Anda di halaman 1dari 25

DUALITAS

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Program Linear

Dosen Pengampu : Alif Ringga Persada, S.Si. M.Pd

Oleh:

Kelompok 5

Imel Nurfitria (1808105126)

Nur Amaliyah (1808105137)

Sri Nur’Aeni (1808105145)

Hanif Jauhar Noor (1808105154)

Widianti (1808105155)

Kelas : T. MTK 3D

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas terstruktur pembuatan makalah
“Dualitas” pada mata kuliah Program Linear.

Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu dalam penyusunan makalah Dualitas ini. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini yang perlu diperbaiki, baik dalam segi tata bahasa, penyusunan kalimat, maupun isi. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, penyusun menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada.

Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah


pengetahuan bagi penyusun pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Cirebon, 27 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

1.1. Latar Belakang...............................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................4

1.3. Manfaat dan Tujuan........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

2.1. Landasan Teori:

A. Pengertian Dualitas.........................................................................................................5

B. Sifat Dasar.......................................................................................................................6

1. Simetrik dual.....................................................................................................................8

2. Tidak simetrik dual.............................................................................................................8

C. Kaidah Primal- dual........................................................................................................8

D. formulasi primal-dual......................................................................................................9

E. Keunggulan Dual............................................................................................................9

F. Dualitas Simpleks..........................................................................................................10

G. Interpretasi Ekonomi.....................................................................................................10

2.2. Latihan Soal

BAB III.....................................................................................................................................15

PENUTUP................................................................................................................................15

3.1. Simpulan........................................................................................................................15

3.2. Saran..............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membaawa pemograman
linier (PL) menjadi suatu alat yang sangat berperan penting dalam dunia usaha.
Menurut (kakiay, 2008) Pemograman linier memiliki pengertian sebagai suatu
model umum yang dapat digunakan untuk menguraikan dan menentukan alokasi
bahan atau barang yang digunakan sebagai sumber daya yang langka untuk
memproduksi barang-barang jadi yang ditujukan untuk menghasilkan keuntungan
yang maksimal, dimana penerapan pemorograman linier ini pada umumnya
meliputi permasalahan pengalokasian sumber daya yang terbatas di tengah-tengah
aktifitas yang saling bersaing melalui jalan/cara yang terbaik(optimal).
Dalam suatu organisasi atau bisnis yang bergerak dalam bidang produksi
barang misalnya dalam kegiatan usahanya selalu merencanakan kegiatan yang
pada dasarnya ingin menghasilkan keuntungan yang besar namun dengan biaya
produksi dan penggunaan bahan baku yang seminim mungkin. Dengan demikian,
analisis program linier sangat mampu memberikan jaminan solusi yang baik
dengan tehnik pemodelan masalah terlebih dahulu. Pada prinsipnya setiap
aktivitas analisis menggunakan program linier dimulai dengan masalah
dimodelkan dalam model matematika yang sesuai dengan standar baku atau
bentuk umum program linier yang sudah ada kemudian dengan batasan-batasan
variabelnya kemudian diselesaikan dengan salah satu tekhnik penyelesaian yang
ada dan hasilnya dianalisis untuk diterapkan. Ada 2 metode umum yang sering
digunakan dalam penyelesaian model yang diperoleh yakni metode grafik dan
simpleks. Metode grafik digunakan untuk model dengan dua variabel sedangkan
metode simpleks dapat digunakan untuk dua atau lebih variabel yang ada pada
model.
Dalam kenyataannya, sebuah perusahaan atau pelaku usaha tidak selalu
berhadapan dengan masalah-masalah yang dapat dipecahkan secara sederhana
menggunakan model program linier. Ketika terdapat beberapa sasaran atau target
yang ingin dicapai maka semua target tersebut menjadi tujuan yang hendak

