Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN LOCKDOWN OLEH

KABUPATEN TEGAL TERHADAP KONFLIK SOSIAL YANG

TERJADI ANTARA MASYARAKAT INDONESIA DENGAN

PEMERINTAH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kontroversi Isu Sosial

DAUD ADITYA 13018059

FAKULTAS SENI RUPA & DESAIN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.1.1 Das Sollen 1
1.1.2 Das Sein 2
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Rumusan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
BAB II TEORI DASAR 4
2.1 Teori Rumusan Masalah 1 4
2.1.1 Teori Kebijakan 4
2.1.2 Teori Otonomi Daerah 4
2.2 Teori Rumusan Masalah 2 4
2.2.1 Teori Konflik Sosial 4
2.2.2 Teori Kebebasan 5
2.3 Teori Rumusan Masalah 3 5
2.3.1 Teori Efektivitas 5
2.3.2 Teori Utilitarianisme 5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 7
3.1 Metodologi Penelitian 7
3.2 Prosedur Penelitian 7
3.3 Pedoman Wawancara 7
BAB IV HASIL PENELITIAN 10
4.1 Analisis Rumusan Masalah 1 10
4.2 Analisis Rumusan Masalah 2 12
4.3 Analisis Rumusan Masalah 3 13
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 16
5.1 Simpulan 16
5.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-
CoV-2) merupakan virus yang merusak sistem pernafasan. Virus ini tergolong baru
dari keluarga coronavirus. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini dinamakan
COVID-19 atau Corona Virus 2019. Penyakit yang ditimbulkan akibat virus ini
adalah, antara lain gangguan sistem pernafasan dan pneumonia akut yang sangat
berbahaya dan dapat menyebabkan kematian.
SARS-CoV-2 ini pertama kali ditemukan dan menyebar di kota Wuhan,
Cina pada akhir Desember 2019 lalu. Namun, virus ini dapat menyebar dengan
cepat ke negara-negara lain bahkan hingga Benua Eropa, Amerika, dan negara-
negara asia lainnya. Karena tingkat penyebarannya yang sangat tinggi, WHO
(World Health Organization) telah menetapkan SARS-CoV-2 sebagai pandemik
pada 11 Maret 2020 lalu. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Jenderal
WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Akibat dari hal ini, banyak negara-negara yang telah melakukan lockdown
untuk mengurangi rate dari orang-orang yang terinfeksi setiap harinya, seperti
spanyol, italia, dan negara tetangga kita sendiri Malaysia. Pemerintah Indonesia
sendiri hingga saat ini belum memberikan perintah untuk melakukan lockdown.
Namun, seperti yang kita tahu, beberapa pemerintah daerah, seperti Kabupaten
Tegal, telah melakukan lockdown. Kebijakan pemerintah Kabupaten Tegal ini
sangat menuai kontroversi dari berbagai pihak.
Melalui penulisan dari makalah ini, terdapat dua istilah penting yang herus
memiliki keselarasan agar tidak terjadi permasalahan, yaitu Das Sollen dan Das
Sein.

1.1.1 Das Sollen


a. UUD Pasal 28H ayat 1

1
2

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan
b. UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
c. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Kebebasan Berpindah
Setiap warga negara Indonesia berhak untuk secara bebas bergerak,
berpindah, dan bertempat tinggal dalam wilayah negara Republik Indonesia.
d. UU No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang merupakan bagian dari
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM).
e. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah
Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, wajib berpedoman pada
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

1.1.2 Das Sein


1. Pada saat ini, belum adanya peraturan yang jelas mengatur kelayakan dari
suatu daerah melakukan lockdown pribadi. Namun, beberapa daerah di
Indonesia seperti Kabupaten Tegal telah melakukan lockdown pribadi.
2. Jumlah individu yang positif corona, ODP, serta PDP yang meningkat
akibat perpindahan penduduk.
3. Perekonomian kawasan yang melakukan lockdown tersendat karena
kegiatan ekonomi yang terbatas akibat kebijakan lockdown.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Kebijakan lockdown oleh beberapa daerah dinilai terburu-buru karena tidak
memikirkan dampak-dampak yang akan ditimbulkan.
3

2. Belum ada peraturan yang tegas dari pemerintah mengenai daerah-daerah


yang menerapkan lockdown.

