Anda di halaman 1dari 26

TITIK TEMU AGAMA DAN PANCASILA

( MAKALAH )

DOSEN PENGAMPUH
Fisman Bedi, S.Kom.,MM.,M.Si

DISUSUN OLEH

Wahyudi Prayitno

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSANTARA


LAMPUNG
TEKNIK INDUSTRI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul Titik Temu Agama Dan Pancasila meskipun banyak kekurangan

didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam

makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,

kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah

kami buat di masa yang akan datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami

sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan

saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bandar Lampung, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Pancasila dan Agama..................................................................3
B. Hubungan Pancasila dan Agama...................................................................4
C. Makna Sila Pancasila dalam Agama.............................................................8
D. Peran Pancasila Dalam Beragama Di Negara Pancasila.............................10
E. Keberadaan Pancasila dan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.......................11
F. Pro Kontra Pancasila...................................................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................21
1. Kesimpulan.................................................................................................21
2. Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar negara bangsa Indonesia. Pancasila juga jati diri

bangsa Indonesia sebagai falsafah dan ideology bangsa Indonesia. Mengapa

begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan Negara Indonesia? hal ini

dikarenakan bangsa Indonesia memiliki keragaman suku, agama, bahasa, daerah,

pulau, adatistiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama

lain tetapi perbedaan diatas harus dipersatukan. Hal ini diharapkan dapat terwujud

dengan Pancasila. Sejarah Pancasila merupakan bagian dari sejarah inti negara

Indonesia. Sehingga tidak heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila

dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang harus kita hafalkan dan mematuhi apa

yang diatur didalamnya.

Kita semua tentu ingat peristiwa kudeta Partai Komunis Indonesia yang ingin

menggantikan ideologi pancasila menjadi ideologi komunis . Atau juga kasus

yang masih hangat di telinga kita tentang masalah pemberontakan OPM. Jika kita

melihat kejadian diatas, kejadian-kejadian itu bersumber pada perbedaan dan

ketidakcocokan ideologi pancasila sebagai ideologi negara Indonesia dengan

ideologi yang mereka anut. Saat ini banyak juga orang yang menetang pancasila

dengan berbagai macam alasan, salah satu yang paling sering terjadi adalah

alasan agama. Masalah pokoknya adalah hingga saat ini pancasila masih belum
efektif untuk mengatasi segala kemajemukan indonesia. Hal ini karena pancasila

itu sendiri yang masih bersifat multitafsir sehingga timbul banyak perbedaan

dalam penafsirannya. Kondisi inilah yang rawan menimbulkan konflik dan

gesekan di lingkungan masyarakat. Dengan demikian sangat mudah bagi orang

orang yang ingin menghancurkan negeri ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pancasila dan agama?

2. Bagaimana hubungan pancasila dan agama?

3. Apa makna sila pancasila dalam agama?

4. Bagaimana peran pancasila dalam beragama di Negara pancasila?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila dan Agama

Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Nama

ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip

atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan

bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.1

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4

Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar 1945.

Pengertian Agama menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem yang

mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha kuasaserta tata

kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusiadan manusia serta

lingkungannya.2

Kata “Agama” berasal dari bahasa sansekerta agama yang berarti“tradisi”.

sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini ialah religi

yang berasal dari bahasa latin religio dan berakar pada kata kerja religare yang

berarti mengikat kembali. Maksudnya yang bereligi, seseorang mengikat dirinya

dengan Tuhan.Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadarn dan pengakuan


1
https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
2
https://kbbi.web.id/agama
atas keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa

diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu juga pasti bersumber dari yangluarbiasa

jua. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa

manusianya sendiri/ misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, dan lain-lain atau hanya

menyebut sifatnya saja seperti yang maha kuasa, Ingkang murbeng dumadi, dll.

Keyakinan itu membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada tuhan

dengan cara menghambakan diri, yaitu: menerima segala kepastian yang menimpa

diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari tuhan menaati segenap ketetapan,

aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan.Dengan demikian diperoleh

keterangan yang jelas, bahwa agama

itu penghambaan manusia kepada tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat

tiga unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau

ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut

agama.