3
dicapai. Permasalahan seperti itu sedikit berbeda dengan masalah PL yang selalu
ditemukan. Berdasarkan kebutuhan seperti pada permasalahan ini maka
dikembangkan sebuah tehnik dualitas yakni sebuah konsep dalam pemrograman
linier yang menjelaskan secara matematis bahwa sebuah kasus pemrograman
linier terdiri dari masalah primal dan dual dan konsep ini berguna untuk
menginterpretasikan angka-angka yang terdapat pada tabel optimal dari masalah
primal.
Setiap persoalan program linier selalu mempunyai dua macam analisis, yaitu
Analisis Primal dan Analisis Dual yang biasanya disebut “Analisis Primal-Dual”.
Dalam perjalanannya teknik linier programming mengalami perkembangan dan
penyempurnaan, sehingga dapat ditemukan berbagai kelebihan-kelebihan yang
berguna dalam penerapan teknik ini. Salah satu manfaatnya yaitu dalam dunia
Linier Programing yang digunakan sebagai alat analisa dan pengambilan
keputusan. Teknik tersebut dikenal dengan teori dualitas.
Selain itu banyak sekali digunakan konsep dualitas, terutama dalam contoh
berikut ini:
1. Dalam penelitian sirkuit dapat diberikan untuk sirkuit yang umum,
dapat juga dilakukan perubahan pada bentuk dual.
2. Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada pelaksanaan teori graph.
3. Pada aljabar linier terdapat suatu pemikiran dari dual, serta beberapa
contoh lainnya.
Menurut teori ini, setiap persoalan linier programming saling berhubungan
timbal balik dengan persoalan linier programming yang lain yang merupakan
“dual”nya. Hubungan timbal balik antara suatu persoalan linier programming
yang asli (disebut primal) dengan persoalan linier programming yang lain (dual),
akan menimbulkan manfaat berupa memudahkan orang dalam mengkaji suatu
perhitungan dalam linier programming.
Sejalan dengan itu menurut (kakiay, 2008) dalam perkembangan algoritma
simpleks sudah lama ditemukan bahwa setiap pemrograman linier mempunyai
hubungan dengan pemrograman lain dan dikenal dengan Dual. Solusi dari salah
satu persoalan ini dapat dibentuk menjadi solusi yang lain. Penemuan

4
pemrograman linier dual ini sangat berpengaruh terhadap dua problema yang
terkait dengan metode komputasi dan juga pengembangan pemrograman linier,
disamping itu juga sangat berpengaruh terhadap pengembangan metode optimisasi
yang lain. Hubungan antara pemrograman linier dengan dualnya dapat
ditunjukkan pada beberapa kasus yang juga sangat penting bagi informasi
ekonomi yang diuraikan melalui pemrograman linier.
Dalam penyelesaian persoalan linier dengan membentuk formulasi terlebih
dahulu sudah dikenal dengan istilah primal, sedangkan penyelesaian persoalan
melalui dual sebagai pemrograman linier merupakan penyelesaian pada variabel
yang ditambahkan pada fungsi-fungsi kendala yang sudah disusun sebagai
pengenal dari variabel dual. Kedua persoalan itu pada umumnya dapat
diselesaikan secara bersamaan melalui metode simpleks.
Berpedoman pada penelitian sebelumnya dan pada kenyataan bahwaprimal
dual merupakan metode dari program linier maka penulis tertarik untuk
melanjutkan dengan mengkaji tentang ‘’dualitas’’.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dualitas?
2. Apa pengertian primal-dual?
3. Apa sifat primal-dual?
4. Apa perbedaan simetrik dual dan tidak simetrik dual?
5. Bagaimana formulaisi primal dual?
6. Bagaimana keunggulan dual?
7. Bagiamana dualitas simpleks?
8. Bagaimana Intresprestasi pada ekonominya?
1.3. Manfaat dan Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dualitas
2. Mengetahui pengertian primal-dual.
3. Mengetahui sifat primal-dual?
4. Mengetahui perbedaan simetrik dual dan tidak simetrik dual.
5. Mengetahui formulaisi primal dual.
6. Mengetahui keunggulan dual.

