Sumber Hukum Islam MKLH
Sumber Hukum Islam MKLH
Disusun Oleh
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................3
BAB III........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan........................................................................................................14
3.2 Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Sumber Hukum Islam ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam,
serta untuk menambah wawasan mengenai pengertian, ciri, serta tujuan sumber
hukum islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Namun, seiring dengan berkembangnya zaman ada saja hal-hal yang tidak
terdapat jalan keluar atau solusinya dalam Al Quran dan hadist. Oleh karena itu ada
sumber hukum agama islam yang lain, diantaranya ijma, qiyas, istidal, al-masalih al-
mursalah, istihsan, istishab, dan urf. Namun dalil-dalil hukum islam yang telah
disepakati jumhur (kebanyakan ulama, para guru, wali dan umat Islam) ada empat
ialah Al Quran, hadist, ijma', dan qiyas. Keempat dalil hukum islam ini juga telah
disepakati urutan hirarkisnya, yakni pertama Al Quran, kedua sunnah, ketiga ijma',
dan keempat qiyas. Sebagai seorang muslim dan muslimah mempelajari agama islam
merupakan fardhu’ain , yakni kewajiban pribadi, sedang mengkaji ajaran islam
terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada
masyarakat atau kelompok masyarakat.
1
2
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dan ciri-ciri hukum islam?
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hukum Islam serta Ciri-ciri Hukum Islam
Hukum menurut bahasa berarti menetapkan sesuatu atau tidak
menetapkannya. Sedangkan menurut istilah ahli usul fikih, hukum adalah perintah
Allah SWT yang menuntut mukalaf untuk memilih atau mengerjakan dan tidak
mengerjakan, atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau penghalang bagi
adanya yang lain, sah, batal rukhsah, dan azimah. Maksud sumber hukum adalah
segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan,
yang bersifat mengikat, yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas
dan nyata. Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari
agama islam. Dalam konsep hukum islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan
oleh Allah, yang diatur tidak hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat termasuk dirinya sendiri dan benda serta alam semesta, tetapi juga
hubungan manusia dengan Allah.
4
untuk semua yang beragama islam. Maka dengan demikian sumber hukum islam
adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan atau pedoman syariat islam.
Dalam bukunya Filsafat Hukum Islam, T.M. Hasbi, Ashsieddiegy menyebutkan ciri
ciri khas hukum islam yang relevan ialah bersifat universal, berlaku abadi untuk umat
islam dimanapun mereka berada tidak terbatas pada umat umat Islam disuatu tempat
atau negara pada suatu masa saja. Menghormati martabat manusia sebagai kesatuan
5
jiwa dan raga, rohani dan jasmani serta memelihara kemuliaan manusia dan
kemanusiaan secara keseluruhan.
Pelaksanaannya dalam praktek digerakkan oleh iman dan akhlak umat islam.
Namun dalil-dalil hukum islam yang telah disepakati jumhur (kebanyakan ulama,
para guru, wali dan umat Islam) ada empat ialah Al Quran, hadist, ijma, dan qiyas.
Keempat dalil hukum islam ini juga telah disepakati urutan hirarkisnya, yakni
pertama Al Quran, kedua sunnah/hadist , ketiga ijma, dan keempat qiyas.
1. Al Quran
Alquran adalah sumber hukum islam pertama dan utama yang memuat kaidah-kaidah
hukum fundamental/ asasi yang perlu dikaji dengan teliti dan dikembangkan lebih
lanjut. Al Quran berasal dari kata qara-a yang berarti (dia telah) membaca. Kemudian
berubah menjadi iqra artinya bacalah dan berubah lagi menjadi Quran yang secara
harfiah berarti bacaan atau sesuatu yang harus dibaca atau dipelajari. Menurut Sayyid
Husein Nasr sebagai pedoman Al Quran mempunyai tiga petunjuk bagi manusia yaitu
6
Karena kedudukan Al Quran itu sebagai sumber utama dan pertama bagi
penetapan hukum, maka apabila seseorang ingin menemukan hukum maka dilakukan
penyelesainnya terlebih dahulu berdasarkan dengan Al Quran, apabila menggunakan
sumber hukum lain di luar Al Quran, maka harus sesuai dengan petunjuk Al Quran
dan tidak boleh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Al Quran.