1.3 Rumusan Masalah


1. Kebijakan lockdown seperti apa yang diterapkan oleh Kabupaten Tegal?
2. Mengapa kebijakan lockdown mampu mengakibatkan konflik sosial di
antara pemerintah dan masyarakat Indonesia?
3. Bagaimana keefektifan dari kebijakan lockdown mandiri yang dilakukan
oleh Kabupaten Tegal?

1.4 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui kebijakan lockdown seperti apa yang diterapkan oleh
pemerintah-pemerintah daerah di Indonesia.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mampu mengakibatkan konflik sosial di
antara pemerintah pusat dan masyarakat Indonesia yang disebabkan oleh
kebijakan lockdown oleh pemerintah-pemerintah daerah di Indonesia.
3. Mengetahui tingkat keefektifan dari kebijakan lockdown mandiri yang
dilakukan oleh pemerintah-pemerintah daerah di Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Dengan diketahuinya kebijakan lockdown mandiri yang dilakukan oleh
pemerintah-pemerintah daerah di Indonesia dapat meningkatkan
pengetahuan valid yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
2. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang menimbulkan konflik sosial antara
masyarakat Indonesia dengan pemerintah pusat, kedua belah pihak dapat
melakukan analisis dalam mencari solusi atas konflik tersebut.
3. Dengan mengetahui tingkat keefektifan yang dimiliki oleh kebijakan
lockdown tersebut, kedua belah pihak dapat mengkaji apakah sistem layak
diterapkan atau tidak, atau dapat dikembangkan untuk menjadi lebih efektif.
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Teori Rumusan Masalah 1


2.1.1 Teori Kebijakan
Kebijakan adalah aturan tertulis dan adalah keputusan yang bersifat formal
dari organisasi atau suatu negara. Kebijakan bersifat mengatur dan mengikat karena
bertujuan untuk menciptakan tata nilai baru di tengah-tengah masyarakat.
Kebijakan akan digunakan oleh para anggota organisasi atau masyarakat dari suatu
negara dalam berperilaku. Kebijakan sendiri bersifat problem solving dan proaktif
tidak seperti hokum dan peraturan. Selain itu, dibandingkan dengan kedua hal
tersebut, kebijakan lebih bersifat adaptif meskipun dia bersifat mengatur. Kebijakan
yang diterapkan biasanya bersifat umum dan diharapkan tidak menghilangkan ciri
lokal yang spesifik karena harus memberi peluang diinterpretasikan sesuai kondisi
spesifik yang ada. (William Dun, 1999)

2.1.2 Teori Otonomi Daerah


Secara umum, otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak yang dimiliki
oleh suatu daerah untuk mengatur atau mengurus daerahnya sendiri. Otonomi
berasal dari Bahasa Yunani, yaitu autonomos, yang berarti pengaturan atau
keputusan yang dibuat secara mandiri. Otonomi sebenarnya bukan hanya hak tetapi
kewajiban yang harus diemban oleh suatu daerah (Riady, 2004). Jadi dapat dikatkan
otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban yang dimiliki oleh
suatu daerah untuk mengurus rumah tangga nya sendiri.

2.2 Teori Rumusan Masalah 2


2.2.1 Teori Konflik Sosial
Menurut Dahrendorf, pada setiap kelompok akan terdapat sekelompok
orang yang berada pada posisi dominan. Sekelompok orang ini akan berupaya
untuk mempertahankan keadaan yang sekarang agar tidak berubah dari kondisi
sebelumnya. Sedangkan terdapat sekelompok orang lain, yaitu masyarakat, berada
pada posisi marginal atau kaum-kaum yang terpinggirkan karena berusaha