5
7. Mengetahui dualitas simpleks.
8. Mengetahui Intresprestasi pada ekonominya.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dualitas
Ditinjau dari teori praktek, maka dualitas merupakan konsep linear
programming yang penting dan menarik. Ide dasar dari teori dualitas adalah
bahwa setiap persoalan linear programming mempunyai suatu linear
program yang berkaitan yang disebut “dual”. Sehingga solusi dari persoalan
asli LP (Primal), juga memberikan solusi pada dualnya.
Secara sistematis, dualitas merupakan alat bantu masalah LP, yang secara
langsung didefinisikan dari persoalan aslinya atau dari model LP Primal.
Dalam kebanyakan perlakuan LP, dualitas sangat tergantung pada primal
dalam hal tipe kendala, variabel keputusan dan kondisi optimum. Oleh
karena itu dalam kenyataannya teori dualitas secara tegas tidak diharuskan
penggunaannya.

Pada tahun 1947, j. VON Neuman memformulasikan dual dari model PL.
variabel-variabel dari model PL dikalikan dengan kendaala-kendala dan
persyaratan non negative. Model PL yang asli disebut primal dan formulasi
yang baru disebut dual.

B. Sifat Dasar
Dual mempunyai dua dalil yang bersifat sangat penting untuk linear
programming (Dowling, 1996). Dalil tersebut berbunyi:
i. Nilai optimal dari fungsi obyektif primal selalu sama dengan nilai
optimal dari fungsi obyektif dual, asalkan terdapat suatu penyelesaian
optimal yang memungkinkan.
ii. Jika dalam penyelesaian optimal yang mungkin tersebut
 Suatu variabel keputusan dalam program primal mempunyai nilai
bukan nol, variabel slack (atau surplus) yang berkaitan dalam
program dual harus mempunyai nilai optimal nol.

7
 Suatu variabel slack (atau surplus) dalam primal mempunyai nilai
bukan nol, variabel keputusan yang berkaitan dalam program dual
harus mempunyai nilai optimal nol

C. Kaidah Transformasi untuk Memperoleh Nilai Dual


Menurut Dowling (Dowling, 1996) Perumusan dual dari suatu soal primal
adalah sebagai berikut:
1. Arah optimisasi adalah terbalik. Maksimisasi dalam primal menjadi
minimisasi dalam dual dan sebaliknya.
2. Tanda pertidaksamaan dari kendala teknis adalah terbalik, tetapi
ketidaknegatifan pada variabel-variabel keputusan (decision variables)
selalu dipertahankan.
3. Baris matriks koefisien dari kendala dalam primal berganti tempat
(transpose) menjadi kolom untuk matriks koefisien dari kendala dalam
dual.
4. Vektor baris dari koefisien dalam fungsi obyektif dalam primal berganti
tempat menjadi vektor kolom konstan untuk kendala dalam dual.
5. Vektor kolom konstan dari kendala primal berganti tempat menjadi
vektor baris dari koefisien-koefisien untuk fungsi obyektif dalam dual.
6. Variabel keputusan primal () digantikan oleh variabel keputusan dual ().
Pemecahan masalah dual juga diberikan oleh pemecahan masalah
primal, dan dalam beberapa kasus bisa terjadi lebih mudah memecahkan
masalah dual. Jumlah iterasi yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah
simpleks bergantung pada jumlah baris variabel dalam tabel simpleks; jadi
jika m ˂ n, biasanya pemecahan masalah dual membutuhkan perhitungan
yang lebih sedikit dan dengan demikian lebih mudah.
Menurut Weber (Weber, 1999), kaitan antara pemecahan primal dan dual
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai fungsi sasaran dalam pemecahan masalah primal dan dual adalah
sama.

