Anda di halaman 1dari 3

Cerpen "Anak Rajin dan Pohon Pengetahuan" merupakan salah satu contoh cerpen yang membahas

tentang sikap rendah hati. Meraih pengetahuan adalah impian seluruh manusia. Kita bahkan rela
menghabiskan uang dalam jumlah yang tidak sedikit untuk mencapai tujuan tersebut. Namun,
cerpen ini mengajarkan kita agar tidak serakah dan gelap mata dalam mengejar ilmu pengetahuan.
Sebaliknya, cara terbaik dalam menguasai ilmu pengetahuan adalah dengan sabar dan rendah hati
mempelajarinya agar diri kita tidak dimakan oleh kerakusan dan ilmu pengetahuan berubah menjadi
sarana berbuat kejahatan.

Orientasi

Dahulu kala di sebuah desa yang jauh dari ibu kota, hiduplah seorang anak yang rajin dan sangat
haus akan pengetahuan, mogu namanya. Dia hidup bersama ibunya yang sudah tua di sebuah rumah
sederhana, karena kehidupanya yang miskin dia tak bisa belajar ke kota sebagaimana teman-
temanya.

Dia merawat ibunya dengan sabar, setiap hari pekerjaanya beternak, bertani, serta mencari kayu
bakar di hutan. Untuk memuaskan rasa hausnya akan pengetahuan, dia belajar dari buku-buku yang
di bawa oleh teman-temanya. Dia juga belajar dari tiap hal yang dia temui.

Rasa penasaranya yang tinggi membuatnya menjadi anak yang cerdas dan mudah memahami tiap
pengetahuan yang dia dapat.

Rangkaian peristiwa

Pada suatu hari, mogu mencari kayu bakar di hutan. Tapi sial tak dapat di cegah, dia tersesat karena
masuk ke hutan terlalu dalam. Dia berputar-putar mencari jalan pulang, tapi hingga gelap menjelang
jalan keluar tak juga dia temukan.

Akhirnya karena kelelahan, mogu pun beristirahat di sebuah pohon besar dan tertidur di bawahnya.
Ketika tengah tertidur, samar-samar mogu mendengar ada sebuah suara yang memanggilnya. Dia
kira mungkin dia tengah bermimpi, tapi terdengar suara itu semakin jelas hingga membuat mogu
terbangun.

"Siapakah gerangan yang memanggil ku..? Tolong tunjukan diri mu, jangan menakuti ku. Aku hanya
sekedar menumpang istirahat di sini karena rasa lelah, aku tak berniat mengusik mu". Kata mogu
gemetar karena takut.

"Tenanglah nak.. Aku tak bermaksud jahat.. Aku adalah pohon yang kau sandari, dan kau kini tengah
berada di bawah ku". Jawab suara itu.

Mendengar hal itu, mogu pun segera menjauh dengan panik, ternyata pohon yang dia sandari
memiliki sebuah bentuk wajah di batangnya.

"Jangan takut, aku tak akan menyakiti mu.. Aku adalah Tule, pohon pengetahuan. Siapakah nama mu
nak? Kenapa kau bisa sampai ada di sini?". Tanya pohon yang mengaku bernama tule itu.
Lalu mogu pun menceritakan kisahnya, (cerita anak) bagaimana dia sampai di tempat itu dan
tentang semua kehidupanya, termasuk keinginanya yang besar untuk belajar ilmu pengetahuan.
Dalam waktu sekejab, mogu dan tule menjadi akrab.

"Hai mogu.. Mungkin kita sudah di takdirkan untuk bertemu. Kebersihan hati mu, kejujuran, dan rasa
haus mu akan ilmu pengetahuan membuat mu dapat bertemu aku. Mogu.. Aku adalah pohon
pengetahuan. Aku mengetahui akan banyak hal dan segala ilmu pengetahuan, hingga banyak sekali
orang-orang yang mencari ku demi menimba ilmu dari ku. Tapi.. Hanya orang yang berhati bersih
dan sangat haus akan pengetahuan yang dapat bertemu dengan ku.