4
5

mengadakan perubahan. Konflik sendiri selamanya tidak bersifat negatif karena


dapat dijadikan proses penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik juga
dapat saling menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok sosial. Terakhir,
konflik juga berguna untuk memperkuat identitas yang dimiliki oleh suatu
kelompok sehingga dapat melindungi dirinya agar tidak terpecah belah dari dunia
sosial di sekelilingnya. (Ralf Dahrendorf, 1959)

2.2.2 Teori Kebebasan


Apabila diartikan dengan luas, kebebasan merupakan suatu kegiatan yang
menyangkut semua urusan dari yang terkecil hingga terbesar yang didasari pada
keinginan individu maupun kelompok. Kegiatan ini tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma serta perundang-undangan yang berlaku. Manusia memiliki
kebebasan dalam berkehendak dan melakukan perbuatan sesuai dengan
keinginannya sendiri. Kebebasan ini hanya dibatasi dan ditentukan oleh Tuhan.
(Driyarkara, 1978).

2.3 Teori Rumusan Masalah 3


2.3.1 Teori Efektivitas
Kata efektif merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris, yaitu effective,
yang memiliki arti berhasil atau sesuatu yang berhasil dilakukan dengan baik.
Konsep dari efektivitas sendiri memiliki artian yang luas dan dipengaruhi berbagai
faktor baik dari eksternal maupun internal. Efektivitas sering kali dikatakan
memiliki hubungan antara tujuan serta output. Apabila kontribusi dari suatu output
semakin besar terhadap pencapaian dari suatu tujuan, maka suatu organisasi/negara
dikatakan semakin efektif. Efektivitas adalah kemampuan dalam memilih tujuan-
tujuan yang tepat serta mencapai tujuan tersebut.

2.3.2 Teori Utilitarianisme


Utilitarianisme berasal dari Bahasa latin, yaitu utilis, yang memiliki arti
bermanfaat atau menguntungkan. Utilitarianisme menurut merupakan teori berasal
dari segi etika normatif. Teori ini menyatakan tindakan yang baik adalah tindakan
6

yang memaksimalkan penggunaan. Memaksimalkan penggunaan memiliki arti


memaksimalkan kebahagiaan serta mengurangi penderitaan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


Pada penelitian ini, tim peneliti menggunakan metode kualitatif dalam
mengetahui bagaimana pendapat dari masyarakat serta pemerintah mengenai
kebijakan lockdown yang diterapkan oleh beberapa daerah di Indonesia.

3.2 Prosedur Penelitian


Pada penelitian ini, tim peneliti menggunakan metode studi analisis
deskriptif serta wawancara yang dilakukan secara daring dalam mengumpulkan
data yang dibutuhkan. Studi analisis deskriptif dilakukan dengan membaca berita-
berita yang memiliki relevansi terhadap pertanyaan pada pedoman wawancara.
Wawancara secara daring dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada orang-
orang yang dinilai mewakili pandangan semua elemen masyarakat dan pemerintah,
yaitu masyarakat kelas menengah Kabupaten Tegal dan salah satu petinggi di
pemerintah Kabupaten Tegal.

3.3 Pedoman Wawancara


Tabel 3.1 Pedoman wawancara
Teori Masyarakat Pemerintah
Teori Kebijakan 1. Apakah kebijakan 1. Apakah kebijakan
lockdown mandiri oleh lockdown mandiri oleh
pemerintah daerah dapat pemerintah daerah
dinilai sebagai problem bertujuan sebagai problem
solving terhadap masalah solving terhadap masalah
pandemik yang terjadi pandemik yang terjadi
pada saat ini? Berikan pada saat ini? Berikan
alasanmu! alasanmu!
2. Apakah kebijakan yang 2. Apakah kebijakan yang
diterapkan oleh diterapkan oleh
pemerintah daerah dirasa pemerintah daerah