8
2. Kriteria untuk variabel utama primal adalah pemecahan bagi variabel
‘slack’ dari dual.
3. Kriteria untuk variabel ‘slack’ dari primal adalah pemecahan bagi
variabel utama dari dual.
4. Pemecahan untuk variabel-variabel utama primal merupakan nilai
negatif dari kriteria untuk variabel-variabel ‘slack’ dari dual.
5. Pemecahan untuk variabel-variabel ‘slack’ primal merupakan nilai
negatif dari kriteria untuk variabel-variabel utama dari dual.
D. Formulasi Primal Dual
Sebelum bentuk primal dari persoalan pemrograman linier diubah
(transformed) menjadi dual maka bentuk primal harus ditulis atau
dinyatakan dalam bentuk kanonial yang berarti:
E. Keunggulan Dual
Karena terdapat hubungan komplementer antara varibel-varibel keputusan
dalam satu program dan variabel-variabel slack (atau surplus) di dalam
program lainnya, penyelesaian untuk program yang satu memberikan
penyelesaian untuk program lainnya (Dowling, 1996). Ini bermanfaat
karena:
1. Hal ini memungkinkan penyelesaian soal minimisasi menurut
maksimisasi, yang seringkali lebih mudah.
2. Untuk primal dengan tiga variabel keputusan, dual menyederhanakan
program tersebut menjadi dua variabel keputusan, yang kemudian dapat
digambarkan secara grafis.
Jadi masalah dual benar-benar simetris dengan masalah primal dan
pemecahan dari salah satu masalah menghasilkan juga pemecahan dari
masalah lain. Jika jumlah iterasi yang dibutuhkan untuk pemecahan
simpleks bergantung pada jumlah baris dalam tabel simpleks, dual dapat
dipecahkan dengan perhitungan yang lebih mudah daripada primal bila
mana tabel simpleks dari dual mempunyai baris yang lebih sedikit
daripada tabel simpleks primal.

9
Pemecahan masalah dual menghasilkan nilai-nilai yang sifatnya implisit,
dihubungkan artifisial atau bayangan. Nilai-nilai ini mempunyai arti
ekonomis yang penting dalam beberapa aplikasi pemrograman linear,
misalnya, dalam analisis alokasi sumber yang optimal (Weber, 1999).
F. Dualitas Simpleks
Pada metode simpleks juga sering terdapat solusi basis dari persoalan
pemrograman linier yang tidak layak, namun prosesnya optimal karena
multipliers dari simpleks memberikan kelayakan untuk persoalan dual.
Dalam tabel simpleks keadaan ini tidak menunjukkan unsur negatif dalam
baris indeks Z (Zj – Cj), namun menunjukkan adanya ketidaklayakan
solusi basis.
Situasi ini dapat muncul bila suatu solusi pemrograman linier tertentu
diperhitungkan dan kemudian suatu persoalan baru dapat dibentuk dengan
mengubah vektor –b. Dengan membentuk tabel simpleks untuk dual akan
sangat efisien dalam cara menggunakan dualitas yang kemudian dikenal
sebagai metode dual simpleks. Dalam persoalan primal pekerjaan
dilakukan melalui penguraian kondisi pada baris indeks (Zj – Cj),
sedangkan pada persoalan dual, pekerjaan dilakukan melalui kelayakan
dan menuju kepada optimalitas.
Perusahaan sepatu “IDEAL” membuat 2 macam sepatu. Yang pertama
adalah sepatu dengan sol karet (X1), dan yang kedua adalah sepatu dengan
sol dari kulit (X2). Untuk memproduksi kedua macam sepatu tersebut
perusahaan menggunakan 3 jenis mesin. Mesin 1 = khusus untuk membuat
sepatu karet, dengan kapasitas max = 8 jam. Mesin 2 = khusus untuk
membuat sepatu dari kulit, dengan kapasitas max = 15 jam. Mesin 3 =
khusus untuk assemblim kedua macam sepatu tersebut, dengan kapasitas
max = 30 jam.
 Setiap lusin X1 mula-mula dikerjakan di mesin 1 selama 2 jam dan
selanjutnya menuju mesin 3 selama 6 jam. Sedangkan X2
dikerjakan oleh mesin 2 selama 3 jam dan langsung ke mesin 3
selama 5 jam.

