandangan klasik, organisasi yang ingin
berubah harus mengupayakan perubahan dalam sikap dan pandangan orang sebelum
mengubah struktur organisasi atau teknologi yang digunakan organisasi. Dengan kata lain,
pertama-tama harus adaq perubahan dalam perilaku karyawan, sebelum sikap, norma, dan
keterampilan terbentuk secara sempurna. Lalu perubahan dalam struktur formal dan sistem
dapat berlangsung dengan suatu komitmen dan kompetensi, berkembang melalui
keterlibatan semua anggota organisasi dalam proses perubahan.

Dalam organisasi modern saat ini, diingatkan kembali tentang perlunya perhatian pada apa
yang selama ini dikenal sebagai “modal usaha”, yaitu seperti berikut.
a. Jaringan hubungan pribadi antar-lintas yang perlahan-lahan berkembang sebagai
landasan untuk saling percaya, bekerja sama, dan melakukan tindakan kolektif dan
sebuah komunitas dalam organisasi.
b. Jaringan saling mengenal dan menghargai
c. Mengandung kewajiban pada diri karyawan yang timbul karena rasa terima kasih,
menghormati dan persahaban atau adanya hak yang dijamin secara organisasional.
d. Anggota jaringan memiliki akses informasi dan kesempatan
e. Status sosial atau reputasi sosial bagi seluruh anggota jaringan, terutama kalau
keanggotaannya terbatas.
Model skandia juga memberi penekanan kepada pentingnya “human capital” dalam
konteks organisasi atatu komunitas. Istilah ini bisa dipakai dalam pengertiannya sebagai
Intellectual capital (IC) yang mengacu kepada knowledge dan kemampuan mengetahui
(knowing capability)
Dari sebuah kolektifitas organisasi yang meliputi knowledge, keterampilan, dan
kapabilitas yang memungkinkan seseorang bertindak dengan cara baru. Dengan demikian,
intellectual capital (IC) merupakan sebuah sumber daya penting serta kapabilitas untuk
bertindak berdasarkan knowledge dan kemampuan untuk mengetahui dalam bidang
perpustakaan/dokumentasi dan informasi.

Abell dan Oxbrow (2001) mengidentifikasi lima hambatan yang menyebabkan


kurangnya keterlibatan profesi kepustakawanan dalam manajemen knowledge, yaitu seperti
berikut.
a. Adalah kenyataan bahwa manajemen knowledge hampir selalu digerakkan oleh
sebuah tim perencanaan strategis yang beranggotakan anggota-anggota senior
sementara pustakwan tidak dilibatkankarena kedudukan mereka dianggap tidak
langsung berhubungan dengan strategi organisasi.
b. Konsep manajemen knowledge itu sendiri diartikan dan dipusatkan pada
transformasi organisasi lewat perubahan kultur kerja dan lewat pembeajaran
organisasi (learning organization), sesuatu yang oleh pustakawan sendiri dianggap
berada di luar bidangnya.
c. Manajer senior dalam sebuah organisasi cenderung mengganggap bahwa pustakwan
hanya bisa dikaitkan dengan perpustakaan dalam pengertian (tradisionanl)
d. Pustakawan sendiri menganggap bahwa manajemen knowledge hanya semata-mata
buzzword yang akan hilang dengan sendirinya.
e. Adanya pola pikir yang sudah baku (mindset) dikalangan pustakawan yang sudah
tidak cocok lagi dengan perkembangan lingkungan kerja organisasi. Salah satu pola
pikir itu adalah bahwa pustakawan menyediakan jasa, sementara lingkungan kerja
yang baru membutuhkan mitra kerja, bukan penyedia jasa saja.

Dalam setiap pembelajaran (lessons learn) mengenai pengetahuan dari setiap kegiatan
agar ditulis dalam bentuk dokumen (hardcopy) maupun surat atau e-mail. Kumpulan
pengalaman tersebut, dikumpulkan pada suatu basis data yang telah ada kategorinya
sehingga mudah diakses orang atau pihak lain yang membutuhkan. Data yang bersifat
rahasia disimpan dengan cara tertentu, di mana akses penggunaanya dapat dilakukan sesuai
dengan perjanjian formal anatara pihak-pihak yang membutuhkan.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Akhirnya SDM perlu mengembangkan minat, pemahaman dan keakhlian dalam


menerapkan peralatan temasuk yang bersifat teknologi untuk membantu mereka mencapai
tujuan manajemen pengetahuan strategis organisasi. Ini berarti bahwa SDM perlu
melakukan investasi untuk perkembangan dirinya sendiri, dan kini waktunya telah tiba bagi
SDM untuk menunjukan kapabilitas dan memerankan model prilaku yang dibutuhkan untuk
survive dalam ekonomi pengetahuan.Belajar dalam era pengetahuan seperti sekarang ini
sangatlah berbeda dengan belajar di masa lalu. Saat ini kita dituntut untuk belajar baik
sendiri maupun bersama dengan cepat, mudah dan gembira, tanpa memandang waktu dan
tempat. Hal ini mendorong berkembangnya konsep organisasi belajar (learning
organization) yang menyatukan antara proses belajar dan bekerja. Disisi lain pengetahuan
yang melekat pada anggota suatu organisasi juga perlu diuji, dimutahirkan, ditransfer, dan
diakumulasikan, agar tetap memiliki nilai. Hal ini menyebabkan para pakar manajemen
mencari pendekatan untuk mengelola pengetahuan yang sekarang dikenal dengan
manajemen-pengetahuan atau knowledge management (KM).
Dengan demikian disamping lembaga pendidikan perlu mengaplikasikan manajemen
pengetahuan dimana pembelajaran menjadi hal yang penting di dalamnya, juga harus
menjadikan peserta didiknya menjadi manusia pembelajar yang akan tetap mampu dalam
menghadapi perubahan yang terus bergerak dengan cepat. Hal ini didasari oleh kenyataan
bahwa pendidikan yang dilakukan di sekolah dalam arti transfer ilmu pengetahuan tidak
akan memadai untuk menghadapi kecepatan perubahan, oleh karena itu peserta didik mesti
dibina menjadi orang yang selalu belajar sehingga dapat terus adaptif dan antisipatif
terhadap perubahan, sehingga perubahan yang terjadi dapat memberi manfaat bagi
kehidupannya.
B. Saran

Bahwa belajar manajemen pengetahuan sangat berguna karena akan di terapkan, bagi
seorang pemimpin, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.
3.1

Anda mungkin juga menyukai