B. Hubungan Pancasila dan Agama

Hubungan Negara/ Pancasila dan agama terkadang menjadi sesuatu hal rumit.

Hal ini terjadi karena agama seringkali dipergunakan untuk bertentangan dengan

pemerintahan atau pemerintahan itu sering dijadikan kekuatan untuk menekan

agama. Dalam diskursus politik dan ketatanegaraan serta agama jalinan tersebut

masih diperdebatkan dan dikaji, baik di (negara) Barat maupun di (negara) Timur.

Agar hubungan antar agama dan negara tetap harmonis di tengah-tengah dinamika

kehidupan politik, ekonomi, dan budaya kita perlu mendiskusikannya terus

menerus, sehingga kita sampai pada pemahaman bahwa agama dan negara bagai
dua sisi mata uang, di mana keduanya bisadibedakan, namun tidak bisa dipisahkan

satu sama lain karena keduanya saling membutuhkan.

 Sejak zaman purbakala hingga pintu gerbang (kemerdekaan) negara

Indonesia ,masyarakat nusantara telah melewati ribuan tahun pengaruh agama-

agama lokal, (sekitar) 14abad pengaruh hinduisme dan budhisme,(sekitar) tujuh

abad pengaruh islam, dan sekitar empatabad pengaruh kristen. Dalam buku

Sutasoma karangan Empu Tantular di jumpai kalimat yang kemudian di kenal

Bhinneka Tunggal Ika. Sebenarnya kalimat tersebut secaralengkap berbunyi

Bhinneka tunggalIka Tan Hanna Dharma Mangrua, artinyawalaupun berbeda-

beda tetapi tetap satu jua, sebabtidak ada agama yang mempunyai tujuan yang

berbeda.

Kuatnya faham keagamaaan dalam formasi kebangsaan Indonesia membuat

arus besar pendiri bangsa tidak dapat membayangkan ruang publik hampa Tuhan.

Sejak dekade 1920-an, ketika indonesia mulai dibayangkan sebagai komunitas

politik bersama, mengatasi komunitaskulutular dari ragam etnis dan agam, ide

kebangsaan tidak terlepas dari ketuhanan.Secara lengkap pentingnya dasar

ketuhanan ketika dirumuskan oleh founding fathers negarakita dapat dibaca pada

pidato Ir.Soekarno pada 1 juni 1945, ketika berbicara mengenai dasar negara

(philosophisce grondslag) yang menyatakan,  PrinsipKetuhanan ! bukan saja

bangsa indonesia ber-tuhan, tetapi masing-masin gorang indonesia hendaknya

bertuhan, tuhannya sendiri. Dalam hubungan antara agama dan Pancasila,

keduanya di harapkan berjalan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan

dan tidak boleh di pertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan
sekaligus membuang atau menanggalkan yang lain. Selanjutnya Kyai Achmad

Shiddiq menyatakan bahwa salah satu hambatan utama bagi proporsionalisasi ini

berwujud hambatan psikologis, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran yang datang

dari dua arah.3 Negara Indonesia adalah negara berdasar atas ketuhanan yang

Maha Esa. Bangsa Indonesia ialah sebagai bangsa yang ber-Keberagaman agama,

hal ini menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Kenyataan ini menuntut

adanya kesadaran dari setiap pemeluk agama untuk menjaga keharmonisan

hubungan di antara mereka. Semua pemeluk agama memang harus mawas diri.

Yang harus disadari adalah bahwa mereka hidup dalam sebuah masyarakat

dengan keyakinan agama yang beragam. Dengan demikian, semestinya tak ada

satu kelompok pemeluk agama yang mau menang sendiri. Seperti yang telah kita

ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam sukuk bangsa, adat istiadat

hingga berbagai macam agama dan aliran kepercayaan. Dengan kondisi

sosiokultur yang begitu heterogen dibutuhkan sebuah ideologi yang netral namun

dapat mengayomi berbagai keragaman yang ada di Indonesia. Karena itu

dipilihlah Pancasila sebagai dasar negara.