10
 Sumbangan terhadap laba untuk setiap sepatu X1 = Rp. 30.000
sedangkan sepatu X2 = Rp. 50.000.
 Untuk mendapatkan hasil yang optimal, berapakah sepatu X1 dan
X2 yang harus diproduksi?
Jawab :
Langkah pertama kita buat tabel dari soal diatas agar lebih mudah
penyelesaiannya, lihat tabel dibawah ini :
Variabel X1 X2 Kapasitas Maksimum Mesin
Y1 2 0 ≤8
Y2 0 3 ≤ 15
Y3 6 5 ≤ 30
Laba dalam Rp. 10.000 ≥3 ≥5

 Kemudian kita buat perumusan fungsi maksimum dan minimum


beserta batasan-batasannya, perhatikan perumusan dibawah ini :
Maksimumkan Z = 3X1 + 5X2 Minimmkan Y0 = 8Y1 + 15Y2 + 30Y3
Batasan-batasan: Batasan-batasan:
2X1 ≤ 8  2Y1 + 6Y3  ≥ 3
3X2 ≤ 15 3Y2 + 6\5Y3  ≥ 5
6X1 + 5X2 ≤ 30 Y1 , Y2 , Y3  ≥ 0
X1, X2 ≥ 0

 Selanjutnya kita buat perumusan fungsi kendala dari fungsi


maksimum :
2X1  ≤  8        →   2X1 + X3 = 8
3X2  ≤ 15       → 3X2 + X4 = 15
6X1 + 5X2  ≤ 30   →  6X1 + 5X2 + X5 = 30
 Kemudian kita rubah fungsi Z menjadi fungsi tujuan maks, lihat
perumusan dibawah ini :
Fungsi  Z = 3X1 + 5X2
Fungsi tujuan maks : Z – 3X1 – 5X2

11
Kemudian kita merubah nilai baris kunci(pivot) à S2
0/3 = 0 , 3/3 = 1 , 0/3 = 0 , 1/3 , 0/3 = 0 , 15/3 = 5
 Lalu kita hitung baris ke 1 (Z) :
           –3        –5         0         0           0         0
            0          1          0       1/3         0         5                     
 (–5)   ------------------------------------------------------  –
 –3         0          0       5/3          0        25

 Selanjutnya kita hitung baris ke 2 (S1) :


            2          0         1         0         0         8
            0          1         0       1/3        0         5                        
 (0)   ------------------------------------------------------   –
            2          0          1        0         0         8

 Kemudian kita hitung baris ke 4 (S3) :


            6         5         0         0            1         30
            0         1         0        1/3          0          5                     
 (5)   -------------------------------------------------------  –
            6         0         0      –5/3          1          5

12
  Kemudian kita merubah nilai baris kunci(pivot) à S3
6/6 = 1 , 0/6 = 0 , 0/6 = 0 , –5/3 / 6 = –5/18 , 1/6 , 5/6 
 Lalu kita hitung baris ke 1 (Z) :
           –3         0         0         5/3       0          25
            1          0         0      –5/18    1/6        5/6                  
 (–3)   ---------------------------------------------------------  –
 0          0         0         5/6       1/2       27 1/2
 Selanjutnya kita hitung baris ke 2 (S1) :
            2          0         1         0           0          8
            1          0         0     –5/18         1/6       5/6                   
 (2)   ---------------------------------------------------------   –
            0          0          1      5/9       –1/3      6 1/3
 Kemudian kita hitung baris ke 3 (X2) :
            0         1         0        1/3        0         5
            1         0         0      –5/18      1/6     5/6                     
 (0)   ---------------------------------------------------------  –
            0         1         0       1/3         0         5
 Setelah itu kita masukkan hasil perhitungan diatas kedalam tabel
simpleks, lihat tabel dibawah ini :

13
Variabel Z X1 X2 S1 S2 S3 NK
Dasar
Z 1 0 0 0 5/6 1/2 27 1/2
S1 0 0 0 1 5/9 –1/3 6 1/3
X2 0 0 1 0 1/3 0 5
X1 0 1 0 0 –5/18 1/6 5/6

Kesimpulan :
Dari hasil tabel diatas sudah dinyatakan optimal karena nilai pada kolom
X1 dan X2 sudah bernilai positif (+). Oleh karena itu kita bisa lanjutkan ke
proses dualitas dengan cara dibawah ini :
Pertama kita masukkan nilai solusi optimal simpleksnya :
 X1 = 5/6
 X2 = 5
 Laba = 27 1/2
Kemudian dengan cara yang sama, masukkan solusi optimal masalah
dualnya :
 Y1 = 0
 Y2 = 5/6
 Y3 = 1/2