7
8

bersifat adaptif dirancang untuk bersifat


meskipun bersifat adaptif meskipun
mengatur? Berikan bersifat mengatur?
alasanmu! Berikan alasanmu!
Teori Otonomi 1. Apakah kebijakan berupa 1. Apakah pemerintah daerah
Daerah lockdown yang dilakukan melakukan lockdown
oleh pemerintah daerah karena menilai hal tersebut
dapat dinilai sebagai hak adalah hak yang dimiliki
yang dimiliki oleh suatu oleh suatu daerah dan
daerah dan keputusannya dapat
keputusannya dapat dibuat secara mandiri?
dibuat secara mandiri?
Berikan alasanmu!
Teori Konflik 1. Apakah pemerintah daerah 1. Apakah pemerintah daerah
Sosial dinilai melakukan menerapkan kebijakan
kebijakan lockdown lockdown karena terdapat
sebagai usaha untuk tindakan dari masyarakat
mempertahankan yang dinilai mengadakan
keadaan yang sekarang? perubahan? Kalau iya,
tindakan seperti apa?
Teori 1. Apakah kebijakan 1. Apakah kebijakan
Kebebasan lockdown ini mengganggu lockdown ini diberlakukan
kebebasan masyarakat oleh pemerintah daerah
dalam berkegiatan baik karena tindakan
dari yang terkecil masyarakat dinilai sudah
maupun yang terbesar? bertentangan dengan
Kalau iya, tindakan seperti norma-norma serta
apa? perundag-undangan
yang berlaku? Kalau
tidak, atas dasar apa
kebijakan ini diterapkan?
9

Teori 1. Bagaimana tingkat 1. Bagaimana tingkat


Efektivitas keberhasilan dari keberhasilan dari
kebijakan lockdown? kebijakan lockdown?
2. Faktor apa saja, baik 2. Faktor apa saja, baik
dari internal maupun dari internal maupun
eksternal yang eksternal yang
mempengaruhi mempengaruhi
keberhasilan tersebut? keberhasilan tersebut?
3. Apakah besar output yang 3. Apakah besar output yang
didapat semakin besar didapat semakin besar
terhadap tujuan dari terhadap tujuan dari
kebijakan tersebut? kebijakan tersebut?
Teori 1. Manfaat seperti apa yang 1. Manfaat seperti apa yang
Utilitarianisme dirasakan oleh masyarakat pemerintah ingin
melalui kebijakan masyarakat rasakan
lockdown? melalui penerapan
2. Apakah kebahagiaan kebijakan lockdown?
yang dirasakan oleh 2. Apakah pemerintah daerah
masyarakat maksimal sudah mempertimbangkan
dan penderitaan yang kebahagiaan serta
dirasakan minimal penderitaan yang akan
melalui penerapan dirasakan masyarakat?
kebijakan ini?
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Analisis Rumusan Masalah 1


Tabel 4.1 Hasil pengamatan rumusan masalah pertama
Teori Masyarakat Pemerintah
Teori Ya problem solving kalo buat "Kalau jelas silahkan masuk tidak
Kebijakan mengurangi penyebaran virus apa-apa, kalau tidak clear, mohon
tapi tidak buat aspek-aspek maaf kita tidak izinkan masuk
lainnya. Karena rate salary tegal, tujuannya adalah untuk
masyarakat Indonesia yang menjaga wilayah Kota Tegal,"
tergolong rendah dan tidak Dikutip dari artikel dari situs
merata sama psychology shock berikut pada Senin, 30 Maret 2020
yang dialami masyarakat yang https://tirto.id/eH3M
sebenarnya harus jadi aspek
yang dipikirkan. Ya tidak adaptif kecuali jumlah
penderita atau ODP PDP nya
Tidak, karena ya jadinya tidak turun
bisa keluar kota kalau ada
urusan penting
Teori Sebenarnya memang ada “Jika dalam keselamatan warga itu
Otonomi peraturan nya di undang- para Lurah, RW, RT melakukan
Daerah undang kalau diperbolehkan karantina kewilayahan saya kira
untuk karantina wilayah, argumentasi itu bisa diterima.
cuma saya tidak tau sejauh Yang level kota, kabupaten, dan
apa karantina wilayah yang provinsi itulah yang harus
dimaksud di undang-undang mendapatkan izin dari pemerintah
itu sejauh apa pusat” -Ridwan kamil dikutip pada
30 Maret 2020 dari situs
https://www.jpnn.com/news/tidak-
boleh-ada-daerah-yang-