Konsep negara Pancasila adalah konsep negara yang menjamin setiap pemeluk

agama untuk menjalankan agamanya secara utuh, penuh dan sempurna. Negara

Pancasila bukanlah negara agama, bukan pula negara sekuler apalagi negara

atheis. Akan tetapi sebuah negara yang tidak tunduk pada salah satu agama, tidak

pula memperkenankan pemisahan negara dari agama, apalagi sampai mengakui

tidak tunduk pada agama manapun. Negara Pancasila mendorong dan

3
https://www.suaraislam.co/kh-achmad-siddiq-sila-pertama-amanu-empat-sila-
berikutnya-amilus-shalihat/
memfasilitasi semua penduduk untuk tunduk pada agamanya. Penerapan hukum-

hukum agama secara utuh dalam negara Pancasila adalah dimungkinkan.

Semangat pluralisme dan ketuhanan yang dikandung Pancasila telah di harapkan

siap mengadopsi kemungkinan itu. Hubungan negara dengan agama menurut

NKRI yang berdasarkan pancasila adalah sebagai berikut.4

 Negara adalah berdasar atas ketuhanan yang Maha Esa.

 Bangsa Indonesia ialah sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan yangMaha

Esa. Konsekuensinya setiap warga memiliki hak asasiuntuk memeluk dan

menjalankan ibadah sesuai dengan agamamasing-masing. 

 Tidak ada tempat atheisme dan sekularisme karena hakikatnyamanusia

berkedudukan kodrat sebagai makhluk tuhan.

 Tidak ada paksaan bagi setiap agama karena ketakwaan itu bukanhasil

paksaan bagi siapapun juga.

 Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankanagama

dalam negara.

 Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggarakan negaraharus

sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esaterutama norma-norma

hukum positif maupun norma moral baikmoral agama maupun moral para

penyelenggara negara.

 Negara adalah pada hakikatnya merupakan “...berakhmat Allah yang Maha

Esa”

4
http:kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertian-
agama.html
C. Makna Sila Pancasila dalam Agama

Keterkaitan hubungan antara rukun Islam sebagai landasan agama Isalam dan

Pancasilasebagai landasan negara Indonesia. Adapun hubungan itu yaitu pertama

dari segi jumlah, rukunIslam berjumlah lima begitupun pancasila. Kedua, dari

segi makna yaitu:5

1. Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini kerat aitannya denagn rukun Islam yang 

pertama yaitu syahadat. Secara umum, sila ini menerangkan tentang

ketuhanan begitu pun syahadat yang mempunyai makna pengakuan

terhadap tuhan yaitu Allah SWT. Selain itu, kata Esa sendiri berarti tunggal,

yang sebagaimana yang kita ketahui bahwa Isalm sebagai agama

mayoritas penduduk negeri ini mempunyai tuhan tunggal Allah SWT.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab sila kedua pancasila, berkaitan dengan

rukun Islam kedua yaitu Shalat. Shalat dalam Islam selain sebagai ibadah

wajib juga dilakukan untuk mendidik manusia menjadi manusia yang

beradab. Sholat adalah sebuah media untuk mencegah perbuatan yang tidak

terpuji, sebagai mana yang di firmankan oleh Allah bahwa Shalat itu

mencegah perbuatan keji dan mungkar.

3. Persatuan Indonesia yang artinya seluruh elemen rakyat yang ada di Indones

iia yang terdiri dari berbagai macam suku dan adat bersatu dan membentuk

kesatuan dalam wadah bangsa Indonesia. Kaitannya dengan itu, persatuan

terbentuk ketika jurang pemisah sudah tidak ada lagi di masyarakat. Salah

satu jurang pemisah yang paling nyata yaitu jurang antara yang miskin dan
5
https://www.academia.edu/37980798/pancasila_dan_agamahttps://boneeta2012.b
logspot.com/2012/09/hubungan-negara-pancasila-dan-agama.html
yang kaya. Untuk menyatukan jurang pemisah tersebut maka di agama