Terakhir kita masukkan perumusan Fungsi Tujuan Dual :


Minimalkan Y = 8Y1 + 15Y2 + 30Y3
                        = 8(0) + 15(5/6) + 30(1/2)
                        = 27 1/2 → “nilai ini sama dengan yang dihasilkan dari
fungsi tujuan primal / simpleks sebelumnya”.
G. Interpretasi Ekonomi
Masalah primal melibatkan penetuan tingkat outputyang menghasilkan
laba maksimum untuk masing-masing perusahaanyang memproduksi
beberapa produk. Dengan demikian, laba dibatasi oleh tersedianya sumber
daya. Sumber daya merupakan nilai yang penting bagi perusahaan. Salah
satu pendekatan untuk menentukan nilai dari sumber daya dengan
menghitung biayanya, berikut upah buruh, alokasi bahan penolong,

14
penyusutan, biaya pemeliharaan dan sebagainya. Alternatif lainnya,
mengakui bahwa laba bergantung pada sumber daya, beberapa bagian
tertentu dari laba perusahaan dapat diperhitungkan setiap setiap sumber
daya. Pemecahan problem dual melibatkan penentuan nilai-nilai yang
diperhitungkan untuk sumber-sumber daya ini (Weber, 1999).
Harga dual menunjukan kegunaan perunit sumber daya produksi. Biaya
terkurangi menunjukan peningkatan pengembalian marjinal atau
pengurangan biaya perunit sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat
satu aktivitas PL lebih menguntungkan.
Hubungan primal dual untuk menunjukan arti ekonomis sebenarnya dari
harga dual dan biaya terkurangi. Interpretsasi harga dual dan biaya
terkurangi akan dibuktikan sangat berguna pada dua aspek, yaitu:
1. Menyediakan pemahaman fundamental model PL sebagai sistem
output-input ekonomis.
2. Memungkinkan implementasai efisien analisis sensitivitas atau
postoptimal.
2.2 Latihan Soal dan Pembahasan

1. sebuah toko roti memproduksi 2 jenis roti yaitu A dan B. Bahan baku
utama ke dua roti sama yaitu tepung terigu, gula pasir dan mentega. Roti A
membutuhkan 30gr tepung, 15gr gula pasir dan 10gr mentega sedangkan
roti B membutuhkan 40gr tepung, 20gr gula pasir dan 15gr mentega.
Dimana banyaknya bahan yang tersedia adalah tepung 8kg, gula pasir 5kg
dan mentega 3kg. harga jual roti A Rp.700/potong dan harga jual roti B
Rp.600/potong. Diasumsikan permintaan konsumen sesuai dengan jumlah
produksi. Tentukan jumlah roti A dan roti B yang harus diproduksi untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimal.
i. Formulasikan persoalan pemograman lineari diatas
ii. Formulasikan persoalan rangkap dari persoaalan pertama
pemograman yang telaah diperoleh

Penyelesaian :

15
a) - Persoalan umum
1. Variabel keputusan
X1 = roti A
X2 = roti B
2. Fungsi tujuan
Z = 700 X1 + 600 X2 ; Maksimum
3. Pembatas
30 X1 + 40 X2 ≤ 8000
15 X1 + 20 X2 ≤ 5000
10 X1 + 15 X2 ≤ 3000
Cari : X1 dan X2
S.r.t : Z = 700 X1 + 600 X2 ; Maksimum
D.p : 30 X1 + 40 X2 ≤ 8000
15 X1 + 20 X2 ≤ 5000
10 X1 + 15 X2 ≤ 3000
X1 ; X2  0
b) Dual problem
Cari : y1, y2, y3
S.r.s : W = 8000 y1 + 5000 y2 + 3000 y3 ; minimum
D.p : 30 y1 + 15 y2 + 10 y3  700
40 y1 + 20 y2 + 15 y3  600
y1; y2; y3  0
2. Fungsi tujuan :
Minimumkan : z = 2X1 + X2
Fungsi Batasan :

