Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN


(KEIMANAN DAN IMPLIKASI TAHIDDALAM KEIMANAN KETAQWAAN SERTA
IMPLIKASIYA DALAM KEHIDUPAN)

DOSEN PEMBIMBING

Agus Defrianto, S.Fil, M. Ag

DISUSUN OLEH

Wahyudi Prayitno

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSANTARA

LAMPUNG

TEKNIK INDUSTRI

2019

i
KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.

            Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pemahaman keimanan dan ketaqwaan serta
implikasi tauhid dalam Islam.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang.

            Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Bandar Lampung, September 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II URAIAN MATERI.......................................................................................................2
A. Tuhan Yang Maha Esa............................................................................................2
B. Ketuhanan dalam konsep Islam.............................................................................2
C. Filsafat Ketuhanan..................................................................................................3
D. Keimanan dan implikasi tauhid dalam Islam..........................................................3
E. Ketaqwaan dan Implikasinya Dalam Kehidupan.....................................................5
BAB III SIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................8
A. Simpulan................................................................................................................8
B. Saran......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................9

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Keimanan sering disalah pahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam diawali
dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana
pengetahuan akan adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut
kemudian akal akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan.
Keimanan dalam ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tapi harus
melalui ilmu dan pemahaman.

Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji.


Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam
islam disebut sebagai akhlak mahmudah. Sebagai umat islam kita mempunyai suri
tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW. Ia adalah
sebaik-baik manusia yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak
rosul, maka ia menjawab bahwa akhlak rosul adalah Al-quran. Artinya rosul merupakan
manusia yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-quran.

B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi dari Ketuhanan dan Tuhan yang Maha Esa?
2. Apa pengertian Keimanan dan Ketakwaan?

C.Tujuan
1. Untuk mengetahui implementasi dari ketuhanan dan Tuhan yang Maha Esa.
2. Untuk mengetahui pengertian Iman dan Taqwa.

1
BAB II

URAIAN MATERI

A. Tuhan Yang Maha Esa

Tuhan yang Maha Esa dan Ketuhanan merupakan penghayatan kepada Asmaul
Husna dan Sifat Wajib Allah SWT.Penghayatan tersebut untuk menimbulkan keyakinan
bahwa Allah itu Esa dalam Dzat, Sifat, dan Perbuatan-nya yang kemudian diartikan
sebagai ke-Tauhid-an kepada Allah SWT.Konsep ketauhidan tersebut merupakan
realisasi dari ucapan dua kalimat Syahadat. Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Ikhlas
(112) ayat 1-4 :

َّ ُ ‫﴾ هَّللا‬١﴿ ‫﴾ ُقلْ ه َُو هَّللا ُ أَ َح ٌد‬


٤﴿ ‫﴾ َولَ ْم َي ُكن لَّ ُه ُكفُ ًوا أَ َح ٌد‬٣﴿ ْ‫﴾ لَ ْم َيلِدْ َولَ ْم ُيولَد‬٢﴿ ‫الص َم ُد‬

Artinya :“Katakanlah: Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepadan-Nya segala sesuatu.Dia tidak beranak dan juga tidak
diperanakkan.Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya” (QS. Al Ikhlas (112) :
1-4).

Ibnu Taimiyah memberikan definisi bahwa Tuhan merupakan suatu Dzat yang dipuja
dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di hadapan-Nya,
takut, dan mengharapkan-Nya, kepada-Nya tempat berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepada-Nya untuk kemaslahatan diri, meminta
perlindungan, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingat-Nya dan terpaut cinta
kepada-Nya.

Atas dasar definisi ini, Tuhan bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia.
yang pasti, manusia tidak mungkin Atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Setiap
manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya.Dengan begitu, orang-orang komunis
pada hakikatnya ber-Tuhan juga.Adapun tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan
(utopia) mereka sendiri.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “La Ilaaha Illa Allah”.Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan
penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam
hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.

2
DR. M. Yusuf Musa mengatakan dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta segala
sesuatu, tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya, serta tidak ada sesuatu
yang kekal tanpa pemeliharaan-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang paling kecil
dan paling halus sekali pun.Ia yang menciptakan alam ini, dari tidak ada kepada ada,
tanpa perantara dari siapa pun. Ia memiliki berbagai sifat yang indah dan mulia (asmaul
husna).