Islam diwajib kanmembayar zakat bagi orang-orang kaya yang akan

disalurkan untuk kepentingan kaum miskindan duafa. Zakat yang

notabennya adalah rukun Islam ketiga sangat erat kaitannya dengan

poin pancasila ketiga tersebut. Dengan zakat akan terbentuk rasa kasih

sayang pada umat yang akanmenghasilkan persatuan yang di cita-citakan

4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawar

atan perwakilan sangat erat kaitannya dengan rukun islam keempat yaitu

puasa. Dengan pusas akan terbentuk sifat bijaksana dan kepemimpinan. Ciri

orang bijaksana, yaitu ia mampu merasakan dan mempumnyuai rasa kasih

sayang sesama, semua itu adalah hikmah dari puasa. Selain itu,dalam

menentukan waktu puasa, perlu dilakukan suatu musyawarah yang dikenal

dengan siding istbat.

5. Keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indionesia. Pada rukun Islam, terdapat 

yang namanya haji. Haji adalah proses sosial yang terbesar di dunia ini,

dimana setiap orang datangdari berbagai negara dengan berbagai bahasa dan

kebiasaan bergabung menjadi satu dalam satutempat dan waktu dalam

kedudukan yang sama. Di dalalam haji, tidak memandang itu siapa

dansiapa, semuanya sama, pakaiannya sama dan peraturan dan hukumnya

sama. Semua itu adalah cerminan dari keadilan tuhan.

D. Peran Pancasila Dalam Beragama Di Negara Pancasila


Kebebasan Beragama dalam Pancasila ialah diperjelas dalam beberapa Pasal-

pasaldalam UUD 1945, yaitu Pasal 28E “bahwa setiap orang bebas Memeluk

agama dan beribadah menurut agamanya” serta Pasal 29 ayat (1) UUD “bahwa

Negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa” dan Pasal 29 ayat (2)“bahwa

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk Agamanya

masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan Kepercayaannya itu”

 Konsekuensi dari keilmuan di atas adalah:

 Negara hanya menjamin kebebasan warga Negara untuk memelukAgama

masing-masingini berarti, kebebasan untuk tidak memeluk Agama

tidakdijamin, bahkan bisa dikatakandilarang jika disertai Dengan upaya

mengajak oranglain untuk melakukan hal yang Sama,karena secara tidak

langsung merusakjaminan Negara Kepada warganya untuk

memelukagamnya masing-masing.

 Setiap warga Negara harus patuh pada ketentuan peribadatanBerlaku pada

agamanityamasing-masing. Kalau memeluk Agama Islamharus beribadah

menurut Islam, bukan berdasarkan cara lain. Begitu pula kalu

memelukK atolik, Protestan, Hindu, Budha, Khonghucu, Kristen.

 Ritus-ritus keagamaan yang dijalankan ististusi agama bersama

Pemeluknya harus dapat mempertegas pelaksanaan prinsip Ketuhanan

yang MahaEsa dalam segala aspeknya sertadapat Memperteguh persatuan

dan persaudaraan dikalangan masyarakat Indonesia,bukansebaliknya

menjadi pemicu terjadinya konflik Horizontal.

E. Keberadaan Pancasila dan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


1. Arti Penting Keberadaan Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara memang saat ini menjadi pilihan utama.

Menggugat Pancasila di khawatirkan membawa ketidakpastian baru. Bukan

tidak mungkin akan timbul chaos (kesalahan) yangmemecah-belah

eksistensi negara kesatuan. Akhirnya Indonesia akan tercecer

menjadinegara-negara kecil yang berbasis agama dan suku. Untuk

menghindarinya maka penerapan hukum-hukum agama (juga hukum-

hukum adat) dalam sistem hukum negara menjadi urgen untuk diterapkan.