 X1 + 5X2 ≥ 10
 X1 + 3X2 ≥ 6
 2X1 + 2X2 ≥ 8

X1 , X2  ≥ 0

Dual

16
Fungsi tujuan :

Maksimumkan : y = 10Y1 +  6Y2 + 8Y3

Fungsi Batasan :

 Y1 + Y2 + 2Y3 ≤ 2
 5Y1 + 3Y2 + 2Y3 ≤ 1
 Y1 + Y2 + 2Y3 ≤ 2

Y1 ,  Y2 , Y3  ≥ 0

3. Primal

Fungsi tujuan :

Minimumkan : z = X1 + 3X2 – 2X3

Fungsi Batasan :

 4X1 + 8X2 + 6X3 ≤ 2


 7X1 + 5X2 + 9X3 ≤ 1

X1 , X2 , X3  ≥ 0

Dual

Fungsi tujuan :

Minimumkan : y = 25Y1 +  30Y2

Fungsi Batasan :

 4Y1 + 7Y2  ≥ 1
 8Y1 + 5Y2  ≥ 3
 6Y1 + 9Y2  ≤  – 2

Y1 ,  Y2  ≥ 0

4. Diberikan Program Linier (Primal) : a) Minimumkan : Z = 3x1 +


2,5x2 dengan kendala : 2x1 + 4x2 ≥ 40
3x1 + 2x2 ≥ 50
x1, x2 ≥ 0
Maka Program Linier Dualnya akan berbentuk :
Jawab :

17
Apabila Program Linier a) atau Program Linier Primal diselesaikan
dengan metode Simpleks (metode Big M) maka akan menghasilkan
tabel akhir sbb :

5. Maksimumkan : Y = 40y1 + 50y2


dengan kendala : 2y1 + 3y2 ≤ 3
4y1 + 2y2 ≤  2,5
Jawab :
Sedangkan apabila Program Linier b) atau Program Linier Dual
diselesaikan dengan metode Simpleks maka akan menghasilkan tabel
akhir sbb :

6. Primal :

Kendala :

4x1 + 8x2 + 5x3 ≤ 80

9x1 + 6x2 + 8x3 ≤ 108

X1, X2, X3 ≥ 0

Bentuk standar :

Maksimumkan : Z = 5x1 + 8x2 +6x3 + 0S1 + 0S2

Kendala :

4x1 + 8x2 + 5x3 ≤ 80

9x1 + 6x2 + 8x3 ≤ 108

X1, X2, X3, S1, S2 ≥ 0

Dual :

18
Minimumkan : W = 80 Y1 + 108 Y2

Kendala :

4 Y1 + 9 Y2 ≥ 5

8 Y1 + 6 Y2 ≥ 8

5 Y1 + 8 Y2 ≥ 6

Y1 ≥ 0

Y2 ≥ 0

7. Primal :

Maksimumkan : Z = 4x1 + 6x2 + 5x3

Kendala :

2x1 + 4x2 + x3 ≤ 40

x1 + x2 + 3x3 = 48

X1, X2, X3 ≥ 0

Bentuk standar :

Maksimumkan : Z = 4x1 + 6x2 + 5x3 + 0S1

Kendala :

2x1 + 4x2 + x3 + S1 = 40

x1 + x2 + 3x3 = 48

X1, X2, X3, S1 ≥ 0

Dual :

Minimumkan : W = 40 Y1 + 48 Y2

19
Kendala :

2 Y1 + Y2 ≥ 4

4 Y1 + Y2 ≥ 6

Y1 + 3 Y2 ≥ 5

Y1 ≥ 0

Y2 tidak terbatas dalam tanda

8. Maksimumkan Z = 5x1 + 12x2 + 4x3

Dengan kendala :

x1 + 2x2 + x3 < 5

2x1 - x2 + 3x3 = 2

x1 > 0, x2 > 0 dan x3 > 0

Bila kita selesaikan dengan metode simplek, maka diperlukan variabel slack dan
artificial variabel A. Untuk itu pada tabel awal akan diperoleh nilai variabel basis
untuk S = 5 dan A = 2. Pada iterasi terakhir akan diperoleh tabel simpleks yaitu :