Komplikasi

"Wahai pohon pengetahuan, ajari aku juga agar aku bisa tahu akan segala hal. Agar aku dapat
menguasai semua ilmu pengetahuan". Kata baralel meminta.

"Tidak..! Hati mu di penuhi dengan rasa iri dan dengki. Menyerahkan ilmu pengetahuan yang bernilai
pada mu hanya akan menyebabkan banyak bencana". Kata tule.

Mendengar jawaban itu, baralel pun menjadi marah dan geram. Dia lalu memerintahkan pasukanya
untuk menebang dan membakar pohon itu. Sang raja dan mogu berusaha menahan mereka, tapi
kalah jumlah membuat raja dan mogu tak berdaya.  

Resolusi

Ahirnya.. Tule sang pohon pengetahuan pun mati. Tapi baralel dan pasukanya juga tak lepas dari
hukuman atas kejahatan mereka. Tiba-tiba saja langit menjadi gelap dengan suara guntur dan
percikan kilat yang menyambar. Baralel dan pasukanya ahirnya binasa oleh sambaran petir misterius
itu.

Setelah kejadian itu, raja mengangkat mogu menjadi penasehat pribadinya. Raja pun menjadi
semakin di cintai rakyatnya karena kebijaksanaanya. Sedang mogu masih tetap belajar dari buku
yang di tinggalkan Tule untuknya. Dan setelah raja wafat, mogu pun di tunjuk sebagai raja berikutnya
sebagaimana wasiat sang raja.

Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah pesan
secara imajinatif dan kias
1. Parjimin adalah tukang batu, tetangga menyembunyikan senyumanmu demi
Kurdi. Lumayan bagi mereka, melihat kerutan di dahiku. (3) Biarlah
menjadi rahasia alam akan apa yang
mendapat proyek baru. Rupanya,
kita rasakan ini. (4)Jangan lagi
proyek rumah gedong itulah yang memaknainya, menanyakannya atau
selalu diperbincangkan Kurdi disetiap mengharapkannya esok hari.
kesempatan. Di tempat perhelatan Bukti bahwa kutipan cerpen tersebut
nikah, supitan, di tempat kerja bakti, berlatar malam hari terdapat pada
sarasehan kampung, sampai ronda nomor ….
A. (1) B. (2) C. (3) D. (4)
malam. Dia senantiasa tidak lupa
menceritakan rencananya
membangun rumah gedungnya itu.
Berdasarkan kutipan cerpen tersebut,
Kurdi bersifat …
a. pemberani
b. baik
c. egois
d. sombong
2. Dengan memberanikan diri, aku pun
bertanya, "Apa Ibu kenal dengan
seorang anak bernama Eric yang dulu
tinggal di sana itu?" Ia menjawab,
"Silakan masuk, Nyonya! Kalau Anda
ibunya Eric, sungguh Anda tak punya
hati!”. Ia membuka pintu tempat
tinggalnya. (1)
"Tolong katakan, di mana ia
sekarang? Saya janji menyayanginya
dan tidak akan meninggalkannya lagi!”
(2)
Aku berlari memeluk tubuhnya yang
bergetar keras. "Nyonya, semua
sudah terlambat. Sehari sebelum
nyonya datang, Eric telah meninggal
dunia. Jasadnya ditemukan di kolong
jembatan,” jawabnya dengan suara
terbata-bata. (3)
”Eric... maafkan Ibu, Nak!” Aku
sungguh menyesal, mengapa anakku
Eric, dulu kutinggalkan. (4)
Bukti latar tempat pada kutipan cerita
tersebut ditandai nomor ...
A. (1) C. (3) B. (2) D. (4)
3. (1)"Apakah peranku bagimu,
silumankah aku?" tak ada jawabmu,
hanya angin berdesir di sekeliling kita.
(2) Bulan pucat tak bisa

Anda mungkin juga menyukai