Sejarah Indonesia yang awalnya merupakan kumpulan kerajaan yang

berbasis agama dan suku memperkuat kebutuhan akan hal ini. Pancasila

yang diperjuangkan untuk mengikat agama-agama dan suku-suku itu harus

tetap mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap agama dan suku

2. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sebagai negara yang bermayoritas penduduk agama islam, Pancasila

sendiri yang sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh

agama yang tertuang dalam sila  pertama yang berbunyi sila “Ketuhanan

yang Maha Esa”. yang pada awalnya berbunyi “… dengan kewajiban

menjalankan syariat islam bagi pemeluknya” yang sejak saat itu dikenal

sebagai Piagam Jakarta. Namun dua ormas Islam terbesar saat itu dan masih

bertahan sampai sekarang yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah

menentang penerapan Piagam Jakarta tersebut, karena dua ormas Islam

tersebut menyadari bahwa jika penerapan syariat Islam diterapkan secara

tidak langsung namun pasti akan menjadikan Indonesia sebagai negara


Islam dan secara “fair” hal tersebut dapat memojokkan umat beragama

lain. Yang lebih buruk lagi adalah dapat memicu disintegrasi bangsa

terutama bagi provinsi yang mayoritas beragama nonislam. Karena itulah

sampai detik ini bunyi sila pertama adalah “ketuhanan yang maha esa” yang

berarti bahwa Pancasila mengakui dan menyakralkan keberadaan Agama,

tidak hanya Islam namun termasuk juga Kristen, Konguchu, Budha, Hindu

sampai yang terbaru yaitu agama kepercayaan lokal .

F. Pro Kontra Pancasila6

Sejak bergulir Orde Reformasi hingga kini, Pancasila sebagai ideologi bangsa

Indonesia masih mengundang pro dan kontra. Setelah diperingati pada 1 Juni

kemarin, demam diskusi Pancasila kini cukup tinggi. KH. Cholil Ridwan, Lc,

salah satu Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan, Pancasila hanyalah

sebagai kendaraan sementara, bukan tujuan utama.

Dr. Adian Husaini, MA, dalam bukunya, “Pancasila bukan untuk Menindas

Hak Konstitusional Umat Islam” (Jakarta: GIP, 2010) mengatakan, yang

terpenting saat ini mendudukkan Pancasila secara tepat dan proporsional.

Menurutnya, Pancasila sesungguhnya bukan pandangan hidup Islam, makanya

perlu ditafsir secara Islam seperti yang diinginkan perumusnya.

Bagi sebagian kalangan, ideologi Pancasila adalah suatu keniscayaan. Apalagi

ketika ancaman disintegrasi sering mencuat paska reformasi. Ideologi ini dapat

6
https://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2011/06/07/2194/pancasila-
masih-pro-kontra-bagaimana-sikap-kita.html
menjadi ideologi pemersatu bangsa yang beraneka ragam suku, kepercayaan dan

agama. Dalam konteks ber-Indonesia, lahirnya landasan negara (Pancasila) yang

diperingati pada setiap 1 Juni adalah medium penghantar lahirnya semangat baru

untuk selalu berintegrasi.

Roeslan Abdulgani (1976), pernah mengatakan bahwa secara politis Pancasila

merupakan lambang rekonsiliasi nasional. Sedangkan arus sentral rekonsiliasi itu

menurut Roeslan adalah nasionalisme. “Lima asas (dalam sidang Badan Persiapan

Kemerdekaan pada bulan Juni 1945) yang dikemukakan Sukarno adalah

nasionalisme, internasionalisme atau kemanusiaan, demokrasi, keadilan sosial,

dan last but not least – terakhir tetapi bukan tidak penting – ialah kepercayaan

kepada Tuhan yang Maha Esa”, kata Roeslan.

Akan tetapi, ideologi Pancasila, pasca reformasi, memancing pro-kontra dalam

internal umat Islam. Gus Dur pernah memaknai Pancasila secara pluralis. Tiga

tahun silam dalam acara Talk Show di Antv (02/06/2008) Gus Dur pernah

menegaskan bahwa nilai-nilai kebhinekaan, toleransi dan pluralisme adalah esensi

dari Pancasila. Tapi bila pluralisme itu dimaksudkan, berarti itu adalah fenomena

keaneka ragaman. Maka ia sebenarnya salah mendefinisikan, sebab

keanekaragaman itu bukan pluralisme tapi pluralitas di mana hal itu tidak masalah

bagi Islam.