10
11

melakukan-lockdown-tanpa-izin-
pemerintah-pusat
Pada pertanyaan pada teori kebijakan, terlhat dari penjelasan pemerintah
bahwa keputusan lockdown ini diterapkan adalah sebagai respons untuk menjaga
wilayah Kota dari wabah corona virus. Namun, seperti yang dijelaskan dari sudut
pandang masyarakat, keputusan ini tidak dapat dikatakan sebagai problem solving
karena menimbulkan masalah baru di aspek lain. Karena masyarakat tidak bebas
berkeliaran terutama untuk keluar masuk wilayah Kota yang hanya diperbolehkan
2-3 jalur saja sehingga orang-orang yang berkepentingan untuk melakukan hal
tersebut menjadi terhambat karena harus melewati birokasi yang panjang. Selain
itu, orang-orang yang bekerja lapangan juga akan mengalami kesulitan dalam
mencari nafkah dan msayarakat mengalami psychology shock karena tidak pernah
mengalami kejadian seperti ini sebelumnya. Kebijakan yang diterapkan ini juga
tidak bersifat adaptif dan hanya bergantung pada jumlah ODP, PDP, dan pasien
positif corona saja.
Pertanyaan pada teori otonomi daerah merupakan validasi yang dibuat oleh
tim peneliti mengenai apakah pemerintah dapat melakukan lockdown secara
mandiri atau tidak. Masyarakat mengatakan, bahwa sebenarnya memang ada
undang-undang yang mengatur hal tersebut namun masyarakat tidak mengetahui
detail nya sejauh apa. Setelah ditelusuri oleh tim peneliti, pada UU No. 18 Tahun
2018 mengenai karantina kesehatan disebutka bahwa yang bertanggung jawab
dalam melakukan lockdown wilayah adalah pemeritnah pusat yang melibatkan
pemerintah daerah. Pernyataan ini pun sesuai dengan perkataan Ridwan Kamil,
Gubernur Jawa Barat, yang menyatakan bahwa apabila wilayah Kota, Kabupaten,
atau Provinsi ingin melakukan lockdown harus mendapatkan persetujuan
pemerintahan pusat terlebih dahulu.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kebijakan mengenai lockdown
yang diterapkan oleh beberapa pemerintah daerah di Indonesia merupakan
kebijakan yang membatasi pergerakan internal masyarakat daerah dan
mempersempit pergerakan eksternal dari suatu daerah dan sifatnya tidak adaptif
serta hanya bergantung pada jumlah penderita ODP, PDP, dan pasien positif corona
saja. Kebijakan ini juga dibuat tanpa melibatkan pemerintah pusat terlebih dahulu.
12

