Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONTRASEPSI AKDR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Perempuan


dan Perencanaan Keluarga

DOSEN: Jumrah, S. Pd., SST

DISUSUN OLEH :

TIARA BLESSENZEQI NIM: 2018.A.09.0781

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

PALANGKA RAYA
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa  atas rahmat dan pertolongan-Nya yang telah memberikan kemudahan
pada kami sehingga penyusunan makalah ini dapat selesai sesuai dengan yang
diharapkan. Makalah ini kami susun dengan maksud menambah informasi dan
pengetahuan kita semua mengenai Kontrasepsi AKDR.
Akhir kata, kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-
besarnya kepada segala pihak jika dalam makalah ini terdapat kekeliruan atau ada
kata yang tidak berkenan di hati pembaca. Sebagai manusia biasa, penyusun tentu
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun penyusun sangat diharapkan untuk  kesempurnaan
penyusunan selanjutnya.

Palangka Raya , Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar belakang.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
2.1 PENGERTIAN........................................................................................7
2.2 JENIS – JENIS AKDR............................................................................8
2.3 CARA KERJA.........................................................................................9
2.4 MEKANISME KERJA AKDR..............................................................9
2.5 INDIKASI..............................................................................................10
2.6 KONTRAINDIKASI.............................................................................10
2.7 KEUNTUNGAN....................................................................................11
2.8 Keuntungan (Sarwono P, 1999)...........................................................12
2.9 KERUGIAN...........................................................................................12
2.10 EFEK SAMPING..................................................................................12
2.11 PEMASANGAN AKDR........................................................................13
2.12 TEKNIK PEMASANGAN AKDR.......................................................15
2.13 UPAYA BIDAN DALAM MENANGGULANGI EFEK SAMPING
BAB III PENUTUP..............................................................................................17
3.1 KESIMPULAN......................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Jumah penduduk di Indonesia terus bertambah. Perlu adanya suatu upaya


untuk mencegah ledakan jumlah penduduk dengan cara Keluarga Berencana
(KB). Ada berbagai jenis kontrasepsi, salah satunya alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR). Efektifitasnya yang tinggi dapat diandalkan sebagai metode kontrasepsi
namun jumlah akseptornya sangat rendah dibandingkan metode lain. Terdapat
berbagai faktor yang mempengaruhi antara lain tingkat pengetahuan dan
dukungan suami. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma.
AKDR adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai
lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim
melalui vagina dan mempunyai benang. Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak
68 pasangan usia subur, diambil dengan teknik simple random sampling. Analisis
bivariat menggunakan uji chi square dengan kemaknaan p < 0,05. Enam puluh
delapan PUS diambil sebagai subjek penelitian dengan memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Tingkat pengetahuan baik sebanyak 14 responden (20,6 %), sedang
36 responden (52,9 %), buruk 18 responden (26,5 %). Suami yang memberi
dukungan sebanyak 49 responden (72,1 %) dan yang tidak mendukung 19
responden (27,9 %). Responden yang memakai AKDR sebanyak 62 resonden
(91,2 %) dan non AKDR 6 respon (8,8 %). Uji bivariat menggunakan uji chi
square diperoleh p value = 0,000 (p < 0,05) pada tingkat pengetahuan dan p =
0,175 (p > 0,05) pada dukungan suami Terdapat hubungan bermakna antara
tingkat pengetahuan dengan penggunaan AKDR dan tidak terdapat hubungan
antara dukungan suami dengan penggunaan AKDR.