B. Ketuhanan dalam konsep Islam


1. Ma’rifatullahi Ta’ala

Dalam kitab Majmu’atul Aqiidah dikatakan bahwa sesuatu yang pertama kali
diwajibkan kepada seorang muslim adalah ma’rifatullah yaitu mengetahui dan
meyakini Allah SWT sebagai tuhan. Dalam proses ma’rifatullah tersebut harus
terpenuhi syarat-syarat tertentu diantaranya adalah mempunyai dalil atau alasan
tersendiri baik naqli maupun aqli. Sehingga menurut Ibnu ‘Aroby dan Syaikh Sanusi
jika seseorang ma’rifat kepada Allah SWT namun tidak didasari oleh dalil (ikut-ikutan
dengan orang lain), maka tidak syah ma’rifatnya dan secara otomatis dia masih kafir.

Namun demikian, Syeikh Ibrahim Ad Dasuki berpendapat jika seseorang yang


ma’rifat kepada Allah SWT walaupun tanpa mengetahui dalilnya adalah syah, dengan
catatan orang tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mengetahui dalil
tersebut.Keyakinan kepada Allah STW itu direalisasikan dengan pengucapan dua
kalimat syahadat (syahadatain), dimana dalam ajaran tauhid agama Islam membaca
dua kalimat syahadat merupakan sebuah kewajiban yang menjadi tanda bahwa dia
telah menjadi seorang Muslim.

Prof. Dr.  Duski Ibrahim, M. Ag. Dosen Studi Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Raden Fatah Palembang mengatakan ada dua metode yang digunakan untuk
mengenal Allah, yakni dengan memahami sifat wajib (Aqa’idul Iman) yang jumlahnya
20 sifat dan melalui metode pemahaman terhadap Asmaul Husna yang berjumlah 99
nama Allah SWT yang Agung dan Mulia.

2. Tauhid

Secara etimologis kata tauhid merupakan kalimat yang dimusytak dari kata
wahhada yuwahhidu tauhidan yang berarti keesaan, yakni percaya bahwa Allah SWT
itu esa, tunggal, satu.Dengan demikian yang dimaksudkan tauhid disini adalah
tauhidullah (mengesakan Allah SWT). Menurut para ulama mempelajari ilmu tauhid
merupakan suatu kewajiban kepada setiap mukalaf, karena ilmu tauhid merupakan
ilmu yang akan menjadi jalan untuk mengenal Tuhan

3
C. Filsafat Ketuhanan

Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi,


yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis.  Bagi orang yang
menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan
pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya.Jadi Filsafat Ketuhanan adalah
pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan.Usaha yang
dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak,
namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai
pada kebenaran tentang Tuhan.

Penelaahan tentang Allah dalam filsafat lazimnya disebut teologi filosofi. Hal ini


bukan menyelidiki tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam semesta, yakni
makhluk yang diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa pertama,
tetapi bukan pada diri-Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi ilmu, bukan pula
pada teodise.Jadi pemahaman Allah di dalam agama harus dipisahkan Allah dalam
filsafat.Namun pendapat ini ditolak oleh para agamawan, sebab dapat menimbulkan
kekacauan berpikir pada orang beriman. Maka ditempuhlah cara ilmiah untuk
membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat ketuhanan dengan filsafat
lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll).Maka para filsuf mendefinisikannya sebagai
usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik, dan secara refleksif, realitas
tertinggi yang dinamakan Allah itu, ide dan gambaran Allah melalui sekitar diri kita.

D. Keimanan dan implikasi tauhid dalam Islam

Iman adalah kepercayaan yang harus dianut oleh setiap manusia, iman tak dapat
diwarisi dari seorang ayah yang bertakwa dan juga tak dapat dijual beli. Dalam hidup
kita juga harus mempercayai adanya Rukun Iman. Rukun iman adalah hal hal yang harus
dipercaya dan dianut oleh seorang muslim. Rukun iman ada 6, yaitu :

1. Iman kepada Allah

Beriman kepada Allah, berarti yakin dan percaya dengan sepenuh hati akan adanya
Allah, Keesaan Nya serta sifat-sifat Nya yang sempurna. Konsekuensi dari pengakuan
ini adalah mengikuti petunjuk, tuntutan,bimbingan Allah dan Rasul Nya yang
disebutkan dalam Al-Quran danAl-HadistNabi. Segala sesuatu mengenai Tuhan
disebut Ketuhanan. Konsepsi Ketuhanan yang Maha Esa disebut Tauhid. Ilmu yang
mempelajari tentang tauhid disebtu ilmu Tauhid (Ilmu Tentang Kemahaesaan Tuhan).