4.2 Analisis Rumusan Masalah 2


Tabel 4.2 Hasil pengamatan rumusan masalah kedua
Teori Masyarakat Pemerintah
Teori Iya kan di Tegal udah “Kok (warga) masih jalan lagi, maka
Konflik ada yang positif waktu beliau batasi jalur masuk kota dan
Sosial itu makanya langsung kampung dengan barier, mungkin
di lockdown, jadi ya judulnya ya isolasi kampung," -Walikota
bisa dibilang Tegal dikutip pada 30 Maret 2020 di
pemerintah daerah situs https://news.detik.com/berita-jawa-
mungkin hanya ingin tengah/d-4955499/ganjar-ungkap-
mempertahankan alasan-awal-walkot-tegal-cetuskan-
jumlah yang sekarang local-lockdown
biar ga nambah lagi
Teori Seperti yang udah Warga disarankan untuk melakukan
Kebebasan dibilang di pertanyaan isolasi mandiri, beberapa akses internal
sebelumnya, di Tegal ditutup dan akses eksternal
masyarakat mau ngapa- hanya terdapat 2-3 tiitk saja. Selain itu,
ngapain jadi susah, ya beberapa lokasi seperti alun-alun kota
okelah kalo kegiatan pun ditutup. Dikutip dari
yang ga penting kayak https://news.detik.com/berita-jawa-
jalan -jalan, tapi kalai tengah/d-4955499/ganjar-ungkap-
yang mau kerja kan alasan-awal-walkot-tegal-cetuskan-
kasian ga dapet upah local-lockdown dan
https://tirto.id/eH3M pada 30 Maret
2020.
Pada pertanyaan teori konflik sosial dan teori kebebasan digunakan untuk
memvalidasi konflik sosial apa saja yang terjadi di masyarakat dan pemerintah.
Terlihat pada jawaban dari sudut pandang masyarakat bahwa pergerakan internal di
tegal dibatasi selain itu pergerakan eksternal hanya dapat melalui 2-3 titik saja
sehingga dapat dikatakan masyarakat merasa disini kebebasannya tidak diberikan.
Selain itu, seperti yang dikatakan pada Ridwan Kamil pada analisis sebelumnya,
13

pemerintah daerah harus terlebih dahulu melibatkan pemerintah pusat dalam


melakukan lockdown dan tidak boleh mengambil keputusan secara mandiri. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa konflik-konflik sosial yang terjadi adalah merasa
terbatasnya masyarakat di daerah tegal yang mengakibatkan terhambatnya aspek
ekonomi, aspek logistik, dan lain-lain serta masyarakat yang mulai
mempertanyakan apakah pemerintah diperbolehkan melakukan keputusan
lockdown tanpa melibatkan pemerintah pusat terlebih dahulu.

4.3 Analisis Rumusan Masalah 3


Tabel 4.3 Hasil pengamatan rumusan masalah ketiga
Teori Masyarakat Pemerintah
Teori Ya lumayan efektif karna rate Bisa dikatakan efektif karna
Efektivitas peningkatan penderita corona, jumlah penderita naiknya
ODP, dan PDP nya rendah. sudah tidak terlalu tinggi
Cuma kalau bisa menyarankan,
lebih baik physical distancing Internal nya butuh dukungan
saja yang diiringin kontrol yang yang baik aja dari
tepat dari aparat sehingga masyarakat. Apabila ada
ekonomi masih bisa tetep jalan. kebijakan isolasi diri ya
Kontrol nya ini harus tepat, jangan keluar-keluar dan
kalo ga tepat nanti dibilang menganggap remeh masalah
represifitas dan malah ini. kalau eksternal kurang
mengakibatkan masalah baru. tau

Faktor internal nya ya harus Output nya sudah mulai


ada rakyat yang patuh dan mendekati tujuan karena ya
pemerintah yang keras kalau tadi, rate peningkatan nya
mau lockdown ini berhasil. mulai menurun
Kalau faktor eksternal nya
paling hanya melihat negara-
negara lain yang sudah
melakukan lockdown.
14

Tujuan nya sebenarnya


kualitatif ya jadi dekat ngga
nya susah diukur, tapi dilihat
dari rate dari kota tegal sendiri
yang rendah ya bisa dibilang
cukup berhasil
Teori Manfaatnya ya jalur Semakin menurun jumlah
Utilitarianisme penularannya lebih terlokalisasi penderita, ODP, serta PDP
dan tidak menyebar. yang bertambah setiap
harinya, harapannya diakhir
Sebenarnya untuk kebahagiaan jadi 0 dan bisa fokus ke
ya ibaratnya gini, misal setiap penyembuhan penderita aja.
orang dipukul rata habisin 100k
per hari, untuk orang yang Sebenarnya ini kan namanya
selama ini kekurangan ya pasti musibah, jadi ya bisa
mereka bahagia, untuk mereka dibilang aspek kebahagiaan
yang biasanya berkecukupan tidak bisa di nomor satukan,
mungkin ada yang iya ada yang karena bisa dibilang definisi
tidak. bahagia dari individu
berbeda-beda
Pada pertanyaan teori efektivitas, digunakan untuk membuktikan tingkat
efektivitas dari kebijakan lockdown mandiri ini. Kebijakan ini memang dinilai
efektif apabila dinilai dari tujuannya saja, yaitu memperkecil jalur penyebaran
corona virus di Kabupaten Tegal dan daerah-daerah lainnya karena laju
peningkatan penderita, ODP, dan PDP di Kabupaten Tegal mengecil. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dari kebijakan ini adalah masyarakat yang harus
menuruti kebijakan ini serta pemerintah yang dinilai keras.
Namun, sebenarnya kita dapat menggunakan solusi lain untuk mencapai
tujuan tersebut. Masyarakat mengatakan, physical distancing saja sebenarnya sudah
cukup untuk mengurangi rate bertambahnya penderita, ODP, dan PDP. Kebijakan
physical distancing juga memerlukan kontrol yang harus tepat dari pemerintah
15