Pelayanan dan informasi keluarga berencana merupakan suatu intervensi


kunci dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat, serta merupakan hak asasi manusia.
Telah terjadi perkembangan yang berarti dalam tekhnologi kontrasepsi,
misalnya transisi dari estrogen dosis tinggi ke dosisi rendah pada pil kombinasi,

4
atau dari AKDR inert ke AKDR yang mengeluarkan levonorgestrel.
Perkembangan ini telah menghasilkan pilihan lebih banyak tentang metode
kontrasepsi yang lebih aman dan efektif.
Salah satu alat kontrasepsi yang akan di bahas pada makalah ini adalah
tentang IUD / AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Kontrasepsi berasal dari
kata kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinyakehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apakah pengertian AKDR ?
2 Apa Saja Jenis – Jenis AKDR ?
3 Bagaimana Cara Kerja AKDR ?
4 Bagaimana Mekanisme Kerja AKDR ?
5 Apa Indikasi AKDR ?
6 Apa Kontrainikasi AKDR ?
7 Apa Keuntungan AKDR ?
8 Apa Kerugian AKDR ?
9 Apa Efek Samping AKDR ?
10 Kapan Pemasangan AKDR Dilakukan ?
11 Bagaiman Teknik Pemasangannya?
12 Apa Upaya Bidan Dalam Menanggulangi Efek Samping ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Kontrasepsi AKDR
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian AKDR
2. Mengetahui Jenis – Jenis AKDR
3. Memahami Bagaimana Cara Kerja AKDR
4. Bagaimana Mekanisme Kerja AKDR

5
5. Mengetahui Indikasi AKDR
6. Mengetahui Kontrainikasi AKDR
7. Mengetahui Keuntungan AKDR
8. Mengetahui Kerugian AKDR
9. Mengetahui Efek Samping AKDR
10. Tahu Kapan Pemasangan AKDR Dilakukan
11. Mengetahui Bagaiman Teknik Pemasangannya
12. Upaya Bidan Dalam Menanggulangi Efek Samping

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN
2.1.1. Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur
jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari
itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah
dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
2.1.2. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel
sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah dibuahi ke dinding rahim (Taufan Nugroho dkk, 2014)
keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN,
2015).Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam
segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan
baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus
janda ataucerai. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat
menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka
kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan
interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan
kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang
(Manuaba.2015).

2.1.3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR, bahasa Inggris:
intrauterine device, IUD), disebut juga spiral atau coil adalah
perangkat kontrasepsi berukuran kecil, sering berbentuk 'T',
mengandung tembaga atau levonorgestrel, yang dimasukkan ke
dalam rahim. Alat ini adalah salah satu bentuk kontrasepsi jangka

7
panjang reversibel yang merupakan metode pengendalian
kelahiran yang paling efektif. IUD adalah metode penundaan
kehamilan yang paling direkomendasikan untuk mencegah
kehamilan, terutama untuk menjaga jarak antar kehamilan

2.2 JENIS – JENIS AKDR


2.2.1. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti
spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol,
dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis
yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam),
tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal,
benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral
jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak
dipergunakan dalam program KB masional adalah IUD jenis ini.
2.2.2. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana
pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan
kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti
pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru. IUD ini
melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah
selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan
efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini
adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan
amenorhea.

2.2.3. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter

8
batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga
(Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama
seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
2.2.4. Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua
tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya
dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan
kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2
untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu
standar, small (kecil), dan mini.

2.3 CARA KERJA


2.3.1. AKDR non hormonal (IUD)
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.

2.3.2. AKDR hormonal (mirena)


Cara kerja mirena ini adalah dengan mengeluarkan hormon
progestin sintetis bernama levonorgestrel sebanyak 20 mikrogram
setiap harinya. Hormon ini selanjutnya akan memberikan
pengaruh terhadap lendir rahim sehingga lebih kental. Akibatnya
sel sperma yang masuk ke dalam rahim akan mengalami kesulitan
untuk bergerak karena suasana lendir rahim yang lebih mampat.
Hal ini lebih mirip seperti cara kerja implant yang juga sama-sama
mempengaruhi suasana lendir rahim menjadi lebih kental.

2.4 MEKANISME KERJA AKDR


Bagaimana mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan
pasti, tetapi kerjanya bersifat lokal.

9
a. AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga
menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leokosit,
makrofag, dan limposit.
b. AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin,
yang menghalangi kapasitas spermatozoa.
c. Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit
menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan
blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
d. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan
gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan
untuk melaksanakan konsepsi.