Bagi aktivis Islam Liberal, Pancasila memang ditumpangi sebagai pintu masuk

ide-ide sekularisme dan pluralisme. Sila pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha

Esa, kata aktivis liberal bukan bermakna Tauhid, tapi sekuler. Seperti dalam buku
“Esai-Esai Pemikiran Moh.Shofan dan Refleksi Kritis Kaum Pluralis”), secara

filosofis mengandung kebebasan berkeyakinan dan menjalankan ibadah menurut

agama dan kepercayaan masing-masing. Kebebasan di sini berarti bahwa

keputusan beragama dan beribadah diletakkan pada tingkat individu tidak terkait

dengan campur tangan Negara.

Dalam pandangan Shofan, sila-sila Pancasila secara eksplisit melihat agama

merupakan persoalan individu dan bukan persoalan Negara. Tugas Negara hanya

memfasilitasi pemeluk agama dan memberi jaminan keamanan menjalankan

agama. Jelas tampak bahwa pemikiran Shofan akan menggiring agama kepada

ruang yang lebih sempit yaitu ruang privat, nilai-nilai agama boleh saja masuk

ruang publik, namun dengan syarat nilai moral religi yang sudah menjadi

kesepakatan umum. Pandangan ini sama dengan Jose Casanova yang

mempopulerkan istilah deprivatisasi agama.

Semangat mengegolkan nilai-nilai sekularisme ini sebenarnya tidak hanya

diaktivkan pada saat ini, pada awal-awal penetapan Pancasila sebagai asas Negara

juga terjadi perdebatan hebat antara nasionalis-sekuler dengan Islam. Kegagalan

memasukkan tujuh kata dalam sila pertama, merupakan awal kesuksesan kaum

sekuler di Indonesia. Pada saat persiapan kemerdekaan, terjadi perdebatan hebat

antara nasionalis-sekuler dangan Islam tentang asas negara. Setelah melalui

perdebatan panjang, akhirnya pada 22 Juni 1945 semua pihak sepakat terhadap

Dasar Negara Indonesia yang dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Poin penting

bagi umat Islam dalam Piagam Jakarta tersebut adalah sila pertama Pancasila yang
berbunyi: Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya. Usai kesepakatan Soekarno mengatakan “Saya ulangi lagi bahwa ini

satu kompromis untuk menyudahi kesulitan antara kita bersama”.

Namun, meski telah disepakati, Lathuharhary tokoh dari pihak Kristen

mengkritik sila pertama tersebut dan mengusulkan agar diganti karena akan

merugikan pihak Kristen dan kaum adat. KH. Wachid Hasjim, tokoh NU, dan H.

Agus Salim membantah bahwa tidak akan ada yang dirugikan karena syariat itu

hanya untuk umat Islam saja. Bahkan Soekarno, yang Nasionalis, menanggapi

bahwa Piagam Jakarta tersebut adalah hasil jerih payah semua pihak untuk

menghilangkan perselisihan faham.

Akan tetapi, Piagam Jakarta yang telah menjadi kesepakatan antara golongan

nasionalis-sekuler dengan Islam tidak berumur panjang. Secara mendadak Bung

Hatta mengusulkan tujuh kata (Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat

Islam bagi pemeluk-pemeluknya) dihapus karena ada ancaman dari pihak Kristen

bahwa Indonesia Timur akan melepaskan diri dari NKRI jika tujuh kata itu

ditetapkan. Akhirnya pada 18 Agustus tujuh kata tersdbut dihapus dan diganti

dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Di sini jelas pihak Islam dikhianati. Dan belakangan diketahui bahwa cerita

Bung Hatta tentang ancaman disintegrasi dari Indonesia Timur tersebut tidak

dapat dibuktikan dalam sejarah. Peneliti muslim mencurigai bahwa semua itu

adalah konspirasi Belanda untuk menekan kekuatan Islam di Indonsia. Apakah

pihak Kristen-Sekuler berhenti sampai di sini? ternyata tidak. M. Natsir


memperingatkan bahwa meski tujuh kata dalam sila pertama digugurkan, kaum

Kristen-Sekuler tidak puas. Setelah pemilu pertama (1955) bidang Legislatif,

kaum Kristen berusaha keras menggagalkan setiap usaha pengesahan undang-

undang yang diinginkan kaum Muslim untuk dapat lebih mentaati ajaran-ajaran

agama Islam.