untuk menghindari masalah baru, yaitu represifitas. Karena kebijakan lockdown


tidak boleh diputuskan dengan sembarangan, apalagi hanya karena jumlah
penderita yang masih berjumlah sedikit. Pemerintah harus melakukan kajian yang
melibatkan pemerintah pusat dalam pengambilan keputusan ini. Kita tidak boleh
hanya melihat contoh pada negara lain seperti Amerika dan Italia. Amerika dan
Italia sebagian besar rakyatnya memiliki keadaan ekonomi yang berkecukupan
sehingga lockdown dapat dijalani oleh mereka tanpa hambatan. Kita seharusnya
berkaca pada India, sebagian besar masyarakyat India memiliki kondisi ekonomi
yang sama seperti masyarakyat Indonesia. Pada saat ini India memiliki kondisi
ekonomi yang sangat mundur akibat dari pandemik ini,
Pada aspek utilitatianisme, tim peneliti setuju bahwa kita pada saat ini tidak
boleh mementingkan aspek kebahagiaan terlebih dahulu dibandingkan dengan
aspek lainnya. Namun, aspek yang ditinjau tidak boleh hanya mengurangi laju
penularan saja, karena kehidupan masyarakat masih bergantung pada aspek-aspek
yang lain.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Dari pembahasan makalah ini simpulan yang dapat diambil dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan yang dibuat oleh Kabupaten Tegal adalah kebijakan lockdown
yang membatasi pergerakan internal di Kabupaten Tegal serta
mempersempit jalur eksternal dan keputusan ini diambil tanpa mengkaji
dengan pemerintah pusat terlebih dahulu.
2. Konflik sosial ini terjadi karena masyarakat merasa kebebasannya direnggut
namun pemerintah juga berusaha untuk memperkecil jumlah penderita yang
bertambah.
3. Kebijakan ini dinilai efektif karena mampu mengurangi rate penambahan
penderita, ODP, dan PDP.

5.2 Saran
Saran-saran yang dapat tim peneliti sampaikan dalam makalah ini kepada
masyarakat dan pemerintah adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan lockdown memang dinilai efektif, namun aspek-aspek lain
seperti ekonomi dan logistik tidak mendapatkan dampak yang baik. Oleh
karena itu, tim peneliti menyarankan untuk menjalankan kebijakan physical
distancing saja yang dikontrol dengan tepat oleh aparat agar ekonomi tetap
berjalan. Kontrol yang dilakukan tidak boleh sembarangan agar tidak ada
kesan represifitas pada aparat. Selain itu, masyarakat juga harus membantu
pemerintah dalam menghadapi pandemik ini seperti tidak keluar rumah
apabila tidak perlu dan saling membantu rakyat yang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA
Driyarka. Driyarkara tentang Manusia. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius,
1978.
Dunn, William N (2003). Analisis Kebijakan Publik, Edisi Kedua. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan,
Jakarta: Bumi Aksara, 2014, h. 129.
Riyadi dan Deddy Supriady Brantakusumah, 2004, Perencanan Pembangunan

17

Anda mungkin juga menyukai