2.5 INDIKASI
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Risiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metoda hormonal
i. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
k. Gemuk ataupun kurus

2.6 KONTRAINDIKASI
a. Belum pernah melahirkan
b. Adanya perkiraan hamil
c. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang
tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan
kanker rahim.

10
d. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
e. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
f. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP
atau abortus septic.
g. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yangdapat mempengaruhi kavum uteri.
h. Penyakit trofoblas yang ganas.
i. Diketahui menderita TBC pelvic.
j. Kanker alat genital
k. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

2.7 KEUNTUNGAN
2.7.1. AKDR Non Hormonal
a. Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah
kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling tidak 10 tahun
b. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan
tidak perlu diganti)
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih
nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
e. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
f. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu
menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
g. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
h. Dapat digunakan sampai menopause
i. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
j. Membantu mencegah kehamilan ektopik
k. Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur

2.7.2. AKDR hormonal


a. Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe.

11
b. Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae
(Asherman’s Syndrome).

2.8 Keuntungan (Sarwono P, 1999)


a. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan
b. Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit
c. Kontrol medis yang ringan
d. Tidak menimbulkan efek sistemik
e. Alat ekonomis
f. Efektivitas cukup tinggi
g. Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik
(reversibel).

2.9 KERUGIAN
2.9.1. AKDR Non hormonal
a. Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe.
b. Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae
(Asherman’s Syndrome).
2.9.2. AKDR hormonal
a. Perubahan siklus haid.
b. Haid lebih lama dan banyak.
c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
d. Disaat haid lebih sakit.

2.10 EFEK SAMPING


a. Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi,
spoting akan muncul jika capek dan stress. Perempuan yang aktif
sering mengalami spotting jika menggunakan kontrasepsi AKDR.
b. Perubahan siklus menstruasi
Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi
lebih pendek. Siklus menstruasi yang muncul lebih cepat dari

12
siklus normal rata-rata yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari,
biasanya siklus haid berubah menjadi 21 hari.
c. Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
d. Dismenore
Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
e. Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau  haid
yang lebih banyak.
f. Fluor albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis
bacterial yaitu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang
disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri
anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi
tinggi sebagai flora normal vagina.
g. Pendarahan Post seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi
benang AKDR yang menggesek mulut rahim atau dinding vagina
sehingga menimbulkan pendarahan.

2.11 PEMASANGAN AKDR


AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut:
a. Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada
hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid.
Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ini antara lain ialah:
1) Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu
agak terbuka dan lembek.
2) Rasa nyeri tidak seberapa keras
3) Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak
seberapa dirasakan
4) Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang asedang
hamil tidak ada.

13
b. Sewaktu postpartum
1) Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada
wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah
sakit.
2) Secara langsung(directinsertion)yaitu AKDR dipasang dalam
masa tiga bulan setelah partus atau abortus.
3) Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR
dipasang sesudah masa 3 bulan setelah partus atau abortus
atau pemasangan AKDR dilakukan pada saat yang tidak ada
hubungan sama sekali dengan partus atau abortus.Bila
pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu
setelah bersalin,menurut beberapa sarjana,sebaiknya AKDR
ditangguhkan sampai 6-8 minggu postpartum oleh karena
jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua ,dan
keenam setelah partus,bahaya perforasi atau ekspulsi lebih
besar.
c. Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh
karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling
ideal.Tetapi septic abortion merupakan kontraindikasi.
d. Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal yang terkhir ini wanita yang bersangkutan
dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR dipasang. Sebelum
pemasangan AKDR tersebut tertletak dalam uterus setelah
terpasang.Perlu dijelaskan kemungkinan terjadinya efek sampingan
seperti perdarahan rasa sakit,AKDR keluar sendiri.
Untuk memilih AKDR yang akan dipasang,terlebih dahulu
ditentukan panjangnya rongga uterus yang sebesar mungkin oleh
karena dengan memakai AKDR yang mempunyai ukuran
besar,kegagalan dan kecenderungan untuk ekspulsi akan
berkurang. Sebaliknya,ukuran yang lebih kecil sebaiknya dipasang
pada akseptor yang mengalami banyak pertdarahan dan rasa sakit.