Kegagalan pihak Islam tersebut membuka peluang kaum sekuler untuk

memasukkan ide-idenya dalam negara Indonesia. Imbasnya dapat dirasakan oleh

umat Islam pada saat ini. Pada zaman Orde Baru, mantan Presiden Soeharto,

mencanangkan asas tunggal Pancasila bagi setiap ormas dan organisasi partai

politik. Pancasila sebagai satu-satunya ideologi dan pandangan hidup seperti

dipaksakan kepada rakyat Indonesia. Umat Islam pada masa itu tertekan, kasus

Jilban dan pembantaian umat Islam terjadi pada zaman tersebut. Sementara pihak

Kristen-Sekuler terus membayangi pemerintahan.

Pemahaman Pancasila cukup terasa menggiring bangsa Indonesia pada nilai-

nilai sekuler dan pluralis. Penulis masih ingat ketika duduk di SMU, para murid

diajari nilai moral Pancasila yang diantaranya menyatakan bahwa hakikatnya

semua agama mengajarkan kebaikan. Akibat dari pernyataan tersebut, dalam diri

siswa tertanan pemahaman bahwa kelima agama di Indonesia adalah sama – yaitu

sama-sama mengajarkan kebaikan. Sila pertama sebenarnya juga bermasalah, di

dalam dunia pendiikan Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak pernah dijelaskan Tuhan

yang mana? Dari segi kata memang itu tampak sesuai dengan Tauhid. Yang
menjadi masalah adalah yang dimaksud Ketuhanan itu adalah Tuhan yang

fleksibel yang diterima oleh semua kalangan dan kepercayaan.

Menyikapi ideologi Pancasila seperti sekarang, pernyataan M. Natsir cukup

menarik. “Pancasila memang mengandung tujuan-tujuan Islam, tetapi Pancasila

itu bukan berarti Islam” kata Natsir. Bukan berarti Pancasila sudah mewakili

seluruh ajaran Islam, ia hanya sebagian kecil dari sekian banyak ajaran Islam.

Sejak dihapuskannya tujuh kata dalam sila pertama, Pancasila telah kehilangan

ruh Islamnya, disebabkan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya

telah diganti. Dan Pancasila dengan konsepnya seperti sekarang telah mengakar

kuat.

Oleh karena itu yang bisa dilakukan umat Islam saat ini adalah mengislamkan

Pancasila. Tidak ada yang salah jika tujuh kata itu dimasukkan kembali dalam

Pancasila. Sebab, Piagam Jakarta – yang didalamnya memuat tujuh kata –

memiliki landasan historis. Disamping pengembalian Piagam Jakarta, Pancasila

sudah saatnya ditafsir secara Islami.

Hingga saat ini yang mendominasi tafsir Pancasila adalah kelompok-kelompok

negarawan sekuler. Akibatnya, Pancasila menjadi tersekulerkan. Padahal yang

diinginkan para perumus dari kelompok Islam (KH.Agus Salim dan KH.Wachid

Hasyim) tidak bermaksud merumuskan konsep Pancasila yang sekuler, namun

beliau ingin membentengi Pancasila dari interfensi kelompok-kelompok

nasionalis-sekuler.
Wajar sekali bila kita teliti ternyata KH.Agus Salim dan KH.Wachid Hasyim

berusaha sekuat, tenaga di tengah perdebatan hebat dengan kelompok sekuler,

memasukkan nilai-nilai Islam dalam Pancasila. Setelah gagal menjadikan Islam

sebagai dasar negara, maka jalan satu-satunya bagi Agus Salim dan Wachid

Hasyim adalah mengemas Pancasila dengan kemasan yang bermuatan nilai-nilai

Islam.

Kenyataannya memang, hanya Islam yang bisa menafsir Pancasila dengan

baik. Sila satu misalnya yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Untuk

mengetahui Tuhan yang mana dalam sila satu tersebut, dapat dirujuk pada

pembukaan UUD ’45 yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha

Kuasa…..”. Maka Tuhan yang dimaksud dalam sila satu tersebut adalah Allah.