2. As sunnah/Hadist
Sunnah dalam islam mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah
menjalani hidupnya atau garis-garis perjuangan/tradisi yang dilaksanakan oleh
Rasulullah. Sunnah merupakan sumber hukum kedua dalam islam, setelah Al Quran.
Narasi atau informasi yang disampaikan oleh para sahabat tentang sikap, tindakan,
ucapan dan cara Rasulullah disebut sebagai hadist. Sunnah yang diperintahkan oleh
Allah disebut sunnatullah
7
Ada tiga peranan al-hadist disamping Al Quran sebagai sumber agama dan ajaran
islam, yakni sebagai berikut :
a. Sunnah Qouliyah
yaitu perkataan Nabi SAW yang menerangkan hukum-hukum agama dan
maksud isi Al Quran serta berisi peradaban, hikmah, ilmu
pengetahuan dan juga menganjurkan akhlaq yang mulia.
b. Sunnah Fi’liyah
yaitu perbuatan Nabi SAW yang menerangkan cara melaksanakan ibadah,
misalnya cara berwudhu, shalat dan sebagainya.
8
Dalam Hadist Nabi diperintahkan:
c. Sunnah Taqririyah
Sunnah Taqririyah yaitu bila Nabi SAW mendengar sahabat mengatakan
sesuatu perkataan atau melihat mereka memperbuat suatu perbuatan, lalu
ditetapkan dan dibiarkan oleh Nabi SAW dan tiada ditegurnya atau
dilarangnya, maka yang demikian dinamai sunnah ketetapan nabi
(taqrir).Maka perkataan atau perbuatan yang didiamkan itu sama saja
dengan perkataan dan perbuatan nabi sendiri. Syarat sahnya taqrir ialah orang
yang dibiarkannya itu benar-benar orang yang tunduk kepada syara , bukan
orang kafir atau munafiq.
Sumber hukum islam ketiga adalah akal pikiran manusia yang memenuhi
syarat untuk berusaha dan berikhtiar sebagaimana terdapat dari Al Quran serta hadist
atau sunnah nabi dan merumuskannya menjadi garis-garis hukum yang dapat
diterapkan pada suatu kasus tertentu atau yang tidak terdapat di dalam kedua sumber
hukum utama islam tersebut.
Dasar hukum untuk mempergunakan akal pikiran atau ra’yu untuk berijtihad
dalam pengembangan hukum islam adalah QS. An Nisaa : 59
ٰۤیاَیُّہَا الَّ ِذ ۡینَ ٰا َمنُ ۡۤوا اَ ِط ۡیعُوا ہّٰللا َ َو اَ ِط ۡیعُوا ال َّرس ُۡو َل َو اُولِی ااۡل َمۡ ِر
ِم ۡن ُکمۡ ۚ فَا ِ ۡن تَنَاز َۡعتُمۡ فِ ۡی َش ۡی ٍء فَ ُر ُّد ۡوہُ اِلَی ہّٰللا ِ َو ال َّرس ُۡو ِل اِ ۡن
9
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
beberapa metode atau cara dalam melakukan itjihad baik dilakukan sendiri maupun
bersama-sama. Metode-metodenya yaitu sebagai berikut
a. Ijmak
menurut ilmu fikih, ijmak artinya, kesatuan pendapat dari ahli-ahli hukum
(ulama-ulama fikih) islam dalam satu masalah dalam satu masa dan wilayah
tertentu. ijmak tidak boleh bertentangan dengan alquran dan sunah Rasulullah
SAW.Ijmak ada dua macam, yaitu:
a. Ijmak bayani, adalah pendapat dari para ahli hukum (fikih) yang
mengeluarkan pendapatnya untuk menentukan suatu masalah.
b. Ijmak sukuti, adalah suatu pendapat dari seseorang atau beberapa
ahlihukum, tetapi ahli-ahli hukum lainnya tidak membantah.misalnya,
semasa hidup nabi, nabi melakukan salat tarawih sebanyak 8 rakaat di
zaman Umar Bin Khattab ra. 20 rakaat tidak ada sahabat yang membantah,
maka salat tarawih di terima dengan ijmak sukuti.
b. Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti mengukur, memperbandingkan, atau
mempersamakan sesuatu dengan lainnya dikarenakan adanya persamaan. Sedang
menurut istilah qiyas ialah menetapkan hukum sesuatu yang belum ada ketentuan
hukumnya dalam nash dengan mempersamakan sesuatu yang telahada status
hukumnya dalam nash. Berbeda dengan ijma, qiyas bisa dilakukan oleh individu,
sedang ijma harus dilakukan bersama oleh para mujtahid. Qiyas menurut para
ulama adalah hujjah syar'iyah yang keempat sesudah Al Quran, hadist dan ijma.