Basis X1 X2 X3 S A Solusi
Z 0 0 3/5 29/5 -2/5 + M 28 1/5
X2 0 1 1/5 2/5 -1/5 8/5
X1 1 0 7/5 1/5 2/5 9/5
Bentuk dualnya adalah :

Minimumkan W = 5Y1 + 2Y2

Dengan syarat Y1 + 2Y2 > 5

2Y1 – Y2 > 12

Y1 + 3Y2 > 4

Y1 > 0 dan Y2 tak terbatas

20
9. Maksimum Z = Minimum W = 76 ?

Hasil ini juga dapat diperoleh dengan memasukkan nilai variabel keputusan
kedalam fungsi tujuan masing –masing.

Z = 5x1 + 12x2 + 10x3

= 5(0) + 12(3) + 10(4)

= 76

W = 10 Y1 + 15 Y2

= 10(5,2) + 15(1,6)

= 76

10. Min Z = 21x1 + 18x2 + 15x3

Kendala :

1) - 90x1 - 20x2 - 40x3 ≤ - 200


2) - 30x1 - 80x2 - 60x3 ≤ - 180
3) - 10x1 - 20x2 - 60x3 ≤ - 150
X1, X2, X3 ≥ 0
Semua fungsi kendala sudah dalam bentuk pertidaksamaan ≤, maka
tambahkan variabel slack untuk mengubah ke bentuk baku/standar.
Min Z = 21x1 + 18x2 + 15x3 + 0S1 + 0S2 + 0S3
Kendala :
- 90x1 - 20x2 - 40x3 + S1 ≤ - 200
- 30x1 - 80x2 - 60x3 + S2 ≤ - 180
- 10x1 - 20x2 - 60x3 + S3 ≤ - 150
X1, X2, X3, S1, S2, S3 ≥ 0

V. Dsr X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK
Z -21 -18 -15 0 0 0 0
S1 -90 -20 -40 1 0 0 -200

21
S2 -30 -80 -60 0 1 0 -180
S3 -10 -20 -60 0 0 1 -150

BAB III
PENUTUP

22
3.1. Simpulan
Dualitas adalah sebuah konsep dalam pemrograman linier yang menjelaskan
secara matematis bahwa sebuah kasus pemrograman linier terdiri dari masalah
primal dan dual dan konsep ini berguna untuk menginterpretasikan angka–angka
yang terdapat pada tabel optimal dari masalah primal. Dalam penyelesaian
persoalan linier dengan membentuk formulasi terlebih dahulu sudah dikenal
dengan istilah primal, sedangkan penyelesaian persoalan melalui dual sebagai
pemrograman linier merupakan penyelesaian pada variabel yang ditambahkan
pada fungsi-fungsi kendala yang sudah disusun sebagai pengenal dari variabel
dual.
3.2. Saran
Dalam pengerjaan masalah dualitas ini masih bisa dikatagorikan
sederhana(mudah) yang terpenting adalah teliti dan mengetahui formulanya. Jadi
diharapkan pembaca untuk lebih teliti dalam pengerjaannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dowling, E. T. (1996). Mathematics for Economists (Schaum Series). In B. Sugiarto,


Matematika untuk Ekonomi (p. 306). Jakarta: Erlangga.

Kakiay, T. J. (2008). Pemrograman Linier Metode dan Problem. Yogyakarta.

Weber, J. E. (1999). Mathematical Analysis. In S. Kakicina, Analisis Matematik (p. 270).


Jakarta: Erlangga.

http://khampenkkhan.blogspot.co.id/2014/12/riset-operasi-ro-operations-
research.html(akses pada 28/10/2016 pukul 15.13)

http://asarohqi.blogspot.co.id/2011_12_01_archive.html(akses pada 28/10/2016 pukul


15.26)

http://kios-makalah.blogspot.co.id/2014/04/program-linear-analisis-primal-
dan.html(akses pada 28/10/2016 pukul 19.07)

http://yuyunyukentin.blogspot.com/2017/01/program-
linier.html

24

Anda mungkin juga menyukai