2. Iman kepada Malaikat

4
Malaikat adalah hamba Allah yang paling taat dan tidak punya hawa nafsu. Malaikat
terbuat dari Nur (Cahaya) merupakan makhluk ghaib dan tidak dapat dilihat oleh
mata manusia.

Berikut ini adalah 10 nama Malaikat dan tuga-tugasnya yaitu :

 Jibril : menyampaikan Wahyu


 Mikail : Membantu Jibril Untuk Menyampaikan Wahyu
 Izroil : Pencabut Nyawa
 Isrofil : Meniup Sangkakala
 Munkar : Mencatat Amal Baik
 Nakir : Mencaat Amal Buruk
 Rokib : Menanyakan didalam Kubur
 Atid : Menanyakan didalam Kubur
 Malik : Penjaga Pintu Neraka
 Ridwan : Penjaga
3. Keyakinan pada kitab-kitab Allah

Kitab suci memuat wahyu Allah. Perkataan kitab yang berasal dari kata kerja kataba
(artinya ia telah menulis) memuat wahyu Allah. Perkataan wahyu berasal dari bahasa
Arab :

Al-wahyu bermakna suara, bisikan, isyarat, tulisan dan kitab.

Dalam pengertian umum wahyu adalah firman Allah yang disampaikan Malaikat Jibril
kepada para Rasul Nya atau orang yang dipilih Nya untuk diteruskan kepada manusia
guna dijadikan pegangan hidup. Al-Quran menyebut beberapa kitab suci misalnya :

 Zabur diturunkan kepada nabi Daud


 Taurat diturunkan kepada nabi Musa
 Injil diturunkan kepada nabi Isa
 Al-quran diturunkan kepada Muhammad SAW
4. Iman Kepada Nabi dan Rasul
Didalam Al-Quran disebut ada 25 rasul yang berkewajiban menyampaikan wahyu
yang diterimanya kepada manusia dan menunjukkan cara-cara pelaksanaannya
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Setelah sekian banyak Rasul yang diutus oleh
Allah. Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai nabi dan Rasul penutup atau terakhir
dan untuk umat manusia dengan alasan:
 Para Rasul sebelum Muhammad hanya terbatas untuk bangsanya/ kaumnya
atau daerah tertentu saja.
 Ajaran Rasul terdahulu terdahulu telah banyak yang hilang (dihilangkan) oleh
para pemuka agama bersangkutan dan tidak lengkap lagi.
 Ajaran para Rasul terdahulu bersifat lokal, sementara dan belum menyentuh
seluruh aspek kehidupan manusia, jadi perlu disempurnakan dengan ajaran
yang universal berlaku untuk seluruh dunia dan eternal yang bersifat abadi.
firman Allah dalam Al-Quran Qs. Al-Anbiya’:107 :
“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi
rahmat bagi seluruh alam.”

5
Nabi Muhammad adalah adalah rasul peneutup (Khatamin Nabiyyin). Sejarah
hidupnya dari awal hingga akhir jelas dan lengkap, terpelihara dari masa kemasa,
akhlaknya baik terlukiskan dengan kata-kata :
 Shidiq(benar)
 Amanah (dapat dipercaya)
 Tabligh (menyampaikan)
 Fathanah (cerdas)
Karena akhlaknya yang mulia,suri tauladan yang diberikannya dalam mengamalkan
ajaran Islam menjadi sumber nilai dan norma kedua sesudah wahyu.
5. Iman kepada Hari Akhir (Hari Kiamat)

Percaya pada hari kiamat adalah hal yang penting dalam hidup didunia ini, karena
kalau tidak beriman pada hari akhir berarti orang itu tidak mempercayai adanya
agama islam walaupun orang itu berkata beriman kepada Allah (lihat QS AN-Nisa :
59) dan (QS AL-Baqarah : 62). Datangnya hari kiamat itu hanya Allah yang tau kapan
dan sebabnya kiamat itu terjadi.

6. Iman kepada Qada dan Qadar

Iman kepada Qada dan Qadar bisa juga disebut sebagai takdir dalam hidup dan
dunia.

Menurut Al-Qur’an Qadha berarti :

 Hukum (lihat QS An-Nisa : 65)


 Perintah (lihat QS Al-Isra : 23)
 Memberitahukan (lihat QS Al-Isra : 4)
 Menghendaki (lihat QS Ali Imran : 47)
 Menjadikan (lihat QS Fushilat : 12

Qadhar dalam Al-Quran ialah : Suatu peraturan umum yang telah diciptakan Allah
untuk menjadi dasar alam ini, dimana terdapat hubungan sebab dan akibat. Telah
menjadi sunnatullah yang abadi dimana manusia juga terikat pada sunnatullah itu.

Setiap manusia harus berusaha, berdoa, dan terus berikhtiar kepada Allah SWT.
Tanpa adanya usaha tersebut maka apa gunanya kita sebagai manusia hidup didunia
ini? Manusia harus berusaha karena buah dari berusaha adalah kemenangan yang
hakiki atau kemenangan yang sempurna dalam hidup ini (lihat QS Ali-Imran : 142)
dan (QS Ar-Ra’d : 11)

E. Ketaqwaan dan Implikasinya Dalam Kehidupan

6
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa
dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran
agama Islam secara utuh dan konsisten (istiqomah). Kata takwa dalam etimologi bahasa
Arab berasal dari kata kerja yang memiliki pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati
dan berlindung. Oleh karena itu imam Al Ashfahani menyatakan: Takwa adalah
menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa
takut juga dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’I adalah menjaga diri
dari perbuatan dosa. Takwa adalah amalan hati dan letaknya di kalbu. “Demikianlah
(perintah ALLAH). Dan barang siapa mengagungkan syiar – syiar ALLAH maka
sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (QS 22:32).

Keimanan dan ketakwaan seorang muslim adalah kunci agar mendapatkan ridho dan
barokah dari Allah SWT. Iman Islam dalam diri seorang muslim harus dibarengi dengan
takwa. Bila seorang muslim percaya dengan keberadaan Allah, maka tentunya ia takut
kepada Allah. Itulah yang dinamakan takwa.

Ada beberapa hal penting mengenai taqwa di antaranya yaitu:

1. Dampak dari pengimplikasian orang-orang yang bertaqwa


 Selalu ingat Allah dan bertaubat.
 "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was
dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka
melihat kesalahan-kesalahannya." (QS. Al A'raaf : 201)
 Takut kepada Rabb-nya meskipun tidak bisa melihat-Nya.
 "(yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka
tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat."
(QS. Al Anbiyaa' : 49)
 "Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua
syurga" (QS. Ar Rahmaan :46)
 Taat selamanya hanya kepada Allah.
 "Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan
untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu
bertakwa kepada selain Allah?" (QS. An Nahl : 52)
 Beriman, mendirikan sholat, dan menafkahkan rezki di jalan Allah
 "(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat,
dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka." (QS. Al Baqarah : 3) "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-
orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa" (QS. Al Baqarah : 177)
2. Beberapa ciri orang yang bertaqwa

7
 beriman dan meyakini tanpa keraguan bahwa Alqur’an sebagai pedoman
hidupnya.
 beriman kepada perkara-perkara yang gaib.
 mendirikan sembahyang.
 orang yang selalu membelanjakan sebahagian dari rezeki yang
diperolehnya.
 orang yang selalu mendermakan hartanya baik ketika senang maupun
susah.
 orang yang bisa menahan amarahnya, dan mudah memberi maaf.
 mensyukuri nikmat Allah yang telah diterimanya, karena Allah mengasihani
orang-orang yang selalu berbuat kebaikan.
 takut melanggar perintah.
3. Taqwa memiliki tiga tingkatan

Pertama : Ketika seseorang melepaskan diri dari kekafiran dan mengada-adakan


sekutu-sekutu bagi Allah, dia disebut orang yang taqwa. Didalam pengertian ini
semua orang beriman tergolong taqwa meskipun mereka masih terlibat beberapa
dosa.

 Kedua : Jika seseorang menjauhi segala hal yang tidak disukai Allah SWT dan
RasulNya (SAW), ia memiliki tingkat taqwa yang lebih tinggi.

Ketiga : orang yang setiap saat selalu berupaya menggapai cinta Allah SWT, ia
memiliki tingkat taqwa yang lebih tinggi lagi.

4. Ganjaran Orang yang bertaqwa

Sebuah sifat yang baik, akan menghasil kan hasil yang baik pula, begitupun
bertaqwa. Maka allah akan memberikan diantaranya untuk orang bertaqwa :

 Diberi jalan keluar serta rezeki dari tempat yang tak diduga-duga (QS. Ath
Thalaaq [65]:2-3)
 Dimudahkan urusannya (QS. Ath Thalaaq [65]:4)
 Dilimpahkan berkah dari langit dan bumi (QS. Al A’raaf [7]:96)
 Mendapat petunjuk dan pengajaran (QS. Al Baqarah [2]:2 dan QS.Al Maa-
idah [5]:46)
 Mendapat Furqan (QS. Al Anfaal [8]:29)
 Cepat sadar akan kesalahan (QS. Al A’raaf [7]:201)
 Tidak terkena mudharat akibat tipu daya orang lain (QS. Ali ‘Imran [3]:120).
 Mendapat kemuliaan, nikmat dan karunia yang besar (QS. Ali ‘Imran [3]:147
dan QS. Al Hujuraat [49]:13)
 Tidak ada kekhawatiran dan kesedihan (QS. Al A’raaf [7]:35)
 ALLAH bersamanya dan melindunginya (QS. Al Baqarah [2] :194  dan Qs. Al-
jatsiyah 19)
 Diselamatkan dari api neraka (QS. Maryam [19]:71-72)
 Dijanjikan Surga  (Qs. Al-hijr 45)

Allah menegaskan, bahwa barang siapa yang selalu berupaya mewujudkan


takwanya dalam segala aktivitas kesehariannya, maka Allah tidak hanya akan

8
memberinya kebaikan di dunia–kebaikan sosial, kebaikan profesi, dan kebaikan
solusi bagi problema dirinya, tetapi juga pahala yang sangat besar. Aktualisasi
takwa di sisi lain akan mendorong umat manusia, untuk tidak pernah berhenti
melakukan perubahan dan kompetisi. Bukan kompetisi untuk memunculkan yang
munkar, tapi kompetisi untuk memunculkan yang baik.

9
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Definisi Tuhan adalah Sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa,
sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Tuhan adalah pencipta alam
semesta beserta seluruh isinya, Tuhan itu Maha Esa, Tiada Tuhan selain Allah SWT, Laa
Ilaahaillallaah.

Implementasi ketuhanan dan tuhan yang maha esa yakni dengan keimanan dan
ketakwaan. Iman adalah membenarkan dengan hati, menyatakan dengan lisan, dan
membuktikan dengan perbuatan terhadap kebenaran atau keyakinan tertentu. Pokok-
pokok keyakinan islam terangkum pada rukun iman yang 6 yaitu keyakinan pada Allah,
Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Nabi dan Rasul Allah, Hari Kiamat, dan Takdir baik dan
takdir buruk. Taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten (istiqomah).

Setiap manusia harus mengamalkan tentang keimanan dan ketaqwaan, karena


dengan adanya keimanan dan ketaqwaan dalam hidup kita, kita dapat mengetahui baik
buruknya hidup yang harus dijalankan dalam dunia ini. Hidup tentang beriman kepada
Allah merupakan hal yang paling penting dalam hidup ini, kalau kita tidak beriman
kepada Allah kita mungkin tidak akan mendapatkan betapa indahnya surga Allah dan
juga kita tidak dapat bertemu dengan nabi-nabi dan rasul-Rasul Allah yang sangat mulia
itu. Dan juga kita tidak dapat bertemu dengan pengikut-pengikutnya yang selalu
menjalankan perintah dari Allah dan Rasulnya, dan selalu meninggalkan segala
larangannya.

B. Saran
Untuk setiap manusia setidaknya “HARUS” beriman dan bertaqwa kepada Allah. Agar
kita dapat mengetahui pentingnya hidup itu bukan hanya untuk didunia saja melainkan
juga diakhirat. Karena kenikmatan didunia itu hanya sekejap saja dan tidak akan kekal.
Kalau diakhirat kita akan hidup kekal selamanya dan itulah hidup yang sesungguhnya
didunia ini. Setelah mempelajari ini diharapkan para mahasiswa mampu memahami dan
memaknainya dan dapat menambah keyakinan mereka akan ke-Esaan Allah SWT
dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka. Sehingga bertambah

10
ketakwaan terhadap Allah SWT, meningkat volume ibadahnya, dan dapat menjadi
hamba terbaikNya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cholis.2012. Konsep Al-Qur’an tentang taqwa


(Choliscollection.blogspot.com/2012/01/konsep-alquran-tentang-taqwa-
dan.html)
2. Info Dakwah Islam.2012. Ketaqwaan dan keimanan serta implikasi dalam
kehidupan sehari-hari
(Infodakwahislam.wordpress.com/2013/05/11/ketaqwaan-dan-keimanan-serta-
implikasi-dalam-kehidupan-sehari-hari.html)
3. Nurdiansah, Danang.2012. Identifikasi ayat-ayat yang berkaitan dengan
ketaqwaan (Danangnurdiansah.blogspot.com/2012/01/identifikasi-ayat-ayat-
yang-berkaitan.html)

11

Anda mungkin juga menyukai