Sebagai contoh terdapat larangan meminum khamr ( sejenis minuan yang
memabukkan yang dibuat dari buah-buahan)
c. Istidal
Istidal adalah menarik kesimpulan dari dua hal yang berlainan. Misalnya menarik
kesimpulan dari adat istiadat dan hukum agama yang diwahyukan sebelum islam.
10
Adat yang telah lazim dalam masyarakat dan tidak ertentangan dengan hukum
islam (gono-gini atau harta bersama) dan hukum agama yang diwahyukan
sebelum islam tetapi tidak dihapuskan oleh syariat islam, dapat ditarik garis
hukumnya untuk dijadikan hukum islam (A.Siddik, 1982:225)
d. Masalih al-mursalaha
atau disebut juga maslahat mursalah adalah cara menemukan hukum sesuatu
yang tidak terdapat ketetntuannya baik di dalam Al Quran maupun dalam kitab-
kitab hadist, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan masyarakat atau
kepentingan umum. Sebagai contoh dapat dikemukakan pembenaran
pemungutan pajak penghasilan untuk kepentingan masyarakat dalam rangka
pemerataan pendapatan atau pengumpulan dana yang diperlukan untuk
memelihara kepentingan umum, yang sama sekali tidak disinggung di dalam Al
Quran dan sunnah rasul (A. Azhar Basyir, 1983:3)
e. Istihsan
Istihsan adalah cara menentukan hukum dengan jalan menyimpang dengan
ketentuan yang sudah ada demi keadilan dan kepentingan sosial. (Ahmad Hasan,
1984:136). Contohnya adalah pencabutan hak milik seseorang atas tanah untuk
pelebaran jalan, pembuatan irigasi untuk mengairi sawah-sawah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial (A. Azhar Basyir, 1983:3-4)
f. Istihsab
Istihsab adalah menerapkan hukum sesuatu hal menurut keadaan yang terjadi
sebelumnya, sampai ada dalil yang mengubahnya. Istihsab disebut juga
melangsungkan berlakunya hukum yang telah ada karena belum ada ketentuan
lain yang membatalkanya. Contohnya Dodi (pria) mengawini Nani (wanita)
secara sah. Dodi kemudian meninggalkan istrinya tanpa proses perceraian. Adi
(pria) melamar Nani yang menurut kenyataannya tidak mempunyai suami.
Walaupun Nani menerima lamaran itu, perkawinan antara Adi dan Nani tidak
dapat dilangsungkan karena status Nani masih istri Dodi. Selama tidak dapat
dibuktikan bahwa nani telah diceraikan oleh Dodi, selama itu pula status hukum
Nani adalah istri Dodi
11
g. Adat-istiadat atau urf
Adat-istiadat atau urf adalah suatu hal yang diakui keberadaannya dan diikuti
oleh dan menjadi kebiasaan dalam masyarakat, baik berupa perkataan maupun
perbuatan, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan nash syariah atau
ijma‟. Adapun yang mendefinisikan sebagai suatu kebiasaan masyarakat yang
diakui oleh jiwa kolektif dan diterima oleh akal sehat, baik berupa perkataan
ataupun perbuatan sejauh tidak bertentangan dengan nash atau ijma‟. Hukum
islam mengakui adat istiadat masyarakat sebagai sumber hukum, akan tetapi
dengan beberapa syarat, yaitu: (1) adat tersebut tidak bertentangan dengan nash
(Al Quran dan hadist) atau ijma (konsensus) dan (2) adat itu konstan dan berlaku
umum di dalam masyarakat.
Abu Ishaq al Shatibi (m.d 790/1388) merumuskan tujuan hukum islam yakni
1. Dari segi pembuat hukum Islam itu tersendiri, yaitu Allah dan Rasulnya.
2. Dari segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam.
a. Untuk memenuhi keperluan hidup manusia yang bersifat primer, sekunder dan
tertier, yang dalam kepustakaan hukum islam disebut: daruriyyat, hajjiyat dan
tahsiniyyat.