14
2.12 TEKNIK PEMASANGAN AKDR
Karena dalam program keluarga berencana di Indonesia digunakan
AKDR jenis lippes loop, disini diterangkan cara pemakaian AKDR itu.
Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja
ginekologik dalm posisi litotomi.Kemudian dilakukan pemeriksaan
bimanual untuk mengetahui letak,bentuk,dan besar uterus.Spekuylum
dimasukkan kedalam vagina,dan servik uteri dibersihkan dengan larutan
antiseptik (sol,betadin,atau tingtura jodii)sekarang dengan cunam servik
dijepit bibir .depan porsio uteri dan dimasukkan sonde kedalm uterus
untuk menentukan arah.
2.13 UPAYA BIDAN DALAM MENANGGULANGI EFEK SAMPING
a. Jika permasalahan ringan, dianjurkan agar dilakukan konseling.
b. Jika terjadi terdapat infeksi maupun gejalanya segera dibawa ke
rumah sakit terdekat.
c. Pada efek samping amenore, periksa apakah sedang hamil atau
tidak.
1) Apabila tidak, AKDR tidak dilepas. Memberi konseling dan
menyelidiki penyebab amenorea apabila dikehendaki.
2) Apabila hamil, dijelaskan dan disarankan untuk melepas
AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13
minggu.
3) Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13
minggu, AKDR tidak dilepas.
4) Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan
kehamilan tanpa melepas AKDR maka dijelaskan adanya
resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan
infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati
dan diperhatikan.
d. Untuk penanganan dismenore yaitu memastikan dan menegaskan
adanya penyakit radang panggul (PRP) dan penyebab lain dari
kekejangan.
1) Menanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.

15
2) Apabila tidak ditemukan penyebabnya diberi analgesik untuk
sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang
berat, AKDR dilepas dan membantu klien menentukan
metode kontrasepsi yang lain.
e. Pada perdarahan hebat yaitu :
1) Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan
bekelanjutan serta perdarahan hebat, melakukan konseling
dan pemantauan.
2) Memberi Ibuprofen (800mg, 3 x sehari selama 1 minggu)
untuk mengurangi perdarahan dan memberikan tablet besi (1
tablet setiap hari selama 1-3 bulan).
3) AKDR memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki.
Apabila klien telah memakai AKDR selama lebih dari 3
bulan dan diketahui menderita anemi (Hb <7g%) dianjurkan
untuk melepas AKDR dan membantu memilih metode lain
yang sesuai.

16
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan program KB biasanya digunakan alat
kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur /mengendalikan
pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia.
Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya
konsepsi yaitu bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB
ada berbagaimacam cara untuk mencegah konsepsi salah satunya dengan
menggunakan AKDR.
Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat, keuntungan
serta kerugian dari penggunaan AKDR tersebut.
Masalah yang timbul dari penggunaan AKDR tersebut juga
diharapkan bisa teratasi dengan beberapa cara antara lain dengan
memperhatikan cara pemakaian yang benar, efek samping serta konseling
bagi pengguna oleh tenaga kesehatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sri Mularsih, Laelatul Munawaroh, Dewi Elliana.2018.Hubungan


Pengetahuan Dan Dukungan Suami Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(Akdr) Pada Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan
Kota Semarang.

Sulistyawati. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana (KB). Jakarta: Salemba


Medika.

Destyowati, Mitha. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang


Kontrasepsi IUD Dengan Minat Pemakaian Kontrasepsi IUD Di Desa Harjobinangun
Kecamatan Grabak Kabupaten Purworejo. Jurnal komunikasi kesehatan edisi 5 : Jawa
Tengah

Anita, D (2010). Hubungan tingkat pendidikan formal dengan pemilihan alat


kontrasepsi di Desa Mojodoyong Kedawung Sragen. Universitas sebelas Maret

"IUD (intrauterine device)". 2014 Contraception guide. NHS Choices.. the


intrauterine device, or IUD (sometimes called a coil.

Manuaba,dkk (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Pandungan, Dan KB


Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP

Cunningham,dkk. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai