KONTRASEPSI AKDR
DISUSUN OLEH :
PALANGKA RAYA
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar belakang.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
2.1 PENGERTIAN........................................................................................7
2.2 JENIS – JENIS AKDR............................................................................8
2.3 CARA KERJA.........................................................................................9
2.4 MEKANISME KERJA AKDR..............................................................9
2.5 INDIKASI..............................................................................................10
2.6 KONTRAINDIKASI.............................................................................10
2.7 KEUNTUNGAN....................................................................................11
2.8 Keuntungan (Sarwono P, 1999)...........................................................12
2.9 KERUGIAN...........................................................................................12
2.10 EFEK SAMPING..................................................................................12
2.11 PEMASANGAN AKDR........................................................................13
2.12 TEKNIK PEMASANGAN AKDR.......................................................15
2.13 UPAYA BIDAN DALAM MENANGGULANGI EFEK SAMPING
BAB III PENUTUP..............................................................................................17
3.1 KESIMPULAN......................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
3
BAB I PENDAHULUAN
4
atau dari AKDR inert ke AKDR yang mengeluarkan levonorgestrel.
Perkembangan ini telah menghasilkan pilihan lebih banyak tentang metode
kontrasepsi yang lebih aman dan efektif.
Salah satu alat kontrasepsi yang akan di bahas pada makalah ini adalah
tentang IUD / AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Kontrasepsi berasal dari
kata kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinyakehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
5
5. Mengetahui Indikasi AKDR
6. Mengetahui Kontrainikasi AKDR
7. Mengetahui Keuntungan AKDR
8. Mengetahui Kerugian AKDR
9. Mengetahui Efek Samping AKDR
10. Tahu Kapan Pemasangan AKDR Dilakukan
11. Mengetahui Bagaiman Teknik Pemasangannya
12. Upaya Bidan Dalam Menanggulangi Efek Samping
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
2.1.1. Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur
jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari
itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah
dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
2.1.2. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel
sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah dibuahi ke dinding rahim (Taufan Nugroho dkk, 2014)
keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN,
2015).Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam
segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan
baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus
janda ataucerai. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat
menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka
kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan
interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan
kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang
(Manuaba.2015).
7
panjang reversibel yang merupakan metode pengendalian
kelahiran yang paling efektif. IUD adalah metode penundaan
kehamilan yang paling direkomendasikan untuk mencegah
kehamilan, terutama untuk menjaga jarak antar kehamilan
2.2.3. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter
8
batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga
(Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama
seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
2.2.4. Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua
tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya
dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan
kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2
untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu
standar, small (kecil), dan mini.
9
a. AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga
menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leokosit,
makrofag, dan limposit.
b. AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin,
yang menghalangi kapasitas spermatozoa.
c. Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit
menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan
blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
d. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan
gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan
untuk melaksanakan konsepsi.
2.5 INDIKASI
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Risiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metoda hormonal
i. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
k. Gemuk ataupun kurus
2.6 KONTRAINDIKASI
a. Belum pernah melahirkan
b. Adanya perkiraan hamil
c. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang
tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan
kanker rahim.
10
d. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
e. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
f. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP
atau abortus septic.
g. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yangdapat mempengaruhi kavum uteri.
h. Penyakit trofoblas yang ganas.
i. Diketahui menderita TBC pelvic.
j. Kanker alat genital
k. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
2.7 KEUNTUNGAN
2.7.1. AKDR Non Hormonal
a. Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah
kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling tidak 10 tahun
b. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan
tidak perlu diganti)
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih
nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
e. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
f. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu
menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
g. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
h. Dapat digunakan sampai menopause
i. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
j. Membantu mencegah kehamilan ektopik
k. Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
11
b. Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae
(Asherman’s Syndrome).
2.9 KERUGIAN
2.9.1. AKDR Non hormonal
a. Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe.
b. Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae
(Asherman’s Syndrome).
2.9.2. AKDR hormonal
a. Perubahan siklus haid.
b. Haid lebih lama dan banyak.
c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
d. Disaat haid lebih sakit.
12
siklus normal rata-rata yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari,
biasanya siklus haid berubah menjadi 21 hari.
c. Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
d. Dismenore
Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
e. Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau haid
yang lebih banyak.
f. Fluor albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis
bacterial yaitu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang
disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri
anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi
tinggi sebagai flora normal vagina.
g. Pendarahan Post seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi
benang AKDR yang menggesek mulut rahim atau dinding vagina
sehingga menimbulkan pendarahan.