12
Kebutuhan primer
Kebutuhan utama yang harus dilindungi dan dipelihara sebaik-baiknya oleh
hukum Islam agar kemashalatan hidup manusia benar-benar terwujud.
Kebutuhan sekunder:
Kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai kehidupan primer. Misalnya:
kemerdekaan, persamaan dan sebagainya yang bersifat menunjang eksitensi
kebutuhan primer.
Kebutuhan tertier:
Kebutuhan hidup manusia selain dari sifatnya yang primer dan sekunder itu yang
perlu diadakan dan dipelihara untuk kebaikan hidup manusia dan masyarakat.
c. Supaya dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik dan benar. Manusia wajib
meningkatkan kemampuannya untuk memahami hukum Islam dengan mempelajari
usul al figh (pemahaman tentang syariah).
Bila dillihat segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam.
Tujuan hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan
mempertahankan kehidupan itu. Caranya dengan mengambil yang bermanfaat dan
menolak atau mencegah yang mudarat bagi kehidupan.
Kepentingan hidup yang disebut dengan daruriyat (membawa dampak positif &
manfaat) merupakan tujuan utama yang harus dipelihara oleh hukum Islam.
Kepentingan tersebut adalah:
a. Agama
Agama merupakan tujuan pertama hukum islam karena agama merupakan
pedoman hidup manusia, akhlak mengenai sikap hidup seorang muslim, syariah
jalan hidup seorang muslim baik berhubungan dengan Tuhannya maupun dengan
manusia lain, hewan, dan alam.
13
b. Jiwa
Jiwa merupakan tujuan kedua hukum islam, karena itu hukum islam wajib
memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Maka
dari itu islam melarang pembunuhan
c. Akal
Akal sangat dipentingkan oleh hukum islam karena dengan mempergunakan
akalnya, manusia dapat berpikir mengenai Allah, alam semesta, dan dirinya
sendiri, dengan akalnya manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, untuk memelihara akal tersebut maka hukum islam melarang orang
meminum minuman yang memabukkan atau khamr Qs Al Maidah : 90
d. Keturunan
Agar kelanjutan umat manusia dapat diteruskan merupakan tujuan keempat
hukum islam. Hal ini tercermin dalam hubungan darah yang menjadi syarat
untuk dapat saling mewarisi Qs An-Nisa Ayat 11
e. Harta
Adalah tujuan kelima hukum islam. Menurut ajaran islam harta adalah pemberian
Tuhan kepada manusia, agar manusia dapat mempertahankan hidup dan
melangsungkan kehidupannya.
Oleh karena itu hukum islam melindungi hak manusia untuk memperoleh
harta dengan cara yang halal dan sah serta melindungi kepentingan harta
seseorang, masyarakat, dan agama misal dari penipuan, penggelapan,
perampasan, pencurian. Peralihan harta seseorang setelah ia meninggal dunia pun
diatur secara rinci oleh hukum islam agar peralihan tersebut dapat berlangsung
dengan baik dan adil.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumber hukum islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan atau
pedoman syariat islam. Sumber-sumber hukum islam adalah (1) Al Qur’an , (2)
hadist, (3) ra’yu/ ijtihad (akal pikiran). Namun dalil-dalil hukum islam yang telah
disepakati jumhur (kebanyakan ulama, para guru, wali dan umat islam) ada empat
ialah Al Quran, hadist, ijma', dan qiyas.
Abu Ishaq al Shatibi (m.d 790/1388) merumuskan tujuan hukum islam yakni
dilihat dari dua segi pertama dari segi pembuat hukum islam itu tersendiri, yaitu
Allah dan Rasulnya. Kedua dari segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana
hukum islam
3.2 Saran
Merealisasikan dan menerapkan hukum-hukum islam dalam kehidupan akan
membawa manfaat besar bagi manusia. Semua aturan atau hukum yang bersumber
dari Allah Swt. dan Rasul-Nya merupakan suatu aturan yang dapat membawa
kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat. Penulis tentunya masih menyadari jika
makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis
akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta
kritik yang membangun dari para pembaca. Terimakasih
15
DAFTAR PUSTAKA
16