Begitu pula sila-sila selanjutnya, jika diteliti terdapat kalimat/kata yang berasal

dari konsep Islam. Contoh “adil dan beradab” (sila ke-2), kata adab adalah konsep

Islam. Dalam agama-agama lain tidak mempunyai konsep adab. Contoh lain sila

ke-4 terdapat kata musyawarah. Bila diamati sila ke-4 ini tampak bertolak

belakang dengan demokrasi. Sebab jelas-jelas sila tersebut menyebut musyawarah

(dalam Islam disebut syuro) bukan demokrasi.

Demokrasi jelas beda dengan syuro. Memang para perumus Pancasila – yang

di antaranya terdiri dari beberapa Kiai – ingin dasar negara Indonesia lebih Islami

tidak tercampur dengan ide-ide sekuler seperti sekarang ini. Maka tugas kita,

dalam posisi umat Islam seperti sekarang ada dua, pertama membuang penafsiran
yang sekuler, dan yang kedua mengembalikan tujuh kata dalam Piagam Jakarta

tersebut, sebab itu adalah hak umat Islam Indonesia yang legal.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Hingga saat ini kedudukan Pancasila sebagai ideologi bangsa indonesia belum

tergantikan dan masih di anggap sebagai ideologi paling cocok, sesuia dengan

keadaan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras

dan bahasa. Sehingga jika ideologi Pancasila diganti oleh ideologi yang

berlatar belakang agama, di khawatirkan akan terjadi ketidaknyamanan bagi

rakyat yang memeluk agama di luar agama yang dijadikan ideologi negara

tersebut.. Namun hingga saat ini pancasila masih menimbulkan pro kontra

karena sifatnya yang multitafsir terutama pada sila yang pertama. Hal ini jika

di hadapkan pada masing-masing agama masih belum menemui titik temu.

Terutama pada agama Islam yang mengenal pemahaman tauhid , yaitu

pemahaman mengenai adanya tuhan yang satu.

Dengan kekurangan yang dimilikinya, Pancasila justru menjadi boomerang

bagi bangsa indonesia. Banyak pula oknum yang justru menjadikan pancasila

sebagai tameng sekaligus senjata demi tercapainya kepentingan mereka sendri,

hal ini sangat membahayakan bagi keamanan, kesejahteraan rakyat dan

keutuhan NKRI.

Bagi umat islam sendiri, saat ini Pancasila sudah kian terbukti, cuma sekadar

alat politisi bagi mereka yang anti Islam, namun mengatasnamakan ke-

bhinekaan. Padahal, bukan hanya Indonesia yang masyarakatnya multietnis,


multi kultural, dan multi agama. Di Amerika Serikat, untuk mempertahankan

ke-bhinekaannya mereka tidak perlu Pancasila, begitu pun negara jiran

Malaysia. Nyatanya, mereka justru lebih maju dari Indonesia.

2. Saran

Sangat di harapkan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk selalu menjaga

toleransi antar sesama umat bergama. Saling menghargai segala bentuk

perbedaan, sehingga pemeluk umat bragama dapat hidup berdampingan secara

harmonis. Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya

denganagama, diperlukan upaya yang lebih keras lagi. Sedangkan untuk beberapa

persoalan yang belum menemui titik temu di harapkan ada pengkajian dan diskusi

tersendiri. Dan segala kekurangan yang ada harus segera di perbaiki guna

terciptanya negara yang aman, damai, dan sejahtera.

 
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.suaraislam.co/kh-achmad-siddiq-sila-pertama-amanu-empat-

sila-berikutnya-amilus-shalihat/

2. https://suraya-atika.blogspot.com/2014/11/pancasila-dan-agama.html

3. http:kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertian-

agama.html

4.  https://www.academia.edu/37980798/pancasila_dan_agamahttps://boneet

a2012.blogspot.com/2012/09/hubungan-negara-pancasila-dan-agama.html

5.  https://unikpol.blogspot.com/2012/09/hubungan-pancasila-dengan-

agama-di.html 

6. https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

7. https://kbbi.web.id/agama

Anda mungkin juga menyukai