13
b. Sewaktu postpartum
1) Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada
wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah
sakit.
2) Secara langsung(directinsertion)yaitu AKDR dipasang dalam
masa tiga bulan setelah partus atau abortus.
3) Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR
dipasang sesudah masa 3 bulan setelah partus atau abortus
atau pemasangan AKDR dilakukan pada saat yang tidak ada
hubungan sama sekali dengan partus atau abortus.Bila
pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu
setelah bersalin,menurut beberapa sarjana,sebaiknya AKDR
ditangguhkan sampai 6-8 minggu postpartum oleh karena
jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua ,dan
keenam setelah partus,bahaya perforasi atau ekspulsi lebih
besar.
c. Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh
karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling
ideal.Tetapi septic abortion merupakan kontraindikasi.
d. Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal yang terkhir ini wanita yang bersangkutan
dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR dipasang. Sebelum
pemasangan AKDR tersebut tertletak dalam uterus setelah
terpasang.Perlu dijelaskan kemungkinan terjadinya efek sampingan
seperti perdarahan rasa sakit,AKDR keluar sendiri.
Untuk memilih AKDR yang akan dipasang,terlebih dahulu
ditentukan panjangnya rongga uterus yang sebesar mungkin oleh
karena dengan memakai AKDR yang mempunyai ukuran
besar,kegagalan dan kecenderungan untuk ekspulsi akan
berkurang. Sebaliknya,ukuran yang lebih kecil sebaiknya dipasang
pada akseptor yang mengalami banyak pertdarahan dan rasa sakit.
14
2.12 TEKNIK PEMASANGAN AKDR
Karena dalam program keluarga berencana di Indonesia digunakan
AKDR jenis lippes loop, disini diterangkan cara pemakaian AKDR itu.
Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja
ginekologik dalm posisi litotomi.Kemudian dilakukan pemeriksaan
bimanual untuk mengetahui letak,bentuk,dan besar uterus.Spekuylum
dimasukkan kedalam vagina,dan servik uteri dibersihkan dengan larutan
antiseptik (sol,betadin,atau tingtura jodii)sekarang dengan cunam servik
dijepit bibir .depan porsio uteri dan dimasukkan sonde kedalm uterus
untuk menentukan arah.
2.13 UPAYA BIDAN DALAM MENANGGULANGI EFEK SAMPING
a. Jika permasalahan ringan, dianjurkan agar dilakukan konseling.
b. Jika terjadi terdapat infeksi maupun gejalanya segera dibawa ke
rumah sakit terdekat.
c. Pada efek samping amenore, periksa apakah sedang hamil atau
tidak.
1) Apabila tidak, AKDR tidak dilepas. Memberi konseling dan
menyelidiki penyebab amenorea apabila dikehendaki.
2) Apabila hamil, dijelaskan dan disarankan untuk melepas
AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13
minggu.
3) Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13
minggu, AKDR tidak dilepas.
4) Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan
kehamilan tanpa melepas AKDR maka dijelaskan adanya
resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan
infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati
dan diperhatikan.
d. Untuk penanganan dismenore yaitu memastikan dan menegaskan
adanya penyakit radang panggul (PRP) dan penyebab lain dari
kekejangan.
1) Menanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
15
2) Apabila tidak ditemukan penyebabnya diberi analgesik untuk
sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang
berat, AKDR dilepas dan membantu klien menentukan
metode kontrasepsi yang lain.
e. Pada perdarahan hebat yaitu :
1) Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan
bekelanjutan serta perdarahan hebat, melakukan konseling
dan pemantauan.
2) Memberi Ibuprofen (800mg, 3 x sehari selama 1 minggu)
untuk mengurangi perdarahan dan memberikan tablet besi (1
tablet setiap hari selama 1-3 bulan).
3) AKDR memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki.
Apabila klien telah memakai AKDR selama lebih dari 3
bulan dan diketahui menderita anemi (Hb <7g%) dianjurkan
untuk melepas AKDR dan membantu memilih metode lain
yang sesuai.
16
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan program KB biasanya digunakan alat
kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur /mengendalikan
pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia.
Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya
konsepsi yaitu bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB
ada berbagaimacam cara untuk mencegah konsepsi salah satunya dengan
menggunakan AKDR.
Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat, keuntungan
serta kerugian dari penggunaan AKDR tersebut.
Masalah yang timbul dari penggunaan AKDR tersebut juga
diharapkan bisa teratasi dengan beberapa cara antara lain dengan
memperhatikan cara pemakaian yang benar, efek samping serta konseling
bagi pengguna oleh tenaga kesehatan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18